Share

Bab 34

Penulis: Eclipse Draven
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-23 15:40:16

Pagi yang dingin menyelimuti perkemahan aliansi di dekat benteng yang telah runtuh. Kabut tipis melayang di atas padang rumput yang menjadi saksi pertarungan besar. Suara langkah kaki dan dentingan logam memenuhi udara saat para prajurit memperkuat posisi mereka. Benteng darurat mulai berdiri, menandai awal dari markas baru mereka.

Rainer, meski tubuhnya belum sepenuhnya pulih, berdiri di tengah pusat komando. Matanya menelusuri peta besar di depannya, mencermati setiap detail tentang wilayah sekitar dan rute potensial yang bisa digunakan untuk pergerakan pasukan atau logistik. Elyse berdiri di sisinya, memegang sebuah gulungan catatan berisi laporan dari utusan yang baru saja kembali.

"Kabar baik," kata Elyse sambil membuka gulungan itu. "Tiga desa di utara telah setuju untuk bergabung dengan kita. Mereka tidak memiliki banyak pasukan, tetapi mereka siap menyuplai bahan makanan dan peralatan."

Rainer mengangguk, wajahnya serius. "Itu awal yang bagus, tapi kita membutuhkan lebih dari
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 35

    Matahari baru saja terbit, menyinari Akademi Evernith, sebuah institusi bergengsi tempat bangsawan muda belajar tentang sihir, taktik perang, dan administrasi kerajaan. Rainer, dengan identitas barunya sebagai seorang siswa dari wilayah terpencil, melangkah memasuki gerbang akademi.Berdiri di depan aula megah, Rainer tidak bisa menahan kekagumannya. Pilar-pilar besar yang menjulang, ukiran simbol-simbol sihir kuno, dan atmosfer yang terasa penuh dengan energi magis membuatnya sadar bahwa tempat ini adalah jantung intelektual kerajaan. Namun, ia juga tahu bahwa keberadaannya di sini adalah ancaman besar bagi status quo."Semua ini hanyalah topeng," gumamnya pelan. "Pendidikan yang diberikan di sini hanyalah alat untuk melanggengkan kekuasaan mereka."Elyse, yang kini menyamar sebagai pelayan pribadi Rainer, berdiri di sampingnya. Dengan suara rendah, ia berkata, "Kau harus berhati-hati, Rainer. Mereka akan mengawasimu."Rainer mengangguk. "Aku tahu. Tapi inilah tempat di mana kita bis

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 36

    Hari-hari berlalu dengan cepat di Akademi Evernith, tempat pendidikan tidak hanya menjadi ajang belajar teori, tetapi juga permainan politik yang rumit. Bagi Rainer, setiap kelas, setiap interaksi, dan setiap langkah di koridor megah ini adalah bagian dari permainan besar yang sedang ia rancang.Setelah duel melawan Victor, posisi Rainer mulai berubah. Beberapa siswa mulai memandangnya dengan hormat, sementara yang lain, terutama dari kalangan bangsawan, menganggapnya ancaman. Namun, Rainer tetap tenang. Ia tahu bahwa untuk bertahan di dunia ini, ia tidak bisa hanya mengandalkan kemenangan kecil. Ia membutuhkan aliansi.Suatu sore, ketika matahari hampir tenggelam, Rainer dipanggil oleh salah satu instruktur senior, Profesor Calder, ke ruangannya. Calder adalah seorang pria tua dengan rambut memutih dan mata tajam yang seolah bisa menembus pikiran seseorang."Rainer, kau adalah siswa yang menarik," ucap Calder, menyilangkan tangan di meja kayu besar yang dipenuhi buku."Terima kasih,

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-24
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 37

    Rainer tidak pernah membayangkan bahwa hidupnya akan sampai pada titik di mana setiap langkah kecilnya membawa dampak besar. Bergabung dengan "Tangan Bayangan" bukan hanya sebuah keputusan besar, tetapi sebuah titik balik. Kini, ia bukan lagi hanya seorang siswa cerdas dengan mimpi besar—ia adalah bagian dari gerakan yang berupaya mengguncang tatanan lama.Malam itu, dalam pertemuan rahasia di bawah reruntuhan tua yang tersembunyi di bawah Akademi Evernith, Rainer duduk di antara anggota inti Tangan Bayangan. Kael berdiri di depan, memandang setiap orang dengan sorot mata penuh tekad."Kita tahu apa yang kita hadapi," ucap Kael. "Bangsawan mengontrol segalanya—pendidikan, sihir, bahkan hukum. Tapi mereka melupakan satu hal: kekuatan pikiran dan keinginan untuk perubahan."Liora, yang duduk di samping Rainer, mengangguk pelan. "Namun, perubahan bukan hanya soal menyerang sistem. Kita butuh strategi untuk menggoyahkan mereka tanpa mengorbankan terlalu banyak pihak."Rainer mengambil kes

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-24
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 1

    Rainer Alden terbangun di tengah kegelapan yang pekat. Bukan kegelapan seperti malam hari atau ketidakjelasan, melainkan kegelapan yang menyesakkan, seperti terperangkap dalam kekosongan abadi. Namun, sesuatu terasa berbeda. Kegelapan ini bukan akhir. Ada sesuatu yang lebih, sesuatu yang mengalir—energi, kehidupan."Apa...?" gumamnya, kebingungan. Suaranya terdengar asing, tidak seperti suara yang dia kenali. Lebih muda, lebih... jernih.Sejenak, dia teringat kecelakaan tragis yang merenggut nyawanya—sebuah mobil yang kehilangan kendali, menabrak pohon di malam yang hujan deras. Dalam sekejap, hidupnya berakhir. Namun, kini, dia merasa seperti terlahir kembali.Rainer membuka matanya perlahan. Dunia yang terbentang di hadapannya begitu asing. Langit yang cerah menyambutnya, penuh dengan nuansa warna yang tak pernah ia lihat sebelumnya. Angin membawa aroma yang berbeda, lebih segar, lebih alami. Bukannya berada di ruang rumah sakit atau kamar rumahnya, ia kini terbaring di atas rerumpu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 2

    Setelah Elyse memberikan kabar buruk tentang pencarian pengkhianat oleh kerajaan, Rainer terdiam sejenak. Wajahnya yang biasanya penuh dengan rasa ingin tahu kini terlihat serius. Pengkhianatan. Itu adalah kata yang sudah sering ia dengar, tapi kali ini, itu bukan hanya kata-kata kosong dalam politik. Ini adalah kenyataan yang akan memengaruhi hidupnya.Elyse tampak gelisah, matanya yang lembut penuh dengan kecemasan. "Kau pasti tahu apa artinya itu, bukan? Jika mereka menganggap seseorang berbahaya, mereka tidak akan ragu untuk menindak tanpa ampun."Rainer mengangguk perlahan. Dalam hidup sebelumnya, ia telah menyaksikan bagaimana kekuasaan bisa menghancurkan siapa saja yang dianggap ancaman. Namun, situasi kali ini berbeda. Ia kini bukan lagi seorang jenius yang memegang kekuasaan, tetapi seseorang yang terlahir kembali dalam dunia yang penuh dengan ketidakadilan dan sistem kasta yang membatasi."Apa yang harus kita lakukan?" tanya Rainer, suara tenang meskipun pikirannya sedang be

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 3

    Rainer duduk kembali di batu besar itu, memandang ke langit yang perlahan mulai gelap. Angin malam menerpa wajahnya, membawa wangi tanah dan pohon yang lembab setelah hujan ringan. Dunia baru ini terasa asing, namun ada sesuatu yang membuatnya merasa seolah ia baru saja memulai perjalanan besar. Sebuah perjalanan yang penuh ketidakpastian, dan meskipun ia seorang jenius, kali ini, itu tidak menjamin segalanya akan mudah."Jika hanya aku memiliki kekuatan untuk mengubahnya," gumam Rainer, lebih pada dirinya sendiri. "Tapi apa yang harus aku lakukan untuk mendapatkan kekuatan itu?"Hatinya bergejolak dengan pertanyaan-pertanyaan yang terus menghantuinya. Rainer menyadari bahwa, meskipun dirinya telah diberikan kehidupan kedua, ia masih berada di tengah dunia yang penuh dengan keajaiban yang tidak ia pahami sepenuhnya. Sihir, takdir, politik—semua itu hanyalah bagian dari teka-teki besar yang belum ia pecahkan.Ketika ia mulai menutup matanya dan mencoba merasakan atmosfer dunia baru ini

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 4

    Hari itu semakin larut, dan dunia di sekitar Rainer mulai terbungkus dalam bayang-bayang malam. Rasa dingin mulai merayap ke dalam tulang, tetapi itu bukan hal yang paling mengganggunya. Apa yang ia rasakan lebih dari sekadar cuaca—ia merasakan beratnya takdir yang menantinya di dunia baru ini. Dunia yang penuh dengan sihir dan takdir yang tak bisa ia prediksi.Langkahnya ringan, tetapi pikirannya terus berputar. Ia melangkah melalui hutan lebat, melewati pepohonan yang tinggi dan rerumputan yang lembap. Di tengah hutan ini, Rainer merasa seolah dunia ini tidak pernah mengenalnya—semua yang ia ketahui dari kehidupan sebelumnya, semua yang ia pelajari, tampak tidak berguna di dunia yang penuh dengan misteri ini. Bahkan kecerdasannya, meskipun luar biasa, terasa seolah tidak cukup.Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar di belakangnya. Langkah itu cepat dan ragu, bukan langkah seseorang yang biasa berjalan melalui hutan di malam hari. Rainer berhenti sejenak, mencoba mendengar lebih je

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 5

    Matahari baru saja terbit, dan udara pagi yang sejuk menerpa wajah Rainer dan Elyse saat mereka melanjutkan perjalanan menuju kota terdekat. Selama berhari-hari mereka berjalan di hutan, menghindari jalur utama, dan bersembunyi dari mata-mata kerajaan yang mungkin sedang mencari mereka. Setiap langkah yang mereka ambil lebih berat dari sebelumnya, bukan hanya karena medan yang sulit, tetapi juga karena perasaan bahwa setiap keputusan mereka bisa mengubah jalan hidup mereka.“Ada sesuatu yang aneh tentang dunia ini,” kata Elyse, suaranya penuh dengan kebingungan, matanya memandang ke arah pegunungan yang jauh di cakrawala. “Aku merasa kita seperti berada di dunia yang berbeda. Tidak hanya sihir, tapi segala sesuatunya terasa tidak pada tempatnya.”Rainer menoleh ke Elyse, wajahnya tetap tenang meskipun ada keraguan yang mendalam di dalam dirinya. Dunia ini memang asing, jauh dari apa yang ia kenal. Dan meskipun ia sudah mengetahui bahwa dunia ini penuh dengan sihir dan keajaiban, ia mu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04

Bab terbaru

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 37

    Rainer tidak pernah membayangkan bahwa hidupnya akan sampai pada titik di mana setiap langkah kecilnya membawa dampak besar. Bergabung dengan "Tangan Bayangan" bukan hanya sebuah keputusan besar, tetapi sebuah titik balik. Kini, ia bukan lagi hanya seorang siswa cerdas dengan mimpi besar—ia adalah bagian dari gerakan yang berupaya mengguncang tatanan lama.Malam itu, dalam pertemuan rahasia di bawah reruntuhan tua yang tersembunyi di bawah Akademi Evernith, Rainer duduk di antara anggota inti Tangan Bayangan. Kael berdiri di depan, memandang setiap orang dengan sorot mata penuh tekad."Kita tahu apa yang kita hadapi," ucap Kael. "Bangsawan mengontrol segalanya—pendidikan, sihir, bahkan hukum. Tapi mereka melupakan satu hal: kekuatan pikiran dan keinginan untuk perubahan."Liora, yang duduk di samping Rainer, mengangguk pelan. "Namun, perubahan bukan hanya soal menyerang sistem. Kita butuh strategi untuk menggoyahkan mereka tanpa mengorbankan terlalu banyak pihak."Rainer mengambil kes

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 36

    Hari-hari berlalu dengan cepat di Akademi Evernith, tempat pendidikan tidak hanya menjadi ajang belajar teori, tetapi juga permainan politik yang rumit. Bagi Rainer, setiap kelas, setiap interaksi, dan setiap langkah di koridor megah ini adalah bagian dari permainan besar yang sedang ia rancang.Setelah duel melawan Victor, posisi Rainer mulai berubah. Beberapa siswa mulai memandangnya dengan hormat, sementara yang lain, terutama dari kalangan bangsawan, menganggapnya ancaman. Namun, Rainer tetap tenang. Ia tahu bahwa untuk bertahan di dunia ini, ia tidak bisa hanya mengandalkan kemenangan kecil. Ia membutuhkan aliansi.Suatu sore, ketika matahari hampir tenggelam, Rainer dipanggil oleh salah satu instruktur senior, Profesor Calder, ke ruangannya. Calder adalah seorang pria tua dengan rambut memutih dan mata tajam yang seolah bisa menembus pikiran seseorang."Rainer, kau adalah siswa yang menarik," ucap Calder, menyilangkan tangan di meja kayu besar yang dipenuhi buku."Terima kasih,

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 35

    Matahari baru saja terbit, menyinari Akademi Evernith, sebuah institusi bergengsi tempat bangsawan muda belajar tentang sihir, taktik perang, dan administrasi kerajaan. Rainer, dengan identitas barunya sebagai seorang siswa dari wilayah terpencil, melangkah memasuki gerbang akademi.Berdiri di depan aula megah, Rainer tidak bisa menahan kekagumannya. Pilar-pilar besar yang menjulang, ukiran simbol-simbol sihir kuno, dan atmosfer yang terasa penuh dengan energi magis membuatnya sadar bahwa tempat ini adalah jantung intelektual kerajaan. Namun, ia juga tahu bahwa keberadaannya di sini adalah ancaman besar bagi status quo."Semua ini hanyalah topeng," gumamnya pelan. "Pendidikan yang diberikan di sini hanyalah alat untuk melanggengkan kekuasaan mereka."Elyse, yang kini menyamar sebagai pelayan pribadi Rainer, berdiri di sampingnya. Dengan suara rendah, ia berkata, "Kau harus berhati-hati, Rainer. Mereka akan mengawasimu."Rainer mengangguk. "Aku tahu. Tapi inilah tempat di mana kita bis

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 34

    Pagi yang dingin menyelimuti perkemahan aliansi di dekat benteng yang telah runtuh. Kabut tipis melayang di atas padang rumput yang menjadi saksi pertarungan besar. Suara langkah kaki dan dentingan logam memenuhi udara saat para prajurit memperkuat posisi mereka. Benteng darurat mulai berdiri, menandai awal dari markas baru mereka.Rainer, meski tubuhnya belum sepenuhnya pulih, berdiri di tengah pusat komando. Matanya menelusuri peta besar di depannya, mencermati setiap detail tentang wilayah sekitar dan rute potensial yang bisa digunakan untuk pergerakan pasukan atau logistik. Elyse berdiri di sisinya, memegang sebuah gulungan catatan berisi laporan dari utusan yang baru saja kembali."Kabar baik," kata Elyse sambil membuka gulungan itu. "Tiga desa di utara telah setuju untuk bergabung dengan kita. Mereka tidak memiliki banyak pasukan, tetapi mereka siap menyuplai bahan makanan dan peralatan."Rainer mengangguk, wajahnya serius. "Itu awal yang bagus, tapi kita membutuhkan lebih dari

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 33

    Benteng yang pernah menjadi simbol tirani Duke Valen kini berdiri sebagai reruntuhan. Asap tipis naik dari puing-puing yang masih hangat, menyisakan bau batu yang terbakar dan energi sihir yang tersisa. Pasukan aliansi berkumpul di sekitar reruntuhan, wajah mereka campuran antara kelegaan, kemenangan, dan ketakutan akan apa yang akan terjadi selanjutnya.Di tengah puing-puing itu, Rainer duduk di atas pecahan batu, wajahnya pucat dan tubuhnya tampak lemah. Elyse berdiri di sampingnya, terus memegang tangan Rainer, memastikan dia tetap sadar. Di sekeliling mereka, pemimpin-pemimpin aliansi lainnya mulai berkumpul.Garret adalah yang pertama berbicara. "Kita berhasil mengalahkan Duke Valen, tapi ini baru satu langkah. Kabar tentang kehancuran benteng ini pasti akan sampai ke telinga kerajaan. Mereka tidak akan tinggal diam."Rainer mengangguk pelan, mencoba bangkit meskipun tubuhnya jelas belum sepenuhnya pulih. "Itu yang kuharapkan," katanya dengan suara pelan tapi tegas. "Kerajaan pas

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 32

    Pertempuran melawan Duke Valen telah memasuki tahap akhir, namun tekanan terus meningkat. Kristal sihir kuno, kini retak setelah serangan Rainer, memancarkan energi liar yang membuat atmosfer medan perang semakin kacau. Getaran magis terasa hingga ke jantung benteng, membuat dinding-dindingnya berderak seperti hendak runtuh.Elyse menatap kristal yang perlahan-lahan runtuh dengan raut cemas. "Rainer, jika kita tidak menghentikan energi ini, bukan hanya mereka, tapi kita semua juga akan musnah!"Rainer mengangguk cepat, matanya terfokus pada Duke Valen yang berdiri di depan mereka, tampak tak tergoyahkan meskipun situasi mulai memburuk. "Aku tahu, tapi kita harus mengalahkannya dulu. Selama dia masih berdiri, energi itu tidak akan berhenti."Di luar benteng, pasukan aliansi berjuang keras menembus barisan pertahanan terakhir. Pemimpin pasukan, Garret, memimpin kelompoknya dengan keahlian dan keberanian yang luar biasa. Anak buahnya terus berjuang meskipun banyak yang mulai kelelahan. T

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 31

    Pertempuran di luar markas besar Duke Valen semakin memanas. Rainer, Elyse, dan seluruh pasukan aliansi telah berhasil mendekati benteng utama, namun mereka tahu bahwa ini hanya permulaan dari sebuah pertempuran besar yang akan menguji ketahanan fisik dan mental mereka. Sihir kuno yang dilancarkan oleh "Kekasih Kegelapan" telah menyebabkan kekacauan di antara barisan pasukan mereka. Rainer menatap medan perang dengan cermat, matanya tajam dan pikirannya bekerja cepat, merancang strategi yang akan membawa mereka meraih kemenangan.“Elyse, Garret,” serunya di tengah hiruk-pikuk pertempuran. “Kita perlu menghancurkan kekuatan utama mereka. Tanpa itu, kita tidak akan bisa mengalahkan mereka. Aku akan memimpin serangan ke jantung markas mereka. Aku yakin ada titik lemah di sana.”Elyse mengangguk dengan penuh keyakinan. "Kami akan mengikuti kamu. Kita tidak bisa mundur sekarang, Rainer. Ini adalah kesempatan kita untuk mengubah dunia."Dengan komando yang tegas, Rainer dan kelompok utamany

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 30

    Kehancuran yang dihadapi Duke Valen belum berakhir. Setelah serangkaian serangan yang menghancurkan kekuatan klan penyihir dan merusak ekonomi mereka, Rainer dan aliansi kini harus menghadapi tantangan terbesar dalam hidup mereka—perang skala besar dengan seluruh kekuatan militer dan politik Duke Valen. Kekuatan mereka semakin terkonsolidasi, dan sementara itu, Rainer tahu bahwa masa depan dunia ini terletak di ujung pedang.Seiring dengan berlalunya waktu, informasi yang datang dari jaringan mata-mata mereka semakin banyak. Di balik layar, para penasihat Duke Valen merencanakan serangan balasan dengan segala sumber daya yang mereka miliki. Pasukan yang terpecah kini bersatu kembali, dan mereka membawa serta senjata-senjata rahasia yang lebih mematikan. Rainer sadar bahwa perang ini tidak bisa dimenangkan hanya dengan kecerdikan dan strategi saja. Mereka membutuhkan lebih banyak sekutu dan kekuatan yang lebih besar untuk menghadapinya.Berkumpul kembali di markas aliansi, Rainer, Elys

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 29

    Pasca kemenangan pertama mereka, dunia yang terperangkap dalam bayang-bayang sistem kasta mulai merasakan guncangannya. Aliansi yang dibentuk Rainer, dengan bantuan Elyse, Garret, dan Penyihir Bayangan, kini menjadi kekuatan yang tak bisa dianggap remeh. Namun, meskipun mereka telah berhasil mengalahkan pasukan Duke Valen dalam pertempuran pertama, Rainer tahu bahwa perjuangan mereka baru saja dimulai. Jalan menuju perubahan dunia yang lebih adil masih terjalani penuh dengan rintangan.Pada suatu pagi yang cerah, di ruang pertemuan markas aliansi, Rainer duduk dengan Elyse, Garret, dan Eldrin, menganalisis situasi terkini. Pasukan Duke Valen mungkin terpecah, namun Rainer sadar bahwa musuh mereka tidak akan menyerah begitu saja. Kekalahan besar mereka akan membuat mereka semakin bertekad, lebih berhati-hati, dan lebih brutal dalam menghadapi ancaman yang ada."Ini baru permulaan," kata Rainer dengan tegas. “Duke Valen pasti akan mengumpulkan kekuatan mereka lagi. Mereka akan memobilis

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status