Dunia baru yang dibangun oleh Rainer, setelah perjuangan panjang dan melelahkan, mulai menunjukkan tanda-tanda stabilitas. Namun, meskipun sebagian besar kelompok bangsawan dan kekuatan lama sudah berhasil digulingkan, ada satu hal yang masih menghantui Rainer dan Elyse—ancaman dari kelompok-kelompok tersembunyi yang masih berusaha mempertahankan dominasi mereka.Rainer duduk di ruang pertemuan yang sekarang menjadi pusat pemerintahannya. Di sekelilingnya, para penasihat dan anggota Tangan Bayangan berdiskusi dengan serius mengenai langkah-langkah selanjutnya. Seiring berjalannya waktu, strategi yang telah dipersiapkan selama ini mulai terwujud, tetapi Rainer tahu bahwa mereka berada dalam masa transisi yang rapuh. Tidak ada jaminan bahwa semua ini akan berhasil. Ancaman yang lebih besar dari yang mereka hadapi sebelumnya masih menunggu di balik bayang-bayang.Elyse duduk di sisi meja, dengan tatapan yang tidak kalah serius. Wajahnya menunjukkan keletihan, tetapi ada kilauan tekad di
Perjalanan Rainer dan Elyse terus berlanjut, menjelajah ke wilayah yang semakin terpencil dan terabaikan. Meskipun banyak wilayah yang kini berada di bawah pemerintahan mereka, dunia yang mereka ciptakan masih jauh dari stabil sepenuhnya. Setiap langkah yang mereka ambil dipenuhi dengan ketegangan, ancaman, dan kebutuhan untuk memastikan bahwa kekuasaan mereka tidak hanya sekadar ilusi.Saat mereka tiba di sebuah desa di pinggiran kerajaan, mereka disambut dengan tatapan penuh keheningan. Desa ini, yang dulunya makmur karena hubungan eratnya dengan bangsawan, kini berada di ambang kehancuran setelah kekuasaan itu runtuh. Warga desa masih merasa cemas, tidak yakin akan masa depan mereka. Mereka sudah terlalu sering dikhianati oleh penguasa yang sebelumnya, dan sekarang mereka merasa tak berdaya dalam dunia yang baru.Rainer dan Elyse berjalan menuju pusat desa, di mana para tetua berkumpul. Mereka merasa ketegangan di udara, dan meskipun para tetua menundukkan kepala, ada rasa ragu yan
Rainer dan Elyse berada di puncak menara pengawas di pusat pemerintahan mereka. Dari sini, mereka bisa melihat dunia yang mereka bangun dengan darah, keringat, dan air mata. Dunia yang, meskipun masih jauh dari sempurna, kini lebih bebas dari penjajahan yang dulu menindas rakyatnya. Namun, meskipun kemenangan besar telah mereka raih, rasa ketidakpastian tetap menggelayuti Rainer. Seperti halnya kehidupan yang telah dialaminya, ia tahu bahwa tidak ada perubahan yang bisa bertahan lama tanpa adanya ancaman yang terus-menerus muncul."Sistem yang kita bangun ini harus lebih kuat," kata Rainer, memandang jauh ke luar menara, matanya menyusuri pemandangan kerajaan yang luas. "Kita tidak bisa hanya mengandalkan kekuatan politik dan militer. Ada sesuatu yang lebih besar yang harus kita cari."Elyse berdiri di sampingnya, memandang ke arah yang sama. "Kekuatan sihir," jawabnya dengan keyakinan. "Kita tahu bahwa sihir adalah kekuatan yang sangat besar di dunia ini. Jika kita ingin memastikan b
Keluar dari Kuil Penyihir Kuno bukanlah akhir dari perjalanan mereka. Rainer dan Elyse sekarang memegang kitab kuno yang penuh dengan pengetahuan sihir, tetapi beban tanggung jawabnya jauh lebih besar daripada yang pernah mereka bayangkan. Perasaan lega yang sempat melingkupi mereka saat meninggalkan kuil itu dengan cepat digantikan oleh kesadaran akan apa yang mereka miliki.Kitab itu bukan sekadar buku biasa. Setiap halamannya memancarkan aura magis yang kuat, dan setiap kata yang tertulis tampak hidup, bergerak perlahan seperti tinta cair yang belum mengering. Bagi Rainer, kitab itu adalah jawaban dari ambisinya. Namun, ia juga tahu bahwa kekuatan sebesar itu bisa menghancurkan dunia yang sedang ia bangun.“Elyse,” kata Rainer saat mereka berkemah di kaki gunung, “aku ingin kau tahu bahwa perjalanan ini akan menjadi jauh lebih berbahaya. Pengetahuan di dalam kitab ini... bukan hanya tentang sihir biasa. Ini tentang memahami dasar dari dunia ini, dan itu bisa membuat kita menjadi ta
Langkah kaki Rainer dan Elyse bergema di lantai berbatu koridor panjang markas mereka. Ruang pertemuan utama dipenuhi dengan sekutu, penasihat, dan perwakilan dari aliansi yang mereka bentuk. Ketegangan melingkupi ruangan, memantul seperti gelombang tak terlihat. Semua mata tertuju pada Rainer ketika ia naik ke podium kecil, kitab kuno itu tergenggam erat di tangannya.“Dunia ini sedang berubah,” katanya memulai, suaranya tegas namun penuh kehati-hatian. “Apa yang kita bawa dari Kuil Penyihir Kuno tidak hanya jawaban atas pertanyaan-pertanyaan kita, tetapi juga tantangan yang belum pernah kita hadapi sebelumnya.”Rainer melanjutkan penjelasannya tentang bagaimana kitab itu mengungkapkan Jalinan Dunia, jaringan energi sihir yang menghubungkan segala hal. Penjelasan ini menciptakan keheningan yang berat. Beberapa orang terlihat terpesona, sementara yang lain tampak khawatir.“Keseimbangan sihir mulai terganggu,” lanjut Rainer. “Kita tidak bisa lagi hanya duduk diam dan menunggu. Kitab i
Kemenangan kecil yang baru saja mereka raih tidak memberikan kelegaan bagi Rainer. Lingkaran sihir yang mereka hancurkan adalah bagian kecil dari teka-teki besar yang belum terpecahkan. Semakin dalam ia menyelami Jalinan Dunia melalui kitab, semakin jelas bahwa ancaman ini lebih besar dari sekadar gangguan sihir atau makhluk yang muncul.Ketika malam tiba, api unggun di perkemahan menyala redup. Rainer duduk terpisah dari kelompok, matanya terpaku pada kitab kuno yang berada di pangkuannya. Setiap simbol dan tulisan di halaman-halaman kitab itu tampak seperti bergerak, memanggilnya untuk membaca lebih dalam. Tetapi semakin ia mencoba memahami, semakin banyak bayangan yang menyelimuti pikirannya.“Rainer.” Suara Elyse memecah lamunannya.Rainer menoleh. Elyse berdiri di sana, wajahnya masih menunjukkan sisa kelelahan dari pertempuran sebelumnya. Namun, matanya tetap penuh perhatian.“Kau tidak istirahat,” katanya sambil duduk di sampingnya.“Aku tidak bisa,” jawab Rainer. “Semakin aku
Hutan Larunth yang baru saja mereka tinggalkan menyisakan kesan mendalam bagi kelompok Rainer. Setiap langkah maju terasa seperti mendekati sesuatu yang lebih besar, tetapi juga membawa ancaman yang tidak terduga. Kini, mereka menuju wilayah dataran tinggi Almonier, di mana Nadi Sihir kedua berada. Lokasi itu dikenal sebagai "Benteng Langit," sebuah tempat legendaris yang pernah menjadi pusat ilmu sihir kuno sebelum akhirnya ditinggalkan.Saat perjalanan melintasi lembah yang berkelok, Rainer dan kelompoknya memperhatikan perubahan aneh pada lanskap. Udara terasa lebih dingin, dan langit yang seharusnya cerah mulai diselimuti awan gelap yang bergerak lambat. Burung-burung yang biasanya beterbangan di daerah ini tak terlihat, seolah-olah sesuatu yang besar dan berbahaya telah mengusir mereka pergi."Ini terlalu sepi," kata Elyse, matanya mengawasi sekeliling. "Aku tidak suka ini."Rainer mengangguk setuju. "Benteng Langit adalah tempat yang penuh misteri. Banyak catatan sejarah menggam
Lantai Benteng Langit bergetar semakin kuat, dan suara gemuruh terdengar seperti raungan makhluk purba yang terbangun dari tidur panjang. Di tengah kegelapan yang mulai menyelimuti ruangan, Rainer, Elyse, Kael, dan kelompok mereka bersiap menghadapi apa pun yang mendekat.Elyse menggenggam pedangnya erat, matanya memindai setiap sudut ruangan. "Apa yang kita hadapi, Kael? Kau harus menjelaskan sekarang!"Kael berdiri dengan tenang, meskipun sorot matanya menunjukkan kewaspadaan. "Mereka adalah entitas yang terikat pada energi korup dari Nadi Sihir. Makhluk bayangan yang tidak bisa mati kecuali energinya dihancurkan. Dan sekarang, mereka datang untuk melindungi sumber kekuatan mereka."Rainer melangkah ke depan, tatapannya tajam. "Kalau begitu, kita harus melawan mereka sambil mencari cara untuk menghentikan energi ini. Kita tidak bisa mundur sekarang."Kael menatap Rainer dengan sorot mata penuh hormat. "Keberanianmu mengagumkan. Tapi ingat, ini bukan hanya tentang kekuatan. Strategi
Denting langkah mereka bergema di lorong sempit yang menuju ke dalam Benteng Ardentia.Udara di dalam terasa lebih dingin dibandingkan di luar. Cahaya obor yang berkedip-kedip di sepanjang dinding batu menciptakan bayangan yang bergerak seperti sosok-sosok hantu. Rainer dan Elyse berjalan pelan, memastikan setiap langkah mereka tidak menimbulkan suara berlebihan.Di depan, lorong bercabang menjadi dua.Elyse menoleh ke arah Rainer. "Ke mana?" bisiknya.Rainer mengamati ukiran kecil di sudut tembok. Sebuah tanda, samar tapi jelas bagi yang tahu cara membacanya. Itu adalah simbol navigasi kuno yang digunakan oleh para arsitek istana di masa lalu."Ke kanan," katanya pelan.Mereka bergerak mengikuti lorong itu, mendekati jantung benteng tempat arsip rahasia Ordo Maledicta kemungkinan besar disimpan.Di pusat Benteng Ardentia, sebuah ruangan tersembunyi menyimpan dokumen yang telah ada selama berabad-abad.Rainer menempelkan telinganya ke pintu kayu besar di hadapannya. Tidak ada suara da
Gema pertempuran masih tersisa di udara, meski keheningan kini menyelimuti gua bawah tanah.Rainer berdiri di tengah ruangan, napasnya sedikit berat. Jejak sihir yang baru saja ia gunakan masih berkilauan di lantai, menghilang sedikit demi sedikit seperti embun yang menguap. Di sekelilingnya, tubuh-tubuh penyihir bertopeng telah lenyap, terbakar oleh kekuatan ritual pemurnian yang ia ciptakan.Elyse mengamati simbol-simbol kuno yang terpahat di dinding gua. Matanya menyipit. "Ini bukan sekadar tempat pertemuan biasa, Rainer. Tempat ini… lebih tua dari yang kita duga."Rainer melangkah mendekat, menyentuh salah satu ukiran di dinding. Goresan-goresan itu bukan hanya sekadar tulisan sihir biasa. Ada sesuatu yang lebih dalam, sesuatu yang terasa seperti bagian dari sebuah teka-teki yang lebih besar."Lambang ini…" Rainer bergumam. "Aku pernah melihatnya sebelumnya."Elyse menoleh. "Di mana?""Di perpustakaan bawah tanah di Akademi Arcadia," jawab Rainer, suaranya penuh pertimbangan. "Itu
Suara ledakan menggema di dalam gua bawah tanah.Rainer mundur selangkah saat debu berhamburan di udara. Cahaya biru dari perangkap sihir yang ia aktifkan membentuk pola rumit di tanah, mengurung sosok bertopeng emas dalam lingkaran bercahaya.Namun, bukannya panik, sosok itu justru tertawa pelan. “Kau cukup cerdas. Tapi apakah kau benar-benar berpikir perangkap seperti ini cukup untuk menahan kami?”Rainer tak menjawab. Matanya menyipit, memerhatikan pergerakan lawannya. Terlalu tenang. Ini bukan sekadar penyihir biasa.Elyse bergerak cepat ke sisinya, belatinya sudah siap. “Kita habisi dia sekarang.”Namun sebelum mereka bisa bergerak, kabut semakin menebal. Udara berubah berat, seolah ada sesuatu yang menarik energi dari sekitar mereka.Sosok itu mengangkat tangannya. “Jika kau ingin menantang kami, maka bersiaplah menghadapi kekuatan yang telah menjaga dunia ini selama berabad-abad.”Rainer hanya tersenyum kecil. “Sudah kuduga.”Dengan satu gerakan tangan, lingkaran sihir di lanta
Di dalam aula yang penuh dengan kemewahan, Rainer tetap menjaga ekspresi tenangnya saat Duke Marquez menatapnya dengan tajam. Elyse, yang berdiri di sampingnya, tetap siaga, tangannya hampir selalu berada di dekat belatinya, bersiap menghadapi kemungkinan ancaman.Duke Marquez tersenyum tipis, meski matanya penuh dengan ketegangan. “Kita bisa saling menguntungkan, Rainer. Kau ingin meruntuhkan sistem ini, bukan? Aku bisa membantumu.”Rainer menyilangkan tangannya di depan dada. “Setelah kau mengirim pembunuh untuk membunuhku? Itu cara yang aneh untuk mengundang kerja sama.”Duke Marquez tertawa kecil. “Kau lebih cerdas dari yang kukira. Tapi aku tidak punya pilihan lain. Aku perlu tahu seberapa besar ancaman yang kau bawa.”Elyse menatapnya tajam. “Dan sekarang kau takut?”Duke Marquez menghela napas. “Aku realistis. Apa yang kau lakukan terhadap kota perdaganganku—itu adalah pukulan yang menghancurkan. Aku kehilangan kendali atas para pedagangku. Sekutuku mulai meragukanku. Jika aku
Langit di atas desa yang hancur mulai memudar menjadi merah keemasan saat matahari terbit. Rainer berdiri di tengah reruntuhan, memandangi tubuh para pembunuh yang dikirim untuk menghabisinya. Simbol keluarga Duke Marquez di salah satu tubuh mereka menjadi bukti tak terbantahkan bahwa serangan ini bukan kebetulan.Elyse berjalan mendekat, matanya tajam menatap luka di lengannya yang masih mengeluarkan sedikit darah. “Kita tidak bisa membiarkan ini berlalu begitu saja, Rainer.”Rainer mengangguk. “Tentu saja tidak. Tapi kita juga tidak bisa menyerang balik tanpa perhitungan. Jika kita gegabah, kita bisa kehilangan legitimasi yang telah kita bangun.”Lord Gaillard, yang telah menyusul mereka bersama pasukan tambahan, menatap mayat-mayat di tanah dengan ekspresi serius. “Jika Duke Marquez benar-benar di balik ini, berarti dia sudah siap untuk mengumumkan permusuhan terbuka.”Rainer tersenyum tipis, tetapi matanya dingin. “Belum. Jika dia benar-benar siap, dia tidak akan mengirim tentara
Setelah pertemuan besar di istana, ketegangan yang semula menggantung di udara mulai berubah menjadi rasa penasaran dan perhitungan. Beberapa bangsawan tampak mulai mempertimbangkan tawaran Rainer, sementara yang lain masih bersikeras mempertahankan sistem lama. Namun, yang paling berbahaya bukanlah mereka yang berbicara secara terang-terangan—melainkan mereka yang tetap diam.Di dalam ruang pribadinya, Rainer duduk di hadapan Elyse dan Lord Gaillard, mengamati laporan-laporan terbaru dari para mata-matanya.“Ada pergerakan mencurigakan dari kubu Duke Marquez,” ujar Elyse, menunjuk ke sebuah dokumen di meja. “Mereka mengadakan pertemuan rahasia dengan beberapa bangsawan yang tidak menghadiri pertemuan kita.”Rainer mengangguk pelan, ekspresinya tetap tenang. “Sudah kuduga. Mereka yang terlalu diam justru yang paling harus kita waspadai.”Lord Gaillard menatap peta kerajaan. “Sepertinya mereka tidak akan langsung melawan kita secara terbuka. Tapi jika mereka berhasil membentuk aliansi
Setelah kejatuhan Duke Alvaric, suasana di istana mulai berubah. Para bangsawan yang sebelumnya merasa aman di balik status mereka kini mulai berhati-hati. Kekuatan Rainer sudah terbukti tidak hanya dalam kecerdasannya, tetapi juga dalam cara ia menggulingkan musuhnya tanpa mengangkat pedang sendiri.Namun, Rainer tahu ini hanyalah awal.Di ruang pertemuan rahasia, ia duduk bersama Elyse, Lord Gaillard, dan beberapa sekutu terdekatnya. Di depan mereka terbentang peta kerajaan dengan berbagai wilayah yang menandakan pengaruh para bangsawan.“Kejatuhan Alvaric menciptakan kekosongan kekuasaan,” Rainer memulai. “Beberapa bangsawan akan mencoba mengisi tempatnya, dan yang lainnya akan menunggu dalam bayang-bayang, mencari kesempatan untuk menyerang kita.”Lord Gaillard mengangguk. “Beberapa dari mereka mungkin mulai membentuk aliansi untuk melawan kita.”Elyse menambahkan, “Tapi kita bisa menggunakan ini untuk keuntungan kita. Jika kita bisa mendekati beberapa bangsawan sebelum mereka ber
Rainer berdiri di balkon istananya, menatap langit malam yang berhiaskan bintang-bintang. Angin malam yang dingin berhembus pelan, tetapi pikirannya jauh lebih dingin.Veltan telah tersingkir, tetapi kata-katanya sebelum diseret keluar masih terngiang di benaknya. "Aku hanya mengikuti perintah..."Jika Veltan hanyalah boneka, maka siapa dalang sebenarnya?Elyse berjalan mendekat, membawa segelas anggur. “Kau tampak lebih murung dari biasanya.”Rainer menerima gelas itu dan menyesapnya sedikit sebelum berkata, “Veltan hanya permulaan. Masih ada sosok yang lebih besar di balik semua ini.”Elyse menyandarkan punggungnya ke pagar balkon. “Aku setuju. Kita harus mencari tahu siapa yang menarik tali di balik layar.”Rainer mengangguk. “Aku ingin tahu siapa saja yang menjalin hubungan dengan Veltan sebelum semua ini terjadi. Jika kita bisa menemukan pola, kita mungkin bisa menemukan dalangnya.”Elyse tersenyum tipis. “Kau sudah punya sesuatu dalam pikiran?”Rainer menatap gelasnya sejenak se
Malam menyelimuti istana, tetapi pikiran Rainer tetap bekerja tanpa henti. Pengkhianatan bukan lagi sekadar kemungkinan—itu adalah kepastian. Namun, ia masih belum mengetahui siapa pengkhianatnya, kapan mereka akan bergerak, atau bagaimana mereka berencana untuk menghancurkan semuanya.Elyse duduk di seberangnya, tangannya menopang dagu, matanya terfokus pada peta kerajaan yang terbentang di atas meja kayu besar. "Kita tidak bisa terus dalam keadaan defensif, Rainer. Jika kita hanya menunggu dan berjaga-jaga, kita akan kehilangan inisiatif. Kita harus mencari tahu siapa yang berkhianat sebelum mereka menyerang lebih dulu."Rainer mengangguk pelan, matanya menyipit, menganalisis berbagai kemungkinan. "Kita harus memancing mereka keluar. Membuat mereka merasa cukup percaya diri untuk mengungkap niat mereka."Elyse mengangkat alis. "Bagaimana caranya?"Rainer tersenyum kecil, meskipun ada ketegangan di baliknya. "Kita akan menyebarkan kabar bahwa aku berencana bertemu dengan seorang bang