"Aku enggak peduli kalau Mas Romy marah."
{Ke kantor aja lah. Atau mungkin kau ingin ke rumah aku aja, Rom?}
{Mending di rumah aja. Bisa bebas. Sekitar jam tujuh malam gimana?}
Tampak Salsa menunggu balasan dengan gelisah.
{Oke, Rom. Jam tujuh aku tunggu. Ini alamat aku. Kalau kau mencari nama Santi enggak ada yang paham}
{Terus pakai nama apa?}
{Panggilan aku sejak kecil. Alexia}
{Oke}
Jantung Salsa semakin berdebar sangat kencang. Dia tak menyangka ada seseorang yang mendukung hubungan Romy dan Amelia.
"Santiii? Alexia?"
Sekian detik Salsa terdiam. Lalu memperhatikan pesan yang masuk di nomernya beberapa bulan lalu.
"Ohhh, dia juga yang ternyata mengirimkan gambar-gambar Amelia dan Romy. Ta-tapi kenapa dia mengirimkannya? Untuk apa?"
Semua yang dirasakan Salsa begitu aneh. Selain membuka pesan dari nomer yang tak dikenal. Salsa juga mencari pesan dari nama Santi.
"Ini diaaa," de
{Apa kamu tahu dia menyukai siapa, Lind?} {Denger-denger nih, dia suka sama Adrian. Kasak kusuknya begitu} "Ohhh, jadi ini semua karena Adrian?" bisik Salsa. Kedua tangan Salsa semakin mengepal erat. Dia mulai memahami jalan pikiran Santi. Wanita licik seperti ular. "Aku mulai tahu ke arah mana yang kamu rencanakan, San. Aku akan ikuti apa mau kamu? Nanti malam tunggu aja kedatangan aku, San!" Gurat wajahnya memancarkan kemarahan. Dia benar-benar kesla dengan Santi yang telah ikut campur dalam rumah tangganya. "Bisa-bisanya dia menyuruh Romy untuk mendekati Amelia yang sudah mau menikah dengan Adrian. Hemmm ... aku tau! Kalau Romy bisa merebut dari Adrian. Pasti Amelia akan bisa menerima Romy lagi. Begitu kan San?" Salsa pun berdecak penuh rasa heran. Tak menyangka orang seperti Santi mau melakukan hal seperti ini. Licik dan penuh kesalahan. "Kurang ajar betul dia. Dulu dia mengirimkan foto-foto itu agar aku sama Romy m
Tepat pukul empat dini hari. Salsa sudah terbangun. Dia melirik ke arah Romy yang masih pulas mendengkur.'Malam ini aku harus punya alasan pada Mas Romy untuk bisa keluar rumah. Aku harus bisa menemui wanita itu. Enak sekali dia ajak-ajak suami orang untuk berselingkuh.'Kondisi tangan yang hampir sembuh. Membuat Salsa mulai sibuk menyiapkan makanan dan minuman hangat kesukaan Romy.Tepat pukul setengah lima. Dia membangunkan Romy yang tampak pulas."Mas, bangun!" Jemari tangan Salsa menyentuh lengan Romy. Dia mengguncang tubuh suaminya lembut."Hemmm, jam berapa ini?""Hampir jam lima. Mas. Katanya mau berangkat pagian."Tampak Romy mengendus aroma wangi yang segar."Kamu udah buatin aku kopi coklat?""Kesukaan Mas Romy. Yang ada tinggal coklat. Nanti aku belanja kebutuhan dapur, boleh?""Terserah. Kan duit bulanan udah aku transfer ke rekening kamu.""Nanti malam aja belanjanya."Ro
"Lindaaa!"Spontan dia memeluk Melinda erat."Ehhh, maaf. Aku meluk kamu terlalu kuat ya. Kasihan si Dede.""Masih kecil, belum kerasa juga, Sa.""Ihhh, aku pengen banget hamil Lind. Kapan ya aku bisa hamil. Sedangkan Mas Romy cuman ingin berbuat tapi enggak mau sampai aku hamil coba. Ngenes kan diriku ini?""Sabar ya? Pasti kamu bisa lewati semua ini, Sa. Bukankah Allah tak menguji hambanya melewati dari batas kemampuannya?""Kau benar. Tumben kalimat kamu kali ini agak beres.""Hussst! Aku sekarang mulai belajar ibadah lagi. Aku merasa terlalu jauh banget dari-Nya. Banyak kesalahan dan dosa yang sudah aku perbuat, Sa. aku hanya ingin hidup tenang sekarang."Salsa mengajak Linda masuk apartemen. "Sekarang pemikiran kamu mulai berubah. Apa penyebabnya?""Karena ini!" Dia memegang perutnya. "Aku mempunyai bakal bayi, Sa. Yang selalu aku jaga agar dia bisa selamat sampai dunia.""Aku ikut bahagia mendengarny
"Kau percaya demi cinta?!" tanya Melinda mengejutkan Salsa. Dia sampai menyipitkan matanya. Memandang lurus ke arah Melinda. "Memangnya selain cinta apa?" Terdengar tawa Melinda yang cukup kencang. Seakan mentertawakan Salsa dengan raut wajah yang polos. "Ihhh, kamu kok malah ngakak sih, Lind?" "Kamu jadi orangnya jangan terlalu naif lah. Ya selain cinta itu, pasti hubungannya dengan duit lah. Adrian pengusaha cukup punya nama di negeri ini, Sa. Bapaknya juga pengusaha. Sering masuk TV." "Berarti juga kenal sama Om kamu?" "Kenal." Tampak Salsa manggut-manggut. "Berarti dia hanya ingin menyatukan harta kekayaannya dengan Adrian?" "Ya, setidaknya dia sama-sama mendapat orang kaya." "Wooohhhh! Baru paham aku. Kalau semua ini bukan murni cinta." "Mana ada? Macam aku juga 'kan. Tanpa cinta hanya kesenangan semata." "Tapi, lama-lama kamu juga sayang sama si Om. Iya 'kan?" "Karena dia ba
Tanpa keraguan sedikit pun. Langkahnya berjalan menghampiri Amelia. Dia terus menatap tajam ke arah wanita cantik itu."Bagimu memang telah usai. Tapi, tidak buat aku, Mel. Kau harus pertanggung jawabkan ini semua."Mendengar kalimat Romy yang begitu menusuk kalbunya. Amelia hanya bisa terpaku. Lidahnya terasa kelu sesaat."A-apa maksud kamu, Rom?"Lalu dia melirik ke arah Dita.Amelia mengajak Romy untuk berbincang di teras belakang rumah."Dita sayang, Mama ingin bicara sama Om dulu ya."Gadis cilik itu mengangguk. Amelia berjalan mendahului ke arah belakang rumah. Diikuti oleh Romy."Apa maksud kamu aku harus bertanggung jawab Rom?""Kau yang membuat aku kayak gini, Mel! Kau pikir aku bisa hidup enak, nyaman, bahagia begitu? Kepergian kamu yang tiba-tiba tanpa kabar itu, membuat aku gila. Setengah mati aku mencari kamu. Kenyataan yang ada, kamu muncul dan mau menikah sama Adrian. Apa ini, Mel?!" teriak Rom
Amelia tak sanggup lagi berkata-kata. Air matanya menetes, membasahi wajahnya."Katakan sekarang, Mel! Apa yang harus aku lakukan? Untuk bisa melupakan kamu dan menghapus semua cinta ini! Katakan Mel!" sentak Romy sembari menahan napas.Kekuatan hatinya luluh lantak. Amelia tak sanggup menahan isak tangisnya yang tiba-tiba meledak. Dia terduduk di kursi taman dengan tangan menutup wajahnya."Maaf, kalau aku membuat kamu menangis. Tapi, ini lah perasaan yang selalu aku simpan buat kamu, Mel. Aku tak bisa menghilang begitu saja. Andaikan bisa sudah kucoba."Hening. Hanya terdengar Romy yang menghela napas panjang. Berulang kali dia mengusap wajahnya dengan kasar."Mel, aku mohon kembalilah padaku sekarang!"Amelia hanya terdiam. Romy berusaha meraih tangannya. Namun Amelia terus menolak."Tolong, Romy. Aku sudah mau menikah. Aku mencintai Adrian, melebihimu!" tegas Amelia dengan suara yang parau.Romy hanya menatap tajam da
Kini mereka berdua sudah berada di dalam mobil. Amelia membuang muka ke luar jendela. Melihat pemandangan yang terpampang oleh hamparan sawah."Kau mau ajak aku ke mana ini, Rom?""Ke tempat aku pertama kali menyatakan perasaanku."Sontak Amelia melotot ke arahnya."Kau jangan gila! Sudah aku bilang jangan jauh-jauh 'kan?""Hanya untuk kali ini saja, Mel. Lagian aku tahu kok, kalau rumah kamu yang di Malang enggak dijual. Kamu lakukan semua ini cuman untuk menghindari aku. Iya 'kan?""Aku enggak mau bahas!""Kita akan membahasnya, Mel! Karena aku belum tahu alasan sebenarnya kamu melakukan semua ini. Kamu pun tak memberikan penjelasan sama sekali. Kesalahan aku selama ini ada di mana?"Seketika Amelia terdiam. Dia menyandarkan kepalanya di sandaran jok."Aku sudah mau menikah dan kau mengajak aku untuk membicarakan hal ini, Rom? Bagaimana Salsa? Dia pun seorang wanita. Seorang istri! Yag hatinya bisa sakit dan cemb
"Lepaskan Romy! Aku enggak suka kau melakukan seperti ini!""Kenapa, Mel?""Rooom!!! Enggak sadarkah kamu? Aku ini sudah mau menikah. Dan, aku tak ingin lagi menjalin hubungan dengan kamu!"Romy bukan semakin merenggangkan tkedua tangannya. Dia semakin rapat memeluk Amelia. Sekuat tenaga Amelia berontak, tapi Romy memang sengaja tak mau melepasnya."Biarkan aku sesaat memelukmu dirimu Amelia. Beri aku kesempatan terakhir ini," bisik Romy, tepat di telinga Amelia."Kesempatan apa lagi? Aku sudah mengikuti kemauan kamu, Rom. Jangan minta lebih!"Tampak Romy tak mendengarkan apa yang dikatakan Amelia. Dia mencium leher jenjang Amelia lembut. Seketika Amelia terkejut. Kedua tangannya menyikut perut Romy berulang-ulang."Kamu jangan kurang ajar, Rom!""Aku hanya ingin mengulangi kemesaraan kita dulu, Mel.""Itu sudah enggak ada! Bukannya kamu ingin bicara enggak lebih Rom?"Romy mulai merenggangkan pelukannya."