Cemburu sama siapa, sih, gue bukan siapa-siapanya kepedean banget, sih, gue....
Asia baru saja sampai kantornya pagi tadi, tepat 1 menit sebelum jam masuk kantor tiba. Hari ini dia tidak melihat Dylan, entah kemana dia pergi. Tetapi saat Asia mulai mengerjakan pekerjaannya, dia malah diberitahu Alex teman kantornya kalau Dylan sedang rapat. Ahh syukurlah gue kira dia kenapa tumben nggak kelihatan, batin Asia.Tapi saat dia sedang melihat ponselnya, tak sengaja dia melihat postingan Dylan bersama istrinya. Rasanya cemburu itu mulai membuncah di hati Asia, dia tak suka jika melihat calon gebetannya sendiri bersama perempuan lain. Tapi apa boleh buat, dirinya bukan siapa-siapa Dylan melainkan hanya sebatas teman kerja saja.“Kenapa lo tumben cemberut gitu, nggak enak tahu dilihatnya?” Alya menepuk bahu Asia yang membuat sahabatnya itu tersentak kaget.“Alya, lo nyebelin banget, sih, pagi-pagi. Untung gue nggak jantungan coba kalau gue jantungan bisa mati mendadak gue!” protes Asia yang melotot ke arah Alya dengan penuh marah.“Lagian lo sih, nggak biasanya cemberut gitu. Pasti abis lihat Dylan, ya?”Asia menatap sinis ke sahabatnya dan anehnya tebakan Alya memang ada benarnya. “Kalau iya kenapa?”“Ya terus kenapa Asia sayang, cerita dong, sini sama Aya” Alya menarik tangan Asia dan membawanya ke kantin.Nggak cocok banget, sih, Al. Biasanya juga dipanggilnya Alya bukan Aya kayak anak kecil aja sih, batin Asia.“Ribet, deh, kalau ngomong sama lo mah, Al.” Asia melepas tangan Alya dari tangannya dan meninggalkan Alya disana.“Eh, Asia kok gue malah ditinggalin, sih. Nggak asik banget, nih!” Alya mulai mengejar sahabatnya yang sudah jauh berlari.Ternyata omongan Alya memang ada benarnya, buat apa gue mikirin Dylan belum tentu dia memikirkan hal yang sama kan. Ahh, gue tuh siapanya Dylan, sih? Cuma sebatas teman kerja aja, dan kebetulan aja kita memang dekat. Dekat juga hanya gara-gara dia pernah jadi mentor magang gue waktu itu.Ini nih susahnya kalau disuruh meeting online, mana sinyal nggak bersahabat pula. Kan, nggak enak dilihat rekan kerja nanti masa gue ngomongnya terbata-bata gara-gara sinyal doang. Masa sih gue harus mencari sinyal demi mendapatkan meeting yang baik di depan atasan gue. Oh, god! Kenapa, sih, hal ini selalu terjadi nggak tepat waktu, menyebalkan!.Menyebalkan!Asia hanya merutuki nasibnya yang selalu apes.“Udah..udah, deh, nggak usah ngambek gitu kali. Minum dulu biar lebih tenang, kalau sudah minum, kan, bisa mikir lagi.” Alya memberikan Asia teh hangan miliknya.Asia saja sampai tidak tahu sejak kapan Alya pergi membeli minuman itu. Tapi ada benarnya juga ucapan Alya, Asia langsung menghabiskan teh hangat milik sahabatnya hingga habis.”Nyebelin banget nggak, sih.”
“Pasti ulah Dylan, kan?”“Bukanlah.”“Jangan bohong sama gue, As,” Alya kesal karena dia selalu membantah ucapannya sendiri. Padahal dia sudah kenal seperti apa Asia, kapan Asia suka sama seorang pria dan kapan dia mulai cemburu. Semua sudah terlihat jelas ketika Alya melihat Asia.“Nggak usah sok tau, deh, lo”“Pasti cemburu, kan?”Asia hanya menatapnya sinis, nggak mungkin kali kalau dirinya sendiri sampai cemburu dengan Dylan. Ya buat apa nggak ada gunanya kali. “Gue nggak merasa cemburu, gue biasa aja, Al.”“Pasti cemburu sama Nafisah.” Balas Alya sambil memakan cemilannya.“Iya, gue cemburu sama Nafisah. Yang jelas dia tuh sempurna banget buat Dylan, lah gue mah apa atuh. Badan gue juga nggak proporsional, hitam manis pula. Beda kalau Nafisah, kan, cantik, eskotis gitu lah enak dipandang.”“Nah, itu lho tau. Udah tau lho, tuh, minus jadi nggak ada apa-apanya dibandingkan istrinya Dylan. Dia tuh perfect banget menurut gue dan lo apa hidup, jomblo pula” tambah Alya memperburuk suasana hati Asia.Asia jadi semakin heran, apa sebegitu jeleknya tubuhnya. Sampai segitunya Alya bilang seperti itu tentang postur badannya. Padahal kalau dilihat-lihat dia tidak terlalu jelek dan cocok kok kalau disandingkan dengan Dylan.“Bedanya, nih, ya, sama lo tuh nggak bisa miliki Dylan, sedangkan Nafisah tuh bisa. Bener, kan, apa kata gue?” Alya menunjuk-nunjuk ke wajah Asia.Asia hanya mendengar apa yang dikatakan oleh sahabatnya, memang benar dia tidak bisa memiliki Dylan. Tapi bisa jadi, kan, di lain waktu Dylan bisa menjadi miliknya. Dan Asia juga tak ingin kalau sahabatnya bisa membaca pikirannya sekarang.Ah, Dylan kenapa sih selalu lo yang ada di pikiran gue? Kapan gue yang ada di pikiran lo?“Heh? Bener, kan, gue?” Alya mencolek tangan Asia, hingga membuat Asia tersadar dari lamunannya.“Apa, sih? Nggak jelas tahu.” Asia memalingkan pandangannya ke arah lain.“Tuh, kan, gue dicuekin berarti bener tadi, kan!”“Alya, lo semakin nggak jelas, deh. Minum obat deh, lo, biar nggak nular ke gue,” ledek Asia.“Bilang aja, sih, As. Cemburu susah banget, sih, heran gue sama lo!”“Ya ampun Alya Nathalie, lo tuh ya bisa diem nggak, sih. Nggak usah deh, kepo kepo!” balas Jay yang mulai berdiri dari tempat duduknya. Berdebat dengan Alya memang tak ada habisnya, bisa-bisa sampai nunggu es mencair.Lebih baik meninggalkan Alya di kantin adalah salah satu pilihan yang tepat. Daripada dia harus diteror dengan ribuan pertanyaan tentang calon gebetannya itu.Cemburu? Masa sih sama Dylan aja cemburu? Kecuali kalau sekelas David Beckham sih gapapa lah ini si Dylan bukan apa-apa juga. Ya, sekelas Dylan makan juga berantakan kemana-mana kok bisa, sih, Asia naksir sama pria yang sekelas Dylan. Nggak habis pikir ternyata tipenya Asia seperti itu.Oh, God, kenapa harus memikirkan pria itu sih, harusnya, kan dia mikirin kerjaan?!Nggak banget, deh, kalau sampai Asia memiliki pria itu padahal sudah jelas-jelas punya istri. Kebangetan banget kayak nggak ada pria lain di dunia ini aja, harus mengambil pria milik cewek lain. Nggak mungkin deh, kayaknya, mustahil aja gitu cewek sekelas Asia naksir sama pria seperti Dylan.“Asia, nanti pergi meeting bareng gue ya, gue mau keluar dulu mau ada urusan” Alya berteriak dari tempat sana.“Iya, jangan lama.”Perasaan Asia setiap hari semakin baik saja, entah apa ini karena pengaruh dari Dylan atau tidak dia juga tidak tahu pasti. Ahh.. padahal hari ini memang menyenangkan? Semoga meeting hari ini menyenangkan.“Asia Armelina, lo dimana sekarang?”Asia kaget saat mendengar ucapan dari Dylan, belum sempat dia berbicara tetapi dia malah dikejutkan dengan suara yang dirindukannya. Dylan, calon gebetannya yang sudah disukai sejak lama.Padahal Asia pikir dia masih bersama istrinya, ternyata tanpa dipikirkan oleh Asia. Dylan tiba-tiba datang sendiri ke rumahnya. Oh my god, sendirian pula nekat juga Dylan menemui Asia. Padahal hari ini ada drama Jepang favoritnya, Dylan selalu datang di waktu yang tidak tepat.Untungnya saja orangtuanya tidak ada, sedangkan kakak perempuannya sedang ada urusan diluar. Kalau ada orangtuanya bisa bahaya, dan Dylan malah kepedean tingkat dewa nanti.“Ya ampun, biasa aja kali, Dyl. Gue lagi di rumah, kenapa?”“Lo tahu nggak, sih. Gue tuh di depan rumah lo. Cepet buruan nggak pakai lama, Asia Armelina.” bentak Dylan.Asia seketika tak percaya dengan apa yang di
Asia yang baru keluar kamar tiba-tiba kaget melihat Dylan yang ada di rumahnya. Tepat jam 6 malam, Dylan sudah ada dirumahnya bahkan sudah berbicara dengan ayahnya. Sedangkan kakanya malah sibuk menelepon seseorang disamping ayahnya.Bukannya berduaan sama istrinya sendiri, Dylan malah datang ke rumah Asia yang jelas-jelas tidak ada hubungan dengan Dylan. Mbak Laras tiba-tiba masuk kamar katanya mau diapel pacarnya, dia bahkan sudah berdandan cantik sejak setengah jam yang lalu.“Nggak berduaan sama istri lo?” Asia bertanya sambil melirik ke arah ayahnya yang sedang mengobrol dengan Dylan.Ahh,.. itu dimsum favoritku. Tahu aja, deh, Dylan kalau Asia suka dimsum. Tapi sayang Asia mau tapi gengsi.“Ya enggaklah, kan, ratu gue ada disini,” katanya sambil melirik ke arah Asia.Ayah Asia hanya tertawa kecil mendengar ucapan Dylan, dan Mbak Laras hanya menggoda dirinya terus-menerus. Katanya nggak mas
“Jangan dilepas ya, As, nanti lo hilang. Gue malah yang harus tanggungjawab nanti. Dan gue juga nggak mau lo dilihatin sama cowok-cowok genit di luar sana,” kata Dylan masih memegang erat tangan Asia.Asia hanya merasakan kebahagiaan hari ini. Tak menyangka ternyata Dylan bisa memberikan perhatian sebaik ini. Walaupun Asia dan Dylan tidak ada hubungan apa-apa. Tapi herannya kenapa Asia terlihat senang dengan perlakuan dari Dylan, dari suami orang pula.“Tutup mata, lo, deh”“Eh, mau kemana?”“Udah nurut aja kenapa, sih?”Asia hanya menurut apa yang dikatakan oleh Dylan. Dylan menutup mata Asia dengan kain hitam yang sudah dipersiapkannya. Di sisi lain, Asia merasa satu-satunya gadis yang diperlakukan oleh pangerannya seperti ini. Lalu Dylan menuntun Asia ke sebuah tempat, membiarkan gadis itu duduk di tempat.Lalu Dylan membuka kain penutup dan meminta Asia m
“Bagus banget, Dyl, suasana disini. Thank you, ya, udah ngajakin gue kesini” Asia sambil melihat-lihat pemandangan disini.“Gue harusnya yang bilang makasih. Makasih, lo mau keluar malam malam demi nge-date sama gue. ” Dylan sambil memegang tangan Asia.Dylan, bisa nggak, sih, nggak usah gandeng tangan gue. Gemeteran woy, gue nggak ngebayangin gimana kalau gue jadi istri kedua lo haha. Halu banget, ya, Asia, batinnya.“Btw, lo laper nggak? Gue laper, nih,” ujar Dylan sesekali melihat ke arah Asia.“Boleh, gue juga laper, nih.”“Yaudah, yuk ikut gue. Gue tau tempat makan yang pas,”“Eh..ehh mau kemana, Dyl”“Ke suatu tempat dan yang pasti lo suka,” kata Dylan langsung menggandeng tangan Asia.Asia hanya menurut saja atas permintaan dari Dylan. Bagaimanapun, Dylan lah yang men
"Eh Dyl?"Dylan yang sedang bersama Asia tiba-tiba mendengar namanya dipanggil.Ternyata suara itu datang dari sahabat istrinya, Shania.Shania Nur Imran, cewek berdarah Indonesia-India ini merupakan model iklan. Terlihat jelas dari cara berpakaiannya, yang feminim dan modis. Tak salah jika Shania berteman dengan istri Dylan, Nafisah yang tak kalah modis dengan Shania."Eh Sha?"Melihat kedatangan Shania, Dylan langsung melepas tangan Asia. Dylan tak ingin kalau Shania melaporkan hal ini ke Nafisah. Bisa-bisanya perang dunia ke 2, kalau Nafisah tahu!"Sama siapa, Dyl?" tanya Shania sambil menyindir ke arah wanita di sebelah Dylan. Shania hanya mau lihat apakah Dylan tetap ketakutan karena kedatangannya."Nih, sama temanku," ujar Dylan seolah tidak terjadi apa-apa.Sedangkan Asia yang hanya melihat saja dan tanpa berkata 1 kata pun. Kini mulai membuka suaranya."Oh, iya..kelupaan. Kenalin dia temanku, waktu di tempat
Dylan merutuki nasibnya seolah takdir seolah selalu saja memainkan dirinya. Kenapa, sih, hari ini harus ketemu Shania? Coba kalau nggak ketemu Shania, kan, gue tetep bisa nganterin Asia pulang.Sialan!Batin Dylan."Tumben mukanya gitu?" Anders melihat tingkah sahabatnya yang aneh."Udah deh, nyebelin," ujar Dylan."Ciee abis kepergok selingkuh, ya," ledek Anders."Apa, sih, Lo? Gue nggak butuh ucapan Lo sekarang. Bukannya menenangkan gue kek ini malah ngeledek gue," kata Dylan."Lah terus gue cuma menyampaikan ucapan gue kali," ungkap Anders. "Dan, Lo nggak bisa Dyl memiliki 2 orang wanita. Apalagi Asia, simpanan Lo itu, kan?"Dylan merasa tersindir karena ucapan dari sahabatnya itu. Terutama saat mendengar nama Asia, "Dan satu lagi Asia itu cuma temen gue," balas Dylan."Oke, deh, gue tau. Dia temen, Lo, kan? Dia juga wanita, bro, jangan disakitin,""Gue juga nggak ada rasa sedikitpun untuk Asia. Lo tuli apa gim
"Asia, Lo tuh bukan kayak cewek yang gue kenal selama ini. Kenapa, sih, Lo nangis cuma jalan sama Dylan, doang?" ujar Alya tak tega melihat sahabatnya seperti ini.Terkadang orang kalau ngomong nggak pernah dikasih otaknya deh. Emang Lo abis diapain sih sama Dylan? Kok bisa pulang-pulang nangis, bukannya nyenengin sahabat gue malah disakitin?Asia masih memikirkan ucapan sadis Shania saat itu, tak menyangka bisa-bisanya Shania membuat hatinya sakit. Dan ini lagi si Alya bukan menghibur sahabatnya yang lagi sakit Hati. Ini malah ngomel-ngomel tentang Dylan."Asia, Lo suka, kan, sama Dylan?" kata Alya.Mendengar ucapan Alya, Asia seolah tak bisa berkata apa-apa. Asia berusaha menghapus air mata yang masih membasahi wajahnya.Hah?! Gue?Nggak mungkin?Asia tidak tahu apakah ini rasa suka, cinta,sayang atau hanya sebatas kagum. Rasanya setiap kali berdekatan dengan Dylan, hati Asia tidak pernah berhenti berdegup kencang. Mungkin ini cinta
"Alya, gue nggak mungkin bisa menjauh dari Dylan, itu mustahil,""Gimana kalau Lo move on dengan cari cowok lain. Atau misalnya tuh cowok yang ngejar-ngejar Lo. Bukan cuma Dylan doang kali, As. Gimana kalau Nanda?""ALYA!! Lo nyebelin banget, sih, masa gue sama Nanda?""Setidaknya nih, ya, kalau Lo sama Nanda. Lo bisa miliki Nanda secara seutuhnya beda tuh, ya, kalau sama Dylan paling cuma 50% sisanya kan buat istri pertamanya," jelas Alya seolah sedang menyadarkan Asia.Nanda atau Ananda Nur Ardian. Cowok tinggi putih itu sudah mengejar Asia sejak hari pertamanya di kantor. Tapi sayangnya Asia selalu cuek dengan Nanda.Tetapi Nanda tidak pernah berhenti, bahkan setiap malam pernah mengirim pesan manis ke Asia. Tapi itu diacuhkan oleh Asia, sayang perlakuan Nanda kepada Asia hanyalah sia-sia.Asia, satu-satunya wanita yang dibe