"Eh Dyl?"
Dylan yang sedang bersama Asia tiba-tiba mendengar namanya dipanggil.
Ternyata suara itu datang dari sahabat istrinya, Shania.Shania Nur Imran, cewek berdarah Indonesia-India ini merupakan model iklan. Terlihat jelas dari cara berpakaiannya, yang feminim dan modis. Tak salah jika Shania berteman dengan istri Dylan, Nafisah yang tak kalah modis dengan Shania.
"Eh Sha?"
Melihat kedatangan Shania, Dylan langsung melepas tangan Asia. Dylan tak ingin kalau Shania melaporkan hal ini ke Nafisah. Bisa-bisanya perang dunia ke 2, kalau Nafisah tahu!
"Sama siapa, Dyl?" tanya Shania sambil menyindir ke arah wanita di sebelah Dylan. Shania hanya mau lihat apakah Dylan tetap ketakutan karena kedatangannya.
"Nih, sama temanku," ujar Dylan seolah tidak terjadi apa-apa.
Sedangkan Asia yang hanya melihat saja dan tanpa berkata 1 kata pun. Kini mulai membuka suaranya.
"Oh, iya..kelupaan. Kenalin dia temanku, waktu di tempat kerja, Asia," Dylan menarik lengan tangan Asia ke arah Shania.
"Shania," Shania mengulurkan tangannya. Dan langsung melihat gadis itu dengan tatapan tajam.
"Asia,"
Melihat tatapan mata Shania, seolah sepertinya Shania tak suka dengan keberadaan dirinya. Tadinya hari ini Asia akan menghabiskan waktu dengan Dylan. Tetapi itu mustahil!
Ingin rasanya Asia meninggalkan tempat ini secepatnya. Air matanya mulai berair tetapi coba ditahan Asia sekuat mungkin."Abis ngapain, Dyl?"
"Menurut Lo gimana, Aja? Ya nggak mungkin juga gue abis nyari ikan?" kata Dylan.
"Iya, tahu deh," ujar Shania puas dengan sindiran yang dilakukan. "Tumben Nafisah kemana?"
Asia semakin terpojok. Bukannya senang pergi sama Dylan, kini hanya sakit hati yang ia rasakan.
"Dia ada perlu tadi sama temennya," balas Dylan.
"Bisa bisa aja Lo, Dyl, mengambil kesempatan dalam kesempitan," ujar Shania sambil mencecar Dylan.
Asia sejak tadi hanya bisa mendengarkan ucapan mereka berdua, Shania dan Dylan. Ingin pergi tapi dia tidak mau menjadi orang yang cupu. Menyerah sebelum perang.
"Suka suka gue, kali!" Alvin kesal.
Asia meringis. Tak kuat rasanya jika harus melanjutkan bersama Dylan. Sadar, Asia! Lo tuh tetap yang kedua di hati Dylan! Betapa bodohnya Asia masih memperjuangkan cowok yang jelas-jelas tidak akan pernah menjadi miliknya.
Demi Neptunus? Ini siapa, sih, Asia, bukan, sih! Gini, kan, jadinya kalau terlalu cinta sama suami orang! Duh..
Shania hanya senyum sedikit, berhasil rasanya menghancurkan pertemuan mereka. "Yaudah, deh, gue balik, ya," ujarnya.
Setidaknya rasa sakit Asia sudah sedikit berkurang, tetapi tetap saja air mata ini ingin menetes. Tahan, Asia! Sabar, belum saatnya...
Dylan menyentuh jari jemari Asia, dan mengajaknya makan.
"Yuk makan," ujarnya.
"Lain kali aja, deh, kita makan jagungnya. Gue dapat pesan dari papa soalnya disuruh pulang," kata Asia berusaha bersikap tenang dan santai.
Nyatanya Asia hanya ingin menenangkan diri. Terlebih lagi mendapatkan omongan pedas dari Shania, itulah yang membuat Asia sakit hati.
"Gue anterin, gimana?"
"Nggak usah. Gue udah persen Gojek, udah sampai juga kok,"
"Ya tapi, kan. Lo datengnya sama gue kok malah gitu, sih?!"
"Iya, duh nanti aja ya gue ceritain. Kam, nggak enak ditungguin papa,"
Asia lalu meninggalkan Dylan sendirian di taman. Lalu berlari sambil menangisi apa yang terjadi hari ini.
Kenapa cinta selalu datang seperti ini? Tak bisakah cinta berbaik hati kepada Asia?
Dylan merutuki nasibnya seolah takdir seolah selalu saja memainkan dirinya. Kenapa, sih, hari ini harus ketemu Shania? Coba kalau nggak ketemu Shania, kan, gue tetep bisa nganterin Asia pulang.Sialan!Batin Dylan."Tumben mukanya gitu?" Anders melihat tingkah sahabatnya yang aneh."Udah deh, nyebelin," ujar Dylan."Ciee abis kepergok selingkuh, ya," ledek Anders."Apa, sih, Lo? Gue nggak butuh ucapan Lo sekarang. Bukannya menenangkan gue kek ini malah ngeledek gue," kata Dylan."Lah terus gue cuma menyampaikan ucapan gue kali," ungkap Anders. "Dan, Lo nggak bisa Dyl memiliki 2 orang wanita. Apalagi Asia, simpanan Lo itu, kan?"Dylan merasa tersindir karena ucapan dari sahabatnya itu. Terutama saat mendengar nama Asia, "Dan satu lagi Asia itu cuma temen gue," balas Dylan."Oke, deh, gue tau. Dia temen, Lo, kan? Dia juga wanita, bro, jangan disakitin,""Gue juga nggak ada rasa sedikitpun untuk Asia. Lo tuli apa gim
"Asia, Lo tuh bukan kayak cewek yang gue kenal selama ini. Kenapa, sih, Lo nangis cuma jalan sama Dylan, doang?" ujar Alya tak tega melihat sahabatnya seperti ini.Terkadang orang kalau ngomong nggak pernah dikasih otaknya deh. Emang Lo abis diapain sih sama Dylan? Kok bisa pulang-pulang nangis, bukannya nyenengin sahabat gue malah disakitin?Asia masih memikirkan ucapan sadis Shania saat itu, tak menyangka bisa-bisanya Shania membuat hatinya sakit. Dan ini lagi si Alya bukan menghibur sahabatnya yang lagi sakit Hati. Ini malah ngomel-ngomel tentang Dylan."Asia, Lo suka, kan, sama Dylan?" kata Alya.Mendengar ucapan Alya, Asia seolah tak bisa berkata apa-apa. Asia berusaha menghapus air mata yang masih membasahi wajahnya.Hah?! Gue?Nggak mungkin?Asia tidak tahu apakah ini rasa suka, cinta,sayang atau hanya sebatas kagum. Rasanya setiap kali berdekatan dengan Dylan, hati Asia tidak pernah berhenti berdegup kencang. Mungkin ini cinta
"Alya, gue nggak mungkin bisa menjauh dari Dylan, itu mustahil,""Gimana kalau Lo move on dengan cari cowok lain. Atau misalnya tuh cowok yang ngejar-ngejar Lo. Bukan cuma Dylan doang kali, As. Gimana kalau Nanda?""ALYA!! Lo nyebelin banget, sih, masa gue sama Nanda?""Setidaknya nih, ya, kalau Lo sama Nanda. Lo bisa miliki Nanda secara seutuhnya beda tuh, ya, kalau sama Dylan paling cuma 50% sisanya kan buat istri pertamanya," jelas Alya seolah sedang menyadarkan Asia.Nanda atau Ananda Nur Ardian. Cowok tinggi putih itu sudah mengejar Asia sejak hari pertamanya di kantor. Tapi sayangnya Asia selalu cuek dengan Nanda.Tetapi Nanda tidak pernah berhenti, bahkan setiap malam pernah mengirim pesan manis ke Asia. Tapi itu diacuhkan oleh Asia, sayang perlakuan Nanda kepada Asia hanyalah sia-sia.Asia, satu-satunya wanita yang dibe
"Gimana sayang tadi?" tanya Nafisah sambil bermesraan dengan Dylan."Jadi dong, tadi seru banget! Padahal aku maunya sana kamu," Dylan mengerucutkan bibirnya."Oh gitu..tadi sama siapa?""Tadi sama temenku namanya Asia," jawab Dylan sambil melihat ke arah Asia."Asia? Cewek ya pasti,"Dylan sudah menduga kalau istrinya ini cemburu setelah menyebut nama Asia."Sama Asia. Itu lho temen kerja aku. Lupa ya, masih ingat nggak?"
"Asia, Lo kenapa cuekin pesan gue?" Dylan menahan Asia saat ingin pergi ke kantin.Asia hari ini malah mengalihkan pandangannya ke arah lain."As, gue salah apa sih sama Lo? Dylan menggenggam keras tangan Asia."Apa sih, Dyl?" Asia berusaha untuk tidak menatap mata Dylan."Gue cuma nanya Lo sakit hati, kan, sama ucapan Shania?"Asia tidak menyangka secara tiba-tiba Dylan malah datang menemuinya. Gila banget nggak, sih, ulah Alya, nih!"Dasar Lo udah ngajak temen gue jalan malah Lo sakitin lagi," sindir Alya."Asia, please, Lo kenapa sih?"---------------------------------------------------------------"Asia!" Alya menepuk lengan Asia yang hanya menatap kearah es tehnya. Asia hanya melihat beberapa pecahan es yang mulai mengambang diatasnya. "Heh, Lo kesambet jin patung, ya. Asia, ya ampu
Lah, gue nggak apa-apa kali, Al. Ya kali seorang Asia jadi pendiem," balas Asia yang tidak tega melihat sahabatnya memohon."Gitu dong dari tadi, kalau kayak gini kan gue nggak berasa ngomong sama patung," katanya sambil meminum es cendol miliknya."Lo tahu nggak, tadi rasanya gue mau bilang sesuatu sama Dylan. Tapi rasanya tuh nggak bisa, padahal gue sering banget disakitin. Kenapa ya hati gue bawangnya luluh mulu," kesal Asia."Ya ampun Al, gue sampai mikir kayak gini. Apa jangan-jangan gue cinta sama Dylan? Gue bingung nih," jelas Asia."Tuh, kan, bener lo cinta sama Dylan?""Gue juga nggak tahu, sih. Tapi itu yang gue rasa,""Jangan cinta terlalu dalam cukup Dylan Milea aja, Dylan Asia nanti nggak sanggup," ledek Alya.Asia hanya tertawa saja saat mendengar ucapan dari Alya. Percuma cakep ya, kalau kerjaa
"Tumben sendirian aja, Nan?""Iya, nih, tadinya mau duduk sendiri tapi Lo manggil jadinya gue disini, deh. Ada Asia juga lagi disini,""Kalau ada gue, emang kenapa?" balas Asia."Kalau ada kamu, aku suka aja. Apalagi kalau kamu senyum, manis, deh," ujar Nanda. Seolah ingin menganggap Asia menjadi bagian dari hidupnya.Asia hanya tersenyum saat mendengar ucapan dari Nanda. Ucapan Nanda memang manis, tetapi apa bisa menggantikan posisi Dylan di hati Asia? Dylan yang selalu hambar tetapi isinya di manis banget.Melihat kedekatan Asia dan Nanda, Alya hanya bisa tersenyum saja. Sesekali Alya melirik ke arah Asia.Kenapa, sih? Setiap waktu harus mengingat Dylan?Gila!"Udah makan belum?" tanya Nanda."Gue nggak laper,""Ihh nggak boleh gitu, harus makan
Di tempat lain, Dylan dilanda cemburu melihat kedekatan Asia dan Nanda. Matanya menatap tajam kearah cowok itu.Menyebalkan!Ucapnya di dalam hati.Sedihnya lagi, dia belum pernah membuat Asia tertawa kembali. Dan ini cowok yang baru datang menghampiri Asia tiba-tiba mampu akrab dengan Asia dan Alya. Sayang, Dylan tidak bisa melihat secara dekat wajah pria itu.Tapi tiba-tiba Dylan melihat tangan Asia yang mengarah ke cowok itu. Sampai ketika cowok itu menghindar dan pergi dari Asia dan Alya.Dylan tersenyum. Tiba-tiba dia merindukan Asia.Asia!"Sayang!"Saat Dylan melihat Asia, tiba-tiba istrinya datang membawa makanan."Kamu tuh, kenapa, sih, lagi mikirin apa sih?" kata Nafisah yang melihat tingkah aneh Dylan. Dylan beralih pandangan ke Nafisah, Dylan t