"Kau masih bisa nekat memperjuangkan apa yang ingin kau miliki." Santi pun mencondongkan tubuhnya mendekat ke arah Romy. "Sesekali berbuat kegilaan, tak ada salahnya, Rom!"
Romy kembali terdiam. Dia mencerna setiap perkataan Santi yang terdengar konyol. Akan tetapi menurutnya masuk akal.
'Kenapa aku enggak mencobanya?'
Sepertinya Romy mulai termakan semua perkataan Santi. Yang membakar emosi jiwanya. Tanpa dia sadari tangannya mengepal kuta. Santi melihat perubahan pada wajah Romy, tersenyum lebar.
'Dengan kau laksanakan niat kamu ini, Rom. Kau sudah memuluskan jalan agar Adrian hanya menjadi milikku seorang. Tak ada yang beoleh memilikinya. Siapa pun juga!' tegas Santi dalam hatinya.
Santi bisa mendengar desah napas yang berat. Berulang kali Romy melakukannya. Menghela napas panjang.
Dia mencoba berpikir setiap kata yang terlontar dari bibir Santi.
"Sepertinya kau masih bingung, Rom?"
"Iya, San. Apa yang haru
Tampak Salsa yang semula terlihat baik-baik saja. Tiba-tiba mnegernyitkan dahi. Sembari kedua matanya berusaha untuk mengamati arah mobil Romy."Siapa yang ada dalam mobil Mas Romy tadi? Kayak cewek sih? Tapi--"Salsa terdiam. Dia mencoba untuk berpikir tenang."Tak mungkin itu tadi Amelia. Enggak mungkin banget," bisik Salsa ragu.Setelah mobil Romy tak terlihat. Salsa berjalan gontai. Sesekali dia melihat tas plastik yang berada di tangan."Makasih, Mas. Kamu masih ingat kalau ada aku yang kelaparan."Bergegas Salsa membuka pembungkusnya. Ada beberapa menu makanan kesukaannya. Terlihat manik mata Salsa berkaca-kaca.Walau hanya dengan perhatian Romy yang sangat remeh. Namun mampu membuat Salsa bahagia sesaat. Meluruhkan kesedihan dan kecurigaannya."Siapa pun wanita itu, kuharap Mas Romy tak berbuat macam-macam lagi."***"Kayaknya istri kamu perhatiin mobil ini tadi. Mungkin dia juga lihat kalau ada wanita dala
"Aku mungkin butuh waktu untuk melupakan kenangan bersamamu. Walau itu sulit. Dan, kamu tahu hal ini. Jika sedikit saja kau beri aku sebuah kesempatan. Akan aku pergunakan kesempatan itu sebaik-baiknya." _Romy Pradipta_***Tepat pukul sebelas malam. Romy sampai di apartemen. Dia mengira Salsa sudah tertidur, ternyata Romy salah.Salsa menyambut dirinya dengan senyuman hangat."Kok malam Mas?""Tadi, kan aku sudah bilang.""Mas sudah makan?""Sudah. Kamu?"Salsa mengangguk."Mas Romy mau dibuatin kopi?""Enggak perlu, Sa."Romy langsung pergi menuju kamar. Diikuti oleh Salsa yang berdiri di ambang pintu. Pandangan matanya terus tertuju pada Romy yang melepas kemejanya."Kamu mau ganti pakaian?" tanya Romy."Tadi, aku belajar pakai sendiri Mas.""Ya, udah. Apa masih perlu tidur sama aku?""Bukannya Mas udah janji 'kan?""Ya, aku cuman tanya. Kali aja kamu mau tidur di kamar
Kali ini Romy tertunduk dalam. Pandangan matanya mengarah pada lantai yang dia pijak."Aku tadi dari rumah Amelia!""Ru-rumah Amelia, Mas?"Romy mengangguk. Tak bisa dipungkiri oleh Salsa. Ada setangkup gejolak rasa yang membuatnya perih. Dan semakin nyeri.Salsa pun hanya bisa tertunduk. Tak ada lagi kata yang mampu terucap. Selain air mata yang menetes."Mas Romy ingin menemuinya?""Aku hanya ingin menyelesaikan semua yang ada di antara kami, Sa.""Lalu, nantinya akan pergi meninggalkan aku?"Romy tak bisa menjawab pertanyaan itu."Aku juga enggak tau, bagaimana hubungan kami sebenarnya. Apa aku masih bisa mendapatkan dia atau tidak?"Sekian detik berlalu. Suasana kamar menjadi hening dan sunyi. Tak ada percakapan yang terjadi di antara mereka."Maaf, buat kamu sudah menangis, Sa. Tapi, ini lah aku. Sudah lama aku ingin mengatakan ini semua. Tapi, aku harus menunggu waktu yang tepat.""A-aku ... me
"Aku enggak peduli kalau Mas Romy marah." {Ke kantor aja lah. Atau mungkin kau ingin ke rumah aku aja, Rom?} {Mending di rumah aja. Bisa bebas. Sekitar jam tujuh malam gimana?} Tampak Salsa menunggu balasan dengan gelisah. {Oke, Rom. Jam tujuh aku tunggu. Ini alamat aku. Kalau kau mencari nama Santi enggak ada yang paham} {Terus pakai nama apa?} {Panggilan aku sejak kecil. Alexia} {Oke} Jantung Salsa semakin berdebar sangat kencang. Dia tak menyangka ada seseorang yang mendukung hubungan Romy dan Amelia. "Santiii? Alexia?" Sekian detik Salsa terdiam. Lalu memperhatikan pesan yang masuk di nomernya beberapa bulan lalu. "Ohhh, dia juga yang ternyata mengirimkan gambar-gambar Amelia dan Romy. Ta-tapi kenapa dia mengirimkannya? Untuk apa?" Semua yang dirasakan Salsa begitu aneh. Selain membuka pesan dari nomer yang tak dikenal. Salsa juga mencari pesan dari nama Santi. "Ini diaaa," de
{Apa kamu tahu dia menyukai siapa, Lind?} {Denger-denger nih, dia suka sama Adrian. Kasak kusuknya begitu} "Ohhh, jadi ini semua karena Adrian?" bisik Salsa. Kedua tangan Salsa semakin mengepal erat. Dia mulai memahami jalan pikiran Santi. Wanita licik seperti ular. "Aku mulai tahu ke arah mana yang kamu rencanakan, San. Aku akan ikuti apa mau kamu? Nanti malam tunggu aja kedatangan aku, San!" Gurat wajahnya memancarkan kemarahan. Dia benar-benar kesla dengan Santi yang telah ikut campur dalam rumah tangganya. "Bisa-bisanya dia menyuruh Romy untuk mendekati Amelia yang sudah mau menikah dengan Adrian. Hemmm ... aku tau! Kalau Romy bisa merebut dari Adrian. Pasti Amelia akan bisa menerima Romy lagi. Begitu kan San?" Salsa pun berdecak penuh rasa heran. Tak menyangka orang seperti Santi mau melakukan hal seperti ini. Licik dan penuh kesalahan. "Kurang ajar betul dia. Dulu dia mengirimkan foto-foto itu agar aku sama Romy m
Tepat pukul empat dini hari. Salsa sudah terbangun. Dia melirik ke arah Romy yang masih pulas mendengkur.'Malam ini aku harus punya alasan pada Mas Romy untuk bisa keluar rumah. Aku harus bisa menemui wanita itu. Enak sekali dia ajak-ajak suami orang untuk berselingkuh.'Kondisi tangan yang hampir sembuh. Membuat Salsa mulai sibuk menyiapkan makanan dan minuman hangat kesukaan Romy.Tepat pukul setengah lima. Dia membangunkan Romy yang tampak pulas."Mas, bangun!" Jemari tangan Salsa menyentuh lengan Romy. Dia mengguncang tubuh suaminya lembut."Hemmm, jam berapa ini?""Hampir jam lima. Mas. Katanya mau berangkat pagian."Tampak Romy mengendus aroma wangi yang segar."Kamu udah buatin aku kopi coklat?""Kesukaan Mas Romy. Yang ada tinggal coklat. Nanti aku belanja kebutuhan dapur, boleh?""Terserah. Kan duit bulanan udah aku transfer ke rekening kamu.""Nanti malam aja belanjanya."Ro
"Lindaaa!"Spontan dia memeluk Melinda erat."Ehhh, maaf. Aku meluk kamu terlalu kuat ya. Kasihan si Dede.""Masih kecil, belum kerasa juga, Sa.""Ihhh, aku pengen banget hamil Lind. Kapan ya aku bisa hamil. Sedangkan Mas Romy cuman ingin berbuat tapi enggak mau sampai aku hamil coba. Ngenes kan diriku ini?""Sabar ya? Pasti kamu bisa lewati semua ini, Sa. Bukankah Allah tak menguji hambanya melewati dari batas kemampuannya?""Kau benar. Tumben kalimat kamu kali ini agak beres.""Hussst! Aku sekarang mulai belajar ibadah lagi. Aku merasa terlalu jauh banget dari-Nya. Banyak kesalahan dan dosa yang sudah aku perbuat, Sa. aku hanya ingin hidup tenang sekarang."Salsa mengajak Linda masuk apartemen. "Sekarang pemikiran kamu mulai berubah. Apa penyebabnya?""Karena ini!" Dia memegang perutnya. "Aku mempunyai bakal bayi, Sa. Yang selalu aku jaga agar dia bisa selamat sampai dunia.""Aku ikut bahagia mendengarny
"Kau percaya demi cinta?!" tanya Melinda mengejutkan Salsa. Dia sampai menyipitkan matanya. Memandang lurus ke arah Melinda. "Memangnya selain cinta apa?" Terdengar tawa Melinda yang cukup kencang. Seakan mentertawakan Salsa dengan raut wajah yang polos. "Ihhh, kamu kok malah ngakak sih, Lind?" "Kamu jadi orangnya jangan terlalu naif lah. Ya selain cinta itu, pasti hubungannya dengan duit lah. Adrian pengusaha cukup punya nama di negeri ini, Sa. Bapaknya juga pengusaha. Sering masuk TV." "Berarti juga kenal sama Om kamu?" "Kenal." Tampak Salsa manggut-manggut. "Berarti dia hanya ingin menyatukan harta kekayaannya dengan Adrian?" "Ya, setidaknya dia sama-sama mendapat orang kaya." "Wooohhhh! Baru paham aku. Kalau semua ini bukan murni cinta." "Mana ada? Macam aku juga 'kan. Tanpa cinta hanya kesenangan semata." "Tapi, lama-lama kamu juga sayang sama si Om. Iya 'kan?" "Karena dia ba