"Asia, Lo tuh bukan kayak cewek yang gue kenal selama ini. Kenapa, sih, Lo nangis cuma jalan sama Dylan, doang?" ujar Alya tak tega melihat sahabatnya seperti ini.
Terkadang orang kalau ngomong nggak pernah dikasih otaknya deh. Emang Lo abis diapain sih sama Dylan? Kok bisa pulang-pulang nangis, bukannya nyenengin sahabat gue malah disakitin?
Asia masih memikirkan ucapan sadis Shania saat itu, tak menyangka bisa-bisanya Shania membuat hatinya sakit. Dan ini lagi si Alya bukan menghibur sahabatnya yang lagi sakit Hati. Ini malah ngomel-ngomel tentang Dylan.
"Asia, Lo suka, kan, sama Dylan?" kata Alya.
Mendengar ucapan Alya, Asia seolah tak bisa berkata apa-apa. Asia berusaha menghapus air mata yang masih membasahi wajahnya.
Hah?! Gue?
Nggak mungkin?
Asia tidak tahu apakah ini rasa suka, cinta,sayang atau hanya sebatas kagum. Rasanya setiap kali berdekatan dengan Dylan, hati Asia tidak pernah berhenti berdegup kencang. Mungkin ini cinta
"Alya, gue nggak mungkin bisa menjauh dari Dylan, itu mustahil,""Gimana kalau Lo move on dengan cari cowok lain. Atau misalnya tuh cowok yang ngejar-ngejar Lo. Bukan cuma Dylan doang kali, As. Gimana kalau Nanda?""ALYA!! Lo nyebelin banget, sih, masa gue sama Nanda?""Setidaknya nih, ya, kalau Lo sama Nanda. Lo bisa miliki Nanda secara seutuhnya beda tuh, ya, kalau sama Dylan paling cuma 50% sisanya kan buat istri pertamanya," jelas Alya seolah sedang menyadarkan Asia.Nanda atau Ananda Nur Ardian. Cowok tinggi putih itu sudah mengejar Asia sejak hari pertamanya di kantor. Tapi sayangnya Asia selalu cuek dengan Nanda.Tetapi Nanda tidak pernah berhenti, bahkan setiap malam pernah mengirim pesan manis ke Asia. Tapi itu diacuhkan oleh Asia, sayang perlakuan Nanda kepada Asia hanyalah sia-sia.Asia, satu-satunya wanita yang dibe
"Gimana sayang tadi?" tanya Nafisah sambil bermesraan dengan Dylan."Jadi dong, tadi seru banget! Padahal aku maunya sana kamu," Dylan mengerucutkan bibirnya."Oh gitu..tadi sama siapa?""Tadi sama temenku namanya Asia," jawab Dylan sambil melihat ke arah Asia."Asia? Cewek ya pasti,"Dylan sudah menduga kalau istrinya ini cemburu setelah menyebut nama Asia."Sama Asia. Itu lho temen kerja aku. Lupa ya, masih ingat nggak?"
"Asia, Lo kenapa cuekin pesan gue?" Dylan menahan Asia saat ingin pergi ke kantin.Asia hari ini malah mengalihkan pandangannya ke arah lain."As, gue salah apa sih sama Lo? Dylan menggenggam keras tangan Asia."Apa sih, Dyl?" Asia berusaha untuk tidak menatap mata Dylan."Gue cuma nanya Lo sakit hati, kan, sama ucapan Shania?"Asia tidak menyangka secara tiba-tiba Dylan malah datang menemuinya. Gila banget nggak, sih, ulah Alya, nih!"Dasar Lo udah ngajak temen gue jalan malah Lo sakitin lagi," sindir Alya."Asia, please, Lo kenapa sih?"---------------------------------------------------------------"Asia!" Alya menepuk lengan Asia yang hanya menatap kearah es tehnya. Asia hanya melihat beberapa pecahan es yang mulai mengambang diatasnya. "Heh, Lo kesambet jin patung, ya. Asia, ya ampu
Lah, gue nggak apa-apa kali, Al. Ya kali seorang Asia jadi pendiem," balas Asia yang tidak tega melihat sahabatnya memohon."Gitu dong dari tadi, kalau kayak gini kan gue nggak berasa ngomong sama patung," katanya sambil meminum es cendol miliknya."Lo tahu nggak, tadi rasanya gue mau bilang sesuatu sama Dylan. Tapi rasanya tuh nggak bisa, padahal gue sering banget disakitin. Kenapa ya hati gue bawangnya luluh mulu," kesal Asia."Ya ampun Al, gue sampai mikir kayak gini. Apa jangan-jangan gue cinta sama Dylan? Gue bingung nih," jelas Asia."Tuh, kan, bener lo cinta sama Dylan?""Gue juga nggak tahu, sih. Tapi itu yang gue rasa,""Jangan cinta terlalu dalam cukup Dylan Milea aja, Dylan Asia nanti nggak sanggup," ledek Alya.Asia hanya tertawa saja saat mendengar ucapan dari Alya. Percuma cakep ya, kalau kerjaa
"Tumben sendirian aja, Nan?""Iya, nih, tadinya mau duduk sendiri tapi Lo manggil jadinya gue disini, deh. Ada Asia juga lagi disini,""Kalau ada gue, emang kenapa?" balas Asia."Kalau ada kamu, aku suka aja. Apalagi kalau kamu senyum, manis, deh," ujar Nanda. Seolah ingin menganggap Asia menjadi bagian dari hidupnya.Asia hanya tersenyum saat mendengar ucapan dari Nanda. Ucapan Nanda memang manis, tetapi apa bisa menggantikan posisi Dylan di hati Asia? Dylan yang selalu hambar tetapi isinya di manis banget.Melihat kedekatan Asia dan Nanda, Alya hanya bisa tersenyum saja. Sesekali Alya melirik ke arah Asia.Kenapa, sih? Setiap waktu harus mengingat Dylan?Gila!"Udah makan belum?" tanya Nanda."Gue nggak laper,""Ihh nggak boleh gitu, harus makan
Di tempat lain, Dylan dilanda cemburu melihat kedekatan Asia dan Nanda. Matanya menatap tajam kearah cowok itu.Menyebalkan!Ucapnya di dalam hati.Sedihnya lagi, dia belum pernah membuat Asia tertawa kembali. Dan ini cowok yang baru datang menghampiri Asia tiba-tiba mampu akrab dengan Asia dan Alya. Sayang, Dylan tidak bisa melihat secara dekat wajah pria itu.Tapi tiba-tiba Dylan melihat tangan Asia yang mengarah ke cowok itu. Sampai ketika cowok itu menghindar dan pergi dari Asia dan Alya.Dylan tersenyum. Tiba-tiba dia merindukan Asia.Asia!"Sayang!"Saat Dylan melihat Asia, tiba-tiba istrinya datang membawa makanan."Kamu tuh, kenapa, sih, lagi mikirin apa sih?" kata Nafisah yang melihat tingkah aneh Dylan. Dylan beralih pandangan ke Nafisah, Dylan t
"Al! Gue capek, mau cari gebetan lain aja deh!"Alya seperti berada di alam bawah sadarnya, dulu Asia senang banget kalau dekat sama Dylan. Sekarang tiba-tiba tidak ada angin atau hujan, sahabatnya malah berbicara seperti itu. Alya seperti melihat itu bukan sahabatnya, sedangkan Asia masih berdiri disana. Sejak mendengar hal itu, dia langsung mencubit pipi Asia,"Asli kok ini ya".Asia langsung bersikap aneh kepada Alya. Asia kesal, Alya malah bersikap seperti itu. Pagi ini jam 9 pagi, Asia harus rapat di luar. Sedangkan ini masih jam 7 pagi, masih ada banyak waktu bagi Asia untuk berbicara dengan sahabatnya."Sebentar, deh, As, Lo pagi ini makan apa?" kata Alya yang masih memikirkan kejadian hari ini. Lalu gadis itu menarik kursinya untuk duduk dekat Asia.Mendengar pertanyaan Alya, Asia jadi kaget. "Hah?" hanya itu ucapan yang keluar dari mulut Asia."Yaudah, s
"Ada apa, nih? Lo kangen sama gue?" kata Pemuda itu yang seolah ingin pertahanan hati Asia hancur.Gila! batin Asia."Oh jadi, ini alasannya kenapa Lo tiba-tiba ngilang gitu aja. Nggak ngabarin gue apa-apa," Dylan hanya duduk lalu melirik ke arah Asia."Emang Lo siapanya Asia? Lo nggak berhak ngatur-ngatur Asia,""Ehh. . Alya, gue tuh ngomong sama Asia. Bukan sama Lo!""Kepedean banget, Lo, Dyl. Kayak Asia mau ngomong aja sama Lo!" kesal Alya.Asia hanya diam saja saat melihat kedua temannya itu mulai bertengkar. Daripada Asia yang kena getahnya lebih baik diam saja."Pasti Asia mau, kan, Lo temen gue, kan, As?" Dylan mengelus tangan Asia. Ini nih yang sering membuat Asia luluh."Heh, Dyl, daripada kerjaan lo cuma nyakitin Asia. Lebih baik Lo pergi sama istri Lo aja," kata Alya sema