Jason menyerahkan selembar kertas mengenai informasi identitas Hellen dan Julian. Eleanore tahu pasti jika Jason memakai koneksi dari sang ayah maupun kakeknya yang memiliki kekuasaan meski memakan waktu tiga hari. Ia mengambil dengan gemetar berharap hal yang dipikirkannya tidak sesuai."Kau takut jika keluarga dari kedua pengawalmu itu orang jahat?" Jason membaca pikiran Eleanore saat ini. Ia tahu sahabatnya itu tak suka jika ada hal yang berhubungan dengan penjahat."Aku tak membacanya, tapi kata ayahku. Hellen memiliki kerabat yang dipenjara karena suatu kesalahan.""Maksudnya? Bukankah kedua orang tuanya sudah meninggal?"Eleanore membaca satu persatu mengenai jati diri kedua pengawalnya. Dimulai dari Hellen yang ternyata tak tahu ayahnya siapa dan seorang ibu yang pergi diam-diam sewaktu Hellen masih bayi. Sedangkan Julian malah memiliki orang tua dan mereka masih berhubungan hingga sekarang."Apa ini semua benar, Jas?"Jason mengangguk membenarkan pertanyaan Eleanore. Gadis itu
Hari ini aku mengunjungi makam ibu di atas bukit. Di sana banyak pemakaman yang diperuntukkan bagi kaum bangsawan dan kerajaan sedangkan di bagian bawah pemakaman sederhana tapi semua di sini tertata rapi dan bentuknya tidak berantakan."Nona, sudah lama tidak mengunjungi nyonya besar. Kira-kira satu tahun bukan?"Aku mengangguk pelan pada Hellen. Sejak mengetahui identitas Hellen, aku tetap bersikap biasa dan seakan tak terjadi apapun. Aku tak mau ia dan Julian tahu jika diriku sudah mengetahui informasi mengenai mereka berdua. Biarlah aku simpan sendiri hingga mereka mengakuinya sendiri."Iya karena kesibukanku. Kau tahu sendiri ayah selalu melarangku keluar setelah aku kabur dari sangkar emasnya, bukan?" Aku selalu menyebut kastil itu adalah sebuah sangkar yang dibuat ayah untukku."Oh ya kau ke mana kemarin dengan Naval?" tanyaku yang membuat Hellen dan Julian saling memandang satu sama lain. Mereka memiliki rahasia yang tak boleh kuketahui."Tuan Naval meminta Hellen melakukan pe
Hari ini Eleanore tampak bahagia sebab Ken akan berkunjung ke kastil menemui sang ayah dan meminta restu. Sejak bangun tidur hingga menjelang sarapan, ia tak hentinya memilah pakaian yang pantas untuk dikenakan. Pakaian yang dipilih Brigith maupun Hellen tak ia ambil."Aku rasa kau cocok memakai ini, El."Esperanza datang ke kamarnya sembari membawa gaun selutut bermotif bunga kecil berwarna cokelat. Pakaian yang dirancangnya sendiri itu memang sengaja dibuatkan untuk sang adik di hari pertemuan hari ini dan ia tak perlu mengukurnya karena mereka memiliki ukuran pakaian yang sama."Terima kasih, Ez. Gaun ini bagus sekali. Kau sendiri yang membuatnya?""Ya tentu saja. Kalau bukan aku lalu siapa lagi," sahut Ez berpura-pura menyombongkan diri.Esperanza dan Brigith membantu Eleanore memakai gaun tersebut. Ez tersenyum puas melihat hasil rancangan pertamanya dipakai sang adik dan tampak pantas dikenakan Eleanore. "Kau akan ikut pertemuan itu, Ez?""Kalau aku tidak ikut. Tuan besar akan
Jason tak pantang menyerah, ia tetap akan mengatakan rasa cintanya pada Eleanore meski gadis itu menolaknya. Ia tahu ini adalah sebuah kesalahan karena terlambat memberitahu, tetapi hatinya akan merasa lega jika Eleanore juga tahu."Jadi apa yang ingin kau katakan, Jas?"Siang ini Jason memberanikan diri bertamu ke kastil Ulmer dan menemui Eleanore. Ia tahu akan ditolak setelah mengucapkannya dan ia tak peduli selama undangan pernikahan Eleanore belum datang menghampirinya. Toh ... ia juga berhak memiliki rasa suka pada sahabatnya."El, ucapanku yang kemarin apa kau sudah pertimbangkan?""Maksudmu yang mana, Jas?" tanya Eleanore pura-pura tak tahu.Eleanore berusaha untuk tenang dan tidak akan marah pada sahabatnya yang telah mengatakan jika pria di depannya itu mencintainya. Ia berterima kasih pada Jason selama ini tetap menjadi sahabatnya dan selalu ada untuknya. Namun untuk mencintainya, itu tidak mungkin. Eleanore sudah menganggap Jason sebagai saudara."Jangan berpura-pura tidak
Dalam waktu tiga bulan aku sudah semakin dekat dengan Ken dan keluarganya terutama tuan Montgemery. Ayahnya Ken berbeda dengan ayah, ia senang bercanda dan selalu mengajakku mengobrol tanpa ada batasan. Aku menyukainya sebagai ayah mertua, ia selalu menanyakan kabarku atau sesekali menelepon seperti saat ini."Kau sudah menerima hadiah dariku, Nak?" "Tentu saja. Terima kasih, Tuan."Kemarin aku menerima sebuah bingkisan besar, aku kira dari ketiga saudaraku yang ingin memberi kejutan sebab aku berulang tahun. Namun siapa sangka jika hadiah mewah tersebut dari ayahnya Ken. Kalau ayahku sendiri tak mungkin."Jangan memanggilku Tuan, Nak. Panggil saja ayah. Aku lebih menyukainya daripada kau memanggilku layaknya orang tak kenal," guraunya di seberang telepon dengan tertawa."Baiklah .. ayah." Canggung rasanya saat aku harus memanggilnya ayah meskipun nantinya ia akan menjadi ayah mertua. "Nah aku menyukai suaramu saat kau memanggilku," kekehnya. Dari nada bicaranya kudengar ia tampak s
Ken menyadari jika keluarga Ulmer memiliki rahasia yang tak diketahui oleh anaknya sendiri yaitu Eleanore. Ia pun tak menyangka jika Naval memiliki anak yang usianya sama dengan Eleanore dan yang membuatnya terkejut ketika mendengar perkataan Nthanael.["Naval itu anak dari istri pertama tuan Jaquavius. Istrinya meninggal sewaktu melahirkan Naval lalu satu tahun kemudian ia menikahi adik istrinya."]Diam-diam Ken memang menyelidiki keluarga Ulmer yang penuh rahasia. Entah sejak pertama bertamu di kediaman kastil Ulmer, ia merasakan ada kesan yang disembunyikan dari Jaquavius ayah dari Eleanore sekaligus calon mertuanya.["Naval diasuh dan begitu dicintai oleh ibu sambungnya yang tak lain adalah bibinya sendiri. Nyonya Mathilda berpesan pada adiknya yaitu nyonya Erendira untuk merawat dan mencintai Naval. Sesuai janjinya pada sang kakak, ia melakukannya dengan sepenuh hati hingga ia meninggal seperti kakaknya."]"Sejak tadi ayah perhatikan kau melamun saja. Apa ada masalah di perusahaa
Alur sengaja dibuat lamban karena saya ingin menceritakan lebih detail mengenai isi ceritanya.***Lima hari lagi aku akan menjadi milik orang lain dan pergi dari menara tinggi yang selama ini kudiami sejak kecil. Ada sedikit rasa rindu nantinya jika aku sudah keluar dari sini sebab di kastil inilah aku dibesarkan dan bahkan dengan mata tertutup sekalipun aku mengenal setiap sudutnya."Nona, apa yang anda pikirkan? Sejak tadi bibi perhatikan nona melamun saja." Bibi Brigith melihatku yang duduk di meja rias tanpa melakukan apapun. Hari ini aku enggan pergi ke kampus dan malas sebenarnya. "Bi, aku tak usah pergi ya," bujukku pada bibi agar bibi memberitahu Naval jika aku malas menghadiri wisuda hari ini."Nona, jangan begitu. Hari ini nona akan bertemu teman-teman untuk yang terakhir dan setelahnya pasti mereka pergi mencari kehidupan lainnya, bukan? Kalian jarang bertemu nantinya," ujar bibi di belakangku, aku melihat di cermin bibi menyunggingkan senyumnya sembari memegang kedua pun
Satu hari menjelang pernikahannya membuat Eleanore semakin gugup, ia terus membuka dan menutup laci hanya untuk memastikan dirinya tidak minum pil penenang besok. Perasaan cemas dan khawatir menjadi satu di dalam pikirannya. Bukan hanya masalah pernikahannya saja yang sedang dipikirkannya saat ini melainkan percakapan antara sang ayah dan kakaknya yang membuatnya penasaran. Ia hanya ingin bertanya Naval sendiri apa benar ia memiliki anak? Lalu siapa anaknya? "Apa itu Hellen? Bukankah selama ini mereka selalu pergi bersama?"Eleanore sampai memiliki pemikirannya sendiri setelah ia mengaitkan satu persatu yang terjadi antara Naval dan Hellen. Hellen berusia dua puluh tahun sedangkan sang kakak sudah berkepala empat, kemungkinan besar mereka adalah ayah dan anak."Tapi bagaimana aku bisa membuktikan? Naval sangat akrab dengan Hellen bahkan membelikannya pakaian mahal juga makanan. Entah kenapa perasaanku tak enak.""Kalau itu benar? Berarti Hellen dan aku memiliki hubungan? Ah tak mung
"Selamat pagi, Nona Eleanore."Seorang wanita menyambut kedatangan Eleanore dengan ramah lalu mengiringi langkah sang nona menuju suatu ruangan. Eleanore berjalan tampak anggun, dress yang dipakainya menarik pandangan semua orang bukan karena mahal, tetapi pakaian itu hasil rancangan dirinya sendiri.Sudah dua tahun ini Eleanore menekuni bidang fashion dan sesekali mengajari anak-anak panti asuhan belajar bermain Cello juga piano. Eleanore benar-benar berubah, dia menjelma menjadi wanita yang kuat dan pekerja keras."Apa agenda pekerjaanku hari ini, Anne?" tanya Eleanore sembari duduk di kursi kerjanya."Sampai esok lusa, tidak ada agenda penting, Nona. Semua sudah teratasi. Agenda padat di tanggal 1 bertepatan dengan tahun baru.""Syukurlah aku bisa istirahat. Aku lelah dan ingin merebahkan tubuhku di kasur, Anne," kata Eleanore menghirup napas panjang lalu menggeliat melepas lelah."Ya anda perlu mengistirahatkan tubuh anda, Nona. Hampir satu bulan ini banyak kegiatan yang menghabis
Eleanore jatuh tersungkur di hadapan dokter yang menangani Ken. Pria yang dia acuhkan dan dia diamkan selama satu tahun ini mengalami luka dalam cukup parah hingga membutuhkan donor darah rhesus negatif, darah yang sulit dicari dan rumah sakit kehabisan stok."Darah saya sama seperti tuan Ken, Nona. Biar saya yang mendonorkan darah," kata Justin mengajukan diri.Beruntung sekali Ken bisa terselamatkan berkat donor darah dari Justin sang pengawal Eleanore. Namun meskipun darah sudah didapat, Ken tidak akan siuman dalam waktu sebentar. Ken dinyatakan mengalami koma dan para dokter tidak bisa memastikan kapan pria itu terjaga."Lakukan apa saja untuk keponakanku. Berapa biayapun akan kami bayarkan!""Maaf, Raja. Bukannya kami tidak bisa menyelamatkan Tuan Ken, tetapi luka dalam yang menyentuh organ vitalnya membuat Tuan Ken tak sadarkan diri," ungkap Dokter Jamie memberi penerangan.Henryco pun terlihat syok mendengarkan penuturan sang dokter. Mereka tak menyangka jika dua peluru di tubu
Hampir satu tahun setengah Ken bolak balik dari kediamannya ke tempat tinggal Eleanore di desa terpencil. Tak masalah bagi Ken asal dia bisa melihat kesembuhan sang istri meski Eleanore hanya sepatah dua kata mengajaknya berbicara. Toh ... bagi Ken itu adalah kemajuan luar biasa.Seperti saat ini ketika waktu berkunjung Ken di hari Kamis hingga Minggu, Eleanore menunggu di depan pintu dan berharap pria itu membawa makanan dari kota atau cokelat yang dibeli Belinda di luar negeri. Di hari itu Eleanore tak bisa diganggu oleh apapun."Ayah senang kau akhirnya mau menerima Ken sebagai menantumu, Naval. Lihatlah putrimu, dia kembali jatuh cinta dengan suaminya.""Terima kasih sudah berdamai dengan masa lalu, Ken," ucap Jaquavius melihat Eleanore dari tangga. Kadang dia turut menemani Eleanore menunggu Ken."Berdamai itu susah, Yah. Aku masih belajar dan awalnya memang berat, tetapi melihat ketulusan Ken akhirnya aku menyadari tak ada manusia yang luput dari kesalahan."Jaquavius dan Naval
"Kau akan pulang, Jas? Kapan kau akan kembali ke sini?""Bulan depan. Tunggu aku di sini. Jika kau mau dibelikan sesuatu, telepon saja aku dan akan kukirim segera."Percakapan Jason dan Eleanore di depan gerbang membuat Ken tersisih dari pikiran sang istri. Seberusaha apapun dia mencoba untuk mendekati atau sekedar duduk saja di sebelahnya, Eleanore tetap mengacuhkannya seakan-akan dirinya tak ada."Tidak usah. Aku senang jika kau sering mengunjungiku," ucap Eleanore penuh semangat, tetapi tidak dengan Ken. Dia mencelos dan tak berdaya."Oke sekarang aku pergi ya. Jaga kesehatanmu," kata Jason memeluk Eleanore erat untuk terakhir kalinya. Dia mungkin akan kembali ke sini dalam waktu yang tidak ditentukan. Jason tak mau menganggu Ken yang sedang berusaha memperbaiki hubungannya dengan Eleanore."Ken, ingat apa yang sudah aku sampaikan padamu. Jika kau melakukannya lagi maka kan kubawa Eleanore ke tempat kau tak pernah menemukannya," ujar Jason memberi peringatan ultimatum.Ken hanya me
Tinggal dua bab lagi menuju tamat. Mau happy Ending atau Sad Ending? "Kau sedang apa di sini?""Kenapa kau membawa pria ini?"Naval maupun yang lainnya tidak menyangka sama sekali jika malam ini mereka kedatangan dua orang pria. Jaquavius memandang geram salah satu pria yang berdiri di ambang pintu dan ingin mengusir pergi."Coba jelaskan pada kami, Jas. Kau tahu dari mana mengenai tempat ini? Atau jangan katakan kalau kau meminta tolong pada ayahmu yang mafia itu," tuding Naval pada Jason yang datang malam itu.Keterdiaman Jason serta anggukan kepalanya membuat Naval menggeram kesal sekaligus marah. Keluarga Jason Georgeus selalu menemukan orang yang bersembunyi bahkan di tanah sekalipun."Usir mereka dari sini, Smith. Panggil pengawal jika mereka tak mau pergi," usir Jaquavius secara kasar.Pria di samping Jason yang sedari tadi hanya terdiam akhirnya bersuara dengan lirih. Jaquavius dan Naval memalingkan wajah mereka sedangkan Smith hampir menelepon pengawal, tetapi Jason menggele
Sudah hampir dua bulan ini Ken tak bisa menemukan keberadaan Eleanore. Tak seorang pun dapat mencari ke mana perginya sang istri. Bagi Ken, Eleanore tetaplah istrinya sebab dia tak pernah memberi tanda tangan di berkas penceraian tersebut."Kau ada di mana, El? Aku menyesali tindakanku."Meski dia sudah berulang kali ke kastil, tak ada yang bisa dia cari di sana. Naval maupun Jaquavius pun tidak mau memberitahu keberadaan Eleanore. Ken tahu jika keluarga Ulmer menyembunyikan sang istri dan sialnya mereka bekerja sama dengan sang ayah. "Mereka menghukumku dengan cara seperti ini."Ken sadar selama ini apa yang dia pikirkan mengenai sang kakak adalah salah besar. Dia terlalu menyayangi Ludric hingga rasa posesif terhadap sang kakak membawa dirinya salah menilai.Ketika semua terungkap dan pelan-pelan dia bisa menerima kenyataan tentang jati diri Ludric yang sebenarnya. Saat masa kanak-kanak, dia hanya berpikir betapa baik dan sayangnya sang kakak tanpa tahu perilaku kejahatan yang dila
Eleanore merasa hidupnya tiada arti. Dia kehilangan bayi di usia kandungan muda, kehilangan ibu yang baru saja ditemui, menerima kenyataan jika sang kakak Naval adalah ayah kandungnya selama ini dan yang paling menyakitkan adalah pria yang dicintai menyiksa sang ibu di penjara."Bagaimana aku bisa hidup, Bu? Aku sudah mencintai orang yang salah.""Apa yang harus aku lakukan?""Andai aku tak menikahi pria itu, apa aku masih bisa melihatmu lebih lama?"Eleanore selalu memendam semua masalah di dalam pikirannya, tak pernah bisa mengungkapkan apapun yang ingin dikatakan dan tak bisa meluapkan emosi melalui kata-kata. Eleanore terlihat bahagia dan seolah tak memiliki hal sulit, tetapi kenyataan dia menyimpan masalah-masalahnya mulai dari kecil. Tanpa disadari dirinya akan berdampak pada kejiwaannya.Dihempas begitu banyak masalah yang melukai perasaannya dan tak bisa mengutarakan isi hatinya membuat Eleanore memilih diam hingga jiwanya terganggu dan mengalami depresi akut."Apa yang terja
"Aku tak percaya."Ken menyangkal semua perkataan paman dan ayahnya mengenai kakak tercinta. Di mata Ken sendiri sang kakak adalah idola dan sosok yang sempurna. Kakak yang bertutur lembut dan berperilaku baik. Ken amat menyayangi Ludric yang memberinya kasih sayang setelah kematian sang ibu dan ayahnya yang sibuk bekerja. Ludric menuruti semua keinginan Ken meski caranya salah."Kau masih belum percaya dengan perkataan ayah dan pamanmu, Ken?""Bukti sudah ada mengenai kejahatan kakakmu. Lalu apa lagi yang ingin kau lakukan?" Henryco ikut menimpali perkataan sang adik.Ken membaca berulang kali berkas mengenai semua kasus tentang Ludric. Mulai dari masa kecil hingga menjelang kematiannya. Ludric tak bisa ditangkap hanya diinterogasi lalu dibebaskan. "Kau selalu menganggap Ludric sosok yang baik di matamu, Ken. Kau tak pernah melihat sosok lain dalam diri kakakmu. Dia tak segan melakukan keinginannya dengan cara licik," ujar Mario memberitahu kebenarannya."Jika Ludric berbuat salah,
Di lembaga pemasyarakatan Naval mengunjungi Kevin. Dia ingin menyapa sekaligus sekedar berbincang-bincang mengenai masa lalu mereka. Kevin divonis seumur hidup setelah melakukan pembunuhan Ludric beberapa tahun lalu."Apa kabarmu, Kevin?" tanya Naval sembari menuangkan segelas bir dan rokok untuk orang yang dia anggap teman dulu."Ya beginilah keadaanku," ujar Kevin menyunggingkan senyum.Naval meminum birnya lalu menyalakan rokok. Hal yang sama dilakukan Kevin. Kedua pria itu saling memandang hujan deras melalui kaca jendela lapas. Naval meminta ada ruangan khusus untuknya bersama Kevin."Kenapa kau baru mengakui kesalahanmu setelah dua puluh tahun berlalu?" tanya Naval tanpa menatap Kevin."Aku sudah lelah harus hidup dalam lumpur dosa dan bersembunyi dari masa lalu," aku Kevin dengan jujur."Tapi kau tak lelah ketika membunuh Ludric, bukan? Kudengar dari pihak pengadilan, kau memang sengaja merencanakan pembunuhan tersebut lalu menyalakan Celeste?""Aku terpaksa melakukannya, Naval