Share

Bab 43

last update Last Updated: 2025-01-26 17:43:43

Langit malam itu terasa lebih gelap dari biasanya, seolah mencerminkan beban besar yang masih harus dipikul oleh Rainer dan Elyse. Sementara dunia di luar sedang berusaha menemukan jalan baru, di dalam markas Tangan Bayangan, keduanya duduk bersama di ruang yang biasa mereka gunakan untuk merencanakan langkah-langkah selanjutnya. Perubahan baru yang mereka usulkan untuk dunia ini tidak hanya membutuhkan kebijakan yang cermat, tetapi juga kekuatan yang mampu menjaga kestabilan. Dan itu berarti mereka harus mengendalikan lebih banyak hal daripada yang mereka bayangkan sebelumnya.

"Rainer, apakah kamu benar-benar yakin kita bisa menjaga keseimbangan di dunia yang sekarang kita bangun?" tanya Elyse, suaranya penuh keprihatinan. "Dewan yang akan kita bentuk, meskipun tampaknya adil, tidak bisa dipastikan akan berjalan dengan lancar. Terlalu banyak pihak yang punya kepentingan masing-masing."

Rainer menghela napas panjang. Dia sudah tahu betul bahwa jalan yang mereka pilih penuh dengan resi
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 44

    Dengan setiap keputusan yang diambil, Rainer merasakan tekanan yang semakin berat. Dunia yang baru dibangun kini berada di ujung tanduk. Setiap langkah yang ia ambil semakin mempengaruhi nasib dunia ini—baik itu dalam bidang politik, militer, atau bahkan kehidupan sosial sehari-hari. Begitu banyak yang bergantung pada apa yang ia lakukan selanjutnya, dan rasa tanggung jawab itu semakin menghantui setiap langkahnya.Pada malam yang gelap itu, Rainer duduk di ruang markas yang kini sudah banyak berubah. Ruangan yang dulu hanya dipenuhi dengan kekuatan militer dan pertempuran kini juga dipenuhi dengan peta-peta, dokumen, dan rencana jangka panjang yang berhubungan dengan pemerintahan baru mereka. Elyse berada di sisi Rainer, sama seperti dulu, memberikan dukungan yang tak ternilai."Rainer, aku tahu ini berat," kata Elyse pelan, mengamati ekspresi serius di wajah Rainer. "Tapi kita harus ingat, kita bukan hanya berjuang untuk diri kita sendiri. Kita berjuang untuk seluruh dunia ini. Jang

    Last Updated : 2025-01-26
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 45

    Dunia baru yang dibangun oleh Rainer, setelah perjuangan panjang dan melelahkan, mulai menunjukkan tanda-tanda stabilitas. Namun, meskipun sebagian besar kelompok bangsawan dan kekuatan lama sudah berhasil digulingkan, ada satu hal yang masih menghantui Rainer dan Elyse—ancaman dari kelompok-kelompok tersembunyi yang masih berusaha mempertahankan dominasi mereka.Rainer duduk di ruang pertemuan yang sekarang menjadi pusat pemerintahannya. Di sekelilingnya, para penasihat dan anggota Tangan Bayangan berdiskusi dengan serius mengenai langkah-langkah selanjutnya. Seiring berjalannya waktu, strategi yang telah dipersiapkan selama ini mulai terwujud, tetapi Rainer tahu bahwa mereka berada dalam masa transisi yang rapuh. Tidak ada jaminan bahwa semua ini akan berhasil. Ancaman yang lebih besar dari yang mereka hadapi sebelumnya masih menunggu di balik bayang-bayang.Elyse duduk di sisi meja, dengan tatapan yang tidak kalah serius. Wajahnya menunjukkan keletihan, tetapi ada kilauan tekad di

    Last Updated : 2025-01-26
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 46

    Perjalanan Rainer dan Elyse terus berlanjut, menjelajah ke wilayah yang semakin terpencil dan terabaikan. Meskipun banyak wilayah yang kini berada di bawah pemerintahan mereka, dunia yang mereka ciptakan masih jauh dari stabil sepenuhnya. Setiap langkah yang mereka ambil dipenuhi dengan ketegangan, ancaman, dan kebutuhan untuk memastikan bahwa kekuasaan mereka tidak hanya sekadar ilusi.Saat mereka tiba di sebuah desa di pinggiran kerajaan, mereka disambut dengan tatapan penuh keheningan. Desa ini, yang dulunya makmur karena hubungan eratnya dengan bangsawan, kini berada di ambang kehancuran setelah kekuasaan itu runtuh. Warga desa masih merasa cemas, tidak yakin akan masa depan mereka. Mereka sudah terlalu sering dikhianati oleh penguasa yang sebelumnya, dan sekarang mereka merasa tak berdaya dalam dunia yang baru.Rainer dan Elyse berjalan menuju pusat desa, di mana para tetua berkumpul. Mereka merasa ketegangan di udara, dan meskipun para tetua menundukkan kepala, ada rasa ragu yan

    Last Updated : 2025-01-27
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 47

    Rainer dan Elyse berada di puncak menara pengawas di pusat pemerintahan mereka. Dari sini, mereka bisa melihat dunia yang mereka bangun dengan darah, keringat, dan air mata. Dunia yang, meskipun masih jauh dari sempurna, kini lebih bebas dari penjajahan yang dulu menindas rakyatnya. Namun, meskipun kemenangan besar telah mereka raih, rasa ketidakpastian tetap menggelayuti Rainer. Seperti halnya kehidupan yang telah dialaminya, ia tahu bahwa tidak ada perubahan yang bisa bertahan lama tanpa adanya ancaman yang terus-menerus muncul."Sistem yang kita bangun ini harus lebih kuat," kata Rainer, memandang jauh ke luar menara, matanya menyusuri pemandangan kerajaan yang luas. "Kita tidak bisa hanya mengandalkan kekuatan politik dan militer. Ada sesuatu yang lebih besar yang harus kita cari."Elyse berdiri di sampingnya, memandang ke arah yang sama. "Kekuatan sihir," jawabnya dengan keyakinan. "Kita tahu bahwa sihir adalah kekuatan yang sangat besar di dunia ini. Jika kita ingin memastikan b

    Last Updated : 2025-01-27
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 48

    Keluar dari Kuil Penyihir Kuno bukanlah akhir dari perjalanan mereka. Rainer dan Elyse sekarang memegang kitab kuno yang penuh dengan pengetahuan sihir, tetapi beban tanggung jawabnya jauh lebih besar daripada yang pernah mereka bayangkan. Perasaan lega yang sempat melingkupi mereka saat meninggalkan kuil itu dengan cepat digantikan oleh kesadaran akan apa yang mereka miliki.Kitab itu bukan sekadar buku biasa. Setiap halamannya memancarkan aura magis yang kuat, dan setiap kata yang tertulis tampak hidup, bergerak perlahan seperti tinta cair yang belum mengering. Bagi Rainer, kitab itu adalah jawaban dari ambisinya. Namun, ia juga tahu bahwa kekuatan sebesar itu bisa menghancurkan dunia yang sedang ia bangun.“Elyse,” kata Rainer saat mereka berkemah di kaki gunung, “aku ingin kau tahu bahwa perjalanan ini akan menjadi jauh lebih berbahaya. Pengetahuan di dalam kitab ini... bukan hanya tentang sihir biasa. Ini tentang memahami dasar dari dunia ini, dan itu bisa membuat kita menjadi ta

    Last Updated : 2025-01-27
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 49

    Langkah kaki Rainer dan Elyse bergema di lantai berbatu koridor panjang markas mereka. Ruang pertemuan utama dipenuhi dengan sekutu, penasihat, dan perwakilan dari aliansi yang mereka bentuk. Ketegangan melingkupi ruangan, memantul seperti gelombang tak terlihat. Semua mata tertuju pada Rainer ketika ia naik ke podium kecil, kitab kuno itu tergenggam erat di tangannya.“Dunia ini sedang berubah,” katanya memulai, suaranya tegas namun penuh kehati-hatian. “Apa yang kita bawa dari Kuil Penyihir Kuno tidak hanya jawaban atas pertanyaan-pertanyaan kita, tetapi juga tantangan yang belum pernah kita hadapi sebelumnya.”Rainer melanjutkan penjelasannya tentang bagaimana kitab itu mengungkapkan Jalinan Dunia, jaringan energi sihir yang menghubungkan segala hal. Penjelasan ini menciptakan keheningan yang berat. Beberapa orang terlihat terpesona, sementara yang lain tampak khawatir.“Keseimbangan sihir mulai terganggu,” lanjut Rainer. “Kita tidak bisa lagi hanya duduk diam dan menunggu. Kitab i

    Last Updated : 2025-01-27
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 50

    Kemenangan kecil yang baru saja mereka raih tidak memberikan kelegaan bagi Rainer. Lingkaran sihir yang mereka hancurkan adalah bagian kecil dari teka-teki besar yang belum terpecahkan. Semakin dalam ia menyelami Jalinan Dunia melalui kitab, semakin jelas bahwa ancaman ini lebih besar dari sekadar gangguan sihir atau makhluk yang muncul.Ketika malam tiba, api unggun di perkemahan menyala redup. Rainer duduk terpisah dari kelompok, matanya terpaku pada kitab kuno yang berada di pangkuannya. Setiap simbol dan tulisan di halaman-halaman kitab itu tampak seperti bergerak, memanggilnya untuk membaca lebih dalam. Tetapi semakin ia mencoba memahami, semakin banyak bayangan yang menyelimuti pikirannya.“Rainer.” Suara Elyse memecah lamunannya.Rainer menoleh. Elyse berdiri di sana, wajahnya masih menunjukkan sisa kelelahan dari pertempuran sebelumnya. Namun, matanya tetap penuh perhatian.“Kau tidak istirahat,” katanya sambil duduk di sampingnya.“Aku tidak bisa,” jawab Rainer. “Semakin aku

    Last Updated : 2025-01-27
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 51

    Hutan Larunth yang baru saja mereka tinggalkan menyisakan kesan mendalam bagi kelompok Rainer. Setiap langkah maju terasa seperti mendekati sesuatu yang lebih besar, tetapi juga membawa ancaman yang tidak terduga. Kini, mereka menuju wilayah dataran tinggi Almonier, di mana Nadi Sihir kedua berada. Lokasi itu dikenal sebagai "Benteng Langit," sebuah tempat legendaris yang pernah menjadi pusat ilmu sihir kuno sebelum akhirnya ditinggalkan.Saat perjalanan melintasi lembah yang berkelok, Rainer dan kelompoknya memperhatikan perubahan aneh pada lanskap. Udara terasa lebih dingin, dan langit yang seharusnya cerah mulai diselimuti awan gelap yang bergerak lambat. Burung-burung yang biasanya beterbangan di daerah ini tak terlihat, seolah-olah sesuatu yang besar dan berbahaya telah mengusir mereka pergi."Ini terlalu sepi," kata Elyse, matanya mengawasi sekeliling. "Aku tidak suka ini."Rainer mengangguk setuju. "Benteng Langit adalah tempat yang penuh misteri. Banyak catatan sejarah menggam

    Last Updated : 2025-01-28

Latest chapter

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 159

    Langit masih gelap ketika suara derap langkah tergesa-gesa menggema di lorong-lorong benteng. Salah satu mata-mata yang ditugaskan Rainer untuk menyusup ke ibu kota Vildoria baru saja kembali, napasnya tersengal seolah ia telah berlari sepanjang malam.Rainer menunggu di ruang taktik, tangannya terlipat di depan dada, sementara Elyse dan Marcus berdiri di sampingnya."Ada berita?" tanya Rainer tanpa basa-basi.Mata-mata itu mengangguk, lalu mengeluarkan sebuah gulungan perkamen yang tampak lusuh dan berdebu."Ada pergerakan di dalam ibu kota Vildoria, tapi bukan hanya dari pihak kerajaan," lapor mata-mata itu. "Kelompok yang disebut 'Tangan Hitam' mulai bergerak, dan mereka bukan sekadar bayangan.""Tangan Hitam?" Elyse mengulang nama itu dengan alis berkerut.Rainer mengambil perkamen itu, membuka isinya, dan membaca dengan saksama."Mereka adalah kelompok yang bergerak di belakang layar," jelas mata-mata itu. "Mereka bukan bagian da

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 158

    Malam di benteng utama terasa lebih hening dari biasanya. Meskipun pasukan Rainer telah meraih kemenangan besar melawan pasukan Vildoria, ia tahu bahwa kemenangan ini bukanlah akhir. Vildoria bukan satu-satunya ancaman yang harus ia hadapi.Di dalam ruang strateginya, Rainer menatap peta yang terbentang di atas meja. Di sekelilingnya, Elyse, Marcus, dan beberapa komandan utama berdiri menunggu arahannya."Apa yang akan kita lakukan selanjutnya?" tanya Marcus, matanya menatap Rainer dengan penuh harapan."Kita tidak bisa hanya bertahan," jawab Rainer. "Jika kita hanya menunggu serangan selanjutnya, cepat atau lambat mereka akan menemukan cara untuk menjatuhkan kita. Kita harus bergerak lebih dulu."Elyse mengangguk. "Kau ingin menyerang mereka langsung?""Bukan serangan langsung," kata Rainer sambil menggeser bidak-bidak di peta. "Kita akan melemahkan mereka dari dalam."Para komandan saling berpandangan, mencoba memahami maksud Rainer.

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 157

    Malam setelah kemenangan di perbatasan barat, Rainer berdiri di dalam tendanya, menatap peta yang dipenuhi tanda-tanda strategis. Di satu sisi, ia merasa puas karena berhasil mengalahkan Lionel Drakos tanpa kehilangan terlalu banyak pasukan. Namun, jauh di dalam benaknya, ia tahu bahwa perang ini belum berakhir.Elyse masuk ke dalam tenda, membawa segulung laporan terbaru. "Kabar dari utara," katanya dengan suara tegang. "Gerakan militer mulai terlihat di perbatasan kerajaan Vildoria."Rainer mengangkat alisnya. "Vildoria akhirnya bergerak?""Sepertinya begitu," jawab Elyse. "Mereka mungkin melihat kelemahan kita setelah perang ini dan berpikir bahwa ini saat yang tepat untuk menyerang."Marcus, yang baru saja memasuki tenda, mendengus. "Mereka salah besar. Justru setelah kemenangan ini, moral pasukan kita sedang berada di puncaknya. Jika mereka berpikir kita lemah, mereka akan menyesalinya."Rainer berpikir sejenak. "Kita harus mengonfirmasi niat

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 160

    Malam masih gelap saat beberapa bayangan bergerak cepat di gang-gang ibu kota Vildoria. Lima sosok berpakaian gelap, masing-masing dengan simbol kecil berbentuk mata di pergelangan tangan mereka, menyelinap melalui lorong-lorong sempit menuju sebuah gudang tua yang tersembunyi di antara bangunan usang.Di dalam, beberapa pria dan wanita bertopeng sudah berkumpul di sekitar meja panjang, peta dan dokumen tersebar di atasnya. Mereka adalah anggota Tangan Hitam—organisasi rahasia yang beroperasi di balik layar, mengendalikan informasi dan kekuatan dengan cara yang hanya mereka yang berkepentingan bisa pahami.Seorang pria bertopeng duduk di tengah, jari-jarinya mengetuk meja dengan ritme yang lambat. "Rainer mulai bergerak," katanya dengan suara tenang namun tajam.Salah satu anggota lain mengangguk. "Ya, dan dia sudah mengetahui keberadaan kita. Tidak lama lagi dia akan mencari cara untuk menghancurkan kita dari dalam."Pria bertopeng itu menghela napas. "Maka kita harus bergerak lebih

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 155

    Malam berhembus dingin saat Rainer berdiri di atas menara pengawas, menatap ke arah selatan. Dalam kegelapan, titik-titik api kecil terlihat di kejauhan—kemah pasukan yang mulai berkumpul di wilayah perbatasan. Jika laporan itu benar, seseorang dari keturunan keluarga kerajaan lama sedang membangun kekuatan di sana.Elyse melangkah mendekat, mantel tebal melilit tubuhnya. "Kau tampak gelisah."Rainer tersenyum tipis. "Gelisah bukan kata yang tepat. Lebih ke... mengantisipasi."Elyse bersandar di pagar batu. "Jika benar ada keturunan kerajaan lama yang tersisa, itu bisa menjadi masalah besar. Rakyat yang masih setia pada monarki pasti akan berkumpul di bawah panji mereka.""Dan itulah yang membuat ini menarik," Rainer menjawab. "Orang-orang selalu mencari simbol. Jika seseorang bisa meyakinkan mereka bahwa kerajaan lama bisa bangkit kembali, maka kita akan menghadapi perang yang lebih besar dari sebelumnya."Marcus datang membawa sebotol anggur, wajahnya tetap santai meskipun situasi s

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 154

    Langit di atas wilayah barat masih dipenuhi asap, sisa dari pertempuran yang baru saja berakhir. Kastil milik Count Reinhardt kini berdiri dalam kehancuran, simbol kejatuhan para bangsawan yang menolak tunduk pada perubahan.Di dalam ruang pertemuan yang dulu penuh dengan kemewahan, kini hanya ada aroma debu dan darah. Rainer berdiri di tengah ruangan, menatap peta besar yang terbentang di atas meja. Wilayah barat telah mereka taklukkan, tetapi peperangan belum selesai.Elyse masuk ke ruangan, wajahnya tenang namun penuh ketegasan. “Beberapa pasukan kita masih sibuk mengamankan desa-desa sekitar. Sebagian besar rakyat di sini tidak berani melawan, tetapi ada kelompok kecil yang masih setia pada Reinhardt.”Rainer mengangguk. “Itu sudah kuduga. Reinhardt mungkin sudah tiada, tapi jejaknya masih ada dalam pikiran orang-orang yang dulu hidup di bawah perlindungannya.”Marcus, yang duduk di sudut ruangan dengan cangkir anggur di tangannya, mendengus. “Orang-orang bodoh. Mereka tidak sadar

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 153

    Rainer berdiri di puncak menara istana, menatap ke kejauhan. Kota yang dulunya diperintah dengan tangan besi oleh Duke Alistair kini dalam transisi menuju era baru. Cahaya fajar mulai menyinari bangunan-bangunan yang masih dipenuhi bekas pertempuran. Jalanan yang tadinya berlumuran darah perlahan dibersihkan, meski bau asap dan kematian masih terasa.Di bawahnya, rakyat berkumpul di alun-alun utama, menunggu pengumuman berikutnya.Elyse melangkah mendekat. “Mereka menunggu pidatomu.”Rainer mengangguk, tetapi matanya tetap tertuju ke kejauhan. “Perjuangan ini belum berakhir. Kota ini masih bisa jatuh ke dalam kekacauan jika kita tidak segera bertindak.”Elyse menatapnya dengan penuh perhatian. “Aku tahu. Tapi untuk saat ini, kita telah memberi mereka harapan.”Rainer akhirnya mengalihkan pandangannya ke Elyse. Dalam beberapa bulan terakhir, gadis itu telah menjadi orang yang paling ia percaya. Dengan kecerdasan dan tekadnya, Elyse selalu menjadi suara rasional yang menyeimbangkan pemi

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 152

    Suara ledakan menggema di seluruh kota. Api berkobar di beberapa sudut distrik, dan jeritan pertempuran bercampur dengan dentingan senjata yang saling beradu. Kekacauan telah mencapai puncaknya—tanda bahwa rencana Rainer berjalan sesuai yang diharapkan.Di dalam istana Duke Alistair, sang penguasa berdiri dengan pedang terhunus. Wajahnya yang biasanya penuh percaya diri kini dipenuhi amarah dan kegelisahan. Di hadapannya, Rainer berdiri tenang, sementara Elyse dan Marcus bersiaga di sisinya.“Aku sudah memperhitungkan segalanya, Alistair,” kata Rainer dengan nada datar. “Hari ini, kekuasaanmu berakhir.”Alistair menyipitkan mata. “Kau pikir hanya dengan beberapa pemberontak rendahan bisa menjatuhkanku?”Senyum tipis tersungging di bibir Rainer. Ia tidak menjawab, tetapi menatap keluar jendela, melihat pasukan perlawanan yang semakin mendekati istana.“Kota ini bukan milikmu lagi,” lanjut Rainer. “Setengah pasukanmu sudah pergi ke timur. Para bangsa

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 151

    Malam terus berlanjut, tetapi tidak ada satu pun dari mereka yang beristirahat dengan tenang. Rainer menatap peta di depannya, memperhitungkan langkah-langkah berikutnya. Dengan informasi yang mereka peroleh, ia tahu bahwa inilah saatnya untuk bergerak.Kelompok perlawanan di distrik pelabuhan akan menjadi kunci. Jika mereka bisa meyakinkan mereka untuk bekerja sama, kota ini akan memiliki kekuatan yang cukup untuk mengguncang rezim Duke Alistair.Elyse menatap Rainer dengan penuh perhatian. "Kapan kita akan menemui mereka?""Besok malam," jawab Rainer. "Kita harus berhati-hati. Jika mereka terlalu takut atau ada mata-mata di dalamnya, kita bisa dalam bahaya."Marcus, yang duduk di sudut ruangan, menyeringai. "Itu sebabnya aku akan pergi lebih dulu untuk memastikan tempatnya aman. Aku bisa bergerak tanpa terdeteksi."Rainer mengangguk. "Lakukan. Dan jika ada yang mencurigakan, mundur. Kita tidak bisa mengambil risiko kehilanganmu."Marcus berdiri. "Serahkan padaku."Keesokan malamnya,

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status