Seharusnya sebagai orang tua, ayah akan senang atau setidaknya menyambutku ketika datang. Namun bukan pelukan hangat yang kuterima, bentakan juga tamparan yang ayah berikan. Tak pernahkah ayah berpikir jika yang aku butuhkan hanya satu. Ayah memelukku dan mengatakan semua akan baik-baik saja. Itu saha membuatku merasa diakui olehnya. "Tuan Ulmer, jika memang anda sedang dalam keadaan emosi maka marahlah dengan suara keras. Tapi jangan menampar putri anda begitu keras." Ken membela dan terlihat tak suka jika ayah memukul wajahku. Aku semakin membenci ayah dengan semua tindakannya selama ini. Apapun yang kulakukan selalu salah di depan matanya. "Ayah, aku tahu ayah marah saat ini. Tapi kalau ayah sampai menampar adikku. Aku maupun Naval dan Ez tak akan terima." "Tampar saja aku, Yah. Aku tak bisa mendidik adik-adikku dengan baik. Namun hanya satu permintaanku, jangan melukai tubuh Eleanore. Ia sudah menderita sejak kecil." Naval menggenggam erat tanganku dan merapikan rambutku yan
Sudah hampir seminggu aku di rumah Ken. Rasanya berbeda jika dibandingkan di kastil, di sini aku merasakan kekeluargaan dan setiap hari Ken mengajakku jalan-jalan ke kota. Mengunjungi tempat yang tak pernah aku datangi. Tuan Mario tak menanyaiku kapan diriku akan pulang, ia tak menyinggungnya sama sekali.Ken membawaku berjalan-jalan hingga ke luar negeri dan ia membuatku tampak bodoh karena selama hampir dua puluh tahun aku hanya berada di kota kelahiran saja bahkan untuk naik pesawat pun tak pernah aku lakukan. Sampai Jason mengataiku anak kolot. ["Makanya sesekali ikutlah denganku ke Amerika. Kau akan tahu dunia di dalam pikiranmu itu tak hanya seluas di sini saja."]Bagaimana bisa aku ke luar negeri? Ke luar kota saja aku di dampingi oleh beberapa pengawal, itu pun hanya untuk menghadiri pameran seni budaya atau sekedar melihat lukisan yang dipesan ayah. Mana bisa aku ke luar negeri dan bersantai?"Kau akan menyukai tempatnya. Semua yang kau inginkan ada di sana," ucap Ken sebelu
Ken menghabiskan waktu seminggu ini dengan mengajak Eleanore jalan-jalan ke Amerika. Ia tak menyangka sama sekali jika gadis itu tak pernah menginjakkan kakinya di negara tersebut. Terkesan aneh dan kolot bagi Ken karena Eleanore anak yang serba diatur kehidupannya. Senyuman kebahagian terpancar dari wajah cantik Eleanore ketika ia mengajaknya ke sebuah taman hiburan di pinggir kota Amerika, Eleanore tampak berbinar melihat berbagai pertunjukkan para warga dan ikut menari bersama. "Kau pernah naik wahana ini?" Ken terlihat bingung saat ia mengajak Eleanore menaiki bianglala yang ada di taman hiburan."Kalau melihat dari kejauhan aku pernah, tapi kalau menaikinya aku belum pernah sama sekali," ujar Eleanore yang malu karena meminta Ken untuk naik bersama-sama."Apa ketiga kakakmu tak pernah membawamu ke pesta rakyat di kota kita?"Sekali lagi Ken dibuat bingung oleh Eleanore dan kasihan pada hidup gadis tersebut. Ia merasa tuan Ulmer terlalu keras pada putru bungsunya yang harus teri
Ken mengajakku makan malam di sebuah restoran milik kawan dekatnya semasa sekolah dulu. Aku pernah ke sini bersama Jason dan kawan lain saat mengerjakan tugas kuliah jadi sang pemilik mengenaliku tanpa ia tahu jika aku adalah anak perdana menteri yang ia kagumi."Aku tak menyangka anda anak dari tuan Jaquavius, Nona. Kalau tahu sejak awal, saya akan mengratiskan makanan di sini.""Janggan begitu tuan Mars. Perlakukan saya sama seperti pembeli lainnya."Aku tak suka perlakuan khusus kalau ada orang yang tahu jika aku adalah anak seorang perdana menteri yang disegani dan dikagumi oleh masyarakat sini. Aku pun tak menyangka ayah di luar merupakan sosok yang disukai, bersahabat dan tampak berbeda saat ayah berada di kastil."Lain kali biarkan calon istriku ini berada di ruangan khusus bersama teman-temannya, Mars."Ken selalu saja menyebutkan diriku calon istrinya jika ada yang bertanya padahal aku belum sama sekali mengiyakan soal perjodoham kami ini. Ia seakan menjadikan diriku istrinya
["Kalian harus tetap menjaga rahasia ini dari siapapun termasuk ayahku. Kalian bekerja untukku bukan ayahku. Dan awasi setiap pergerakannya."]Tanpa diketahui siapapun, aku menguping pembicaraa antara kakakku Naval dan kedua pengawalku. Malam kemarin aku bermaksud meminjam buku di ruang perpustakaan yang kebetulan memang tak ada penjaga di sana jadi aku bisa bebas mengambil buku milik Naval.["Aku tak mau kalian sampai lengah mengawasinya. Apa kalian paham?"]Untuk pertama kalinya aku melihat raut wajah tegas dan penuh emosi Naval yang selama ini tak pernah diperlihatkannya padaku. Ia selalu menunjukkan sisi kelembutannya tiap bertemu denganku, tetapi kali ini berbeda sama sekali. Siapa yang dimaksud Naval? Dan sekarang aku pun baru tahu jika Hellen dan Julian bukan disuruh oleh ayah melainkan Naval yang mempekerjakan mereka."Melamun lagi? Memang apa sih yang kau pikirkan?" Jason menepuk bahu agak kencang dan aku membalas memukulnya. "Aku cari di perpustakaan ternyata kau ada di tam
Jason menyerahkan selembar kertas mengenai informasi identitas Hellen dan Julian. Eleanore tahu pasti jika Jason memakai koneksi dari sang ayah maupun kakeknya yang memiliki kekuasaan meski memakan waktu tiga hari. Ia mengambil dengan gemetar berharap hal yang dipikirkannya tidak sesuai."Kau takut jika keluarga dari kedua pengawalmu itu orang jahat?" Jason membaca pikiran Eleanore saat ini. Ia tahu sahabatnya itu tak suka jika ada hal yang berhubungan dengan penjahat."Aku tak membacanya, tapi kata ayahku. Hellen memiliki kerabat yang dipenjara karena suatu kesalahan.""Maksudnya? Bukankah kedua orang tuanya sudah meninggal?"Eleanore membaca satu persatu mengenai jati diri kedua pengawalnya. Dimulai dari Hellen yang ternyata tak tahu ayahnya siapa dan seorang ibu yang pergi diam-diam sewaktu Hellen masih bayi. Sedangkan Julian malah memiliki orang tua dan mereka masih berhubungan hingga sekarang."Apa ini semua benar, Jas?"Jason mengangguk membenarkan pertanyaan Eleanore. Gadis itu
Hari ini aku mengunjungi makam ibu di atas bukit. Di sana banyak pemakaman yang diperuntukkan bagi kaum bangsawan dan kerajaan sedangkan di bagian bawah pemakaman sederhana tapi semua di sini tertata rapi dan bentuknya tidak berantakan."Nona, sudah lama tidak mengunjungi nyonya besar. Kira-kira satu tahun bukan?"Aku mengangguk pelan pada Hellen. Sejak mengetahui identitas Hellen, aku tetap bersikap biasa dan seakan tak terjadi apapun. Aku tak mau ia dan Julian tahu jika diriku sudah mengetahui informasi mengenai mereka berdua. Biarlah aku simpan sendiri hingga mereka mengakuinya sendiri."Iya karena kesibukanku. Kau tahu sendiri ayah selalu melarangku keluar setelah aku kabur dari sangkar emasnya, bukan?" Aku selalu menyebut kastil itu adalah sebuah sangkar yang dibuat ayah untukku."Oh ya kau ke mana kemarin dengan Naval?" tanyaku yang membuat Hellen dan Julian saling memandang satu sama lain. Mereka memiliki rahasia yang tak boleh kuketahui."Tuan Naval meminta Hellen melakukan pe
Hari ini Eleanore tampak bahagia sebab Ken akan berkunjung ke kastil menemui sang ayah dan meminta restu. Sejak bangun tidur hingga menjelang sarapan, ia tak hentinya memilah pakaian yang pantas untuk dikenakan. Pakaian yang dipilih Brigith maupun Hellen tak ia ambil."Aku rasa kau cocok memakai ini, El."Esperanza datang ke kamarnya sembari membawa gaun selutut bermotif bunga kecil berwarna cokelat. Pakaian yang dirancangnya sendiri itu memang sengaja dibuatkan untuk sang adik di hari pertemuan hari ini dan ia tak perlu mengukurnya karena mereka memiliki ukuran pakaian yang sama."Terima kasih, Ez. Gaun ini bagus sekali. Kau sendiri yang membuatnya?""Ya tentu saja. Kalau bukan aku lalu siapa lagi," sahut Ez berpura-pura menyombongkan diri.Esperanza dan Brigith membantu Eleanore memakai gaun tersebut. Ez tersenyum puas melihat hasil rancangan pertamanya dipakai sang adik dan tampak pantas dikenakan Eleanore. "Kau akan ikut pertemuan itu, Ez?""Kalau aku tidak ikut. Tuan besar akan
"Selamat pagi, Nona Eleanore."Seorang wanita menyambut kedatangan Eleanore dengan ramah lalu mengiringi langkah sang nona menuju suatu ruangan. Eleanore berjalan tampak anggun, dress yang dipakainya menarik pandangan semua orang bukan karena mahal, tetapi pakaian itu hasil rancangan dirinya sendiri.Sudah dua tahun ini Eleanore menekuni bidang fashion dan sesekali mengajari anak-anak panti asuhan belajar bermain Cello juga piano. Eleanore benar-benar berubah, dia menjelma menjadi wanita yang kuat dan pekerja keras."Apa agenda pekerjaanku hari ini, Anne?" tanya Eleanore sembari duduk di kursi kerjanya."Sampai esok lusa, tidak ada agenda penting, Nona. Semua sudah teratasi. Agenda padat di tanggal 1 bertepatan dengan tahun baru.""Syukurlah aku bisa istirahat. Aku lelah dan ingin merebahkan tubuhku di kasur, Anne," kata Eleanore menghirup napas panjang lalu menggeliat melepas lelah."Ya anda perlu mengistirahatkan tubuh anda, Nona. Hampir satu bulan ini banyak kegiatan yang menghabis
Eleanore jatuh tersungkur di hadapan dokter yang menangani Ken. Pria yang dia acuhkan dan dia diamkan selama satu tahun ini mengalami luka dalam cukup parah hingga membutuhkan donor darah rhesus negatif, darah yang sulit dicari dan rumah sakit kehabisan stok."Darah saya sama seperti tuan Ken, Nona. Biar saya yang mendonorkan darah," kata Justin mengajukan diri.Beruntung sekali Ken bisa terselamatkan berkat donor darah dari Justin sang pengawal Eleanore. Namun meskipun darah sudah didapat, Ken tidak akan siuman dalam waktu sebentar. Ken dinyatakan mengalami koma dan para dokter tidak bisa memastikan kapan pria itu terjaga."Lakukan apa saja untuk keponakanku. Berapa biayapun akan kami bayarkan!""Maaf, Raja. Bukannya kami tidak bisa menyelamatkan Tuan Ken, tetapi luka dalam yang menyentuh organ vitalnya membuat Tuan Ken tak sadarkan diri," ungkap Dokter Jamie memberi penerangan.Henryco pun terlihat syok mendengarkan penuturan sang dokter. Mereka tak menyangka jika dua peluru di tubu
Hampir satu tahun setengah Ken bolak balik dari kediamannya ke tempat tinggal Eleanore di desa terpencil. Tak masalah bagi Ken asal dia bisa melihat kesembuhan sang istri meski Eleanore hanya sepatah dua kata mengajaknya berbicara. Toh ... bagi Ken itu adalah kemajuan luar biasa.Seperti saat ini ketika waktu berkunjung Ken di hari Kamis hingga Minggu, Eleanore menunggu di depan pintu dan berharap pria itu membawa makanan dari kota atau cokelat yang dibeli Belinda di luar negeri. Di hari itu Eleanore tak bisa diganggu oleh apapun."Ayah senang kau akhirnya mau menerima Ken sebagai menantumu, Naval. Lihatlah putrimu, dia kembali jatuh cinta dengan suaminya.""Terima kasih sudah berdamai dengan masa lalu, Ken," ucap Jaquavius melihat Eleanore dari tangga. Kadang dia turut menemani Eleanore menunggu Ken."Berdamai itu susah, Yah. Aku masih belajar dan awalnya memang berat, tetapi melihat ketulusan Ken akhirnya aku menyadari tak ada manusia yang luput dari kesalahan."Jaquavius dan Naval
"Kau akan pulang, Jas? Kapan kau akan kembali ke sini?""Bulan depan. Tunggu aku di sini. Jika kau mau dibelikan sesuatu, telepon saja aku dan akan kukirim segera."Percakapan Jason dan Eleanore di depan gerbang membuat Ken tersisih dari pikiran sang istri. Seberusaha apapun dia mencoba untuk mendekati atau sekedar duduk saja di sebelahnya, Eleanore tetap mengacuhkannya seakan-akan dirinya tak ada."Tidak usah. Aku senang jika kau sering mengunjungiku," ucap Eleanore penuh semangat, tetapi tidak dengan Ken. Dia mencelos dan tak berdaya."Oke sekarang aku pergi ya. Jaga kesehatanmu," kata Jason memeluk Eleanore erat untuk terakhir kalinya. Dia mungkin akan kembali ke sini dalam waktu yang tidak ditentukan. Jason tak mau menganggu Ken yang sedang berusaha memperbaiki hubungannya dengan Eleanore."Ken, ingat apa yang sudah aku sampaikan padamu. Jika kau melakukannya lagi maka kan kubawa Eleanore ke tempat kau tak pernah menemukannya," ujar Jason memberi peringatan ultimatum.Ken hanya me
Tinggal dua bab lagi menuju tamat. Mau happy Ending atau Sad Ending? "Kau sedang apa di sini?""Kenapa kau membawa pria ini?"Naval maupun yang lainnya tidak menyangka sama sekali jika malam ini mereka kedatangan dua orang pria. Jaquavius memandang geram salah satu pria yang berdiri di ambang pintu dan ingin mengusir pergi."Coba jelaskan pada kami, Jas. Kau tahu dari mana mengenai tempat ini? Atau jangan katakan kalau kau meminta tolong pada ayahmu yang mafia itu," tuding Naval pada Jason yang datang malam itu.Keterdiaman Jason serta anggukan kepalanya membuat Naval menggeram kesal sekaligus marah. Keluarga Jason Georgeus selalu menemukan orang yang bersembunyi bahkan di tanah sekalipun."Usir mereka dari sini, Smith. Panggil pengawal jika mereka tak mau pergi," usir Jaquavius secara kasar.Pria di samping Jason yang sedari tadi hanya terdiam akhirnya bersuara dengan lirih. Jaquavius dan Naval memalingkan wajah mereka sedangkan Smith hampir menelepon pengawal, tetapi Jason menggele
Sudah hampir dua bulan ini Ken tak bisa menemukan keberadaan Eleanore. Tak seorang pun dapat mencari ke mana perginya sang istri. Bagi Ken, Eleanore tetaplah istrinya sebab dia tak pernah memberi tanda tangan di berkas penceraian tersebut."Kau ada di mana, El? Aku menyesali tindakanku."Meski dia sudah berulang kali ke kastil, tak ada yang bisa dia cari di sana. Naval maupun Jaquavius pun tidak mau memberitahu keberadaan Eleanore. Ken tahu jika keluarga Ulmer menyembunyikan sang istri dan sialnya mereka bekerja sama dengan sang ayah. "Mereka menghukumku dengan cara seperti ini."Ken sadar selama ini apa yang dia pikirkan mengenai sang kakak adalah salah besar. Dia terlalu menyayangi Ludric hingga rasa posesif terhadap sang kakak membawa dirinya salah menilai.Ketika semua terungkap dan pelan-pelan dia bisa menerima kenyataan tentang jati diri Ludric yang sebenarnya. Saat masa kanak-kanak, dia hanya berpikir betapa baik dan sayangnya sang kakak tanpa tahu perilaku kejahatan yang dila
Eleanore merasa hidupnya tiada arti. Dia kehilangan bayi di usia kandungan muda, kehilangan ibu yang baru saja ditemui, menerima kenyataan jika sang kakak Naval adalah ayah kandungnya selama ini dan yang paling menyakitkan adalah pria yang dicintai menyiksa sang ibu di penjara."Bagaimana aku bisa hidup, Bu? Aku sudah mencintai orang yang salah.""Apa yang harus aku lakukan?""Andai aku tak menikahi pria itu, apa aku masih bisa melihatmu lebih lama?"Eleanore selalu memendam semua masalah di dalam pikirannya, tak pernah bisa mengungkapkan apapun yang ingin dikatakan dan tak bisa meluapkan emosi melalui kata-kata. Eleanore terlihat bahagia dan seolah tak memiliki hal sulit, tetapi kenyataan dia menyimpan masalah-masalahnya mulai dari kecil. Tanpa disadari dirinya akan berdampak pada kejiwaannya.Dihempas begitu banyak masalah yang melukai perasaannya dan tak bisa mengutarakan isi hatinya membuat Eleanore memilih diam hingga jiwanya terganggu dan mengalami depresi akut."Apa yang terja
"Aku tak percaya."Ken menyangkal semua perkataan paman dan ayahnya mengenai kakak tercinta. Di mata Ken sendiri sang kakak adalah idola dan sosok yang sempurna. Kakak yang bertutur lembut dan berperilaku baik. Ken amat menyayangi Ludric yang memberinya kasih sayang setelah kematian sang ibu dan ayahnya yang sibuk bekerja. Ludric menuruti semua keinginan Ken meski caranya salah."Kau masih belum percaya dengan perkataan ayah dan pamanmu, Ken?""Bukti sudah ada mengenai kejahatan kakakmu. Lalu apa lagi yang ingin kau lakukan?" Henryco ikut menimpali perkataan sang adik.Ken membaca berulang kali berkas mengenai semua kasus tentang Ludric. Mulai dari masa kecil hingga menjelang kematiannya. Ludric tak bisa ditangkap hanya diinterogasi lalu dibebaskan. "Kau selalu menganggap Ludric sosok yang baik di matamu, Ken. Kau tak pernah melihat sosok lain dalam diri kakakmu. Dia tak segan melakukan keinginannya dengan cara licik," ujar Mario memberitahu kebenarannya."Jika Ludric berbuat salah,
Di lembaga pemasyarakatan Naval mengunjungi Kevin. Dia ingin menyapa sekaligus sekedar berbincang-bincang mengenai masa lalu mereka. Kevin divonis seumur hidup setelah melakukan pembunuhan Ludric beberapa tahun lalu."Apa kabarmu, Kevin?" tanya Naval sembari menuangkan segelas bir dan rokok untuk orang yang dia anggap teman dulu."Ya beginilah keadaanku," ujar Kevin menyunggingkan senyum.Naval meminum birnya lalu menyalakan rokok. Hal yang sama dilakukan Kevin. Kedua pria itu saling memandang hujan deras melalui kaca jendela lapas. Naval meminta ada ruangan khusus untuknya bersama Kevin."Kenapa kau baru mengakui kesalahanmu setelah dua puluh tahun berlalu?" tanya Naval tanpa menatap Kevin."Aku sudah lelah harus hidup dalam lumpur dosa dan bersembunyi dari masa lalu," aku Kevin dengan jujur."Tapi kau tak lelah ketika membunuh Ludric, bukan? Kudengar dari pihak pengadilan, kau memang sengaja merencanakan pembunuhan tersebut lalu menyalakan Celeste?""Aku terpaksa melakukannya, Naval