Share

Bab 30

last update Last Updated: 2025-01-13 16:11:15

Kehancuran yang dihadapi Duke Valen belum berakhir. Setelah serangkaian serangan yang menghancurkan kekuatan klan penyihir dan merusak ekonomi mereka, Rainer dan aliansi kini harus menghadapi tantangan terbesar dalam hidup mereka—perang skala besar dengan seluruh kekuatan militer dan politik Duke Valen. Kekuatan mereka semakin terkonsolidasi, dan sementara itu, Rainer tahu bahwa masa depan dunia ini terletak di ujung pedang.

Seiring dengan berlalunya waktu, informasi yang datang dari jaringan mata-mata mereka semakin banyak. Di balik layar, para penasihat Duke Valen merencanakan serangan balasan dengan segala sumber daya yang mereka miliki. Pasukan yang terpecah kini bersatu kembali, dan mereka membawa serta senjata-senjata rahasia yang lebih mematikan. Rainer sadar bahwa perang ini tidak bisa dimenangkan hanya dengan kecerdikan dan strategi saja. Mereka membutuhkan lebih banyak sekutu dan kekuatan yang lebih besar untuk menghadapinya.

Berkumpul kembali di markas aliansi, Rainer, Elys
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 31

    Pertempuran di luar markas besar Duke Valen semakin memanas. Rainer, Elyse, dan seluruh pasukan aliansi telah berhasil mendekati benteng utama, namun mereka tahu bahwa ini hanya permulaan dari sebuah pertempuran besar yang akan menguji ketahanan fisik dan mental mereka. Sihir kuno yang dilancarkan oleh "Kekasih Kegelapan" telah menyebabkan kekacauan di antara barisan pasukan mereka. Rainer menatap medan perang dengan cermat, matanya tajam dan pikirannya bekerja cepat, merancang strategi yang akan membawa mereka meraih kemenangan.“Elyse, Garret,” serunya di tengah hiruk-pikuk pertempuran. “Kita perlu menghancurkan kekuatan utama mereka. Tanpa itu, kita tidak akan bisa mengalahkan mereka. Aku akan memimpin serangan ke jantung markas mereka. Aku yakin ada titik lemah di sana.”Elyse mengangguk dengan penuh keyakinan. "Kami akan mengikuti kamu. Kita tidak bisa mundur sekarang, Rainer. Ini adalah kesempatan kita untuk mengubah dunia."Dengan komando yang tegas, Rainer dan kelompok utamany

    Last Updated : 2025-01-14
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 32

    Pertempuran melawan Duke Valen telah memasuki tahap akhir, namun tekanan terus meningkat. Kristal sihir kuno, kini retak setelah serangan Rainer, memancarkan energi liar yang membuat atmosfer medan perang semakin kacau. Getaran magis terasa hingga ke jantung benteng, membuat dinding-dindingnya berderak seperti hendak runtuh.Elyse menatap kristal yang perlahan-lahan runtuh dengan raut cemas. "Rainer, jika kita tidak menghentikan energi ini, bukan hanya mereka, tapi kita semua juga akan musnah!"Rainer mengangguk cepat, matanya terfokus pada Duke Valen yang berdiri di depan mereka, tampak tak tergoyahkan meskipun situasi mulai memburuk. "Aku tahu, tapi kita harus mengalahkannya dulu. Selama dia masih berdiri, energi itu tidak akan berhenti."Di luar benteng, pasukan aliansi berjuang keras menembus barisan pertahanan terakhir. Pemimpin pasukan, Garret, memimpin kelompoknya dengan keahlian dan keberanian yang luar biasa. Anak buahnya terus berjuang meskipun banyak yang mulai kelelahan. T

    Last Updated : 2025-01-14
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 33

    Benteng yang pernah menjadi simbol tirani Duke Valen kini berdiri sebagai reruntuhan. Asap tipis naik dari puing-puing yang masih hangat, menyisakan bau batu yang terbakar dan energi sihir yang tersisa. Pasukan aliansi berkumpul di sekitar reruntuhan, wajah mereka campuran antara kelegaan, kemenangan, dan ketakutan akan apa yang akan terjadi selanjutnya.Di tengah puing-puing itu, Rainer duduk di atas pecahan batu, wajahnya pucat dan tubuhnya tampak lemah. Elyse berdiri di sampingnya, terus memegang tangan Rainer, memastikan dia tetap sadar. Di sekeliling mereka, pemimpin-pemimpin aliansi lainnya mulai berkumpul.Garret adalah yang pertama berbicara. "Kita berhasil mengalahkan Duke Valen, tapi ini baru satu langkah. Kabar tentang kehancuran benteng ini pasti akan sampai ke telinga kerajaan. Mereka tidak akan tinggal diam."Rainer mengangguk pelan, mencoba bangkit meskipun tubuhnya jelas belum sepenuhnya pulih. "Itu yang kuharapkan," katanya dengan suara pelan tapi tegas. "Kerajaan pas

    Last Updated : 2025-01-14
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 34

    Pagi yang dingin menyelimuti perkemahan aliansi di dekat benteng yang telah runtuh. Kabut tipis melayang di atas padang rumput yang menjadi saksi pertarungan besar. Suara langkah kaki dan dentingan logam memenuhi udara saat para prajurit memperkuat posisi mereka. Benteng darurat mulai berdiri, menandai awal dari markas baru mereka.Rainer, meski tubuhnya belum sepenuhnya pulih, berdiri di tengah pusat komando. Matanya menelusuri peta besar di depannya, mencermati setiap detail tentang wilayah sekitar dan rute potensial yang bisa digunakan untuk pergerakan pasukan atau logistik. Elyse berdiri di sisinya, memegang sebuah gulungan catatan berisi laporan dari utusan yang baru saja kembali."Kabar baik," kata Elyse sambil membuka gulungan itu. "Tiga desa di utara telah setuju untuk bergabung dengan kita. Mereka tidak memiliki banyak pasukan, tetapi mereka siap menyuplai bahan makanan dan peralatan."Rainer mengangguk, wajahnya serius. "Itu awal yang bagus, tapi kita membutuhkan lebih dari

    Last Updated : 2025-01-23
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 35

    Matahari baru saja terbit, menyinari Akademi Evernith, sebuah institusi bergengsi tempat bangsawan muda belajar tentang sihir, taktik perang, dan administrasi kerajaan. Rainer, dengan identitas barunya sebagai seorang siswa dari wilayah terpencil, melangkah memasuki gerbang akademi.Berdiri di depan aula megah, Rainer tidak bisa menahan kekagumannya. Pilar-pilar besar yang menjulang, ukiran simbol-simbol sihir kuno, dan atmosfer yang terasa penuh dengan energi magis membuatnya sadar bahwa tempat ini adalah jantung intelektual kerajaan. Namun, ia juga tahu bahwa keberadaannya di sini adalah ancaman besar bagi status quo."Semua ini hanyalah topeng," gumamnya pelan. "Pendidikan yang diberikan di sini hanyalah alat untuk melanggengkan kekuasaan mereka."Elyse, yang kini menyamar sebagai pelayan pribadi Rainer, berdiri di sampingnya. Dengan suara rendah, ia berkata, "Kau harus berhati-hati, Rainer. Mereka akan mengawasimu."Rainer mengangguk. "Aku tahu. Tapi inilah tempat di mana kita bis

    Last Updated : 2025-01-23
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 36

    Hari-hari berlalu dengan cepat di Akademi Evernith, tempat pendidikan tidak hanya menjadi ajang belajar teori, tetapi juga permainan politik yang rumit. Bagi Rainer, setiap kelas, setiap interaksi, dan setiap langkah di koridor megah ini adalah bagian dari permainan besar yang sedang ia rancang.Setelah duel melawan Victor, posisi Rainer mulai berubah. Beberapa siswa mulai memandangnya dengan hormat, sementara yang lain, terutama dari kalangan bangsawan, menganggapnya ancaman. Namun, Rainer tetap tenang. Ia tahu bahwa untuk bertahan di dunia ini, ia tidak bisa hanya mengandalkan kemenangan kecil. Ia membutuhkan aliansi.Suatu sore, ketika matahari hampir tenggelam, Rainer dipanggil oleh salah satu instruktur senior, Profesor Calder, ke ruangannya. Calder adalah seorang pria tua dengan rambut memutih dan mata tajam yang seolah bisa menembus pikiran seseorang."Rainer, kau adalah siswa yang menarik," ucap Calder, menyilangkan tangan di meja kayu besar yang dipenuhi buku."Terima kasih,

    Last Updated : 2025-01-24
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 37

    Rainer tidak pernah membayangkan bahwa hidupnya akan sampai pada titik di mana setiap langkah kecilnya membawa dampak besar. Bergabung dengan "Tangan Bayangan" bukan hanya sebuah keputusan besar, tetapi sebuah titik balik. Kini, ia bukan lagi hanya seorang siswa cerdas dengan mimpi besar—ia adalah bagian dari gerakan yang berupaya mengguncang tatanan lama.Malam itu, dalam pertemuan rahasia di bawah reruntuhan tua yang tersembunyi di bawah Akademi Evernith, Rainer duduk di antara anggota inti Tangan Bayangan. Kael berdiri di depan, memandang setiap orang dengan sorot mata penuh tekad."Kita tahu apa yang kita hadapi," ucap Kael. "Bangsawan mengontrol segalanya—pendidikan, sihir, bahkan hukum. Tapi mereka melupakan satu hal: kekuatan pikiran dan keinginan untuk perubahan."Liora, yang duduk di samping Rainer, mengangguk pelan. "Namun, perubahan bukan hanya soal menyerang sistem. Kita butuh strategi untuk menggoyahkan mereka tanpa mengorbankan terlalu banyak pihak."Rainer mengambil kes

    Last Updated : 2025-01-24
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 38

    Rainer menyadari bahwa setelah debat publik, hidupnya berubah drastis. Ia tidak lagi menjadi siswa biasa yang bisa bergerak tanpa diperhatikan. Mata-mata Victor dan beberapa bangsawan lainnya terus mengawasi, sementara Dewan Akademi mulai memberlakukan aturan baru untuk memperketat kebebasan berekspresi.Namun, di tengah tekanan itu, Rainer justru merasa semangat juang semakin berkobar. Ia tahu bahwa inilah saatnya untuk menggandakan usahanya. Bersama Elyse, Liora, dan Tangan Bayangan, ia menyusun langkah-langkah strategis yang lebih tajam.Malam itu, di sebuah ruang rahasia di bawah reruntuhan kuil tua dekat Akademi, Rainer berdiri di depan anggota Tangan Bayangan. Di hadapannya ada peta besar yang menunjukkan wilayah-wilayah di bawah pengaruh para bangsawan. Ia menunjuk ke sebuah titik tertentu yang berada di dekat Distrik Selatan."Wilayah ini," ucapnya, "adalah salah satu pusat penyimpanan bahan baku sihir yang dikendalikan oleh keluarga bangsawan Evarion. Mereka menggunakan bahan

    Last Updated : 2025-01-25

Latest chapter

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 181

    Kilatan cahaya menyelimuti seluruh ruang dalam Menara Caelus. Cahaya dari Prisma Keempat memancar, menyatu dengan tiga fragmen sebelumnya yang telah Rainer kumpulkan. Suara bisikan kuno membahana, menyampaikan pesan yang tak dapat ditangkap oleh telinga biasa—melainkan oleh jiwa yang bersedia menerima kebenaran seutuhnya.Rainer berdiri di tengah pusaran cahaya itu, matanya terbuka lebar, menyerap seluruh memori dan kebenaran yang tersimpan selama ribuan tahun. Sosok Aeron, bayangan dari masa lalu, perlahan menghilang—senyumnya pudar, meninggalkan beban yang tak kasat mata.Elyse mendekat, wajahnya penuh kecemasan. “Apa yang kau lihat?”Rainer tidak langsung menjawab. Tangannya gemetar. Di matanya tergambar peperangan yang belum pernah diceritakan, pengkhianatan oleh mereka yang dicatat sebagai pahlawan, dan dunia yang dibentuk bukan dari harapan, melainkan dari ketakutan para pendiri.“Aku melihat... dunia yang kita kenal bukan hasil dari kebijaksanaan. Tapi hasil dari keputusan terb

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 180

    Angin dingin dari utara membawa kabar buruk.Pagi itu, Rainer berdiri di atas puncak benteng pengamatan, memandangi pusaran cahaya yang membelah langit dari kejauhan. Fenomena itu muncul mendadak—tidak satu pun dari alat-alat sihir mereka bisa mendeteksi energi semacam itu sebelumnya. Tapi satu hal jelas: titik pusatnya adalah Menara Caelus, struktur kuno dari Zaman Awal yang selama ini hanya dianggap reruntuhan tak berfungsi.Kini, menara itu bersinar. Hidup kembali.“Menara keempat telah bangkit,” gumam Rainer.Di belakangnya, Elyse datang membawa gulungan tua yang diambil dari arsip Perpustakaan Tengah. “Ada yang menarik,” katanya sambil membuka gulungan di meja observasi. “Menurut peta zaman kuno, Menara Caelus bukan hanya tempat sihir—melainkan tempat penyimpanan memori dunia.”Rainer menoleh, alisnya terangkat. “Memori dunia?”Elyse mengangguk. “Sesuatu yang disebut ‘Rekam Astral’. Sebuah sistem penyimpanan sihir yang bisa merekam kejadian dan pengetahuan dari masa lalu. Jika be

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 179

    Dunia berubah, tapi perubahan sejati tidak pernah datang tanpa konsekuensi.Sepekan setelah kepulangan Rainer dari Perpustakaan Tengah, gelombang informasi mulai merembes ke setiap pelosok kerajaan. Terjemahan parsial Simfoni Tertinggal telah disalin dan disebarkan ke berbagai sekolah sihir rakyat dan tempat-tempat belajar kecil yang tersembunyi di balik bayang-bayang kota besar.Di awalnya, banyak yang menertawakan dokumen itu. Mereka menyebutnya propaganda seorang anak dari kasta rendah yang menginginkan kekuasaan melalui pengetahuan. Namun semakin banyak yang membaca, semakin banyak pula yang mulai bertanya-tanya.“Kalau sihir bukan bakat keturunan, mengapa kami tidak bisa mempelajarinya?”“Kenapa hanya keluarga bangsawan yang punya akses ke sekolah sihir tingkat tinggi?”Pertanyaan-pertanyaan itu menyebar lebih cepat daripada yang diperkirakan siapa pun.Dan dari balik dinding istana, para bangsawan mulai merasakan tekanan.Di ruang utama Dewan Tertinggi Bangsawan, sebuah pertemua

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 178

    Hujan turun pelan di atas atap markas, membasahi kaca jendela tempat Rainer bersandar. Di tangan kirinya, liontin yang memuat tiga fragmen kini berpendar aneh—perpaduan antara cahaya dan kegelapan, seolah dua kekuatan bertentangan sedang saling menekan, mencari bentuk akhir dari sebuah kebenaran.Elyse melangkah masuk tanpa suara, membawa dua cangkir teh. Ia menyerahkan satu pada Rainer sebelum ikut bersandar di sisi jendela. Diam.“Apa kau pernah merasa,” kata Elyse akhirnya, “bahwa dunia ini... lebih tua dari yang kita tahu?”Rainer tersenyum kecil. “Tidak hanya lebih tua. Tapi juga lebih terluka.”Ia mengangkat liontin. “Setiap fragmen membawa ingatan. Yang pertama memberi petunjuk tentang asal usul sistem kasta. Yang kedua memperlihatkan eksperimen sihir terhadap manusia biasa. Tapi yang ketiga...”“...membawa kehampaan,” sambung Elyse pelan. “Aku merasakannya saat kita berada di altar itu.”“Dan lebih dari itu.” Rainer berbalik, berjalan ke meja penuh dokumen. Ia mengambil satu g

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 177

    Langit malam menyelimuti dunia dengan kelam yang lebih pekat dari biasanya. Di luar ibu kota, jauh dari mata para penguasa dan rakyat biasa, Menara Bayangan berdiri di atas bukit batu yang tandus, dikelilingi reruntuhan peradaban lama yang telah lama dilupakan. Di dalam menara itu, sihir lama—sihir yang bahkan tidak dikenali oleh Akademi Sihir Pusat—masih hidup.Di tengah lingkaran sihir yang berpendar redup, pria berjubah ungu tua itu membuka matanya. Mereka bersinar hijau pucat, bukan karena sihir, tapi karena kekosongan yang menghuni raganya. Ia bukan lagi manusia biasa. Namanya telah lama dihapus dari sejarah, digantikan dengan satu julukan: Nihros, sang Pemelihara Kekosongan.“Fragmen ketiga telah terbangun,” gumam Nihros. Suaranya nyaris seperti bisikan di antara celah kenyataan. “Dan si bocah itu... mulai mengganggu alur.”Di sekelilingnya, entitas-entitas tak bernama—makhluk yang dulunya manusia, tapi telah dirusak oleh sihir gelap dari

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 176

    Ruangan Majelis Tertinggi tidak seperti aula biasa di kerajaan—ia tidak hanya dibangun dari marmer dan batu mulia, tapi dari keheningan yang dalam dan rasa takut yang menggantung. Di tempat inilah hukum kerajaan diciptakan, strategi perang dirancang, dan takdir rakyat ditentukan.Pagi itu, ratusan kursi di tribun atas dipenuhi para bangsawan, penyihir agung, akademisi, dan bahkan utusan luar negeri. Mereka semua datang karena undangan langka: seseorang dari kalangan bawah, tanpa darah bangsawan, tanpa gelar, akan berbicara di hadapan Majelis.Rainer berdiri di tengah podium, mengenakan jubah hitam dengan garis emas yang dirancang Elyse dan para pendukungnya—sebuah simbol antara perlawanan dan martabat. Di belakangnya, Elyse berdiri tegak, mata tajamnya menyapu ruangan.Suara bel logam berdentang tiga kali, menandakan awal sesi. Di kursi utama, High Consul Avarel—pemimpin tertinggi Majelis—mengangguk ke arah Rainer.“Rainer dari distrik bawah, pemegang fra

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 175

    Langit di atas ibu kota kerajaan Arkwen tampak kelabu. Awan gelap menggantung rendah, seolah menandakan badai besar akan segera datang. Namun badai yang mendekat bukan sekadar cuaca—melainkan konflik yang akan mengguncang seluruh struktur kekuasaan kerajaan.Rainer dan timnya baru saja kembali dari ekspedisi ke Utara, membawa satu kebenaran baru dan satu fragmen simfoni tambahan. Tapi bukan hanya kekuatan yang mereka bawa pulang, melainkan juga informasi yang bisa mengguncang fondasi dunia: bahwa sistem yang saat ini berdiri adalah hasil dari siklus berulang yang dipaksakan oleh kekuatan kuno, dan bahwa pemilik simfoni sejati berpotensi menjadi kunci pembebas atau penghancur dari siklus itu.“Berita tentang pergerakan kita telah bocor,” kata Kysha sambil menyerahkan gulungan surat kepada Rainer. “Tiga dari lima keluarga bangsawan besar mengirim utusan ke menara dewan sihir. Mereka menyebutnya sebagai ‘Tanda Pertama dari Kerusakan.’”“Karena kita mengambil fragme

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 174

    Hutan Frostveil, wilayah utara kerajaan yang dinginnya mampu membekukan tulang bahkan sebelum musim salju datang. Kabut tebal menggantung di antara pohon-pohon cemara tinggi, dan hanya suara ranting patah atau langkah lembut di salju yang memberi tanda bahwa kehidupan masih ada di tempat itu.Di sinilah Rainer, Elyse, Marcus, dan Kysha menelusuri jejak pengkhianat dari tim mereka—Seth, anggota pencatat sihir yang ternyata telah menyusup atas perintah pihak luar. Peta menuju fragmen ketiga kini berada di tangannya, dan jika dia berhasil menyerahkannya ke tangan sekte atau faksi bangsawan tertentu, pertarungan untuk perubahan bisa berakhir sebelum dimulai.“Kita hanya berjarak satu hari perjalanan dari kuil tua yang disebutkan di fragmen kedua,” bisik Kysha sambil menunjuk peta yang telah mereka salin ulang. “Tapi jalur yang diambil Seth... bukan jalur langsung. Dia menuju celah pegunungan—ada sesuatu di sana yang dia sembunyikan.”Rainer menatap langit yang mulai

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 173

    Hujan deras mengguyur pelabuhan selatan Kerajaan Galvane. Kapal ekspedisi akademi telah bersandar di dermaga, dan suara ombak yang menghantam kayu menambah ketegangan suasana. Rainer berdiri di dek kapal, mengenakan jubah tebal berlapis pelindung sihir. Di belakangnya, Elyse, Marcus, dan beberapa anggota tim elite akademi bersiap turun.Wilayah yang mereka tuju adalah reruntuhan Virellis, kota kuno yang terkubur oleh tanah longsor dua abad lalu. Berdasarkan kode dalam simfoni pertama, fragmen kedua tersembunyi di bawah tanah, dilindungi oleh mekanisme sihir yang hanya bisa dipecahkan oleh harmoni energi tertentu—sesuatu yang hanya bisa dideteksi jika seseorang memiliki resonansi dengan fragmen pertama.“Aku merasakannya,” bisik Rainer sambil menekan telapak tangannya ke dada, tempat ia mengenakan liontin kristal kecil dari fragmen pertama. “Ada sesuatu yang memanggil… seperti gema di ujung lorong panjang.”Elyse menatapnya, mata peraknya penuh waspada. “Pastikan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status