Pria berwajah blasteran Asia dan Amerika itu terlihat menghela napas panjang. Ia tahu perdebatan ini tidak akan menemukan titik terangnya. Percuma baginya untuk mendengar keluhan lelaki tua yang terus menggerutu.
"Jika tahun depan kau tak menikah juga maka ayah akan mencarikanmu jodoh," tutur seorang ayah kepada anak lelakinya."Apa yang kau tunggu, Kak?" tanya sang adik dengan memakan kue muffinnya."Aku akan mencari istriku sendiri. Kalian tidak perlu mencampuri urusanku." Lelaki itu segera beranjak meninggalkan ayah dan adiknya.Di usianya sudah hampir memasuki kepala tiga, Ken belum jua mendapatkan jodohnya. Tak ada satupun gadis yang cocok dengannya, banyak dari mereka yang ingin dinikahi oleh Ken.Namun Ken selalu menolak, tak ada getaran dari hatinya. Ia ingin mencari sendiri cintanya."Kalau kamu tidak mau ayah carikan. Maka ayah terpaksa menyuruh pamanmu mencarikannya. Maka kamu tidak akan bisa menolak!" teriak sang ayah dengan tegas.Meskipun sang ayah sudah menyebut nama sang paman, tak serta merta membuat Ken takut. Ia memiliki pendiriannya sendiri yang teguh."Ya bicara saja ayah sama paman. Aku tak peduli!"Ken dan keluarganya adalah keturunan kerajaan di mana sang ayah adalah adik dari raja. Sang ayah tak pernah mau menggantikan kakaknya dan lebih senang menjadi seorang pengusaha.*****"Tuan Muda, mau ke mana?" tanya sang sopir pribadinya yang siap mengantar ke manapun Ken pergi."Aku bosan, Nthan. Kita ke kampus saja," sahut Ken malas. Hari-harinya hanya ditemani omelan sang ayah bukan sang ibu yang sudah meninggal.Ke kampus bagi Ken bukan kuliah melainkan mencari kesenangan dan mengajak mahasiswi di sana untuk sekedar berjalan-jalan tanpa niatan untuk meniduri mereka."Mencari gadis muda lagi? Maaf tuan muda, apa tidak bosan anda dengan gadis-gadis di sana?"Nthan lebih tua lima tahun darinya. Selain menjadi sopir pribadi, Nthan juga seorang asisten di kantor Ken.Ken tak pernah mau dijadikan perdana menteri oleh alm kakek atau pamannya. Ia dan ayahnya senang memiliki kehidupan yang bebas."Jumlah mereka kan banyak, Nthan. Tentu saja aku tak bosan."Ken tak marah ataupun tersinggung, ia malah terkekeh mendengarnya. Baginya mencari wanita yang berpadu dengan hatinya seperti mencari duri dalam lumpur."Ayo berangkat saja, Nthan."*****Sementara itu di tempat lain, sepasang agen sedang kebingungan mencari tuannya. Mereka kehilangan jejak dan harus menemukannya jika tidak maka kepala mereka akan menjadi taruhannya."8221, apakah kau sudah menemukan nona kedua?" cerca seorang penjaga menggunakan Walkie Talkie."Kami sudah menemukannya 8220. Nona Ulmer ada di sini." Dengan napas yang terengah sang penjaga menemukan nonanya."Bukannya aku sudah ada di sini?" Gadis yang sering memakai syal itu menjewer telinga salah satu pengawalnya hanya sekedar bercanda."Nona, apa yang sedang anda lakukan di sini? Kami mencari anda satu jam yang lalu jika tidak tuan besar Ulmer akan marah."Sang nona hanya tersenyum saat sang penjaga sedikit memarahinya.Tak ada yang tahu jika gadis itu sedang diawasi dari jauh. Ada seorang lelaki yang mengawasi gadis itu di dalam mobil hitamnya. Ia terkekeh sendiri melihat kelakuan gadis tersebut."Akhirnya aku menemukanmu."****Seorang gadis dengan dress panjangnya memandang sebuah foto yang tergantung di ruangan pribadinya. Ada perasaan sedih saat ia menatap foto tersebut. Seorang wanita yang duduk dengan harpanya adalah ibu sang gadis tersebut. Leanore adalah nama gadis itu. Leanore tak pernah mengenal ibunya sejak bayi. Ibunya meninggal karena melahirkan.Leanore mendekat ke alat musik kesayangan ibunya. Jemarinya yang halus mulai memainkan alat musik tersebut dengan penuh penghayatan."Sudah ayah katakan jangan memainkan alat musik itu!" Tiba - tiba saja sang ayah masuk yang membuatnya terkejut."Maaf nona. Saya tidak tahu jika tuan besar...," ujar Hellen sang pengawal pribadinya."Tidak apa - apa, Hellen," jawabnya dengan nada pelan."Mengapa Leanore tak boleh memainkannya, Ayah? Harpa ini peninggalan ibu," sahutnya tak berani menatap mata ayahnya."Jika kamu masih memainkan harpa itu maka jangan salahkan ayah jika harpa itu akan ayah buang jauh!" ancam ayahnya yang membuat Eleanore tak bisa berkutit."Dan kau Hellen. Awasi nonamu jangan sampai ia keluar tanpa izin lagi," kata ayahnya kepada Hellen.Hellen yang merasa ketakutan hanya bisa menggangguk saja.Selalu seperti ini jika Eleanore ingin memainkan alat musik itu maka ayahnya akan marah. Bukannya tidak boleh memainkan alat musik hanya saja Eleanore tidak boleh memainkan alat musik harpa.Dari ia kecil, Eleanore di didik keras oleh ayahnya. Sebagai anak dari perdana menteri yang disegani maka Eleanore sudah disiapkan menjadi wanita yang bisa segalanya. Memainkan alat musik apa saja, harus bisa menguasai bahasa asing dan mematuhi tata krama di rumah besarnya.Eleanore sudah bosan dengan semua aturan ketat yang ada di Kastil tempat ia dan keluarganya tinggal. Andai saja ia bukan keturunan darah biru maka ia akan bisa menikmati kehidupan di luar sana. Sayang sekali semua itu tidak sesuai kenyataan yang ada. Sang paman yang tak lain adalah kakak ayahnya merupakan menantu dari kerajaan."Nona, anda tidak apa - apa?" tanya Hellen dengan wajah sedihnya."Aku tidak apa - apa, Hellen."Selalu kata - kata itu yang di gunakan Eleanore untuk menggambarkan perasaannya yang sebenarnya."El, kau di mana?" Panggilan dari kakak pertamanya membuat ia tersenyum. Ia tak ingin kakaknya tahu jika ia sedang bersedih."Aku di sini Naval," ujarnya sumringah."Apa ayah memarahimu lagi?" Mengecup kening adiknya dengan penuh cinta."Tidak. Ayah hanya mampir sebentar ke kamarku.""Tumben sekali ayah ke kamarmu kecuali jika ayah sedang marah denganmu."Benar kata Naval sang ayah jarang sekali mau berbicara dengan putri bungsunya. Entah karena kesibukannya atau ada hal lain yang tidak diketahui."Kau memainkan harpa milik ibu lagi, El?" Naval dapat melihat harpa yang bergeser dari tempatnya.Eleanore hanya mengulum senyumannya. Hanya pada sang kakak pertama dirinya bisa bebas menjadi pribadi yang berbeda."Pasti ayah tidak memperbolehkanmu, bukan?" Naval mendekati adiknya yang duduk di depan jendela. Tempat favorit sang adik untuk melepas rasa lelah ataupun rasa bosannya."Tidak apa - apa Naval. Aku bisa memainkan yang lainnya," ucap Eleanore dengan lembutnya.Naval membelai rambut adiknya dengan penuh kasih sayang. Adik bungsu yang perlu ia perhatikan daripada saudara lainnya."Kau mau ikut aku menghadiri pernikahan rekan bisnisku?" Naval menawarkan Eleanore untuk ikut, tetapi ditolaknya. Gadis itu tak menyukai keramaian."Baiklah. Jangan kemanapun sampai aku kembali ya. Smith dan Ez tidak ada di rumah juga." Mengecup kening adiknya sebelum melangkah pergi dari kamar pribadi Eleanore.Tidak ada yang tahu jika El sebenarnya menangis dalam diam. Ia merasa kesepian dan tak ada yang memahami dirinya.****"Ini sudah sembilan belas tahun sejak kematian kakakmu. Apa masih kamu merindukannya, Nak?"Pria paruh baya itu tampak berdiri di samping sang anak sambil memandang foto di dinding yang menampilkan sosok pria muda sedang berkuda."Tentu saja, Yah. Dia kakakku satu-satunya yang paling memahamiku."Sang ayah tersenyum lalu menepuk punggung anaknya, ia tahu kedekatan putra keduanya dengan sang kakak yang tak bisa dipisahkan.Namun beberapa tahun mereka dipisahkan oleh kematian, putra pertamanya dibunuh dan pelakunya kini sedang menjalani hukuman seumur hidup."Seumur hidup aku tak akan pernah bisa memaafkan wanita itu yang telah membunuhnya," ucap Ken dengan nada emosi dan tatapan marah."Bukankah wanita itu sudah menerima hukumannya, Nak? Tidak bisakah kamu memaafkannya, Ken?"Ken tersenyum sinis, tak ada kata maaf di hatinya untuk seorang pembunuh kakaknya."Aku tak akan pernah mau memaafkannya sampai kapanpun." Ken berlalu dari hadapan sang ayah.Pria paruh baya tersebut merasa sedih, tatapannya teralihkan ke arah foto putra pertamanya sambil berkata lirih."Mengapa kamu harus melakukannya kepada adikmu?"=Bersambung=Namaku Eleanore semua orang memanggilku dengan El. Sejak kecil hidupku sudah diatur dengan tata cara kerajaan. Paman Pedro adalah menantu dari kerajaan yang ada di negara ini. Aku dibesarkan tanpa mengenal seorang ibu. Kata kakak pertamaku, ibu meninggal saat melahirkan di usia yang tidak begitu muda lagi. Ibu pemain harpa yang terkenal di masanya. Sejak ibu meninggal ayah tidak pernah mengijinkan siapapun untuk memainkan alat musik itu. Ayah tidak pernah dekat denganku. Aku tidak tahu apa yang menjadi sebab ayah tak pernah mau mendekatiku. Apakah ayah begitu membenciku? Apa aku yang menjadi sebab ibu meninggal?Di kastil ini yang disebut rumah bagiku adalah pemberian raja untuk ayah karena jasanya. Ayah adalah perdana menteri kepercayaan raja. Apakah aku beruntung bisa hidup dengan segala kemewahan di kastil ini? Tidak. Aku justru membenci tempat ini di mana semua serba diatur. Aku memiliki dua pengawal pribadi yang setia menemani kemanapun aku pergi. Bukan itu yang kuinginkan. Aku
Tiga jam lagi menjelang pernikahan putri raja dan aku belum siap sama sekali. Berbanding terbalik dengan kakak perempuanku, ia sudah berhias diri satu jam lalu dan kini sudah berada di istana sebab Princess Emilita adalah kawannya. Ia akan menjadi pengiring pengantin nanti."Nona, apa tidak bersiap diri? Anda harus berdandan cantik hari ini."Ada seorang wanita yang mengeluhkan penampilanku yang masih mengenakan pakaian santai, ia terlihat menggigit bibirnya sendiri dan sesekali duduk di sampingku. Aku sengaja melakukannya toh diriku tak ada andil dalam pernikahan tersebut."Nona, ayolah. Bibi Brigith tadi menyuruh saya untuk memberitahu nona agar segera mandi," ucap Hellen. Pengawal setia yang selalu menemaniku ke mana saja.Lucu melihat mimik wajahnya yang memanyunkan bibir karena aku tak mendengarkannya. Ia akan kena omelan bibi Brigith jika tak menjalankan tugasnya."Nona ..." Aku pura-pura tak mendengar dan senang menggodanya kalau aku tak menanggapi perkataannya. "Tinggal berpa
"Aduh bibi pelan-pelan."Inilah yang paling aku tak suka saat menghadiri sebuah pesta apapun. Aku harus memakai korset sebelum memakai gaun, pakaian dalam ini membuatku sesak napas jika sedang menggunakan dan benda ini dipakai hanya untuk memperlihatkan bentuk tubuh yang indah. Aneh, bukan?""Bibi sudah pelan, Nona," kata bibi Brigith membantuku memasangkan pakaian yang membuatku membenci benda satu ini."Aku benci pakai ini. Oh Tuhan aku ingin sekali merubah aturan berpakaian para wanita di sini. Aku merasa seperti benda yang diikat." Aku mendengkus kesal setengah mati, rasanya ada air panas di kepalaku dan siap dituang."Hellen, jangan tertawa! Bantuin bibi biar cepat selesai." Hellen tertawa karena perkataanku. Namun benar juga perkataanku, bukan? Setiap kali bibi memasangkan kain yang ada talinya ini ke tubuhku lalu mengikatnya dari belakang maka aku seperti jemuran yang diikat di pohon."Apa tidak ada gaun yang membuat pemakainya nyaman?"Aku terus menggerutu walau bibi sudah se
Jika ada yang menyukai sebuah pesta apalagi untuk seorang pria itu adalah Ken. Pria penyuka segala hiruk pikuk gemerlap malam tersebut akan hadir tepat waktu dan tak mensia-siakan kesempatan mencari sesuatu yaitu perempuan yang diajaknya kencan tanpa melakukan hubungan di atas ranjang, ia membenci hal itu.Ken bersiul dan bersenandung gembira kala berada di dalam mobil. Nthan melirik sahabatnya dari kaca spion, tak seperti biasanya pria di belakang itu bernyanyi kecil. Ia tahu ada alasan di balik itu semua."Siapa yang akan kau incar lagi, Ken?" tanya Nthan seakan tahu isi pemikiran di dalam otaknya."Entahlah yang pasti gadis cantik menurut pandanganku," kekehnya membayangkan hal yang akan terjadi nanti. Ia bisa leluasa keluar masuk ke istana dan siapa yang tak mengenal dirinya."Sesekali berkencanlah dengan serius, Ken. Usiamu tak muda lagi, bukan?" "Lalu bagaimana dengan dirimu sendiri, Nthan? Aku tak pernah melihatmu mengencani wanita." Ken membalas perkataan sahabatnya yang sela
Bagi Eleanore bertemu orang banyak dan berbincang membicarakan hal yang tak berguna membuatnya enggan untuk terus berdekatan bersama mereka. Dengan atau tanpa adanya dirinya toh mereka tak mau mengajak ia bercengkrama. Mereka sungkan pada Eleanore karena gadis itu memiliki hubungan dengan kerajaan.["Dia gadis yang tidak mengasyikan."]["Dia tidak pernah keluar dari kastilnya. Gadis yang membosankan."]["Kalau saja ayahku tak menyuruhku berteman. Aku tidak mau berteman dengan gadis pendiam itu."]Eleanore sudah kebal dengan semua sindiran yang dibicarakan teman-temannya dari belakang. Mereka tak berani mengatakannya langsung dan melakukannya di kamar mandi kampus.Kesendirian dan kesepian sudah menjadi keseharian bagi Eleanore, ia menyukainya daripada menggosipkan orang lain yang tidak kebenarannya. Ia dianggap aneh sebab banyak perempuan senang bergosip daripada membaca buku di perpustakaan. ["Nona, apa perlu kami temani di atas?"]Earpiece miliknya berbunyi dari Hellen, kedua penga
Malam yang seharusnya menjadi kebahagian bagi keluarga Montgemery berubah kelabu saat putra pertama mereka meninggal dibunuh oleh seorang wanita di sebuah hotel mewah. Saat ditemukan pria itu sudah terbujur kaku dengan wanita yang ketakutan dan bersembunyi di bawah meja."Aku tidak percaya kakakku meninggal!"Bocah laki-laki yang berusia sembilan tahun itu terus meraung, ia tak dapat memercayai jika sang kakak yang ia sayangi harus pergi dalam keadaan tragis dan pembunuhnya adalah wanita yang pernah dikenalkan. "Ken, tenangkan dirimu," ujar Tuan Montgemery mencoba menenangkan sang anak yang terus saja meronta untuk dilepaskan agar bisa melihat jenazah kakaknya."Ludric masih hidup. Bukan begitu, Ayah?" Di dalam pelukan sang ayah, Ken kecil menangisi kepergian Ludric dan belum dapat menerima kenyataan yang mengguncangkan pikirannya saat itu. Baginya sang kakak adalah dunianya dan sahabat terbaik, tetapi kini tempat ia bernaung telah meninggalkan dirinya."Ken, ayah tahu kau begitu be
"Ken, kau akan datang ke pernikahan Emilita, bukan?""Tentu saja, Yah. Aku akan datang tepat waktu."Tuan Montgemery tahu benar Ken tak akan menolak dengan adanya sebuah acara apalagi pesta kerajaan di mana para wanita berkumpul dan memperkenalkan dirinya pada Ken dan berharap dapat dipersunting."Belinda menjadi pendamping pengantin Emilita. Pamanmu sendiri yang meminta," kata tuan Montgemery ketika Ken menanyakan pakaian dress wanita yang berjejer rapi di ruang tengah.Ken berasal dari keturunan kerajaan, sang kakek telah dinobatkan menjadi raja sejak usia masih bayi dan baru memimpin ketika berusia lima puluh tahun. Hanya tiga puluh tahun saja ia memimpin kerajaan dan digantikan dengan anak pertamanya.Hanya Mario Joseph Montgemery merupakan anak kedua yang tak mau menjadi raja menggantikan sang kakak kelak, sedari muda ambisinya menjadi seorang pengusaha dan semua dilakukan tanpa campur tangan sang ayah. Terbukti setelah membangun usaha lebih dari empat puluh tahun kini perusahaan
Bayi mungil, cantik dan kulitnya seputih salju itu tampak terdiam seharian seakan memahami keluarganya sedang dalam keadaan berduka. Keluarga Ulmer mengalami tragedi yang menyedihkan ketika sang nyonya meninggal.Jaquavius sang suami terus berada di samping peti jenazah Erendira yang tersenyum dan berpakaian putih meski sudah meninggal kecantikannya tetap tak luntur. Erendira Melisenda adalah wanita lemah lembut, tutur katanya halus dan seorang anak dari keluarga bangsawan.Pernikahan Jaquavius dengan Erendira dua puluh satu tahun lalu meninggalkan kenangan indah bagi pria tersebut. Ius yang keras kepala dan mudah meluapkan emosi mampu diredakan dengan sikap tenang sang istri.Namun kini semua perasaan Ius tak dapat ia kendalikan, Ius sempat marah pada takdir karena memisahkan dirinya dengan sang istri. Ia tak habis pikir pada Tuhan sudah mengambil Erendira, ia ingin mengumpat tetapi dirinya sadar jika semua sudah menjadi bagian rencana-Nya."Tuan, nona kecil dan tuan Naval masih di
"Selamat pagi, Nona Eleanore."Seorang wanita menyambut kedatangan Eleanore dengan ramah lalu mengiringi langkah sang nona menuju suatu ruangan. Eleanore berjalan tampak anggun, dress yang dipakainya menarik pandangan semua orang bukan karena mahal, tetapi pakaian itu hasil rancangan dirinya sendiri.Sudah dua tahun ini Eleanore menekuni bidang fashion dan sesekali mengajari anak-anak panti asuhan belajar bermain Cello juga piano. Eleanore benar-benar berubah, dia menjelma menjadi wanita yang kuat dan pekerja keras."Apa agenda pekerjaanku hari ini, Anne?" tanya Eleanore sembari duduk di kursi kerjanya."Sampai esok lusa, tidak ada agenda penting, Nona. Semua sudah teratasi. Agenda padat di tanggal 1 bertepatan dengan tahun baru.""Syukurlah aku bisa istirahat. Aku lelah dan ingin merebahkan tubuhku di kasur, Anne," kata Eleanore menghirup napas panjang lalu menggeliat melepas lelah."Ya anda perlu mengistirahatkan tubuh anda, Nona. Hampir satu bulan ini banyak kegiatan yang menghabis
Eleanore jatuh tersungkur di hadapan dokter yang menangani Ken. Pria yang dia acuhkan dan dia diamkan selama satu tahun ini mengalami luka dalam cukup parah hingga membutuhkan donor darah rhesus negatif, darah yang sulit dicari dan rumah sakit kehabisan stok."Darah saya sama seperti tuan Ken, Nona. Biar saya yang mendonorkan darah," kata Justin mengajukan diri.Beruntung sekali Ken bisa terselamatkan berkat donor darah dari Justin sang pengawal Eleanore. Namun meskipun darah sudah didapat, Ken tidak akan siuman dalam waktu sebentar. Ken dinyatakan mengalami koma dan para dokter tidak bisa memastikan kapan pria itu terjaga."Lakukan apa saja untuk keponakanku. Berapa biayapun akan kami bayarkan!""Maaf, Raja. Bukannya kami tidak bisa menyelamatkan Tuan Ken, tetapi luka dalam yang menyentuh organ vitalnya membuat Tuan Ken tak sadarkan diri," ungkap Dokter Jamie memberi penerangan.Henryco pun terlihat syok mendengarkan penuturan sang dokter. Mereka tak menyangka jika dua peluru di tubu
Hampir satu tahun setengah Ken bolak balik dari kediamannya ke tempat tinggal Eleanore di desa terpencil. Tak masalah bagi Ken asal dia bisa melihat kesembuhan sang istri meski Eleanore hanya sepatah dua kata mengajaknya berbicara. Toh ... bagi Ken itu adalah kemajuan luar biasa.Seperti saat ini ketika waktu berkunjung Ken di hari Kamis hingga Minggu, Eleanore menunggu di depan pintu dan berharap pria itu membawa makanan dari kota atau cokelat yang dibeli Belinda di luar negeri. Di hari itu Eleanore tak bisa diganggu oleh apapun."Ayah senang kau akhirnya mau menerima Ken sebagai menantumu, Naval. Lihatlah putrimu, dia kembali jatuh cinta dengan suaminya.""Terima kasih sudah berdamai dengan masa lalu, Ken," ucap Jaquavius melihat Eleanore dari tangga. Kadang dia turut menemani Eleanore menunggu Ken."Berdamai itu susah, Yah. Aku masih belajar dan awalnya memang berat, tetapi melihat ketulusan Ken akhirnya aku menyadari tak ada manusia yang luput dari kesalahan."Jaquavius dan Naval
"Kau akan pulang, Jas? Kapan kau akan kembali ke sini?""Bulan depan. Tunggu aku di sini. Jika kau mau dibelikan sesuatu, telepon saja aku dan akan kukirim segera."Percakapan Jason dan Eleanore di depan gerbang membuat Ken tersisih dari pikiran sang istri. Seberusaha apapun dia mencoba untuk mendekati atau sekedar duduk saja di sebelahnya, Eleanore tetap mengacuhkannya seakan-akan dirinya tak ada."Tidak usah. Aku senang jika kau sering mengunjungiku," ucap Eleanore penuh semangat, tetapi tidak dengan Ken. Dia mencelos dan tak berdaya."Oke sekarang aku pergi ya. Jaga kesehatanmu," kata Jason memeluk Eleanore erat untuk terakhir kalinya. Dia mungkin akan kembali ke sini dalam waktu yang tidak ditentukan. Jason tak mau menganggu Ken yang sedang berusaha memperbaiki hubungannya dengan Eleanore."Ken, ingat apa yang sudah aku sampaikan padamu. Jika kau melakukannya lagi maka kan kubawa Eleanore ke tempat kau tak pernah menemukannya," ujar Jason memberi peringatan ultimatum.Ken hanya me
Tinggal dua bab lagi menuju tamat. Mau happy Ending atau Sad Ending? "Kau sedang apa di sini?""Kenapa kau membawa pria ini?"Naval maupun yang lainnya tidak menyangka sama sekali jika malam ini mereka kedatangan dua orang pria. Jaquavius memandang geram salah satu pria yang berdiri di ambang pintu dan ingin mengusir pergi."Coba jelaskan pada kami, Jas. Kau tahu dari mana mengenai tempat ini? Atau jangan katakan kalau kau meminta tolong pada ayahmu yang mafia itu," tuding Naval pada Jason yang datang malam itu.Keterdiaman Jason serta anggukan kepalanya membuat Naval menggeram kesal sekaligus marah. Keluarga Jason Georgeus selalu menemukan orang yang bersembunyi bahkan di tanah sekalipun."Usir mereka dari sini, Smith. Panggil pengawal jika mereka tak mau pergi," usir Jaquavius secara kasar.Pria di samping Jason yang sedari tadi hanya terdiam akhirnya bersuara dengan lirih. Jaquavius dan Naval memalingkan wajah mereka sedangkan Smith hampir menelepon pengawal, tetapi Jason menggele
Sudah hampir dua bulan ini Ken tak bisa menemukan keberadaan Eleanore. Tak seorang pun dapat mencari ke mana perginya sang istri. Bagi Ken, Eleanore tetaplah istrinya sebab dia tak pernah memberi tanda tangan di berkas penceraian tersebut."Kau ada di mana, El? Aku menyesali tindakanku."Meski dia sudah berulang kali ke kastil, tak ada yang bisa dia cari di sana. Naval maupun Jaquavius pun tidak mau memberitahu keberadaan Eleanore. Ken tahu jika keluarga Ulmer menyembunyikan sang istri dan sialnya mereka bekerja sama dengan sang ayah. "Mereka menghukumku dengan cara seperti ini."Ken sadar selama ini apa yang dia pikirkan mengenai sang kakak adalah salah besar. Dia terlalu menyayangi Ludric hingga rasa posesif terhadap sang kakak membawa dirinya salah menilai.Ketika semua terungkap dan pelan-pelan dia bisa menerima kenyataan tentang jati diri Ludric yang sebenarnya. Saat masa kanak-kanak, dia hanya berpikir betapa baik dan sayangnya sang kakak tanpa tahu perilaku kejahatan yang dila
Eleanore merasa hidupnya tiada arti. Dia kehilangan bayi di usia kandungan muda, kehilangan ibu yang baru saja ditemui, menerima kenyataan jika sang kakak Naval adalah ayah kandungnya selama ini dan yang paling menyakitkan adalah pria yang dicintai menyiksa sang ibu di penjara."Bagaimana aku bisa hidup, Bu? Aku sudah mencintai orang yang salah.""Apa yang harus aku lakukan?""Andai aku tak menikahi pria itu, apa aku masih bisa melihatmu lebih lama?"Eleanore selalu memendam semua masalah di dalam pikirannya, tak pernah bisa mengungkapkan apapun yang ingin dikatakan dan tak bisa meluapkan emosi melalui kata-kata. Eleanore terlihat bahagia dan seolah tak memiliki hal sulit, tetapi kenyataan dia menyimpan masalah-masalahnya mulai dari kecil. Tanpa disadari dirinya akan berdampak pada kejiwaannya.Dihempas begitu banyak masalah yang melukai perasaannya dan tak bisa mengutarakan isi hatinya membuat Eleanore memilih diam hingga jiwanya terganggu dan mengalami depresi akut."Apa yang terja
"Aku tak percaya."Ken menyangkal semua perkataan paman dan ayahnya mengenai kakak tercinta. Di mata Ken sendiri sang kakak adalah idola dan sosok yang sempurna. Kakak yang bertutur lembut dan berperilaku baik. Ken amat menyayangi Ludric yang memberinya kasih sayang setelah kematian sang ibu dan ayahnya yang sibuk bekerja. Ludric menuruti semua keinginan Ken meski caranya salah."Kau masih belum percaya dengan perkataan ayah dan pamanmu, Ken?""Bukti sudah ada mengenai kejahatan kakakmu. Lalu apa lagi yang ingin kau lakukan?" Henryco ikut menimpali perkataan sang adik.Ken membaca berulang kali berkas mengenai semua kasus tentang Ludric. Mulai dari masa kecil hingga menjelang kematiannya. Ludric tak bisa ditangkap hanya diinterogasi lalu dibebaskan. "Kau selalu menganggap Ludric sosok yang baik di matamu, Ken. Kau tak pernah melihat sosok lain dalam diri kakakmu. Dia tak segan melakukan keinginannya dengan cara licik," ujar Mario memberitahu kebenarannya."Jika Ludric berbuat salah,
Di lembaga pemasyarakatan Naval mengunjungi Kevin. Dia ingin menyapa sekaligus sekedar berbincang-bincang mengenai masa lalu mereka. Kevin divonis seumur hidup setelah melakukan pembunuhan Ludric beberapa tahun lalu."Apa kabarmu, Kevin?" tanya Naval sembari menuangkan segelas bir dan rokok untuk orang yang dia anggap teman dulu."Ya beginilah keadaanku," ujar Kevin menyunggingkan senyum.Naval meminum birnya lalu menyalakan rokok. Hal yang sama dilakukan Kevin. Kedua pria itu saling memandang hujan deras melalui kaca jendela lapas. Naval meminta ada ruangan khusus untuknya bersama Kevin."Kenapa kau baru mengakui kesalahanmu setelah dua puluh tahun berlalu?" tanya Naval tanpa menatap Kevin."Aku sudah lelah harus hidup dalam lumpur dosa dan bersembunyi dari masa lalu," aku Kevin dengan jujur."Tapi kau tak lelah ketika membunuh Ludric, bukan? Kudengar dari pihak pengadilan, kau memang sengaja merencanakan pembunuhan tersebut lalu menyalakan Celeste?""Aku terpaksa melakukannya, Naval