Goncangan keras tiba-tiba terjadi ketika hendak memasukkan Ellia dan seekor kuda putih ke dalam kandang dari jeruji besi yang berada di dalam kontainer. Akibatnya kepanikan melanda Edhi dan tiga anak buahnya. Hanya Bomba yang bergeming tak ada gairah.“Sepertinya badai akan kembali datang!” seru Lindhan.“Oh, tidak! Semoga itu tidak terjadi!” seru Mike sambil mencengkaram erat jeruji besi.“Cepat-cepat! Cepat masukkan mereka ke dalam kandang. Kita harus secepatnya pergi!” Seru Edhi. Mereka pun bekerja dalam goncangan yang dahsyat.Hingga truk melaju, salju kembali turun. Matahari tiba-tiba menghilang bagai di telan langit. Gemuruh angin bertambah kencang. Mengalir saling bertabrakan.Tiba-tiba gocangan berhenti. Langit kembali cerah. Dan salju berhenti turun. Matahari pun kembali tampak bersinar terik di langit.“Apa apaan ini!” Mike kesal sekaligus lega manakala melihat keadaan telah kembali tenang.“Oh syukurlah. Harusnya bersyukur!” Di ujung ucapannya Holdan mengeplak kepala Mike.
Berita mengenai kaburnya Mrs. Vaeolin juga sampai ke telinga Robert. Kini dadanya menjadi sesak. Nafasnya seakan tersumbat. Jantung bahkan seluruh tubuhnya bergetar. Sampai-sampai keringat dingin memenuhi wajahnya.Boffelt pun tak kalah panik. Ia yakin Mrs. Vaeolin akan membalas dendam pada mereka. Apalagi jika ia telah mengetahui Planet Zoo kini sangat berbeda dengan ketika Mrs. Vaeolin menjadi pemimpin utama.“Tuan, apa yang harus kita lakukan? Bagaimana jika... jika Mrs. Vaeolin....”“Tidak! Itu tak akan terjadi. Jadi jangan menerka-nerka!” potong Robert.Usai menarik nafas dan menghembuskannya Robert berkata, “Aku yakin ia tidak tahu semua yang terjadi adalah rencana kita. Tak ada siapapun yang tahu, kecuali kau, aku dan Tuan Muda William!”Kemudian Robert melangkah ke hadapan asistennya itu. Ia menatap kedua mata Boffelt lekat-lekat. Di dalam kedua bola matanya seperti ada percikan api.“Karena itu kau tak boleh sembarangan bicara, Boffelt! Atau kau akan lenyap dari dunia ini!” l
“Tunggu! Jangan bergerak!” cegah Paman Hery seraya menggenggam tangan Mrs. Vaeolin. Lalu jari telunjuknya ia angkat ke depan mulutnya.“Pasukan patroli ada di atas!” ucap Paman Hery sangat pelan.Paman Hery dan Mrs. Vaeolin ternyata mendengar obrolan Herman dengan para petugas patroli. Ia tak bisa pergi begitu saja. Sebab suara langkah mereka akan terdengar menggaung keluar.“Oh tidak tidak! Jangan mendekat!” ucap Paman Herry ketika melihat seekor tikus yang sangat besar menghampiri kakinya. Ia pun tak sadar membedil tikus itu. “Dorr!!” “Herry!” seru Mrs. Vaeolin dengan geram, lalu lekas menarik tangan kawannya itu. Mereka berdua pun berlari di dalam lorong gorong-gorong.6 pasukan patroli yang mendengar suara letusan lekas melompat ke dalam lubang gorong-gorong. Mereka pun melihat dua orang berlari yang diduga adalah tahanan. Mereka memberedelkan puluru dari senapan di tangan mereka. Paman Herry balas memberedelkan mereka dari senapan yang ia bawa. 6 pasukan patroli terpaksa lebih m
Jack agak mengendorkan kecepatan mobil yang dikemudikannya lantaran berusaha menghindari seekor elang yang tiba-tiba terbang rendah dan melintas di hadapan jeep. Ia sangat heran sekaligus geram dengan hewan bersayap itu. Sepertinya burung itu sengaja mengganggu perjalanannya. Akibatnya mobil itu bergerak zigzag.“Hentikan mobil ini Jack! Aku pusing,” kata John. Usai menarik nafas, ia kembali berkata, “Lagi pula Ellia masih di belakang.”Kemudian John menoleh ke belakang. Kedua matanya mengerucut dengan kening berlipat ketika tak melihat tanda-tanda kemunculan Ellia. “Kemana Ellia? Apa Jerry tertidur lagi, sehingga ia melanjutkan tidurnya?”“Jack! Kau harus kembali. Ellia tidak ada di belakang kita,” seru John.Tiba-tiba Jack menginjak pedal rem ketika melihat seekor burung besar menghadang mobilnya. Tak pelak John terjungkal ke kaca mobil. Tubuh Jack membentur kemudi.“Aow!” lirih John yang kesakitan. Kemudian melanjutkan, “Ada apa denganmu, Jack! Jika ada jurang pasti mobil ini sudah
Sial bagi Paman Hery dan Mrs. Vaeolin. Baru saja keluar dari gorong-gorong yang yang berada di bawah jalan raya, mereka malah hampir tertabrak sebuah mobil mewah yang muncul dari belokan. Lantaran begitu terkejut Terry tak mampu mengendalikan Limousine bercat hitam yang mengangkut Mr. Darold dan putranya. Akibatnya Limousine melindas lubang gorong-gorong lalu oleng ke kanan dan menubruk pot pot bunga dan tiang besi.Untungnya Paman Hery lebih sigap menarik Mrs. Vaeolin ke kiri jalan. Mereka berdua pun jatuh di kiri jalan. Mereka berdua tidak terluka. Hanya saja adrenalinnya meloncat-loncat. “Hampir saja...,” lirih Paman Hery. Lalu melanjutkan, “Kita harus cepat pergi.” Kemudian Paman Hery menarik tangan Mrs. Vaeolin. Di luar dugaan, Mrs. Vaeolin malah iba dengan pengemudi dan penumpang di dalam mobil itu. Sejujurnya tak masalah baginya bila meminta maaf. Karena ia yang salah sudah mengagetkan. Namun, Paman Hery malah ingin buru-buru pergi. Karena baginya mereka berdua harus segera k
Linch tak tahan lagi dengan siksaan yang dilayangkan dua anak buah Robert. Ia juga kesal pada Paman Hery karena merasa dibohongi. Padahal sebelum ia menerima tawaran ketika rumahnya akan disewa, Paman Hery sudah memastikan bahwa ia tak akan melibatkan Linch dalam masalahnya. Paman Hery juga memastikan keselamatan Linch dan rumahnya dari kekacauan. Namun, kini Linch malah diculik karena dituduh menyembunyikan mereka. Linch pun akhirnya mengakui jika tiga orang laki-laki menyewa rumahnya. Ia sendiri tidak tahu menahu siapa mereka. Ia hanya butuh uang untuk bertahan hidup. “Oh, jadi benar kau menyembunyikannya?” tanya Robert. “Tidak. Aku tidak pernah menyembunyikan mereka. Aku tidak mengenal mereka. Aku tidak tahu apa-apa!” bantah Linch. Kemudian melanjutkan dengan nafas berderu-deru, “Aku merasa dijebak!” “Sekarang katakan, kemana mereka bertiga!” tanya Robert. “Aku tidak tahu,” jawab Linch. Robert tak puas dengan jawaban Linch. Ia pun memberi kode pada Roy dan Steap untuk melepa
Herman tertawa sekian detik usai berhasil mengecoh para pasukan patroli. Namun, tawanya tak berlangsung lama. Ia buru-buru membungkam sendiri mulutnya ketika teringat dengan dua orang tahanan yang tak ia ketahui namanya. Ia kesal lantaran lupa menanyakan nama mereka.“Sial! Harusnya aku menanyakan nama mereka sebelum kuberi nomor teleponku!” gerutunya. Kemudian ia membuang nafas.“Tapi... entah kenapa aku sangat yakin mereka orang baik. Pasti mereka menepati janji,” lanjutnya.Herman mematung di depan lubang gorong-gorong. Di dalam pikirannya terselip harapan semoga mereka mereka bisa lolos dari pasukan patroli yang mengejar mereka. Kemudian ia memeriksa jam di tangannya.“Hmm jika mereka tak menghubungi sampai paling lambat nanti malam, berarti mereka tak selamat,” liih Hereman. Kemudian ia kembali tersenyum tipis. Sebelum pergi ia meludah ke lubang gorong-gorong. Tak diduga, seorang pasukan patroli yang merupakan bagian dari enam pasukan yang masuk ke dalam gorong-gorong melihat ge
Hari berangsur redup kala matahari semakin bergerak ke Barat. Langit pun tak sebiru beberapa jam yang lalu. Namun, Pasar Lili bertambah ramai dengan bongkat muat barang. Maklum pasar Lili menjadi satu-satunya pasar terbesar yang di kelilingi oleh beberapa kota dengan jarak tempuh yang cukup jauh.Fredy telah memutuskan tetap berada di rumah Linch. Ia khawatir Paman Hery akan datang ke rumah itu sementara Romi, Manson dan Linch pergi tanpa sempat memberi tahu dirinya. Walau ia begitu ketakutan, namun tak ada pilihan yang lebih baik. Pikirnya, mungkin di luar sana anak buah Robert juga masih mengintainya. Seperti yang dikatakan oleh Romi dan Manson, bahwa lebih baik dirinya tak segera kembali ke rumah. Karena dirinya dalam bahaya.Ia menutup pintu rapat-rapat, walau tak dapat dikunci karena daun pintunya rusak. Ia berjuang keras menggeser lemari untuk menahan pintu itu. Selanjutnya ia benar-benar tak tahu apa yang harus dilakukan selain duduk disofa dan menanti Paman Hery datang lebih