"Al! Gue capek, mau cari gebetan lain aja deh!"
Alya seperti berada di alam bawah sadarnya, dulu Asia senang banget kalau dekat sama Dylan. Sekarang tiba-tiba tidak ada angin atau hujan, sahabatnya malah berbicara seperti itu. Alya seperti melihat itu bukan sahabatnya, sedangkan Asia masih berdiri disana. Sejak mendengar hal itu, dia langsung mencubit pipi Asia,"Asli kok ini ya".
Asia langsung bersikap aneh kepada Alya. Asia kesal, Alya malah bersikap seperti itu. Pagi ini jam 9 pagi, Asia harus rapat di luar. Sedangkan ini masih jam 7 pagi, masih ada banyak waktu bagi Asia untuk berbicara dengan sahabatnya.
"Sebentar, deh, As, Lo pagi ini makan apa?" kata Alya yang masih memikirkan kejadian hari ini. Lalu gadis itu menarik kursinya untuk duduk dekat Asia.
Mendengar pertanyaan Alya, Asia jadi kaget. "Hah?" hanya itu ucapan yang keluar dari mulut Asia.
"Yaudah, s
"Ada apa, nih? Lo kangen sama gue?" kata Pemuda itu yang seolah ingin pertahanan hati Asia hancur.Gila! batin Asia."Oh jadi, ini alasannya kenapa Lo tiba-tiba ngilang gitu aja. Nggak ngabarin gue apa-apa," Dylan hanya duduk lalu melirik ke arah Asia."Emang Lo siapanya Asia? Lo nggak berhak ngatur-ngatur Asia,""Ehh. . Alya, gue tuh ngomong sama Asia. Bukan sama Lo!""Kepedean banget, Lo, Dyl. Kayak Asia mau ngomong aja sama Lo!" kesal Alya.Asia hanya diam saja saat melihat kedua temannya itu mulai bertengkar. Daripada Asia yang kena getahnya lebih baik diam saja."Pasti Asia mau, kan, Lo temen gue, kan, As?" Dylan mengelus tangan Asia. Ini nih yang sering membuat Asia luluh."Heh, Dyl, daripada kerjaan lo cuma nyakitin Asia. Lebih baik Lo pergi sama istri Lo aja," kata Alya sema
"Lo masih waras, As? Yakin udah siap move on dari Dylan?" Alya seolah tidak percaya kalau Asia akan meninggalkan Dylan selama-lamanya.Asia hanya melirik ke arah Alya dan hanya mengangguk saja."Nah, gini dong, As! Lo nggak baik tuh, sama dia,"Asia melihat ke arah Alya. Enak aja si Alya, dikira dia nggak bisa move-on dari Dylan apa. Asia rasanya ingin sekali menghukum temannya yang satu ini. "Gue kan bilang mau move on, tapi nggak usah gitu juga kali," ucap Asia."Ini kan, jarang banget Lo ngomong kayak gini. Ya Lo harus semangat jangan putus asa gitu!" kata Alya.Asia senang disemangati oleh Alya, "Lo nggak usah ngomong pun gue tahu kali, Al," tandas Asia."Tapi gue salut ya sama Lo. Di saat Lo bertemu dengan cinta pertama Lo tapi Lo malah mundur!" Alya dengan penuh semangat."Dan Lo bilang tadi Lo mau move on. Padahal nyatanya Lo cinta kan, sama dia? Orang kalau udah move-on itu udah pasti cinta
"Tapi disini gue adalah orang ketiga. Dan gue nggak mau menjadi penghancur diantara sepasang kekasih," "Kalau gue jadi Nafisah, pun, gue nggak suka kalau ada wanita lain yang mau merebut suami gue. Mulai sekarang gue mau ngejauhin Dylan," Beberapa menit kemudian, Alya datang. Lalu menanyakan apakah sahabatnya ini ada masalah. Kemudian, Asia melirik dengan raut wajah yang sama seperti sebelumnya. "Kalau menurut Lo, nih, gue bisa nggak, sih, move-on dari Dylan?" Alya hanya terdiam. Dia menyilangkan tangannya di dada dan berpikir. Saat melihat Alya terdiam, Asia jadi ikut berpikir mampukah dia menjauhi Dylan? Lelaki yang amat dicintainya itu. Memikirkan bagaimana kisah cintanya jika tetap berlanjut antara Asia, Dylan dan Nafisah. Rumit sekali! Cukup saja hari ini dia mendapat pesan dari atasannya untuk lembur. "Ya, bisa, lah. Kalau
"Lo ngapain, sih?" Asia berada di tempat kerjanya dan melihat ke arah Dylan. Ia melihat Dylan sambil membawa 1 kotak dimsum.Lelaki itu memberikan 1 kotak dimsum untuk Asia. "Dimsum kesukaan, lho, nih, tadi mau habis untung gue beli duluan," kata Dylan sambil menawarkan kepada Asia."Eh, Dyl. Masih punya nyali juga, Lo, ngedeketin Asia?" balas Alya saat melihat sahabatnya ditemui oleh Dylan. Dylan, pria yang disukai oleh Asia tetapi hal itu sudah sirnah."Lo, bukannya pulang. Malah disini? Pulang aja sana," kata Dylan mulai mengusir Alya."Yaelah, ngegas banget, sih, Lo. Inget, As, nggak usah deket-deket sama dia. Cuekin aja!" tutur Alya mengingatkan Asia tentang perbuatan Dylan yang pernah dilakukan kepada Asia.Dimsum yang diberikan oleh Dylan, masih berada di hadapan Asia. Asia belum sekalipun menyentuh dimsum itu.Asia memikirkan tahu saja kalau Asia suka sama Dimsum. Dasar Dylan! Bisa aja nyari kesempatan d
"Gimana, enak, kan, dimsumnya?" kata Dylan. Dylan yang masih memperhatikan Asia dari meja kantornya."Enak, kok. Thank, Dyl," Asia berusaha merespon Dylan sewajarnya. Dia tidak mau kalau harus menjadi orang ketiga di hubungan Dylan dan Nafisah.Dylan tidak menyangka ternyata Asia bisa luluh hanya dengan 1 kotak dimsum. Kalau sudah tahu Asia suka dimsum sudah pasti dibelikan sejak kemarin-kemarin. Tapi walaupun Asia sudah memakan dimsum pemberian Dylan, tetap saja wajahnya seperti itu.Asia sejak tadi terlihat memiliki aura yang tidak menyenangkan. Bukannya disambut, Asia sudah siap memperlihatkan ucapan tidak menyenangkan yang akan dilontarkan olehny. Padahal dia sudah makan dimsum dari Dylan tetapi tetap saja auranya itu tidak pernah hilang.Asia itu lagi kenapa, sih? Suka bingung, deh. Sebentar-sebentar dia ngambek, baik, terus ngambek lagi. Aneh banget, kan? Setiap ditanya malah tatapannya tajam banget. Eh dan sekarang dibilang
"Tapi Lo kalau lagi jutek gini makin cantik, deh," ucap Dylan.Sedangkan Asia hanya diam dan memberikan tatapan tajam kepada Dylan."Iya, nggak usah ngeliatin gue kayak gitu, kali. Gue tahu kok, Lo kangen kan liat wajah gue?""Cih!" ujar Asia langsung memalingkan wajahnya ke laptop.Gombalan Lo nggak mempan, Dyl. Gue jamin Lo nggak bakal bisa menaklukkan hati gue lagi. Batin Asia.Please, Dyl. Pergi jangan sampai gue gagal move on cuma gara-gara Dimsum. Bodoh banget, sih, gue! Murahan banget, sih, hati gue ini!Sialan!Desis Asia dalam hati. Entah sudah seberapa kuat Asia berusaha melawan semesta. Dan entah kenapa semesta selalu tidak berpihak padanya. Asia kurang yakin apakah dia bisa move-on dari Dylan atau tidak?"Asia, gue mau pesen makan, nih. Lo mau apa?" tanya Dylan seolah ingin mencairkan suasana. Ia mengelus tangan Asia dan berusaha untuk mengajaknya makan.Ini, sih, Dylan, ke
"Kalau Lo lembur lagi. Gue jemput Lo ya?" Dylan melirik ke arah Asia."Terserah!" Asia menjawabnya dengan ketus."Hmm..malamnya Lo mau makan apa? Kapan-kapan bareng gue aja ya?"Asia semakin kesal. Kenapa, sih, Dylan selalu memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Bisa-bisa Asia semakin menjauh kalau Dylan seperti ini."Lo makin kesini makin gemes, deh," Dylan gemas melihat pipi Asia."Nggak usah pegang-pegang. Pipi gue jerawatan nanti," balas Asia dengan tatapan tajam."Eh, maaf, deh. Yaudah Lo mau pulang bareng gue?""Nggak perlu. Gue bisa pulang sendiri,"Dylan suka sekali mengerjai Asia. Rasanya ingin mengajak Asia pulang."Oke, gue nggak maksa, kok. Besok, kan, hari Minggu, jalan yuk?""Nggak bisa, gua ada acara sama Alya," kata Asia sigap."Bukannya dia lagi di luar kota ya, kan, dia ada meeting di luar kota."Bodoh banget, sih, Lo Asia. Bisa-bisanya l
Asia masih kesal, dan tidak percaya pagi-pagi ini Dylan malah datang ke rumah. Asia mengira kalau Dylan hanya bercanda saja. Ternyata Dylan beneran datang ke rumahnya di pagi buta. Mendengar kedatangan Dylan, Asia langsung turun dari kamarnya dan membuka pintu untuk Dylan."Lo tuh ya bisa nggak sih nggak usah ganggu gue. Masih ngantuk tahu, nih?"Asia bahkan masih dalam keadaan muka kusut. Bahkan belum sempat sikat gigi sejak kedatangan Dylan. Sejak Dylan datang, Asia pun sudah tidak peduli apakah Dylan akan kebauan karena Asia belum mandi. Biarkan saja Dylan semakin menjauh karena ini salah satu cara agar Asia bisa move-on dari Dylan.Tetapi Dylan malah bersikap enteng saja dan tidak ada masalah kalau Asia belum mandi. "Buruan mandi, gue mau numpang makan disini. Boleh, kan?" katanya.Asia semakin kesal dengan tingkah Dylan.Demi Allah, apa dosa Asia selama ini jika masih dihantui dengan Dylan setiap harinya."