Cemburu sama siapa, sih, gue bukan siapa-siapanya kepedean banget, sih, gue....
Asia baru saja sampai kantornya pagi tadi, tepat 1 menit sebelum jam masuk kantor tiba. Hari ini dia tidak melihat Dylan, entah kemana dia pergi. Tetapi saat Asia mulai mengerjakan pekerjaannya, dia malah diberitahu Alex teman kantornya kalau Dylan sedang rapat. Ahh syukurlah gue kira dia kenapa tumben nggak kelihatan, batin Asia.Tapi saat dia sedang melihat ponselnya, tak sengaja dia melihat postingan Dylan bersama istrinya. Rasanya cemburu itu mulai membuncah di hati Asia, dia tak suka jika melihat calon gebetannya sendiri bersama perempuan lain. Tapi apa boleh buat, dirinya bukan siapa-siapa Dylan melainkan hanya sebatas teman kerja saja.“Kenapa lo tumben cemberut gitu, nggak enak tahu dilihatnya?” Alya menepuk bahu Asia yang membuat sahabatnya itu tersentak kaget.“Alya, lo nyebelin banget, sih, pagi-pagi. Untung gue nggak jantungan coba kalau gue jantungan bisa mati mendadak gue!” protes Asia yang melotot ke arah Alya dengan penuh marah.“Lagian lo sih, nggak biasanya cemberut gitu. Pasti abis lihat Dylan, ya?”Asia menatap sinis ke sahabatnya dan anehnya tebakan Alya memang ada benarnya. “Kalau iya kenapa?”“Ya terus kenapa Asia sayang, cerita dong, sini sama Aya” Alya menarik tangan Asia dan membawanya ke kantin.Nggak cocok banget, sih, Al. Biasanya juga dipanggilnya Alya bukan Aya kayak anak kecil aja sih, batin Asia.“Ribet, deh, kalau ngomong sama lo mah, Al.” Asia melepas tangan Alya dari tangannya dan meninggalkan Alya disana.“Eh, Asia kok gue malah ditinggalin, sih. Nggak asik banget, nih!” Alya mulai mengejar sahabatnya yang sudah jauh berlari.Ternyata omongan Alya memang ada benarnya, buat apa gue mikirin Dylan belum tentu dia memikirkan hal yang sama kan. Ahh, gue tuh siapanya Dylan, sih? Cuma sebatas teman kerja aja, dan kebetulan aja kita memang dekat. Dekat juga hanya gara-gara dia pernah jadi mentor magang gue waktu itu.Ini nih susahnya kalau disuruh meeting online, mana sinyal nggak bersahabat pula. Kan, nggak enak dilihat rekan kerja nanti masa gue ngomongnya terbata-bata gara-gara sinyal doang. Masa sih gue harus mencari sinyal demi mendapatkan meeting yang baik di depan atasan gue. Oh, god! Kenapa, sih, hal ini selalu terjadi nggak tepat waktu, menyebalkan!.Menyebalkan!Asia hanya merutuki nasibnya yang selalu apes.“Udah..udah, deh, nggak usah ngambek gitu kali. Minum dulu biar lebih tenang, kalau sudah minum, kan, bisa mikir lagi.” Alya memberikan Asia teh hangan miliknya.Asia saja sampai tidak tahu sejak kapan Alya pergi membeli minuman itu. Tapi ada benarnya juga ucapan Alya, Asia langsung menghabiskan teh hangat milik sahabatnya hingga habis.”Nyebelin banget nggak, sih.”
“Pasti ulah Dylan, kan?”“Bukanlah.”“Jangan bohong sama gue, As,” Alya kesal karena dia selalu membantah ucapannya sendiri. Padahal dia sudah kenal seperti apa Asia, kapan Asia suka sama seorang pria dan kapan dia mulai cemburu. Semua sudah terlihat jelas ketika Alya melihat Asia.“Nggak usah sok tau, deh, lo”“Pasti cemburu, kan?”Asia hanya menatapnya sinis, nggak mungkin kali kalau dirinya sendiri sampai cemburu dengan Dylan. Ya buat apa nggak ada gunanya kali. “Gue nggak merasa cemburu, gue biasa aja, Al.”“Pasti cemburu sama Nafisah.” Balas Alya sambil memakan cemilannya.“Iya, gue cemburu sama Nafisah. Yang jelas dia tuh sempurna banget buat Dylan, lah gue mah apa atuh. Badan gue juga nggak proporsional, hitam manis pula. Beda kalau Nafisah, kan, cantik, eskotis gitu lah enak dipandang.”“Nah, itu lho tau. Udah tau lho, tuh, minus jadi nggak ada apa-apanya dibandingkan istrinya Dylan. Dia tuh perfect banget menurut gue dan lo apa hidup, jomblo pula” tambah Alya memperburuk suasana hati Asia.Asia jadi semakin heran, apa sebegitu jeleknya tubuhnya. Sampai segitunya Alya bilang seperti itu tentang postur badannya. Padahal kalau dilihat-lihat dia tidak terlalu jelek dan cocok kok kalau disandingkan dengan Dylan.“Bedanya, nih, ya, sama lo tuh nggak bisa miliki Dylan, sedangkan Nafisah tuh bisa. Bener, kan, apa kata gue?” Alya menunjuk-nunjuk ke wajah Asia.Asia hanya mendengar apa yang dikatakan oleh sahabatnya, memang benar dia tidak bisa memiliki Dylan. Tapi bisa jadi, kan, di lain waktu Dylan bisa menjadi miliknya. Dan Asia juga tak ingin kalau sahabatnya bisa membaca pikirannya sekarang.Ah, Dylan kenapa sih selalu lo yang ada di pikiran gue? Kapan gue yang ada di pikiran lo?“Heh? Bener, kan, gue?” Alya mencolek tangan Asia, hingga membuat Asia tersadar dari lamunannya.“Apa, sih? Nggak jelas tahu.” Asia memalingkan pandangannya ke arah lain.“Tuh, kan, gue dicuekin berarti bener tadi, kan!”“Alya, lo semakin nggak jelas, deh. Minum obat deh, lo, biar nggak nular ke gue,” ledek Asia.“Bilang aja, sih, As. Cemburu susah banget, sih, heran gue sama lo!”“Ya ampun Alya Nathalie, lo tuh ya bisa diem nggak, sih. Nggak usah deh, kepo kepo!” balas Jay yang mulai berdiri dari tempat duduknya. Berdebat dengan Alya memang tak ada habisnya, bisa-bisa sampai nunggu es mencair.Lebih baik meninggalkan Alya di kantin adalah salah satu pilihan yang tepat. Daripada dia harus diteror dengan ribuan pertanyaan tentang calon gebetannya itu.Cemburu? Masa sih sama Dylan aja cemburu? Kecuali kalau sekelas David Beckham sih gapapa lah ini si Dylan bukan apa-apa juga. Ya, sekelas Dylan makan juga berantakan kemana-mana kok bisa, sih, Asia naksir sama pria yang sekelas Dylan. Nggak habis pikir ternyata tipenya Asia seperti itu.Oh, God, kenapa harus memikirkan pria itu sih, harusnya, kan dia mikirin kerjaan?!Nggak banget, deh, kalau sampai Asia memiliki pria itu padahal sudah jelas-jelas punya istri. Kebangetan banget kayak nggak ada pria lain di dunia ini aja, harus mengambil pria milik cewek lain. Nggak mungkin deh, kayaknya, mustahil aja gitu cewek sekelas Asia naksir sama pria seperti Dylan.“Asia, nanti pergi meeting bareng gue ya, gue mau keluar dulu mau ada urusan” Alya berteriak dari tempat sana.“Iya, jangan lama.”Perasaan Asia setiap hari semakin baik saja, entah apa ini karena pengaruh dari Dylan atau tidak dia juga tidak tahu pasti. Ahh.. padahal hari ini memang menyenangkan? Semoga meeting hari ini menyenangkan.“Asia Armelina, lo dimana sekarang?”Asia kaget saat mendengar ucapan dari Dylan, belum sempat dia berbicara tetapi dia malah dikejutkan dengan suara yang dirindukannya. Dylan, calon gebetannya yang sudah disukai sejak lama.Padahal Asia pikir dia masih bersama istrinya, ternyata tanpa dipikirkan oleh Asia. Dylan tiba-tiba datang sendiri ke rumahnya. Oh my god, sendirian pula nekat juga Dylan menemui Asia. Padahal hari ini ada drama Jepang favoritnya, Dylan selalu datang di waktu yang tidak tepat.Untungnya saja orangtuanya tidak ada, sedangkan kakak perempuannya sedang ada urusan diluar. Kalau ada orangtuanya bisa bahaya, dan Dylan malah kepedean tingkat dewa nanti.“Ya ampun, biasa aja kali, Dyl. Gue lagi di rumah, kenapa?”“Lo tahu nggak, sih. Gue tuh di depan rumah lo. Cepet buruan nggak pakai lama, Asia Armelina.” bentak Dylan.Asia seketika tak percaya dengan apa yang di
Asia yang baru keluar kamar tiba-tiba kaget melihat Dylan yang ada di rumahnya. Tepat jam 6 malam, Dylan sudah ada dirumahnya bahkan sudah berbicara dengan ayahnya. Sedangkan kakanya malah sibuk menelepon seseorang disamping ayahnya.Bukannya berduaan sama istrinya sendiri, Dylan malah datang ke rumah Asia yang jelas-jelas tidak ada hubungan dengan Dylan. Mbak Laras tiba-tiba masuk kamar katanya mau diapel pacarnya, dia bahkan sudah berdandan cantik sejak setengah jam yang lalu.“Nggak berduaan sama istri lo?” Asia bertanya sambil melirik ke arah ayahnya yang sedang mengobrol dengan Dylan.Ahh,.. itu dimsum favoritku. Tahu aja, deh, Dylan kalau Asia suka dimsum. Tapi sayang Asia mau tapi gengsi.“Ya enggaklah, kan, ratu gue ada disini,” katanya sambil melirik ke arah Asia.Ayah Asia hanya tertawa kecil mendengar ucapan Dylan, dan Mbak Laras hanya menggoda dirinya terus-menerus. Katanya nggak mas
“Jangan dilepas ya, As, nanti lo hilang. Gue malah yang harus tanggungjawab nanti. Dan gue juga nggak mau lo dilihatin sama cowok-cowok genit di luar sana,” kata Dylan masih memegang erat tangan Asia.Asia hanya merasakan kebahagiaan hari ini. Tak menyangka ternyata Dylan bisa memberikan perhatian sebaik ini. Walaupun Asia dan Dylan tidak ada hubungan apa-apa. Tapi herannya kenapa Asia terlihat senang dengan perlakuan dari Dylan, dari suami orang pula.“Tutup mata, lo, deh”“Eh, mau kemana?”“Udah nurut aja kenapa, sih?”Asia hanya menurut apa yang dikatakan oleh Dylan. Dylan menutup mata Asia dengan kain hitam yang sudah dipersiapkannya. Di sisi lain, Asia merasa satu-satunya gadis yang diperlakukan oleh pangerannya seperti ini. Lalu Dylan menuntun Asia ke sebuah tempat, membiarkan gadis itu duduk di tempat.Lalu Dylan membuka kain penutup dan meminta Asia m
“Bagus banget, Dyl, suasana disini. Thank you, ya, udah ngajakin gue kesini” Asia sambil melihat-lihat pemandangan disini.“Gue harusnya yang bilang makasih. Makasih, lo mau keluar malam malam demi nge-date sama gue. ” Dylan sambil memegang tangan Asia.Dylan, bisa nggak, sih, nggak usah gandeng tangan gue. Gemeteran woy, gue nggak ngebayangin gimana kalau gue jadi istri kedua lo haha. Halu banget, ya, Asia, batinnya.“Btw, lo laper nggak? Gue laper, nih,” ujar Dylan sesekali melihat ke arah Asia.“Boleh, gue juga laper, nih.”“Yaudah, yuk ikut gue. Gue tau tempat makan yang pas,”“Eh..ehh mau kemana, Dyl”“Ke suatu tempat dan yang pasti lo suka,” kata Dylan langsung menggandeng tangan Asia.Asia hanya menurut saja atas permintaan dari Dylan. Bagaimanapun, Dylan lah yang men
"Eh Dyl?"Dylan yang sedang bersama Asia tiba-tiba mendengar namanya dipanggil.Ternyata suara itu datang dari sahabat istrinya, Shania.Shania Nur Imran, cewek berdarah Indonesia-India ini merupakan model iklan. Terlihat jelas dari cara berpakaiannya, yang feminim dan modis. Tak salah jika Shania berteman dengan istri Dylan, Nafisah yang tak kalah modis dengan Shania."Eh Sha?"Melihat kedatangan Shania, Dylan langsung melepas tangan Asia. Dylan tak ingin kalau Shania melaporkan hal ini ke Nafisah. Bisa-bisanya perang dunia ke 2, kalau Nafisah tahu!"Sama siapa, Dyl?" tanya Shania sambil menyindir ke arah wanita di sebelah Dylan. Shania hanya mau lihat apakah Dylan tetap ketakutan karena kedatangannya."Nih, sama temanku," ujar Dylan seolah tidak terjadi apa-apa.Sedangkan Asia yang hanya melihat saja dan tanpa berkata 1 kata pun. Kini mulai membuka suaranya."Oh, iya..kelupaan. Kenalin dia temanku, waktu di tempat
Dylan merutuki nasibnya seolah takdir seolah selalu saja memainkan dirinya. Kenapa, sih, hari ini harus ketemu Shania? Coba kalau nggak ketemu Shania, kan, gue tetep bisa nganterin Asia pulang.Sialan!Batin Dylan."Tumben mukanya gitu?" Anders melihat tingkah sahabatnya yang aneh."Udah deh, nyebelin," ujar Dylan."Ciee abis kepergok selingkuh, ya," ledek Anders."Apa, sih, Lo? Gue nggak butuh ucapan Lo sekarang. Bukannya menenangkan gue kek ini malah ngeledek gue," kata Dylan."Lah terus gue cuma menyampaikan ucapan gue kali," ungkap Anders. "Dan, Lo nggak bisa Dyl memiliki 2 orang wanita. Apalagi Asia, simpanan Lo itu, kan?"Dylan merasa tersindir karena ucapan dari sahabatnya itu. Terutama saat mendengar nama Asia, "Dan satu lagi Asia itu cuma temen gue," balas Dylan."Oke, deh, gue tau. Dia temen, Lo, kan? Dia juga wanita, bro, jangan disakitin,""Gue juga nggak ada rasa sedikitpun untuk Asia. Lo tuli apa gim
"Asia, Lo tuh bukan kayak cewek yang gue kenal selama ini. Kenapa, sih, Lo nangis cuma jalan sama Dylan, doang?" ujar Alya tak tega melihat sahabatnya seperti ini.Terkadang orang kalau ngomong nggak pernah dikasih otaknya deh. Emang Lo abis diapain sih sama Dylan? Kok bisa pulang-pulang nangis, bukannya nyenengin sahabat gue malah disakitin?Asia masih memikirkan ucapan sadis Shania saat itu, tak menyangka bisa-bisanya Shania membuat hatinya sakit. Dan ini lagi si Alya bukan menghibur sahabatnya yang lagi sakit Hati. Ini malah ngomel-ngomel tentang Dylan."Asia, Lo suka, kan, sama Dylan?" kata Alya.Mendengar ucapan Alya, Asia seolah tak bisa berkata apa-apa. Asia berusaha menghapus air mata yang masih membasahi wajahnya.Hah?! Gue?Nggak mungkin?Asia tidak tahu apakah ini rasa suka, cinta,sayang atau hanya sebatas kagum. Rasanya setiap kali berdekatan dengan Dylan, hati Asia tidak pernah berhenti berdegup kencang. Mungkin ini cinta
"Alya, gue nggak mungkin bisa menjauh dari Dylan, itu mustahil,""Gimana kalau Lo move on dengan cari cowok lain. Atau misalnya tuh cowok yang ngejar-ngejar Lo. Bukan cuma Dylan doang kali, As. Gimana kalau Nanda?""ALYA!! Lo nyebelin banget, sih, masa gue sama Nanda?""Setidaknya nih, ya, kalau Lo sama Nanda. Lo bisa miliki Nanda secara seutuhnya beda tuh, ya, kalau sama Dylan paling cuma 50% sisanya kan buat istri pertamanya," jelas Alya seolah sedang menyadarkan Asia.Nanda atau Ananda Nur Ardian. Cowok tinggi putih itu sudah mengejar Asia sejak hari pertamanya di kantor. Tapi sayangnya Asia selalu cuek dengan Nanda.Tetapi Nanda tidak pernah berhenti, bahkan setiap malam pernah mengirim pesan manis ke Asia. Tapi itu diacuhkan oleh Asia, sayang perlakuan Nanda kepada Asia hanyalah sia-sia.Asia, satu-satunya wanita yang dibe
Asia hanya bisa terdiam!Ia hanya ingin tahu bukan hanya dia yang mencintai pemuda itu. Dia hanya menginginkan pemuda itu juga mencintainya tetapi sayangnya itu tidak terjadi. Lagian Dylan susah banget, sih, ngomong cinta aja gengsinya setinggi langit.“Bodoh!” batinnya. “Bodoh banget sih lo, Dyl!”Asia mulai berdiri dari tempat tidurnya, dia ingin menutup pintu yang sengaja dibuka lebar oleh Dylan. Tetapi saat ingin keluar, tak sengaja tubuh mereka saling bertabrakan hingga jatuh ke lantai.“Duhh..”Lalu Dylan datang menghampiri gadis itu untuk mencari tahu apakah ada yang terluka. “Kamu ada masalah?”“Ehemm..jangan bikin baper kenapa bang! Kasian tahu kalau cinta mah perjuangin kali,” katanya.Dylan ingin sekali memberikan pelajaran kepada adik tercintanya ini.“Bodoh banget sih bang. Kalau cinta itu ya diperjuangin bukan malah ditinggalin, parah banget lo udah
Hufft!Si Asia ada ada aja kalau lagi galau. Masa masalah jendela aja sampai teriak - teriak, untung nggak rusak kuping bang Rizky. Coba kalau bermasalah gimana, gue juga kan yang repot. Batin Rizky.“Ehh.. gelap banget sih kok ditutup segala. Kan gue minta tadi dibuka bang?” protes Asia yang berteriak kencang dari tadi.“Ehh abangg,” erang Asia dengan suara bangun tidur khasnya.”Ya ampun dimintain tolong kayak mau minta hutang aja,”Asia mulai kesal dengan tingkah laku abangnya, dia mulai membuka matanya perlahan - lahan. Lalu dia tidak menyangka kenapa ada Dylan, pria yang disukainya selama ini. Apakah ini nyata atau fiksi?Asia mulai menyadarkan diri, apa mungkin ini mimpi? Dia lalu mengerjapkan matanya kembali dan pandangannya tetap sama itu Dylan.“Kaa..kamu kenapa?”Kata Dylan yang seolah memberikan hipnotis kepada Asia, ia tahu pemuda itu memang masih ada di kamarnya. Mata Asia se
Dylan langsung jalan perlahan – lahan ke kamar Asia. Ya, seingetnya kamar Asia memang ada di atas. Dulu, dia sama Asia sering mengobrol di kamar Asia entah itu membicarakan pekerjaan atau membicarakan hal yang lainnya. Sudah lama sekali, ia tidak berkunjung ke kamar gadis itu.Dia mulai memutar kenop pintu kemudian membuka kamar Asia perlahan – lahan. Kamarnya terlihat seperti biasa, dengan jendela yang masih terbuka lepat.Dylan hanya bisa tersenyum saja lalu memandang gadis itu di tempat tidur. Sudah tahu lagi sakit, bandel banget sih!Ia lalu mulai berjalan dan ingin menutup jendela kamar Asia. Lalu dia tidak sengaja melihat gadis itu sedang tertidur lelap layaknya seorang puteri.Cantik sekali!Memang cantik sekali gadis itu, jadi wajar saja kenapa Dylan bisa terpesona dengan wajah cantiknya. Tetapi dia tidak sengaja melihat Asia sedang memeluk sebuah benda, benda yang sepertinya dikenalinya.Boneka doraemon.Iya, bone
Dylan yang masih khawatir dengan kondisi Asia, dia langsung masuk saja melewati Rania dan pacarnya yang masih memakan potongan mangga yang sempat diberikan oleh abangnya Asia. Disana ia masih melihat Asia sedang terbaring lemas di kasurnya, sedangkan Rania asik berpacaran dengan kekasihnya.Kok bisa sih dia asik bermesraan di depan orang yang lagi sakit!“Bang Rizky kemana sih?” katanya. Sejak mendengar ucapan Dylan, keduanya langsung terkejut dan mulai berjauhan antara satu sama lain.“Aa..an.u..di ruang tamu bang,” kata Denny yang mulai terbata – bata.“Heh.. jangan deket – deketan belum halal kalian tuh. Jangan sampai kalian nikah duluan sebelum gue sama Asia nikah dulu, inget ya gue nggak kasih lampu hijau nanti,” kata Dylan yang mulai meninggalkan mereka berdua.Setelah kepergian Dylan, mereka berdua mulai terlihat rona merah di pipinya. Tak hanya itu, mereka pun mulai memberikan ucapan kesalnya.
“Ma, suapin dong,” Dylan mulai membuka mulutnya dan sang mama mulai memberikan suapan salad buah yang baru saja dibuat.“Ihh curang banget, papa juga mau,” kata sang Papa yang cemburu melihat kedekatan antara Dylan dan sang mama.Subhanallah sudah pada besar, manjanya nggak hilang – hilang. Untung aja Mama Shita ada kalau enggak bisa berantem kali.“Tuh ada di meja jangan manja,” kata Mama Shita yang kembali memberikan sepotong salad kepada anaknya. Sedangkan Dylan merasa menjadi tuan rumahnya saat ini dan hanya memberikan senyuman kecil kepada papanya.“Nyebelin banget kamu dyl, lihat aja nanti awas aja,” kata Papa yang mulai kesal dengan tingkah laku anaknya itu.Saat ingin mengunyah salad itu, tiba – tiba telepon dari adiknya pun berdering. Setelah mendengar panggilan itu, Dylan jadu khawatir apa yang terjadi dengan adiknya, Rania.“Ehh, kamu kenapa?”“Se
“Eh kak Asia kenapa kok jadi kurus kering gini sih?” kata Rania yang terkejut melihat Asia sedang terbaring lemah.Asia masih terbaring lemah dengan mata panda hingga tubuh yang mirip seperti lidi. Ia hanya bisa mendengar pembicaraan gadis itu, tanpa mimik wajah yang jelas ia hanya tersenyum. Coba deh kalau Dylan menerima gue, nggak bakal kayak gini nih jadinya! Batin Asia dalam hati.“Tahu nggak kak? Aku sudah lama banget nggak ketemu kakak, kangen aja gitu,” Rania yang mulai mengelus – elus badan Asia. Sedangkan pacarnya hanya bertugas untuk mengantarinya saja hari ini.“Oh iya, kemarin aku habis jalan – jalan lho dan kebetulan habis ketemu makanan kesukaan kakak. Nanti harus dimakan ya nggak boleh kayak gini kurus banget”“Permisi gadis yang cantik, hari ini udah waktunya Asia untuk minum obat. Diminum ya adik aku tercinta, Asia Armelina,” kata Abangnya dari kejauhan yang mulai menghampiri mer
“Tumben banget sudah rapi pagi – pagi, mau kemana?” kata Mamanya yang lalu melirik ke anak bungsunya itu. Sedangkan sang Papa yang masih sibuk dengan laptopnya sendiri untuk mengerjakan pekerjaan kantornya.“Ini lho kebetulan kemarin aku nggak sengaja lihat makanan kesukaan kak Asia. Dan kebetulan aku mau beliin,” katanya sambil membawa – bawa oleh – oleh makanan itu. “Boleh kan, Ma? Kebetulan kan sudah lama nggak ketemu kak Asia jadi kangen,” Iya, sudah lama sekali mereka bertemu mungkin terakhir mereka bertemu saat Asia masih bersama dengan Dylan. Ya, dan di saat itu juga dia mulai kehilangan teman. Bukan sebagai teman kakaknya, melainkan teman sehari – hari yang selalu bersama Asia. Sekarang ia sadar, semuanya pasti akan berubah dan hanya menunggu waktunya saja.Dylan yang sejak tadi mendengar kata Asia hanya bisa diam saja dan melirik. Sudah lama memangnya dia tidak berjumpa dengan gadis itu. Ya, itu justr
Kini Mama Asia mulai kebingungan, ia tahu ada beberapa pria yang bersama dengan Asia dulu sebut saja Dylan dan Nanda.Tak hanya Mama Asia yang kebingungan bagaimana menanggapi anaknya, Asia Armelina. Mama Dylan pun sama seperti itu, ia hampir kehilangan cara bagaimana menasihati sang anak, Dylan Jalaludin Akbar.Padahal dulu Dylan sering sekali bercerita tentang apapun yang terjadi di hari itu. Mulai dari cerita bahagia, sedih, galau tetapi kini yang didapatkan oleh Mama Dylan hanya kehampaan belaka. Anaknya sudah berubah drastis 100 persen, entah apa yang harus dilakukanya saat ini.Sedangkan sang anak, Dylan masih saja mengaduk – ngaduk mienya di mangkuk. Sedangkan tatapannya hanya kosong seperti sedang ada masalah. Ya, kalau gini jadinya mienya bisa jadi surut kan?Perempuan setengah abad itu hanya bisa membuang napasnya. Sekarang mie rebus itu sudah layaknya seperti mie yang dicincang – cincang. Dan rasanya pasti sekarang sud
Liburan hari ini sepertinya menjadi hari – hari yang menakutkan bagi seorang Asia. Asia yang dulu ceria, bersemangat dan selalu mewarnai hari – harinya itu sudah tidak terlihat lagi. Melainkan beberapa hari ini dia selalu memberikan wajah yang murung dan seperti tidak memiliki semangat untuk hidup. Tak hanya itu, ibunya juga pernah melihat saat Asia membersihkan lantai. Malah kain pelnya yang tidak dikeringkan, alhasil semua lantai tidak ada satu pun yang kering malah basah semua seperti air yang sengaja ditumpahkan.Air – air kain pel itu menyebabkan sang ibunda hampir jatuh. Abang dan ayahnya sampai kebingungan ada apa dengan Asia yang sebenarnya.Tak hanya itu, dia juga mulai membantu sang ibu untuk belanja ke pasar. Tetapi dia selalu pulang terlambat, entah kemana. Mama Asia langsung kebingungan tak biasanya anaknya pulang terlambat. Padahal dulu kalau pulang dari tempat manapun selalu cepat.Tetapi yang didapatkannya sekarang, hanya rasa p