Nona, jaga diri baik-baik di sini ya. Kami tak bisa berada di samping nona lagi."Satu persatu orang yang dekat denganku dipisahkan paksa oleh Ken. Hellen dan Justin diusir dari sisiku, mereka tak diperbolehkan menemaniku dan menjadi pengawal aku lagi. Apa salah mereka sampai mereka terusir? Apa hanya karena aku bertemu Jason?"Nona, andai saya memiliki kekuasaan saya akan membawa nona pergi sejauh mungkin dan mempertemukan anda dengan---" Hellen menyenggol lengan Justin saat pria itu hendak bicara. Mata mereka menyembunyikan sesuatu yang tak aku ketahui. "Kau akan mempertemukan aku dengan siapa, Justin?" tanyaku penasaran."Maksud Justin mau mempertemukan anda dengan tuan Naval, Nona. Tapi anda tahu sendiri kalau tuan Ken melarang anda pergi dari paviliun ini.""Benar begitu, Justin?" Hellen menatap Justin untuk segera menjawabnya."Iya itu maksud saya, Nona."Tidak, ada sesuatu yang ingin Justin sampaikan padaku. Aku bisa membaca ekspresinya, karena dia terus melihatku dengan sebua
Sudah sebulan lamanya Elea merasa kesepian tanpa adanya sahabatnya. Hellen dan Julian terusir dari paviliun hanya karena menemani dirinya bertemu Jason di luar. Elea mengira tak akan terjadi apapun lagipula dia butuh menyegarkan pikirannya.["Nona, apa anda baik-baik saja di sana?"]"Iya aku baik-baik saja, Hellen. Bagaimana denganmu dan Julian? Apa kalian sehat?" tanya Eleanore yang senang bisa menelepon.Saat ini Elea menerima telepon dari kedua pengawal pribadinya. Hanya tengah malam saja saat penjaga dan pelayan kembali ke kamar mereka. Elea tak berani memainkan ponselnya jika siang hari karena dia akan dilaporkan oleh pelayan kepada Ken.["Saya di sini, Nona. Kami sekarang ada kediaman ayah anda. Jangan mencemaskan kami. Kami tak mengatakan yang sebenarnya pada ayah anda hanya tuan Naval saja yang tahu."]["Kami tak akan bercerita pada siapapun mengenai kejadian ini. Nona tenang saja."]Terdengar suara Julian di seberang telepon, Elea menyunggingkan senyum karena kedua sahabatnya
"Ada apa, Elea?" Jason tahu ada sesuatu yang akan terjadi melalui tatapan ketakutan Eleanore di belakangnya. Dia lantas membalikkan tubuh dan melihat satu sosok pria arogan."Jas, lebih baik kau segera pergi dari sini. Berpura-pura kau tak mengenalinya," ucap Elea dengan rasa khawatir yang menjalar."Memangnya kenapa, Elea? Wajar jika aku menemui sahabatku sendiri. Ken tak ada hak."Terjawab sudah kecemasan dan rasa khawatir yang dirasa Jason selama ini. Entah kenapa dia ingin kembali ke sini padahal dirinya sedang sibuk di New York, ada perasaan sesuatu yang mengajak pikirannya untuk datang menemui Elea."Tidak usah takut. Aku bisa menghadapinya, Elea."Eleanore menggeleng. Dia ingin Jason segera pergi lalu mendorong tubuh pria itu melalui pintu belakang. Sayang semua terlambat, pintu depan sudah terbuka dan menampilkan sosok Ken yang dipenuhi amarah juga emosi."Jadi kau memilih tempat ini untuk menemui selingkuhanmu, Eleanore!""Maaf, Ken. Aku tidak tahu jika Jason ada di sini. Aku
Kesedihan masih dirasa Eleanore. Eleanore merutuki dirinya sendiri karena dia tidak tahu sebuah tanda kehamilan di tubuhnya. Andai saja dia bisa merasakan tanda tersebut, mungkin hal ini tak akan terjadi. Dia harus kehilangan buah cinta pertamanya dengan Ken, pria yang dicintainya."Nona, apa anda baik-baik saja?" Hellen masih menemaninya di rumah sakit sejak kemarin."Iya aku baik-baik saja, Hellen. Kau jangan mencemaskan diriku," ucapnya dengan lirih."Anda berbohong, bukan? Anda sedang tidak dalam keadaan baik, Nona."Eleanore mencoba tersenyum. Senyum yang dia paksakan agar sang pengawal tak mengkhawatirkan dirinya, tetapi seorang Hellen mengenal luar dalam sang nona. Sejak kemarin hingga sekarang sang nona enggan menyentuh makanannya.Hanya beberapa suap saja ketika tuan besarnya dan ketiga saudara sang nona datang sore kemarin. Hellen dan dokter yang ada di sini dipaksa berbohong oleh Jason. Jason berani membayar uang tutup mulut kepada staf rumah sakit agar tidak memberitahu me
Kehilangan buah hati yang belum bisa kurasakan kehadirannya membuatku menyesal seumur hidup. Aku begitu bodoh karena tidak tahu bentuk perubahan dalam tubuh ini. Aku ceroboh sebagai seorang calon ibu. Seharusnya dia masih ada di rahim ini dan inginku memberi kejutan untuk Ken, tetapi semua sudah sia-sia."Untuk apa kau menemani istriku? Ingat tuan Jason, kau dan istriku tidak terikat apapun.""Jika bukan aku dan keluarganya, siapa lagi yang menemani dan menjaganya? Kau di mana beberapa hari lalu?"Ken datang di waktu aku sudah boleh pulang pagi ini setelah dua hari dirawat. Dia bertemu Jason bersama Hellen yang membantuku mengemas pakaian di tas. Mereka berdua terlibat pertengkaran di depanku dan saling menyalahkan."Kau tak perlu tahu aku berada di mana. Setidaknya kau harus tahu diri jika sahabatmu ini sudah menikah denganku. Jauhi Eleanore!" "Tidak bisa, Tuan Ken yang terhormat. Bukanlah satu tahun lalu aku pernah mengatakan jika kau sampai membuat Eleanore terluka maka aku yang a
Ken menatap layar datar di tabletnya dengan antusias, dia memerhatikan segala gerak gerik wanita yang ada di sana. Dia sedang melihat Eleanore melalui cctv yang sengaja dia pasang di kamar sang istri. Jauh di hatinya dia ingin sekali memeluk wanita tersebut, tetapi lagi-lagi jika dia ingat peristiwa menimpa Ludric dan Naval membuat kebenciannya timbul kembali."Kau mencintai istrimu, bukan?" tanya seorang wanita yang datang dari arah pintu sembari membawa sebotol minuman keras."Diamlah dan jangan ingin tahu masalahku," jawab Ken ketus dengan pandangan yang tak lepas dari tabletnya."Bagaimana aku bisa diam, Ken? Kalau ke sini hanya untuk duduk seharian lalu memandang tabletmu untuk mengawasi istrimu di kamarnya. Aku bosan kalau kau terus begini," katanya seraya memeluk leher Ken dengan mesra."Diamlah Kim! Aku tak mau diganggu," dengkus Ken menangkis tangan Kimberly kasar lalu menyuruh wanita itu pergi menjauh."Jika kau tak mau diganggu olehku. Jangan datang ke sini setiap hari seak
("Lihat di sekeliling kamar anda juga, Nona.")("Saya tidak bisa ke paviliun tapi entah kenapa perasaan saya mengatakan jika ada sesuatu di sana.")Eleanore sudah sampai di kamar pribadinya, dia menutup pintu lalu menguncinya. Dia tahu Ken tak akan pulang malam ini, karena pria itu sedang pergi keluar kota. Dia harus mencari benda tersebut di area manapun.Eleanore segera mengambil ponsel dan menghubungi kedua pengawalnya yang terpisah jauh darinya. Andai saja Hellen dan Justin ada di sini, mereka akan lekas menemukan keberadaan benda tersebut. ("Nona, anda baik-baik saja?") Terdengar nada panik saat Eleanore menghubunginya."Iya aku baik-baik saja. Aku hanya ingin menanyakan sesuatu, Hellen," jawab Eleanore melihat ke sekeliling seakan ada yang mengawasi.("Oh syukurlah anda tidak apa-apa, Nona.") Terdengar suara yang begitu menggembirakan. Hellen merindukan sang nona.("Anda ingin bertanya apa, Nona?")"Hellen, biasanya kamera pengawas diletakkan di mana jika itu berada di kamar da
Hellen dan Julian disidang oleh Naval dan Jaquavius. Mereka telah berbohong kepada majikannya mengenai Eleanore yang kehilangan bayinya. Ius dan Naval begitu marah kepada kedua pengawal tersebut yang berani menutupi masalah ini."Alasan apa yang kalian berikan kepada kami, Hellen? Kenapa kalian menyembunyikan ini semuanya?""Kami tak bermaksud berbohong kepada anda, Tuan Besar. Kami terpaksa melakukannya karena tuan muda Jason dan nona melarang," ucap Julian membantu memberi penjelasan."Jason? Jadi dia juga tahu?" Naval sampai tak bisa berkata apapun lagi. Ketika dia sibuk menyelesaikan masalahnya sendiri, dia malah melupakan Eleanore yang lebih butuh perhatian."Kasihan anak itu," ratap Jaquavius menghembuskan napas lalu mengepalkan tangannya.Hellen memagutkan kepala dan Julian memegang tangan Hellen, dia tahu gadis itu takut melihat tatapan Naval yang menusuk."Tak seharusnya kalian menyembunyikan hal ini pada kami, Hellen ... Julian Justin!" Ada perasaan kecewa kepada dua orang
"Selamat pagi, Nona Eleanore."Seorang wanita menyambut kedatangan Eleanore dengan ramah lalu mengiringi langkah sang nona menuju suatu ruangan. Eleanore berjalan tampak anggun, dress yang dipakainya menarik pandangan semua orang bukan karena mahal, tetapi pakaian itu hasil rancangan dirinya sendiri.Sudah dua tahun ini Eleanore menekuni bidang fashion dan sesekali mengajari anak-anak panti asuhan belajar bermain Cello juga piano. Eleanore benar-benar berubah, dia menjelma menjadi wanita yang kuat dan pekerja keras."Apa agenda pekerjaanku hari ini, Anne?" tanya Eleanore sembari duduk di kursi kerjanya."Sampai esok lusa, tidak ada agenda penting, Nona. Semua sudah teratasi. Agenda padat di tanggal 1 bertepatan dengan tahun baru.""Syukurlah aku bisa istirahat. Aku lelah dan ingin merebahkan tubuhku di kasur, Anne," kata Eleanore menghirup napas panjang lalu menggeliat melepas lelah."Ya anda perlu mengistirahatkan tubuh anda, Nona. Hampir satu bulan ini banyak kegiatan yang menghabis
Eleanore jatuh tersungkur di hadapan dokter yang menangani Ken. Pria yang dia acuhkan dan dia diamkan selama satu tahun ini mengalami luka dalam cukup parah hingga membutuhkan donor darah rhesus negatif, darah yang sulit dicari dan rumah sakit kehabisan stok."Darah saya sama seperti tuan Ken, Nona. Biar saya yang mendonorkan darah," kata Justin mengajukan diri.Beruntung sekali Ken bisa terselamatkan berkat donor darah dari Justin sang pengawal Eleanore. Namun meskipun darah sudah didapat, Ken tidak akan siuman dalam waktu sebentar. Ken dinyatakan mengalami koma dan para dokter tidak bisa memastikan kapan pria itu terjaga."Lakukan apa saja untuk keponakanku. Berapa biayapun akan kami bayarkan!""Maaf, Raja. Bukannya kami tidak bisa menyelamatkan Tuan Ken, tetapi luka dalam yang menyentuh organ vitalnya membuat Tuan Ken tak sadarkan diri," ungkap Dokter Jamie memberi penerangan.Henryco pun terlihat syok mendengarkan penuturan sang dokter. Mereka tak menyangka jika dua peluru di tubu
Hampir satu tahun setengah Ken bolak balik dari kediamannya ke tempat tinggal Eleanore di desa terpencil. Tak masalah bagi Ken asal dia bisa melihat kesembuhan sang istri meski Eleanore hanya sepatah dua kata mengajaknya berbicara. Toh ... bagi Ken itu adalah kemajuan luar biasa.Seperti saat ini ketika waktu berkunjung Ken di hari Kamis hingga Minggu, Eleanore menunggu di depan pintu dan berharap pria itu membawa makanan dari kota atau cokelat yang dibeli Belinda di luar negeri. Di hari itu Eleanore tak bisa diganggu oleh apapun."Ayah senang kau akhirnya mau menerima Ken sebagai menantumu, Naval. Lihatlah putrimu, dia kembali jatuh cinta dengan suaminya.""Terima kasih sudah berdamai dengan masa lalu, Ken," ucap Jaquavius melihat Eleanore dari tangga. Kadang dia turut menemani Eleanore menunggu Ken."Berdamai itu susah, Yah. Aku masih belajar dan awalnya memang berat, tetapi melihat ketulusan Ken akhirnya aku menyadari tak ada manusia yang luput dari kesalahan."Jaquavius dan Naval
"Kau akan pulang, Jas? Kapan kau akan kembali ke sini?""Bulan depan. Tunggu aku di sini. Jika kau mau dibelikan sesuatu, telepon saja aku dan akan kukirim segera."Percakapan Jason dan Eleanore di depan gerbang membuat Ken tersisih dari pikiran sang istri. Seberusaha apapun dia mencoba untuk mendekati atau sekedar duduk saja di sebelahnya, Eleanore tetap mengacuhkannya seakan-akan dirinya tak ada."Tidak usah. Aku senang jika kau sering mengunjungiku," ucap Eleanore penuh semangat, tetapi tidak dengan Ken. Dia mencelos dan tak berdaya."Oke sekarang aku pergi ya. Jaga kesehatanmu," kata Jason memeluk Eleanore erat untuk terakhir kalinya. Dia mungkin akan kembali ke sini dalam waktu yang tidak ditentukan. Jason tak mau menganggu Ken yang sedang berusaha memperbaiki hubungannya dengan Eleanore."Ken, ingat apa yang sudah aku sampaikan padamu. Jika kau melakukannya lagi maka kan kubawa Eleanore ke tempat kau tak pernah menemukannya," ujar Jason memberi peringatan ultimatum.Ken hanya me
Tinggal dua bab lagi menuju tamat. Mau happy Ending atau Sad Ending? "Kau sedang apa di sini?""Kenapa kau membawa pria ini?"Naval maupun yang lainnya tidak menyangka sama sekali jika malam ini mereka kedatangan dua orang pria. Jaquavius memandang geram salah satu pria yang berdiri di ambang pintu dan ingin mengusir pergi."Coba jelaskan pada kami, Jas. Kau tahu dari mana mengenai tempat ini? Atau jangan katakan kalau kau meminta tolong pada ayahmu yang mafia itu," tuding Naval pada Jason yang datang malam itu.Keterdiaman Jason serta anggukan kepalanya membuat Naval menggeram kesal sekaligus marah. Keluarga Jason Georgeus selalu menemukan orang yang bersembunyi bahkan di tanah sekalipun."Usir mereka dari sini, Smith. Panggil pengawal jika mereka tak mau pergi," usir Jaquavius secara kasar.Pria di samping Jason yang sedari tadi hanya terdiam akhirnya bersuara dengan lirih. Jaquavius dan Naval memalingkan wajah mereka sedangkan Smith hampir menelepon pengawal, tetapi Jason menggele
Sudah hampir dua bulan ini Ken tak bisa menemukan keberadaan Eleanore. Tak seorang pun dapat mencari ke mana perginya sang istri. Bagi Ken, Eleanore tetaplah istrinya sebab dia tak pernah memberi tanda tangan di berkas penceraian tersebut."Kau ada di mana, El? Aku menyesali tindakanku."Meski dia sudah berulang kali ke kastil, tak ada yang bisa dia cari di sana. Naval maupun Jaquavius pun tidak mau memberitahu keberadaan Eleanore. Ken tahu jika keluarga Ulmer menyembunyikan sang istri dan sialnya mereka bekerja sama dengan sang ayah. "Mereka menghukumku dengan cara seperti ini."Ken sadar selama ini apa yang dia pikirkan mengenai sang kakak adalah salah besar. Dia terlalu menyayangi Ludric hingga rasa posesif terhadap sang kakak membawa dirinya salah menilai.Ketika semua terungkap dan pelan-pelan dia bisa menerima kenyataan tentang jati diri Ludric yang sebenarnya. Saat masa kanak-kanak, dia hanya berpikir betapa baik dan sayangnya sang kakak tanpa tahu perilaku kejahatan yang dila
Eleanore merasa hidupnya tiada arti. Dia kehilangan bayi di usia kandungan muda, kehilangan ibu yang baru saja ditemui, menerima kenyataan jika sang kakak Naval adalah ayah kandungnya selama ini dan yang paling menyakitkan adalah pria yang dicintai menyiksa sang ibu di penjara."Bagaimana aku bisa hidup, Bu? Aku sudah mencintai orang yang salah.""Apa yang harus aku lakukan?""Andai aku tak menikahi pria itu, apa aku masih bisa melihatmu lebih lama?"Eleanore selalu memendam semua masalah di dalam pikirannya, tak pernah bisa mengungkapkan apapun yang ingin dikatakan dan tak bisa meluapkan emosi melalui kata-kata. Eleanore terlihat bahagia dan seolah tak memiliki hal sulit, tetapi kenyataan dia menyimpan masalah-masalahnya mulai dari kecil. Tanpa disadari dirinya akan berdampak pada kejiwaannya.Dihempas begitu banyak masalah yang melukai perasaannya dan tak bisa mengutarakan isi hatinya membuat Eleanore memilih diam hingga jiwanya terganggu dan mengalami depresi akut."Apa yang terja
"Aku tak percaya."Ken menyangkal semua perkataan paman dan ayahnya mengenai kakak tercinta. Di mata Ken sendiri sang kakak adalah idola dan sosok yang sempurna. Kakak yang bertutur lembut dan berperilaku baik. Ken amat menyayangi Ludric yang memberinya kasih sayang setelah kematian sang ibu dan ayahnya yang sibuk bekerja. Ludric menuruti semua keinginan Ken meski caranya salah."Kau masih belum percaya dengan perkataan ayah dan pamanmu, Ken?""Bukti sudah ada mengenai kejahatan kakakmu. Lalu apa lagi yang ingin kau lakukan?" Henryco ikut menimpali perkataan sang adik.Ken membaca berulang kali berkas mengenai semua kasus tentang Ludric. Mulai dari masa kecil hingga menjelang kematiannya. Ludric tak bisa ditangkap hanya diinterogasi lalu dibebaskan. "Kau selalu menganggap Ludric sosok yang baik di matamu, Ken. Kau tak pernah melihat sosok lain dalam diri kakakmu. Dia tak segan melakukan keinginannya dengan cara licik," ujar Mario memberitahu kebenarannya."Jika Ludric berbuat salah,
Di lembaga pemasyarakatan Naval mengunjungi Kevin. Dia ingin menyapa sekaligus sekedar berbincang-bincang mengenai masa lalu mereka. Kevin divonis seumur hidup setelah melakukan pembunuhan Ludric beberapa tahun lalu."Apa kabarmu, Kevin?" tanya Naval sembari menuangkan segelas bir dan rokok untuk orang yang dia anggap teman dulu."Ya beginilah keadaanku," ujar Kevin menyunggingkan senyum.Naval meminum birnya lalu menyalakan rokok. Hal yang sama dilakukan Kevin. Kedua pria itu saling memandang hujan deras melalui kaca jendela lapas. Naval meminta ada ruangan khusus untuknya bersama Kevin."Kenapa kau baru mengakui kesalahanmu setelah dua puluh tahun berlalu?" tanya Naval tanpa menatap Kevin."Aku sudah lelah harus hidup dalam lumpur dosa dan bersembunyi dari masa lalu," aku Kevin dengan jujur."Tapi kau tak lelah ketika membunuh Ludric, bukan? Kudengar dari pihak pengadilan, kau memang sengaja merencanakan pembunuhan tersebut lalu menyalakan Celeste?""Aku terpaksa melakukannya, Naval