Wajah berseri ditunjukkan Ken pagi ini. Mario sang ayah maupun adiknya tampak terheran melihat Ken bernyanyi dan bersiul. Hannah sang adik tercengang menyaksikan kakak tercintanya berubah dalam semalam sejak makan bersama anak perdana menteri."Kurasa anak perdana menteri itu disukai olehmu, Ken?" tanya Mario menatap Ken yang sumringah, ia bahkan menaruh alat makannya hanya untuk mendengarkan cerita pertemuan semalam."Iya cerita pada kami. Aku dan ayah juga ingin tahu. Yang aku dengar-dengar dari para gadis lainnya kalau anak bungsu keluarga Ulmer itu sangat pendiam dan tidak mudah didekati," beritahu Hanna mengenai gosip dari kalangan anak bangsawan lainnya."Kau memang benar, Hanna. Gadis yang tidak pura-pura, ia memang tak banyak bicara dan terkesan acuh. Itulah yang membuatku penasaran dengannya," jawab Ken."Jadi kau setuju dengan perjodohan ini, Ken? Tuan Ulmer sudah menyetujuinya jika kau memang menginginkan gadis itu menjadi istrimu," timpal Mario menyoal tentang pembicaraan
Aku membuka mata dan mendapati di sebuah kamar inap rumah sakit. Aku tidak tahu berapa lama mataku terpejam dan tak menyadari jika kedua pria ini yang menunggu sejak tadi. Aroma obat memenuhi ruang pernapasanku dan itu membuatku mengingat masa kecil ketika sakit.Usia tujuh tahun aku terkena demam sebab bermain hujan bersama Hellen dan Julian. Pada akhirnya aku mengalami demam parah sedangkan kedua sahabatku itu dalam keadaan baik-baik saja. Berbeda denganku, aku harus masuk rumah sakit selama tiga hari. Ayah tak hanya menghukum Hellen dan Julian melainkan diriku.["Kau tahu, Elea. Anak-anak Ulmer tidak boleh sakit. Mereka harus kuat. Tahan rasa sakit itu."]Sekali saja ayah menjenguk dan memarahiku. Ketiga kakakku yang bergantian menjaga dan bibi Brigith. Sejak saat itu aku tak boleh sakit dan tak mau kedua sahabatku disalahkan karena aku sakit. Tubuh ini harus kuat menghadapi udara apapun."Kau sudah tersadar? Kau sungguh membuatku takut, Elea."Itu suara Jason yang nadanya memekakk
Tangan kekar itu membuka pintu dan perlahan masuk ke sebuah ruangan yang dipenuhi alat musik mendiang istrinya. Ia menyalakan saklar lampu di sebelah pintu. Ada perasaan rindu menyergap di relung hatinya dan kenangan manis kembali hadir tepat di depan mata, ia menyunggingkan senyum hangat ketika bayangan seorang wanita memainkan alat musiknya dengan suara merdunya."Erendira, sudah dua puluh tahun kau pergi dari hidupku dan tak pernah sedetik pun aku melupakanmu.""Apa kau merindukanku, Ere?"Jaquavius atau Ius menatap hampa ruangan yang selalu menjadi tempat mereka menghabiskan waktu berdua dengan memainkan musik, bernyanyi dan berdansa bersama. Kenangan yang selalu hadir dalam ingatannya selama puluhan tahun ini."Andai saja kau menyetujui perkataanku waktu itu. Mungkin kau ada di sini bersama ketiga anak kita. Kau membuatku harus mengambil keputusan berat mengenai bayi itu. Bayi yang sangat kau harapkan kelahirannya dan juga membuatmu harus pergi."Ius berjalan pelan menuju tengah
Aliran sungai ini begitu jernih dan ikan-ikan saling berebut makan seakan sedang berlomba untuk mendapatkan yang kuberikan pada mereka. Aku menyukai tempat ini dan berharap dapat tinggal di sini selamanya bersama orang yang kucintai kelak. Namun apakah hal itu ada? Aku sendiri saja sangsi.Udara di sini masih bersih tanpa ada polusi meski tak ada jalanan beraspal, tetapi beberapa warga memodifikasi kendaraan beroda empat dengan menggunakan tenaga surya untuk mengangkut barang atau hasil bumi dan dijual ke kota. Di desa ini sama seperti desa lainnya yaitu memiliki kepala desa dan susunannya untuk mengurus keperluan para warga yang jumlahnya tak sebanyak di desa sebelah. Tempat ini satu-satunya yang bisa dilalui mobil, akan tetapi membutuhkan waktu lama dan memutari bukit. Sedangkan jalan pintas hanya perlu dua puluh sampai setengah jam.Aku menemukan tempat ini tanpa sengaja saat Jason mengajakku bermain di hutan belakang kampus yang memang tak boleh dikunjungi. Dasar kami yang bosan
"Bagaimana kau bisa kehilangan gadis itu, Ius? Ia tidak tahu dunia luar sama sekali.""Dan kalian sudah lengah menjaga nona kalian. Kalian pantas dihukum."Julian berusaha melindungi Hellen yang hendak dibawa oleh salah satu pengawal kakak dari sang tuan. Pedro Lucas Ulmer menantu kerajaan dan menguasai beberapa wilayah karena perusahaan yang dipegangnya menjadi satu-satunya penghasil bumi."Saya yang salah karena sudah lengah menjaga nona muda, Tuan. Hellen tidak tahu apapun sebab pada saat kejadian ia tak berada di tempat.""Tidak usah saling menyalahkan, Paman. Jangan menghukum kedua sahabat kesayangan Elea. Jika adikku tahu, ia tak akan mau lagi menerima perjodohan itu. Apa ayah mau?"Naval menyuruh Julian dan Hellen meninggalkan mereka di ruang keluarga. Semua keluarga Ulmer sudah berkumpul membicarakan mengenai kaburnya Eleanore yang tak diketahui siapapun bahkan cctv tak mampu memperlihatkan gadis tersebut. Area belakang memang terpasang cctv, tetapi benda itu bergerak melalui
Harus aku katakan secara jujur jika kekuasaan Ken begitu besar karena ia berhasil menemukan di desa ini padahal jika hendak ke sini kita harus melewati dua pilihan jalan. Ia memilih jalan pintas, sebenarnya kasihan melihat dirinya yang kelelahan dan napasnya yang tersengal menuju desa ini. "Ken tak mudah akrab dengan orang lain dan terkesan acuh, kerap kali ia dikatakan sombong. Namun sejak bertemu anda, Ken berubah menjadi orang yang berbeda," kata Nthanael. Aku baru mengetahui nama sahabat Ken tadi. Pria ini tampak lebih ramah dibanding Ken. "Apa tuanmu tak suka berdekatan dengan orang seperti mereka?" tanyaku berhati-hati agar tak menyinggung. "Ah Ken bukan seperti yang anda pikirkan, Nona. Ken beda dengan anak sok kaya lainnya. Anda pasti paham maksud, bukan?" Kami memerhatikan Ken yang sedang bercengkrama mengenai bisnis dengan para warga pria. Ia tak tampak kikuk dan canggung berdekatan saat warga desa mendekatinya. Coba teman-temanku yang lainnya? Mereka tak akan mau bertem
Seharusnya sebagai orang tua, ayah akan senang atau setidaknya menyambutku ketika datang. Namun bukan pelukan hangat yang kuterima, bentakan juga tamparan yang ayah berikan. Tak pernahkah ayah berpikir jika yang aku butuhkan hanya satu. Ayah memelukku dan mengatakan semua akan baik-baik saja. Itu saha membuatku merasa diakui olehnya. "Tuan Ulmer, jika memang anda sedang dalam keadaan emosi maka marahlah dengan suara keras. Tapi jangan menampar putri anda begitu keras." Ken membela dan terlihat tak suka jika ayah memukul wajahku. Aku semakin membenci ayah dengan semua tindakannya selama ini. Apapun yang kulakukan selalu salah di depan matanya. "Ayah, aku tahu ayah marah saat ini. Tapi kalau ayah sampai menampar adikku. Aku maupun Naval dan Ez tak akan terima." "Tampar saja aku, Yah. Aku tak bisa mendidik adik-adikku dengan baik. Namun hanya satu permintaanku, jangan melukai tubuh Eleanore. Ia sudah menderita sejak kecil." Naval menggenggam erat tanganku dan merapikan rambutku yan
Sudah hampir seminggu aku di rumah Ken. Rasanya berbeda jika dibandingkan di kastil, di sini aku merasakan kekeluargaan dan setiap hari Ken mengajakku jalan-jalan ke kota. Mengunjungi tempat yang tak pernah aku datangi. Tuan Mario tak menanyaiku kapan diriku akan pulang, ia tak menyinggungnya sama sekali.Ken membawaku berjalan-jalan hingga ke luar negeri dan ia membuatku tampak bodoh karena selama hampir dua puluh tahun aku hanya berada di kota kelahiran saja bahkan untuk naik pesawat pun tak pernah aku lakukan. Sampai Jason mengataiku anak kolot. ["Makanya sesekali ikutlah denganku ke Amerika. Kau akan tahu dunia di dalam pikiranmu itu tak hanya seluas di sini saja."]Bagaimana bisa aku ke luar negeri? Ke luar kota saja aku di dampingi oleh beberapa pengawal, itu pun hanya untuk menghadiri pameran seni budaya atau sekedar melihat lukisan yang dipesan ayah. Mana bisa aku ke luar negeri dan bersantai?"Kau akan menyukai tempatnya. Semua yang kau inginkan ada di sana," ucap Ken sebelu
"Selamat pagi, Nona Eleanore."Seorang wanita menyambut kedatangan Eleanore dengan ramah lalu mengiringi langkah sang nona menuju suatu ruangan. Eleanore berjalan tampak anggun, dress yang dipakainya menarik pandangan semua orang bukan karena mahal, tetapi pakaian itu hasil rancangan dirinya sendiri.Sudah dua tahun ini Eleanore menekuni bidang fashion dan sesekali mengajari anak-anak panti asuhan belajar bermain Cello juga piano. Eleanore benar-benar berubah, dia menjelma menjadi wanita yang kuat dan pekerja keras."Apa agenda pekerjaanku hari ini, Anne?" tanya Eleanore sembari duduk di kursi kerjanya."Sampai esok lusa, tidak ada agenda penting, Nona. Semua sudah teratasi. Agenda padat di tanggal 1 bertepatan dengan tahun baru.""Syukurlah aku bisa istirahat. Aku lelah dan ingin merebahkan tubuhku di kasur, Anne," kata Eleanore menghirup napas panjang lalu menggeliat melepas lelah."Ya anda perlu mengistirahatkan tubuh anda, Nona. Hampir satu bulan ini banyak kegiatan yang menghabis
Eleanore jatuh tersungkur di hadapan dokter yang menangani Ken. Pria yang dia acuhkan dan dia diamkan selama satu tahun ini mengalami luka dalam cukup parah hingga membutuhkan donor darah rhesus negatif, darah yang sulit dicari dan rumah sakit kehabisan stok."Darah saya sama seperti tuan Ken, Nona. Biar saya yang mendonorkan darah," kata Justin mengajukan diri.Beruntung sekali Ken bisa terselamatkan berkat donor darah dari Justin sang pengawal Eleanore. Namun meskipun darah sudah didapat, Ken tidak akan siuman dalam waktu sebentar. Ken dinyatakan mengalami koma dan para dokter tidak bisa memastikan kapan pria itu terjaga."Lakukan apa saja untuk keponakanku. Berapa biayapun akan kami bayarkan!""Maaf, Raja. Bukannya kami tidak bisa menyelamatkan Tuan Ken, tetapi luka dalam yang menyentuh organ vitalnya membuat Tuan Ken tak sadarkan diri," ungkap Dokter Jamie memberi penerangan.Henryco pun terlihat syok mendengarkan penuturan sang dokter. Mereka tak menyangka jika dua peluru di tubu
Hampir satu tahun setengah Ken bolak balik dari kediamannya ke tempat tinggal Eleanore di desa terpencil. Tak masalah bagi Ken asal dia bisa melihat kesembuhan sang istri meski Eleanore hanya sepatah dua kata mengajaknya berbicara. Toh ... bagi Ken itu adalah kemajuan luar biasa.Seperti saat ini ketika waktu berkunjung Ken di hari Kamis hingga Minggu, Eleanore menunggu di depan pintu dan berharap pria itu membawa makanan dari kota atau cokelat yang dibeli Belinda di luar negeri. Di hari itu Eleanore tak bisa diganggu oleh apapun."Ayah senang kau akhirnya mau menerima Ken sebagai menantumu, Naval. Lihatlah putrimu, dia kembali jatuh cinta dengan suaminya.""Terima kasih sudah berdamai dengan masa lalu, Ken," ucap Jaquavius melihat Eleanore dari tangga. Kadang dia turut menemani Eleanore menunggu Ken."Berdamai itu susah, Yah. Aku masih belajar dan awalnya memang berat, tetapi melihat ketulusan Ken akhirnya aku menyadari tak ada manusia yang luput dari kesalahan."Jaquavius dan Naval
"Kau akan pulang, Jas? Kapan kau akan kembali ke sini?""Bulan depan. Tunggu aku di sini. Jika kau mau dibelikan sesuatu, telepon saja aku dan akan kukirim segera."Percakapan Jason dan Eleanore di depan gerbang membuat Ken tersisih dari pikiran sang istri. Seberusaha apapun dia mencoba untuk mendekati atau sekedar duduk saja di sebelahnya, Eleanore tetap mengacuhkannya seakan-akan dirinya tak ada."Tidak usah. Aku senang jika kau sering mengunjungiku," ucap Eleanore penuh semangat, tetapi tidak dengan Ken. Dia mencelos dan tak berdaya."Oke sekarang aku pergi ya. Jaga kesehatanmu," kata Jason memeluk Eleanore erat untuk terakhir kalinya. Dia mungkin akan kembali ke sini dalam waktu yang tidak ditentukan. Jason tak mau menganggu Ken yang sedang berusaha memperbaiki hubungannya dengan Eleanore."Ken, ingat apa yang sudah aku sampaikan padamu. Jika kau melakukannya lagi maka kan kubawa Eleanore ke tempat kau tak pernah menemukannya," ujar Jason memberi peringatan ultimatum.Ken hanya me
Tinggal dua bab lagi menuju tamat. Mau happy Ending atau Sad Ending? "Kau sedang apa di sini?""Kenapa kau membawa pria ini?"Naval maupun yang lainnya tidak menyangka sama sekali jika malam ini mereka kedatangan dua orang pria. Jaquavius memandang geram salah satu pria yang berdiri di ambang pintu dan ingin mengusir pergi."Coba jelaskan pada kami, Jas. Kau tahu dari mana mengenai tempat ini? Atau jangan katakan kalau kau meminta tolong pada ayahmu yang mafia itu," tuding Naval pada Jason yang datang malam itu.Keterdiaman Jason serta anggukan kepalanya membuat Naval menggeram kesal sekaligus marah. Keluarga Jason Georgeus selalu menemukan orang yang bersembunyi bahkan di tanah sekalipun."Usir mereka dari sini, Smith. Panggil pengawal jika mereka tak mau pergi," usir Jaquavius secara kasar.Pria di samping Jason yang sedari tadi hanya terdiam akhirnya bersuara dengan lirih. Jaquavius dan Naval memalingkan wajah mereka sedangkan Smith hampir menelepon pengawal, tetapi Jason menggele
Sudah hampir dua bulan ini Ken tak bisa menemukan keberadaan Eleanore. Tak seorang pun dapat mencari ke mana perginya sang istri. Bagi Ken, Eleanore tetaplah istrinya sebab dia tak pernah memberi tanda tangan di berkas penceraian tersebut."Kau ada di mana, El? Aku menyesali tindakanku."Meski dia sudah berulang kali ke kastil, tak ada yang bisa dia cari di sana. Naval maupun Jaquavius pun tidak mau memberitahu keberadaan Eleanore. Ken tahu jika keluarga Ulmer menyembunyikan sang istri dan sialnya mereka bekerja sama dengan sang ayah. "Mereka menghukumku dengan cara seperti ini."Ken sadar selama ini apa yang dia pikirkan mengenai sang kakak adalah salah besar. Dia terlalu menyayangi Ludric hingga rasa posesif terhadap sang kakak membawa dirinya salah menilai.Ketika semua terungkap dan pelan-pelan dia bisa menerima kenyataan tentang jati diri Ludric yang sebenarnya. Saat masa kanak-kanak, dia hanya berpikir betapa baik dan sayangnya sang kakak tanpa tahu perilaku kejahatan yang dila
Eleanore merasa hidupnya tiada arti. Dia kehilangan bayi di usia kandungan muda, kehilangan ibu yang baru saja ditemui, menerima kenyataan jika sang kakak Naval adalah ayah kandungnya selama ini dan yang paling menyakitkan adalah pria yang dicintai menyiksa sang ibu di penjara."Bagaimana aku bisa hidup, Bu? Aku sudah mencintai orang yang salah.""Apa yang harus aku lakukan?""Andai aku tak menikahi pria itu, apa aku masih bisa melihatmu lebih lama?"Eleanore selalu memendam semua masalah di dalam pikirannya, tak pernah bisa mengungkapkan apapun yang ingin dikatakan dan tak bisa meluapkan emosi melalui kata-kata. Eleanore terlihat bahagia dan seolah tak memiliki hal sulit, tetapi kenyataan dia menyimpan masalah-masalahnya mulai dari kecil. Tanpa disadari dirinya akan berdampak pada kejiwaannya.Dihempas begitu banyak masalah yang melukai perasaannya dan tak bisa mengutarakan isi hatinya membuat Eleanore memilih diam hingga jiwanya terganggu dan mengalami depresi akut."Apa yang terja
"Aku tak percaya."Ken menyangkal semua perkataan paman dan ayahnya mengenai kakak tercinta. Di mata Ken sendiri sang kakak adalah idola dan sosok yang sempurna. Kakak yang bertutur lembut dan berperilaku baik. Ken amat menyayangi Ludric yang memberinya kasih sayang setelah kematian sang ibu dan ayahnya yang sibuk bekerja. Ludric menuruti semua keinginan Ken meski caranya salah."Kau masih belum percaya dengan perkataan ayah dan pamanmu, Ken?""Bukti sudah ada mengenai kejahatan kakakmu. Lalu apa lagi yang ingin kau lakukan?" Henryco ikut menimpali perkataan sang adik.Ken membaca berulang kali berkas mengenai semua kasus tentang Ludric. Mulai dari masa kecil hingga menjelang kematiannya. Ludric tak bisa ditangkap hanya diinterogasi lalu dibebaskan. "Kau selalu menganggap Ludric sosok yang baik di matamu, Ken. Kau tak pernah melihat sosok lain dalam diri kakakmu. Dia tak segan melakukan keinginannya dengan cara licik," ujar Mario memberitahu kebenarannya."Jika Ludric berbuat salah,
Di lembaga pemasyarakatan Naval mengunjungi Kevin. Dia ingin menyapa sekaligus sekedar berbincang-bincang mengenai masa lalu mereka. Kevin divonis seumur hidup setelah melakukan pembunuhan Ludric beberapa tahun lalu."Apa kabarmu, Kevin?" tanya Naval sembari menuangkan segelas bir dan rokok untuk orang yang dia anggap teman dulu."Ya beginilah keadaanku," ujar Kevin menyunggingkan senyum.Naval meminum birnya lalu menyalakan rokok. Hal yang sama dilakukan Kevin. Kedua pria itu saling memandang hujan deras melalui kaca jendela lapas. Naval meminta ada ruangan khusus untuknya bersama Kevin."Kenapa kau baru mengakui kesalahanmu setelah dua puluh tahun berlalu?" tanya Naval tanpa menatap Kevin."Aku sudah lelah harus hidup dalam lumpur dosa dan bersembunyi dari masa lalu," aku Kevin dengan jujur."Tapi kau tak lelah ketika membunuh Ludric, bukan? Kudengar dari pihak pengadilan, kau memang sengaja merencanakan pembunuhan tersebut lalu menyalakan Celeste?""Aku terpaksa melakukannya, Naval