Setelah menjenguk Celeste di rumah sakit terpencil, anggota keluarga Ulmer segera mengadakan rapat kecil bersama lainnya. Mereka membahas mengenai kasus Celeste juga membawa pulang kembali Eleanore dari kediaman Montgemery.Sementara Celeste berada di pulau bersama beberapa pengawal, Naval belum bisa mengajak sang kekasih kembali ke kota mengingat wanita itu masih dalam status narapidana. Celeste paham dan mendoakan yang terbaik untuk mereka semuanya."Andai saja kala itu aku tak ke sana. Mungkin saja saat ini aku bersama anakku."Terbayang peristiwa dua puluh tahun silam saat dia harus kehilangan sang buah hati dan melahirkan di dalam penjara. Selain tak bisa menghirup udara bebas, dia pun tak bisa menghadiri pemakaman sang kakak yang tewas dalam kebakaran bahkan untuk menemui keponakannya sekalipun tak diperbolehkan.Peristiwa yang menghancurkan semua masa depan serta kebahagiannya. Meski memohon pengampunan tetap saja sang raja tak bisa memberi kebebasan atau keringanan hukuman. Na
["Ayah baik-baik saja. Jangan mencemaskan ayah, Nak."]["Tak perlu takut akan ancaman suamimu yang ingin melaporkan kekayaan ayah."]["Nak, ada satu rahasia yang harus kau ketahui kelak mengenai jati dirimu yang sebenarnya. Pelan-pelan kami akan memberitahumu. Bersabarlah."]["Jaga kesehatanmu setelah kau kehilangan bayimu, Nak."]Aku melipat kembali surat yang diselipkan ayah di saku gaunku. Beruntung tak ada Ken saat aku membaca. Aku tak mau Ken sampai tahu dan merampas surat tersebut terlebih lagi aku tidak ingin jika ada hal buruk yang menimpa keluargaku.Ternyata ayah dan keluargaku lainnya sudah mengetahui berita keguguran yang kualami. Entah siapa yang memberitahu mereka dan yang pasti bukanlah Hellen atau Justin."Kau ingin pergi ke pusat perbelanjaan, El?"Suara Belinda mengejutkanku, bergegas aku menyimpan surat itu di bawah bantal dan tak ingin adik iparku ini mengetahuinya. Aku memang ceroboh membiarkan pintu kamar terbuka dan gadis itu pun bisa leluasa memasuki kamar."Ak
Makan malam ini teramat membosankan bagi Ken. Tak ada hal yang istimewa di hari ulang tahunnya. Ken hanya ditemani oleh Nthanael sedangkan Rebecca Kim sudah meninggalkannya dan memilih pergi bersama pengusaha dari Timur Tengah yang kaya serta bisa membuat wanita itu bahagia."Apa kau tak mau pulang, Ken? Di rumah ayahmu serta adikmu sudah menyiapkan acara kecil untukmu. Pulanglah dan temani istrimu," ucap Nthanael di sampingnya yang ikut makan malam."Tidak usah peduli denganku, Nthan. Bukankah kau akan pergi bersama Mariam sesaat lagi?" "Jika kau memerlukanku malam ini, aku akan membatalkan acaraku bersamanya," ujar Nthanael merasa tak enak hati karena harus meninggalkan Ken seorang diri di apartemen."Tidak perlu. Pergilah berkencan dan nikmati malammu bersama Mariam," jawab Ken sembari menggeser kursi lalu beranjak pergi meninggalkan ruang makan.Ken menyusuri lorong apartemen menuju kamar pribadinya di lantai atas. Sembari menunggu terbukanya lift, Ken membuka aplikasi pengintai
Eleanore mengira jika kepulangan Ken akan membuat pria itu kembali padanya atau setidaknya bisa memperbaiki hubungan mereka sebagai sepasang suami istri, tetapi kali ini dia dibuat kecewa lagi. Ken mendadak berubah dalam sekejab seakan memiliki dua kepribadian yang berbeda."Nona, anda mau ke mana sepagi ini?" tanya salah satu pelayan yang melihat Eleanore mengemasi kopernya."Aku mau pulang sebentar, Sea.""Apa anda sudah ijin pada tuan besar Mario dan tuan muda Ken, Nona?" Sea terlihat ketakutan karena tak ingin terjadi masalah."Tenanglah, Sea. Aku sudah meminta ijin," jawabnya menyinggungkan senyum.Hari ini Eleanore bertekad mengungkit jati dirinya melalui sang ayah dan anggota keluarga lainnya. Dia berhak tahu siapa ibu kandungnya dan juga siapa Jaquavius. Eleanore begitu terkejut mengetahui kenyataan tentang dirinya melalui surat yang diberikan Hellen."Nona, anda baik-baik saja?" tanya Sea saat melihat Eleanore melamun sesaat."Hmm .... tentu saja. Aku tidak apa-apa, Sea," jaw
Mata yang terpejam lama itu terbuka pelan. Sesaat dia memandang langit-langit kamarnya dan berusaha duduk meski kepalanya masih terasa pusing. Dia ingat kejadian tadi pagi yang mengejutkan dan menemukan fakta mengenai kelahirannya."Nona, anda sudah bangun?" Wanita tua yang sedari tadi duduk di sofa langsung beranjak dan menghampiri sang nona."Nona Eleanore, anda tidak boleh langsung duduk. Anda akan merasakan pusing," katanya seraya mencoba mengajak sang nona membaringkan tubuhnya."Aku lelah tidur terus, Bibi Brigith," ujar Eleanore kembali untuk duduk. Dia merasa pegal di punggungnya."Memangnya berapa lama aku pingsan, Bi?" tanya Eleanore memijit keningnya."15 jam, Nona.""Lama sekali aku pingsan, Bi. Pantas aku merasakan pegal di sekujur tubuh," kata Eleanore mencoba bangkit dan berdiri sembari memijit pundak sendiri"Nona mau ke mana?" Brigith mengikuti langkah Eleanore menuju balkon.Eleanore membuka jendela balkonnya lalu menghirup udara tengah malam. Dipandanginya taman bun
Henryco---sang raja dan Mario saling bertemu di kerajaan. Belinda berkehendak meninggalkan sang ayah bersama pamannya dan membiarkan mereka berdua, tetapi Mario menginginkan dirinya untuk tetap berada di ruangan ini."Biarkan dia tahu, Kak. Belinda berhak tahu rahasia keluarga kita ini," ujar Mario."Ayah mengajakku ke sini untuk membicarakan apa? Sepertinya ada yang serius," sahut Belinda merapatkan duduknya di sebelah sang ayah."Ini mengenai Ludric. Kau harus tahu mengenai kematiannya," kata sang paman sekaligus raja yang pemimpin negara."Ayah sudah pernah menceritakannya mengenai tuduhan yang salah kepada pembunuh Ludric, tetapi ayah tak mendetail. Apa kita membahas hal ini, Paman?""Iya kau benar, Bel. Kami akan menceritakan kebenaran yang sesungguhnya agar kau tak terkejut nanti ketika berita ini menyebar dan berharap kau dapat melindungi Eleanore," imbuh sang ayah."Eleanore? Kenapa harus melibatkan Eleanore? Apa karena kekasih Naval yang membunuh Ludric? Tapi bukankah tak ada
Canggung. Itulah yang dirasakan Eleanore di meja makan sekarang. Semua berkumpul untuk sarapan pagi. Jaquavius begitu senang ketika melihat anak dan juga ... cucunya berkumpul bersama. Tak apa dunia tahu mengenai jati dirinya.Eleanore menatap satu persatu anggota keluarganya. Mengingat kejadian kemarin memang tak mudah. Apa lagi harus menghadapi kenyataan yang sesungguhnya. Namun dirinya bukanlah tipe orang yang pendendam, hanya saja dia masih belum siap menerima semuanya."Makanlah, Elea. Biasanya kau menyukai masakan bibi Brigith," goda Esperanza melihat piring Eleanore yang sedikit."Apa kau sedang diet? Ingatlah aku tak suka kalau dirimu menurunkan berat badan," timpal Smith seraya mengambilkan kentang, dua iris daging sapi dan sup sayur."Terima kasih. Tapi ini sudah cukup," sahut Eleanore salah tingkah seraya mengedarkan pandangannya ke depan. Kursi yang biasanya ditempati Naval."Naval sedang berada di kamar ibumu. Mereka akan ke sini sebentar lagi," jawab Jaquavius tahu jika
"Sampai kapan kau akan mendiamkanku, Eleanore? Belum cukupkah kau menguras kesabaranku dengan cara kabur ke rumah ayahmu?"Sejak Ken memaksa Eleanore pulang ke paviliun, Ken mendapati sang istri diam dan tak mau memandang dirinya hingga pagi ini. Eleanore memilih tidur di ruang tamu daripada satu ranjang dengan pria tak berperasaan."Apa ayah yang mengijinkanmu kemarin?" tanya Ken menghampiri Eleanore di ruang tamu sembari menatap layar televisi."Ayah Mario yang memberiku ijin pulang. Memangnya ada masalah, Ken?" Eleanore balik bertanya tanpa mau melihat Ken yang berdiri di sampingnya dengan geram."Bukankah sudah kukatakan. Jangan pernah pulang ke sana tanpa seijinku!" Ken mulai menampakkan kemarahannya. Dia duduk lalu menatap tajam ke arah Eleanore yang sedari tadi menonton berita."Lebih baik mereka yang ke sini daripada dirimu ke kastil," tambah Ken mengepalkan tangan saat Eleanore seakan tak peduli dengan perkataannya.Sebenarnya Eleanore mendengar kemarahan Ken kepada dirinya,
"Selamat pagi, Nona Eleanore."Seorang wanita menyambut kedatangan Eleanore dengan ramah lalu mengiringi langkah sang nona menuju suatu ruangan. Eleanore berjalan tampak anggun, dress yang dipakainya menarik pandangan semua orang bukan karena mahal, tetapi pakaian itu hasil rancangan dirinya sendiri.Sudah dua tahun ini Eleanore menekuni bidang fashion dan sesekali mengajari anak-anak panti asuhan belajar bermain Cello juga piano. Eleanore benar-benar berubah, dia menjelma menjadi wanita yang kuat dan pekerja keras."Apa agenda pekerjaanku hari ini, Anne?" tanya Eleanore sembari duduk di kursi kerjanya."Sampai esok lusa, tidak ada agenda penting, Nona. Semua sudah teratasi. Agenda padat di tanggal 1 bertepatan dengan tahun baru.""Syukurlah aku bisa istirahat. Aku lelah dan ingin merebahkan tubuhku di kasur, Anne," kata Eleanore menghirup napas panjang lalu menggeliat melepas lelah."Ya anda perlu mengistirahatkan tubuh anda, Nona. Hampir satu bulan ini banyak kegiatan yang menghabis
Eleanore jatuh tersungkur di hadapan dokter yang menangani Ken. Pria yang dia acuhkan dan dia diamkan selama satu tahun ini mengalami luka dalam cukup parah hingga membutuhkan donor darah rhesus negatif, darah yang sulit dicari dan rumah sakit kehabisan stok."Darah saya sama seperti tuan Ken, Nona. Biar saya yang mendonorkan darah," kata Justin mengajukan diri.Beruntung sekali Ken bisa terselamatkan berkat donor darah dari Justin sang pengawal Eleanore. Namun meskipun darah sudah didapat, Ken tidak akan siuman dalam waktu sebentar. Ken dinyatakan mengalami koma dan para dokter tidak bisa memastikan kapan pria itu terjaga."Lakukan apa saja untuk keponakanku. Berapa biayapun akan kami bayarkan!""Maaf, Raja. Bukannya kami tidak bisa menyelamatkan Tuan Ken, tetapi luka dalam yang menyentuh organ vitalnya membuat Tuan Ken tak sadarkan diri," ungkap Dokter Jamie memberi penerangan.Henryco pun terlihat syok mendengarkan penuturan sang dokter. Mereka tak menyangka jika dua peluru di tubu
Hampir satu tahun setengah Ken bolak balik dari kediamannya ke tempat tinggal Eleanore di desa terpencil. Tak masalah bagi Ken asal dia bisa melihat kesembuhan sang istri meski Eleanore hanya sepatah dua kata mengajaknya berbicara. Toh ... bagi Ken itu adalah kemajuan luar biasa.Seperti saat ini ketika waktu berkunjung Ken di hari Kamis hingga Minggu, Eleanore menunggu di depan pintu dan berharap pria itu membawa makanan dari kota atau cokelat yang dibeli Belinda di luar negeri. Di hari itu Eleanore tak bisa diganggu oleh apapun."Ayah senang kau akhirnya mau menerima Ken sebagai menantumu, Naval. Lihatlah putrimu, dia kembali jatuh cinta dengan suaminya.""Terima kasih sudah berdamai dengan masa lalu, Ken," ucap Jaquavius melihat Eleanore dari tangga. Kadang dia turut menemani Eleanore menunggu Ken."Berdamai itu susah, Yah. Aku masih belajar dan awalnya memang berat, tetapi melihat ketulusan Ken akhirnya aku menyadari tak ada manusia yang luput dari kesalahan."Jaquavius dan Naval
"Kau akan pulang, Jas? Kapan kau akan kembali ke sini?""Bulan depan. Tunggu aku di sini. Jika kau mau dibelikan sesuatu, telepon saja aku dan akan kukirim segera."Percakapan Jason dan Eleanore di depan gerbang membuat Ken tersisih dari pikiran sang istri. Seberusaha apapun dia mencoba untuk mendekati atau sekedar duduk saja di sebelahnya, Eleanore tetap mengacuhkannya seakan-akan dirinya tak ada."Tidak usah. Aku senang jika kau sering mengunjungiku," ucap Eleanore penuh semangat, tetapi tidak dengan Ken. Dia mencelos dan tak berdaya."Oke sekarang aku pergi ya. Jaga kesehatanmu," kata Jason memeluk Eleanore erat untuk terakhir kalinya. Dia mungkin akan kembali ke sini dalam waktu yang tidak ditentukan. Jason tak mau menganggu Ken yang sedang berusaha memperbaiki hubungannya dengan Eleanore."Ken, ingat apa yang sudah aku sampaikan padamu. Jika kau melakukannya lagi maka kan kubawa Eleanore ke tempat kau tak pernah menemukannya," ujar Jason memberi peringatan ultimatum.Ken hanya me
Tinggal dua bab lagi menuju tamat. Mau happy Ending atau Sad Ending? "Kau sedang apa di sini?""Kenapa kau membawa pria ini?"Naval maupun yang lainnya tidak menyangka sama sekali jika malam ini mereka kedatangan dua orang pria. Jaquavius memandang geram salah satu pria yang berdiri di ambang pintu dan ingin mengusir pergi."Coba jelaskan pada kami, Jas. Kau tahu dari mana mengenai tempat ini? Atau jangan katakan kalau kau meminta tolong pada ayahmu yang mafia itu," tuding Naval pada Jason yang datang malam itu.Keterdiaman Jason serta anggukan kepalanya membuat Naval menggeram kesal sekaligus marah. Keluarga Jason Georgeus selalu menemukan orang yang bersembunyi bahkan di tanah sekalipun."Usir mereka dari sini, Smith. Panggil pengawal jika mereka tak mau pergi," usir Jaquavius secara kasar.Pria di samping Jason yang sedari tadi hanya terdiam akhirnya bersuara dengan lirih. Jaquavius dan Naval memalingkan wajah mereka sedangkan Smith hampir menelepon pengawal, tetapi Jason menggele
Sudah hampir dua bulan ini Ken tak bisa menemukan keberadaan Eleanore. Tak seorang pun dapat mencari ke mana perginya sang istri. Bagi Ken, Eleanore tetaplah istrinya sebab dia tak pernah memberi tanda tangan di berkas penceraian tersebut."Kau ada di mana, El? Aku menyesali tindakanku."Meski dia sudah berulang kali ke kastil, tak ada yang bisa dia cari di sana. Naval maupun Jaquavius pun tidak mau memberitahu keberadaan Eleanore. Ken tahu jika keluarga Ulmer menyembunyikan sang istri dan sialnya mereka bekerja sama dengan sang ayah. "Mereka menghukumku dengan cara seperti ini."Ken sadar selama ini apa yang dia pikirkan mengenai sang kakak adalah salah besar. Dia terlalu menyayangi Ludric hingga rasa posesif terhadap sang kakak membawa dirinya salah menilai.Ketika semua terungkap dan pelan-pelan dia bisa menerima kenyataan tentang jati diri Ludric yang sebenarnya. Saat masa kanak-kanak, dia hanya berpikir betapa baik dan sayangnya sang kakak tanpa tahu perilaku kejahatan yang dila
Eleanore merasa hidupnya tiada arti. Dia kehilangan bayi di usia kandungan muda, kehilangan ibu yang baru saja ditemui, menerima kenyataan jika sang kakak Naval adalah ayah kandungnya selama ini dan yang paling menyakitkan adalah pria yang dicintai menyiksa sang ibu di penjara."Bagaimana aku bisa hidup, Bu? Aku sudah mencintai orang yang salah.""Apa yang harus aku lakukan?""Andai aku tak menikahi pria itu, apa aku masih bisa melihatmu lebih lama?"Eleanore selalu memendam semua masalah di dalam pikirannya, tak pernah bisa mengungkapkan apapun yang ingin dikatakan dan tak bisa meluapkan emosi melalui kata-kata. Eleanore terlihat bahagia dan seolah tak memiliki hal sulit, tetapi kenyataan dia menyimpan masalah-masalahnya mulai dari kecil. Tanpa disadari dirinya akan berdampak pada kejiwaannya.Dihempas begitu banyak masalah yang melukai perasaannya dan tak bisa mengutarakan isi hatinya membuat Eleanore memilih diam hingga jiwanya terganggu dan mengalami depresi akut."Apa yang terja
"Aku tak percaya."Ken menyangkal semua perkataan paman dan ayahnya mengenai kakak tercinta. Di mata Ken sendiri sang kakak adalah idola dan sosok yang sempurna. Kakak yang bertutur lembut dan berperilaku baik. Ken amat menyayangi Ludric yang memberinya kasih sayang setelah kematian sang ibu dan ayahnya yang sibuk bekerja. Ludric menuruti semua keinginan Ken meski caranya salah."Kau masih belum percaya dengan perkataan ayah dan pamanmu, Ken?""Bukti sudah ada mengenai kejahatan kakakmu. Lalu apa lagi yang ingin kau lakukan?" Henryco ikut menimpali perkataan sang adik.Ken membaca berulang kali berkas mengenai semua kasus tentang Ludric. Mulai dari masa kecil hingga menjelang kematiannya. Ludric tak bisa ditangkap hanya diinterogasi lalu dibebaskan. "Kau selalu menganggap Ludric sosok yang baik di matamu, Ken. Kau tak pernah melihat sosok lain dalam diri kakakmu. Dia tak segan melakukan keinginannya dengan cara licik," ujar Mario memberitahu kebenarannya."Jika Ludric berbuat salah,
Di lembaga pemasyarakatan Naval mengunjungi Kevin. Dia ingin menyapa sekaligus sekedar berbincang-bincang mengenai masa lalu mereka. Kevin divonis seumur hidup setelah melakukan pembunuhan Ludric beberapa tahun lalu."Apa kabarmu, Kevin?" tanya Naval sembari menuangkan segelas bir dan rokok untuk orang yang dia anggap teman dulu."Ya beginilah keadaanku," ujar Kevin menyunggingkan senyum.Naval meminum birnya lalu menyalakan rokok. Hal yang sama dilakukan Kevin. Kedua pria itu saling memandang hujan deras melalui kaca jendela lapas. Naval meminta ada ruangan khusus untuknya bersama Kevin."Kenapa kau baru mengakui kesalahanmu setelah dua puluh tahun berlalu?" tanya Naval tanpa menatap Kevin."Aku sudah lelah harus hidup dalam lumpur dosa dan bersembunyi dari masa lalu," aku Kevin dengan jujur."Tapi kau tak lelah ketika membunuh Ludric, bukan? Kudengar dari pihak pengadilan, kau memang sengaja merencanakan pembunuhan tersebut lalu menyalakan Celeste?""Aku terpaksa melakukannya, Naval