Share

Bab 36

last update Last Updated: 2025-01-24 14:42:18

Hari-hari berlalu dengan cepat di Akademi Evernith, tempat pendidikan tidak hanya menjadi ajang belajar teori, tetapi juga permainan politik yang rumit. Bagi Rainer, setiap kelas, setiap interaksi, dan setiap langkah di koridor megah ini adalah bagian dari permainan besar yang sedang ia rancang.

Setelah duel melawan Victor, posisi Rainer mulai berubah. Beberapa siswa mulai memandangnya dengan hormat, sementara yang lain, terutama dari kalangan bangsawan, menganggapnya ancaman. Namun, Rainer tetap tenang. Ia tahu bahwa untuk bertahan di dunia ini, ia tidak bisa hanya mengandalkan kemenangan kecil. Ia membutuhkan aliansi.

Suatu sore, ketika matahari hampir tenggelam, Rainer dipanggil oleh salah satu instruktur senior, Profesor Calder, ke ruangannya. Calder adalah seorang pria tua dengan rambut memutih dan mata tajam yang seolah bisa menembus pikiran seseorang.

"Rainer, kau adalah siswa yang menarik," ucap Calder, menyilangkan tangan di meja kayu besar yang dipenuhi buku.

"Terima kasih,
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 37

    Rainer tidak pernah membayangkan bahwa hidupnya akan sampai pada titik di mana setiap langkah kecilnya membawa dampak besar. Bergabung dengan "Tangan Bayangan" bukan hanya sebuah keputusan besar, tetapi sebuah titik balik. Kini, ia bukan lagi hanya seorang siswa cerdas dengan mimpi besar—ia adalah bagian dari gerakan yang berupaya mengguncang tatanan lama.Malam itu, dalam pertemuan rahasia di bawah reruntuhan tua yang tersembunyi di bawah Akademi Evernith, Rainer duduk di antara anggota inti Tangan Bayangan. Kael berdiri di depan, memandang setiap orang dengan sorot mata penuh tekad."Kita tahu apa yang kita hadapi," ucap Kael. "Bangsawan mengontrol segalanya—pendidikan, sihir, bahkan hukum. Tapi mereka melupakan satu hal: kekuatan pikiran dan keinginan untuk perubahan."Liora, yang duduk di samping Rainer, mengangguk pelan. "Namun, perubahan bukan hanya soal menyerang sistem. Kita butuh strategi untuk menggoyahkan mereka tanpa mengorbankan terlalu banyak pihak."Rainer mengambil kes

    Last Updated : 2025-01-24
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 38

    Rainer menyadari bahwa setelah debat publik, hidupnya berubah drastis. Ia tidak lagi menjadi siswa biasa yang bisa bergerak tanpa diperhatikan. Mata-mata Victor dan beberapa bangsawan lainnya terus mengawasi, sementara Dewan Akademi mulai memberlakukan aturan baru untuk memperketat kebebasan berekspresi.Namun, di tengah tekanan itu, Rainer justru merasa semangat juang semakin berkobar. Ia tahu bahwa inilah saatnya untuk menggandakan usahanya. Bersama Elyse, Liora, dan Tangan Bayangan, ia menyusun langkah-langkah strategis yang lebih tajam.Malam itu, di sebuah ruang rahasia di bawah reruntuhan kuil tua dekat Akademi, Rainer berdiri di depan anggota Tangan Bayangan. Di hadapannya ada peta besar yang menunjukkan wilayah-wilayah di bawah pengaruh para bangsawan. Ia menunjuk ke sebuah titik tertentu yang berada di dekat Distrik Selatan."Wilayah ini," ucapnya, "adalah salah satu pusat penyimpanan bahan baku sihir yang dikendalikan oleh keluarga bangsawan Evarion. Mereka menggunakan bahan

    Last Updated : 2025-01-25
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 39

    Malam itu, protes yang terjadi di aula akademi menjadi pembicaraan di seluruh ibu kota. Selebaran yang dilemparkan Tangan Bayangan telah menyebarkan kebenaran seperti api yang melahap semak kering. Para bangsawan mulai memperketat pengawasan mereka, tetapi di sisi lain, para rakyat biasa semakin menyadari ketidakadilan yang selama ini tersembunyi di balik dinding megah para penguasa.Namun, dampak terbesar dari aksi itu adalah tumbuhnya rasa percaya diri di kalangan siswa biasa. Mereka mulai memahami bahwa perubahan hanya dapat diraih melalui perlawanan, dan sosok Rainer kini menjadi simbol dari harapan baru.Sementara itu, Rainer, Elyse, dan anggota inti Tangan Bayangan bersembunyi di sebuah rumah tua yang terlantar di pinggiran kota. Mereka sedang membahas langkah berikutnya setelah aksi besar di aula."Kita berhasil menyampaikan pesan kita," ujar Elyse sambil melipat selebaran terakhir yang mereka miliki. "Tapi, mereka pasti akan merespons dengan lebih keras."Kael, pemimpin lapang

    Last Updated : 2025-01-25
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 40

    Pagi hari di ibu kota, udara terasa lebih berat dari biasanya. Di seluruh kota, pasukan penjaga semakin sering terlihat berpatroli, sementara warga biasa yang sebelumnya bergembira atas keberhasilan Rainer dan Tangan Bayangan kini mulai merasakan ketegangan yang meningkat. Apa yang dimulai sebagai gerakan untuk menggulingkan ketidakadilan kini telah berubah menjadi perang terbuka, dan kedamaian yang rapuh itu mulai pecah di antara mereka yang berusaha mempertahankan status quo dan mereka yang ingin melihat dunia baru yang lebih adil.Rainer berdiri di depan jendela kecil di markas Tangan Bayangan yang tersembunyi, menatap keluar ke arah kota yang gelisah. Hujan tipis mulai turun, menciptakan suasana murung yang mencerminkan ketegangan yang tengah melanda dunia ini. Elyse duduk di meja di belakangnya, sibuk dengan dokumen-dokumen yang telah mereka ambil dari bank Helvar."Jadi, ini yang harus kita hadapi sekarang," kata Elyse dengan suara pelan. "Pemerintah mulai bergerak lebih cepat,

    Last Updated : 2025-01-25
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 41

    Malam itu, angin bertiup kencang, membawa kabut tipis yang menutupi jalan-jalan ibu kota. Kota yang dulu tenang kini dipenuhi hiruk-pikuk, sementara perubahan besar sedang terjadi di dalamnya. Setelah penampilan mengejutkan Rainer di ruang pertemuan para bangsawan, dunia yang dulu terbelah oleh kekuasaan dan ketidakadilan kini berada di ambang perubahan. Namun, setiap kemenangan kecil selalu diiringi oleh tantangan baru yang lebih besar.Rainer berdiri di atas balkon markas Tangan Bayangan yang tersembunyi, memandangi kota yang kini dipenuhi dengan suara langkah kaki yang gelisah. Pasukan kerajaan semakin terdesak, dan para bangsawan yang berkuasa mulai menyadari betapa rapuhnya mereka. Tapi Rainer tahu, ini bukanlah akhir. Ini baru permulaan dari perjalanan panjang yang penuh dengan ketidakpastian."Apakah kita siap?" tanya Elyse, yang kini berdiri di samping Rainer. Wajahnya memantulkan kecemasan yang tidak bisa disembunyikan meski ia berusaha keras tetap tenang.Rainer mengangguk.

    Last Updated : 2025-01-26
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 42

    Kemenangan atas pasukan kerajaan bukanlah akhir dari perjalanan Rainer. Sebaliknya, itu adalah awal dari tantangan yang lebih besar—memimpin dunia yang hancur dan membangun kembali fondasi dari masyarakat yang sudah terlalu lama terpecah. Setelah pertempuran itu, Rainer dan Elyse berdiri di ambang gerbang baru, dan mereka tahu bahwa tujuan mereka belum tercapai sepenuhnya. Mereka harus menghadapi kenyataan pahit bahwa meskipun mereka telah menggulingkan penguasa lama, dunia yang baru ini tetap harus diperbaiki dan dipimpin dengan bijaksana.Pagi setelah pertempuran terasa tenang namun tegang. Suasana di markas Tangan Bayangan yang kini telah dijadikan pusat pemerintahan sementara dipenuhi dengan kesibukan yang sangat kontras dengan kekacauan yang terjadi beberapa jam lalu. Di ruang utama yang luas, Rainer berdiri di depan peta dunia yang kini telah berubah drastis. Kota-kota yang sebelumnya berada di bawah kekuasaan kerajaan besar kini telah jatuh ke tangan pasukannya. Namun, ada satu

    Last Updated : 2025-01-26
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 43

    Langit malam itu terasa lebih gelap dari biasanya, seolah mencerminkan beban besar yang masih harus dipikul oleh Rainer dan Elyse. Sementara dunia di luar sedang berusaha menemukan jalan baru, di dalam markas Tangan Bayangan, keduanya duduk bersama di ruang yang biasa mereka gunakan untuk merencanakan langkah-langkah selanjutnya. Perubahan baru yang mereka usulkan untuk dunia ini tidak hanya membutuhkan kebijakan yang cermat, tetapi juga kekuatan yang mampu menjaga kestabilan. Dan itu berarti mereka harus mengendalikan lebih banyak hal daripada yang mereka bayangkan sebelumnya."Rainer, apakah kamu benar-benar yakin kita bisa menjaga keseimbangan di dunia yang sekarang kita bangun?" tanya Elyse, suaranya penuh keprihatinan. "Dewan yang akan kita bentuk, meskipun tampaknya adil, tidak bisa dipastikan akan berjalan dengan lancar. Terlalu banyak pihak yang punya kepentingan masing-masing."Rainer menghela napas panjang. Dia sudah tahu betul bahwa jalan yang mereka pilih penuh dengan resi

    Last Updated : 2025-01-26
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 44

    Dengan setiap keputusan yang diambil, Rainer merasakan tekanan yang semakin berat. Dunia yang baru dibangun kini berada di ujung tanduk. Setiap langkah yang ia ambil semakin mempengaruhi nasib dunia ini—baik itu dalam bidang politik, militer, atau bahkan kehidupan sosial sehari-hari. Begitu banyak yang bergantung pada apa yang ia lakukan selanjutnya, dan rasa tanggung jawab itu semakin menghantui setiap langkahnya.Pada malam yang gelap itu, Rainer duduk di ruang markas yang kini sudah banyak berubah. Ruangan yang dulu hanya dipenuhi dengan kekuatan militer dan pertempuran kini juga dipenuhi dengan peta-peta, dokumen, dan rencana jangka panjang yang berhubungan dengan pemerintahan baru mereka. Elyse berada di sisi Rainer, sama seperti dulu, memberikan dukungan yang tak ternilai."Rainer, aku tahu ini berat," kata Elyse pelan, mengamati ekspresi serius di wajah Rainer. "Tapi kita harus ingat, kita bukan hanya berjuang untuk diri kita sendiri. Kita berjuang untuk seluruh dunia ini. Jang

    Last Updated : 2025-01-26

Latest chapter

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 159

    Langit masih gelap ketika suara derap langkah tergesa-gesa menggema di lorong-lorong benteng. Salah satu mata-mata yang ditugaskan Rainer untuk menyusup ke ibu kota Vildoria baru saja kembali, napasnya tersengal seolah ia telah berlari sepanjang malam.Rainer menunggu di ruang taktik, tangannya terlipat di depan dada, sementara Elyse dan Marcus berdiri di sampingnya."Ada berita?" tanya Rainer tanpa basa-basi.Mata-mata itu mengangguk, lalu mengeluarkan sebuah gulungan perkamen yang tampak lusuh dan berdebu."Ada pergerakan di dalam ibu kota Vildoria, tapi bukan hanya dari pihak kerajaan," lapor mata-mata itu. "Kelompok yang disebut 'Tangan Hitam' mulai bergerak, dan mereka bukan sekadar bayangan.""Tangan Hitam?" Elyse mengulang nama itu dengan alis berkerut.Rainer mengambil perkamen itu, membuka isinya, dan membaca dengan saksama."Mereka adalah kelompok yang bergerak di belakang layar," jelas mata-mata itu. "Mereka bukan bagian da

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 158

    Malam di benteng utama terasa lebih hening dari biasanya. Meskipun pasukan Rainer telah meraih kemenangan besar melawan pasukan Vildoria, ia tahu bahwa kemenangan ini bukanlah akhir. Vildoria bukan satu-satunya ancaman yang harus ia hadapi.Di dalam ruang strateginya, Rainer menatap peta yang terbentang di atas meja. Di sekelilingnya, Elyse, Marcus, dan beberapa komandan utama berdiri menunggu arahannya."Apa yang akan kita lakukan selanjutnya?" tanya Marcus, matanya menatap Rainer dengan penuh harapan."Kita tidak bisa hanya bertahan," jawab Rainer. "Jika kita hanya menunggu serangan selanjutnya, cepat atau lambat mereka akan menemukan cara untuk menjatuhkan kita. Kita harus bergerak lebih dulu."Elyse mengangguk. "Kau ingin menyerang mereka langsung?""Bukan serangan langsung," kata Rainer sambil menggeser bidak-bidak di peta. "Kita akan melemahkan mereka dari dalam."Para komandan saling berpandangan, mencoba memahami maksud Rainer.

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 157

    Malam setelah kemenangan di perbatasan barat, Rainer berdiri di dalam tendanya, menatap peta yang dipenuhi tanda-tanda strategis. Di satu sisi, ia merasa puas karena berhasil mengalahkan Lionel Drakos tanpa kehilangan terlalu banyak pasukan. Namun, jauh di dalam benaknya, ia tahu bahwa perang ini belum berakhir.Elyse masuk ke dalam tenda, membawa segulung laporan terbaru. "Kabar dari utara," katanya dengan suara tegang. "Gerakan militer mulai terlihat di perbatasan kerajaan Vildoria."Rainer mengangkat alisnya. "Vildoria akhirnya bergerak?""Sepertinya begitu," jawab Elyse. "Mereka mungkin melihat kelemahan kita setelah perang ini dan berpikir bahwa ini saat yang tepat untuk menyerang."Marcus, yang baru saja memasuki tenda, mendengus. "Mereka salah besar. Justru setelah kemenangan ini, moral pasukan kita sedang berada di puncaknya. Jika mereka berpikir kita lemah, mereka akan menyesalinya."Rainer berpikir sejenak. "Kita harus mengonfirmasi niat

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 160

    Malam masih gelap saat beberapa bayangan bergerak cepat di gang-gang ibu kota Vildoria. Lima sosok berpakaian gelap, masing-masing dengan simbol kecil berbentuk mata di pergelangan tangan mereka, menyelinap melalui lorong-lorong sempit menuju sebuah gudang tua yang tersembunyi di antara bangunan usang.Di dalam, beberapa pria dan wanita bertopeng sudah berkumpul di sekitar meja panjang, peta dan dokumen tersebar di atasnya. Mereka adalah anggota Tangan Hitam—organisasi rahasia yang beroperasi di balik layar, mengendalikan informasi dan kekuatan dengan cara yang hanya mereka yang berkepentingan bisa pahami.Seorang pria bertopeng duduk di tengah, jari-jarinya mengetuk meja dengan ritme yang lambat. "Rainer mulai bergerak," katanya dengan suara tenang namun tajam.Salah satu anggota lain mengangguk. "Ya, dan dia sudah mengetahui keberadaan kita. Tidak lama lagi dia akan mencari cara untuk menghancurkan kita dari dalam."Pria bertopeng itu menghela napas. "Maka kita harus bergerak lebih

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 155

    Malam berhembus dingin saat Rainer berdiri di atas menara pengawas, menatap ke arah selatan. Dalam kegelapan, titik-titik api kecil terlihat di kejauhan—kemah pasukan yang mulai berkumpul di wilayah perbatasan. Jika laporan itu benar, seseorang dari keturunan keluarga kerajaan lama sedang membangun kekuatan di sana.Elyse melangkah mendekat, mantel tebal melilit tubuhnya. "Kau tampak gelisah."Rainer tersenyum tipis. "Gelisah bukan kata yang tepat. Lebih ke... mengantisipasi."Elyse bersandar di pagar batu. "Jika benar ada keturunan kerajaan lama yang tersisa, itu bisa menjadi masalah besar. Rakyat yang masih setia pada monarki pasti akan berkumpul di bawah panji mereka.""Dan itulah yang membuat ini menarik," Rainer menjawab. "Orang-orang selalu mencari simbol. Jika seseorang bisa meyakinkan mereka bahwa kerajaan lama bisa bangkit kembali, maka kita akan menghadapi perang yang lebih besar dari sebelumnya."Marcus datang membawa sebotol anggur, wajahnya tetap santai meskipun situasi s

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 154

    Langit di atas wilayah barat masih dipenuhi asap, sisa dari pertempuran yang baru saja berakhir. Kastil milik Count Reinhardt kini berdiri dalam kehancuran, simbol kejatuhan para bangsawan yang menolak tunduk pada perubahan.Di dalam ruang pertemuan yang dulu penuh dengan kemewahan, kini hanya ada aroma debu dan darah. Rainer berdiri di tengah ruangan, menatap peta besar yang terbentang di atas meja. Wilayah barat telah mereka taklukkan, tetapi peperangan belum selesai.Elyse masuk ke ruangan, wajahnya tenang namun penuh ketegasan. “Beberapa pasukan kita masih sibuk mengamankan desa-desa sekitar. Sebagian besar rakyat di sini tidak berani melawan, tetapi ada kelompok kecil yang masih setia pada Reinhardt.”Rainer mengangguk. “Itu sudah kuduga. Reinhardt mungkin sudah tiada, tapi jejaknya masih ada dalam pikiran orang-orang yang dulu hidup di bawah perlindungannya.”Marcus, yang duduk di sudut ruangan dengan cangkir anggur di tangannya, mendengus. “Orang-orang bodoh. Mereka tidak sadar

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 153

    Rainer berdiri di puncak menara istana, menatap ke kejauhan. Kota yang dulunya diperintah dengan tangan besi oleh Duke Alistair kini dalam transisi menuju era baru. Cahaya fajar mulai menyinari bangunan-bangunan yang masih dipenuhi bekas pertempuran. Jalanan yang tadinya berlumuran darah perlahan dibersihkan, meski bau asap dan kematian masih terasa.Di bawahnya, rakyat berkumpul di alun-alun utama, menunggu pengumuman berikutnya.Elyse melangkah mendekat. “Mereka menunggu pidatomu.”Rainer mengangguk, tetapi matanya tetap tertuju ke kejauhan. “Perjuangan ini belum berakhir. Kota ini masih bisa jatuh ke dalam kekacauan jika kita tidak segera bertindak.”Elyse menatapnya dengan penuh perhatian. “Aku tahu. Tapi untuk saat ini, kita telah memberi mereka harapan.”Rainer akhirnya mengalihkan pandangannya ke Elyse. Dalam beberapa bulan terakhir, gadis itu telah menjadi orang yang paling ia percaya. Dengan kecerdasan dan tekadnya, Elyse selalu menjadi suara rasional yang menyeimbangkan pemi

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 152

    Suara ledakan menggema di seluruh kota. Api berkobar di beberapa sudut distrik, dan jeritan pertempuran bercampur dengan dentingan senjata yang saling beradu. Kekacauan telah mencapai puncaknya—tanda bahwa rencana Rainer berjalan sesuai yang diharapkan.Di dalam istana Duke Alistair, sang penguasa berdiri dengan pedang terhunus. Wajahnya yang biasanya penuh percaya diri kini dipenuhi amarah dan kegelisahan. Di hadapannya, Rainer berdiri tenang, sementara Elyse dan Marcus bersiaga di sisinya.“Aku sudah memperhitungkan segalanya, Alistair,” kata Rainer dengan nada datar. “Hari ini, kekuasaanmu berakhir.”Alistair menyipitkan mata. “Kau pikir hanya dengan beberapa pemberontak rendahan bisa menjatuhkanku?”Senyum tipis tersungging di bibir Rainer. Ia tidak menjawab, tetapi menatap keluar jendela, melihat pasukan perlawanan yang semakin mendekati istana.“Kota ini bukan milikmu lagi,” lanjut Rainer. “Setengah pasukanmu sudah pergi ke timur. Para bangsa

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 151

    Malam terus berlanjut, tetapi tidak ada satu pun dari mereka yang beristirahat dengan tenang. Rainer menatap peta di depannya, memperhitungkan langkah-langkah berikutnya. Dengan informasi yang mereka peroleh, ia tahu bahwa inilah saatnya untuk bergerak.Kelompok perlawanan di distrik pelabuhan akan menjadi kunci. Jika mereka bisa meyakinkan mereka untuk bekerja sama, kota ini akan memiliki kekuatan yang cukup untuk mengguncang rezim Duke Alistair.Elyse menatap Rainer dengan penuh perhatian. "Kapan kita akan menemui mereka?""Besok malam," jawab Rainer. "Kita harus berhati-hati. Jika mereka terlalu takut atau ada mata-mata di dalamnya, kita bisa dalam bahaya."Marcus, yang duduk di sudut ruangan, menyeringai. "Itu sebabnya aku akan pergi lebih dulu untuk memastikan tempatnya aman. Aku bisa bergerak tanpa terdeteksi."Rainer mengangguk. "Lakukan. Dan jika ada yang mencurigakan, mundur. Kita tidak bisa mengambil risiko kehilanganmu."Marcus berdiri. "Serahkan padaku."Keesokan malamnya,

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status