Share

Bab 138

Penulis: Eclipse Draven
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-14 14:41:58

Tangga batu yang mereka lalui terasa semakin curam, dan udara di sekitar mereka menjadi lebih kering. Rainer melangkah dengan hati-hati, obor di tangannya berkelip-kelip di tengah kegelapan. Dinding di sekitar mereka dipenuhi dengan ukiran kuno yang semakin jelas terlihat seiring mereka mendekati ujung tangga.

Elyse mengusap dinding itu dengan ujung jarinya. "Semakin banyak simbol ini muncul. Sepertinya kita benar-benar mendekati sesuatu yang penting."

Aedric yang berjalan di belakang mereka mengangguk. "Aku tidak suka ini. Biasanya sesuatu yang tersembunyi seperti ini bukan tanpa alasan."

Rainer tidak menjawab, tapi pikirannya mulai bekerja cepat. Jika ukiran-ukiran ini menceritakan sejarah yang disembunyikan, maka semakin jauh mereka masuk, semakin besar kemungkinan mereka menemukan sesuatu yang bisa mengubah segalanya.

Setelah beberapa langkah lagi, mereka akhirnya mencapai pintu batu besar di ujung tangga. Tidak seperti gerbang sebelumnya yang disegel dengan sihir, pintu ini tampa
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 139

    Malam menyelimuti kota seperti selubung gelap yang menahan rahasia. Rainer, Elyse, dan Aedric berlari di gang-gang sempit, napas mereka terengah-engah setelah pelarian dari arsip tersembunyi. Udara dingin menusuk kulit mereka, namun adrenalin yang masih mengalir di tubuh membuat mereka tetap bergerak.Di belakang, suara langkah kaki dan teriakan penjaga menggema. Pengejaran belum berakhir."Kita harus mencari tempat persembunyian," ujar Elyse, suaranya terputus-putus oleh napas yang tak beraturan.Rainer mengangguk. "Aku tahu tempat yang aman. Ikuti aku."Dia membawa mereka melalui lorong sempit yang berkelok-kelok, melompati tumpukan peti kayu, dan menyelinap melewati jalanan belakang yang gelap. Setiap belokan dihafalnya dengan teliti. Ini adalah kota yang sudah lama dia pelajari, dan sekarang pengetahuannya membantunya menyelamatkan nyawa.Setelah beberapa menit yang terasa seperti seabad, mereka tiba di depan sebuah bangunan tua yang tampak ditinggalkan. Rainer mengetuk pintu deng

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-14
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 140

    Dini hari menjelang, tetapi kota masih dilanda kekacauan. Api menyala di berbagai sudut distrik bawah, menerangi langit yang gelap dengan cahaya merah yang mengancam. Suara pertempuran, jeritan, dan dentingan senjata terdengar di kejauhan. Revolusi yang direncanakan oleh Rainer telah dimulai lebih cepat dari yang diharapkan, dan mereka harus segera bergerak sebelum kerajaan merespons dengan kekuatan penuh.Di sebuah atap bangunan tua, Rainer, Elyse, Aedric, dan Liana mengamati situasi dari kejauhan. Dari posisi mereka, mereka bisa melihat kelompok pemberontak bertempur melawan penjaga kota di berbagai titik strategis."Mereka bertahan lebih lama dari yang kukira," gumam Aedric, mengamati sekelompok pemberontak yang berhasil menahan serangan penjaga kerajaan di persimpangan jalan utama.Liana menyeringai. "Orang-orangku tahu cara bertarung di jalanan. Mereka mungkin

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-15
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 141

    Angin malam berhembus kencang, membawa aroma darah dan asap yang masih tersisa di udara. Kota telah berubah menjadi medan pertempuran, tetapi situasi mulai berbalik melawan pemberontak. Pasukan kerajaan yang lebih besar telah tiba, mengepung distrik-distrik yang sebelumnya berhasil direbut. Rainer tahu bahwa mereka tak punya pilihan selain mundur—untuk sementara.Di markas bawah tanah yang tersembunyi di antara reruntuhan distrik bawah, Rainer, Elyse, Aedric, Liana, dan beberapa pemimpin pemberontak berkumpul di sekitar meja kayu tua yang penuh dengan peta dan rencana strategi. Wajah-wajah mereka dipenuhi kelelahan, tetapi mata mereka tetap menyala dengan tekad."Kita harus pergi sebelum fajar," kata Rainer, suaranya tegas. "Jika kita tetap di sini, kita hanya akan dihancurkan satu per satu. Kita butuh waktu untuk menyusun kembali kekuatan dan mencari dukungan lebih besar."

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-16
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 142

    Di dalam istana kerajaan, di balik dinding-dinding megah yang dipenuhi permadani emas dan lampu kristal yang berkilauan, sebuah pertemuan rahasia sedang berlangsung.Di ujung meja panjang, Duke Alistair duduk dengan anggun, jari-jarinya mengetuk permukaan meja dengan ritme perlahan. Matanya yang tajam menatap ke arah jenderal dan penasihat kerajaan yang berdiri di hadapannya."Jadi, kalian memberitahuku bahwa pemberontak itu masih hidup?" Suaranya tenang, tetapi ada ancaman terselubung di dalamnya.Jenderal Varian, seorang pria dengan armor perak yang terukir lambang kerajaan, menundukkan kepalanya sedikit. "Ya, Yang Mulia. Mereka berhasil melarikan diri ke pegunungan dan membentuk basis di sana. Kami telah mengumpulkan laporan dari mata-mata kami di kota. Mereka tidak hanya bertahan, tetapi juga mencari sekutu baru."Duke Alistair tersenyum tipis, mengambil cangkir anggurnya dan memutarnya perlahan sebelum menyeruputnya. "Menarik... Rainer tidak hanya bertahan, tapi juga berusaha mem

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-17
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 143

    Callan tergeletak di tanah, darah menetes dari bahunya yang tertembus anak panah. Wajahnya masih menyeringai, meskipun rasa sakit jelas terlihat di matanya. Rainer menatapnya tanpa ekspresi, tetapi di dalam benaknya, pikirannya berputar cepat, mencari tahu bagaimana langkah selanjutnya.Elyse berdiri di sampingnya, pedangnya masih terangkat, matanya penuh kewaspadaan. Aedric, yang telah menembakkan panah tadi, tetap berada di posisi strategisnya, memastikan tidak ada gerakan mencurigakan dari sang pembunuh."Ayo, katakan," Rainer berkata dengan nada tenang, tetapi penuh tekanan. "Siapa yang mengirimmu?"Callan tersenyum samar, meskipun darah mengalir dari sudut bibirnya. "Kau benar-benar berpikir aku akan memberitahumu begitu saja?"Rainer berlutut, menatap Callan dari dekat. "Kau sudah gagal dalam misimu. Tidak ada lagi yang bi

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-18
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 144

    Langit kelabu menyelimuti pegunungan tempat markas Rainer berada. Angin dingin berhembus kencang, membawa kabar buruk yang baru saja mereka terima. Desa-desa yang mendukung perjuangan mereka sedang dibakar, rakyat biasa yang bersumpah setia pada mereka dieksekusi tanpa ampun. Duke Alistair telah memulai serangan balasannya, dan ini bukan lagi pertarungan kecil—ini adalah perang.Rainer berdiri di depan peta besar yang terbentang di atas meja kayu di dalam tenda perencanaannya. Elyse, Aedric, dan beberapa pemimpin kelompok pemberontak lainnya menunggu arahannya."Kita harus bergerak cepat," kata Rainer akhirnya, suaranya datar tetapi penuh ketegasan. "Jika kita hanya diam dan membiarkan mereka menghancurkan desa-desa pendukung kita, kita akan kehilangan segalanya sebelum perang ini benar-benar dimulai."Elyse mengepalkan tangannya. "Apa kita akan menyerang balik?"

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-19
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 145

    Benteng Blackthorn kini berada dalam kendali mereka. Namun, kemenangan ini bukan akhir dari perjuangan—ini baru permulaan.Di atas menara utama, Rainer mengamati dari kejauhan. Pasukan pemberontak mulai mengamankan area, membakar simbol kekuasaan Duke Alistair, dan merawat luka-luka mereka. Udara masih dipenuhi bau darah dan asap, sisa-sisa pertempuran yang baru saja terjadi.Elyse berdiri di sampingnya, menyeka darah dari pedangnya sebelum menyarungkannya kembali. "Kita menang," katanya, suaranya penuh kelegaan, tetapi matanya tetap tajam. "Tapi kita juga kehilangan banyak orang."Rainer mengangguk pelan. "Kemenangan selalu punya harga."Ia memandang ke arah lapangan dalam benteng, di mana beberapa orang yang menyerah sedang dikumpulkan. Callan sedang berbicara dengan mereka, menawarkan pilihan—bergabung atau pergi."Bagaimana dengan Valtherion?" tanya Elyse."Dia mundur," jawab Rainer. "Lukanya cukup parah, tapi dia bukan tipe orang yang mudah menyerah."Elyse menghela napas. "Itu b

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-20
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 146

    Debu mulai mengendap, tetapi benteng masih bergetar akibat serangan dahsyat yang dilepaskan Lord Kael.Rainer bangkit perlahan, darah menetes dari pelipisnya, sementara suara gemuruh api dan teriakan para prajurit bergema di sekelilingnya. Benteng Blackthorn, yang baru saja mereka rebut, kini berada dalam bahaya besar.Kael melangkah maju dari reruntuhan, matanya yang tajam mengamati Rainer dengan penuh rasa ingin tahu. "Aku mengerti sekarang," katanya dengan suara tenang namun berbahaya. "Kau bukan hanya pemberontak biasa. Kau adalah seseorang yang layak diperhitungkan."Rainer mengusap darah di wajahnya, lalu berdiri tegak. "Dan kau lebih dari sekadar anjing Duke Alistair."Kael menyeringai. "Mungkin begitu. Tapi yang lebih penting, aku datang untuk mengakhiri pemberontakan ini."Rainer menatap pasukan di belakang Kael—barisan prajurit elit dengan perisai hitam dan penyihir yang berdiri dalam formasi sempurna. Ini bukan pasukan biasa.Elyse berlari mendekat, pedangnya berlumuran dar

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-21

Bab terbaru

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 181

    Kilatan cahaya menyelimuti seluruh ruang dalam Menara Caelus. Cahaya dari Prisma Keempat memancar, menyatu dengan tiga fragmen sebelumnya yang telah Rainer kumpulkan. Suara bisikan kuno membahana, menyampaikan pesan yang tak dapat ditangkap oleh telinga biasa—melainkan oleh jiwa yang bersedia menerima kebenaran seutuhnya.Rainer berdiri di tengah pusaran cahaya itu, matanya terbuka lebar, menyerap seluruh memori dan kebenaran yang tersimpan selama ribuan tahun. Sosok Aeron, bayangan dari masa lalu, perlahan menghilang—senyumnya pudar, meninggalkan beban yang tak kasat mata.Elyse mendekat, wajahnya penuh kecemasan. “Apa yang kau lihat?”Rainer tidak langsung menjawab. Tangannya gemetar. Di matanya tergambar peperangan yang belum pernah diceritakan, pengkhianatan oleh mereka yang dicatat sebagai pahlawan, dan dunia yang dibentuk bukan dari harapan, melainkan dari ketakutan para pendiri.“Aku melihat... dunia yang kita kenal bukan hasil dari kebijaksanaan. Tapi hasil dari keputusan terb

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 180

    Angin dingin dari utara membawa kabar buruk.Pagi itu, Rainer berdiri di atas puncak benteng pengamatan, memandangi pusaran cahaya yang membelah langit dari kejauhan. Fenomena itu muncul mendadak—tidak satu pun dari alat-alat sihir mereka bisa mendeteksi energi semacam itu sebelumnya. Tapi satu hal jelas: titik pusatnya adalah Menara Caelus, struktur kuno dari Zaman Awal yang selama ini hanya dianggap reruntuhan tak berfungsi.Kini, menara itu bersinar. Hidup kembali.“Menara keempat telah bangkit,” gumam Rainer.Di belakangnya, Elyse datang membawa gulungan tua yang diambil dari arsip Perpustakaan Tengah. “Ada yang menarik,” katanya sambil membuka gulungan di meja observasi. “Menurut peta zaman kuno, Menara Caelus bukan hanya tempat sihir—melainkan tempat penyimpanan memori dunia.”Rainer menoleh, alisnya terangkat. “Memori dunia?”Elyse mengangguk. “Sesuatu yang disebut ‘Rekam Astral’. Sebuah sistem penyimpanan sihir yang bisa merekam kejadian dan pengetahuan dari masa lalu. Jika be

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 179

    Dunia berubah, tapi perubahan sejati tidak pernah datang tanpa konsekuensi.Sepekan setelah kepulangan Rainer dari Perpustakaan Tengah, gelombang informasi mulai merembes ke setiap pelosok kerajaan. Terjemahan parsial Simfoni Tertinggal telah disalin dan disebarkan ke berbagai sekolah sihir rakyat dan tempat-tempat belajar kecil yang tersembunyi di balik bayang-bayang kota besar.Di awalnya, banyak yang menertawakan dokumen itu. Mereka menyebutnya propaganda seorang anak dari kasta rendah yang menginginkan kekuasaan melalui pengetahuan. Namun semakin banyak yang membaca, semakin banyak pula yang mulai bertanya-tanya.“Kalau sihir bukan bakat keturunan, mengapa kami tidak bisa mempelajarinya?”“Kenapa hanya keluarga bangsawan yang punya akses ke sekolah sihir tingkat tinggi?”Pertanyaan-pertanyaan itu menyebar lebih cepat daripada yang diperkirakan siapa pun.Dan dari balik dinding istana, para bangsawan mulai merasakan tekanan.Di ruang utama Dewan Tertinggi Bangsawan, sebuah pertemua

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 178

    Hujan turun pelan di atas atap markas, membasahi kaca jendela tempat Rainer bersandar. Di tangan kirinya, liontin yang memuat tiga fragmen kini berpendar aneh—perpaduan antara cahaya dan kegelapan, seolah dua kekuatan bertentangan sedang saling menekan, mencari bentuk akhir dari sebuah kebenaran.Elyse melangkah masuk tanpa suara, membawa dua cangkir teh. Ia menyerahkan satu pada Rainer sebelum ikut bersandar di sisi jendela. Diam.“Apa kau pernah merasa,” kata Elyse akhirnya, “bahwa dunia ini... lebih tua dari yang kita tahu?”Rainer tersenyum kecil. “Tidak hanya lebih tua. Tapi juga lebih terluka.”Ia mengangkat liontin. “Setiap fragmen membawa ingatan. Yang pertama memberi petunjuk tentang asal usul sistem kasta. Yang kedua memperlihatkan eksperimen sihir terhadap manusia biasa. Tapi yang ketiga...”“...membawa kehampaan,” sambung Elyse pelan. “Aku merasakannya saat kita berada di altar itu.”“Dan lebih dari itu.” Rainer berbalik, berjalan ke meja penuh dokumen. Ia mengambil satu g

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 177

    Langit malam menyelimuti dunia dengan kelam yang lebih pekat dari biasanya. Di luar ibu kota, jauh dari mata para penguasa dan rakyat biasa, Menara Bayangan berdiri di atas bukit batu yang tandus, dikelilingi reruntuhan peradaban lama yang telah lama dilupakan. Di dalam menara itu, sihir lama—sihir yang bahkan tidak dikenali oleh Akademi Sihir Pusat—masih hidup.Di tengah lingkaran sihir yang berpendar redup, pria berjubah ungu tua itu membuka matanya. Mereka bersinar hijau pucat, bukan karena sihir, tapi karena kekosongan yang menghuni raganya. Ia bukan lagi manusia biasa. Namanya telah lama dihapus dari sejarah, digantikan dengan satu julukan: Nihros, sang Pemelihara Kekosongan.“Fragmen ketiga telah terbangun,” gumam Nihros. Suaranya nyaris seperti bisikan di antara celah kenyataan. “Dan si bocah itu... mulai mengganggu alur.”Di sekelilingnya, entitas-entitas tak bernama—makhluk yang dulunya manusia, tapi telah dirusak oleh sihir gelap dari

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 176

    Ruangan Majelis Tertinggi tidak seperti aula biasa di kerajaan—ia tidak hanya dibangun dari marmer dan batu mulia, tapi dari keheningan yang dalam dan rasa takut yang menggantung. Di tempat inilah hukum kerajaan diciptakan, strategi perang dirancang, dan takdir rakyat ditentukan.Pagi itu, ratusan kursi di tribun atas dipenuhi para bangsawan, penyihir agung, akademisi, dan bahkan utusan luar negeri. Mereka semua datang karena undangan langka: seseorang dari kalangan bawah, tanpa darah bangsawan, tanpa gelar, akan berbicara di hadapan Majelis.Rainer berdiri di tengah podium, mengenakan jubah hitam dengan garis emas yang dirancang Elyse dan para pendukungnya—sebuah simbol antara perlawanan dan martabat. Di belakangnya, Elyse berdiri tegak, mata tajamnya menyapu ruangan.Suara bel logam berdentang tiga kali, menandakan awal sesi. Di kursi utama, High Consul Avarel—pemimpin tertinggi Majelis—mengangguk ke arah Rainer.“Rainer dari distrik bawah, pemegang fra

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 175

    Langit di atas ibu kota kerajaan Arkwen tampak kelabu. Awan gelap menggantung rendah, seolah menandakan badai besar akan segera datang. Namun badai yang mendekat bukan sekadar cuaca—melainkan konflik yang akan mengguncang seluruh struktur kekuasaan kerajaan.Rainer dan timnya baru saja kembali dari ekspedisi ke Utara, membawa satu kebenaran baru dan satu fragmen simfoni tambahan. Tapi bukan hanya kekuatan yang mereka bawa pulang, melainkan juga informasi yang bisa mengguncang fondasi dunia: bahwa sistem yang saat ini berdiri adalah hasil dari siklus berulang yang dipaksakan oleh kekuatan kuno, dan bahwa pemilik simfoni sejati berpotensi menjadi kunci pembebas atau penghancur dari siklus itu.“Berita tentang pergerakan kita telah bocor,” kata Kysha sambil menyerahkan gulungan surat kepada Rainer. “Tiga dari lima keluarga bangsawan besar mengirim utusan ke menara dewan sihir. Mereka menyebutnya sebagai ‘Tanda Pertama dari Kerusakan.’”“Karena kita mengambil fragme

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 174

    Hutan Frostveil, wilayah utara kerajaan yang dinginnya mampu membekukan tulang bahkan sebelum musim salju datang. Kabut tebal menggantung di antara pohon-pohon cemara tinggi, dan hanya suara ranting patah atau langkah lembut di salju yang memberi tanda bahwa kehidupan masih ada di tempat itu.Di sinilah Rainer, Elyse, Marcus, dan Kysha menelusuri jejak pengkhianat dari tim mereka—Seth, anggota pencatat sihir yang ternyata telah menyusup atas perintah pihak luar. Peta menuju fragmen ketiga kini berada di tangannya, dan jika dia berhasil menyerahkannya ke tangan sekte atau faksi bangsawan tertentu, pertarungan untuk perubahan bisa berakhir sebelum dimulai.“Kita hanya berjarak satu hari perjalanan dari kuil tua yang disebutkan di fragmen kedua,” bisik Kysha sambil menunjuk peta yang telah mereka salin ulang. “Tapi jalur yang diambil Seth... bukan jalur langsung. Dia menuju celah pegunungan—ada sesuatu di sana yang dia sembunyikan.”Rainer menatap langit yang mulai

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 173

    Hujan deras mengguyur pelabuhan selatan Kerajaan Galvane. Kapal ekspedisi akademi telah bersandar di dermaga, dan suara ombak yang menghantam kayu menambah ketegangan suasana. Rainer berdiri di dek kapal, mengenakan jubah tebal berlapis pelindung sihir. Di belakangnya, Elyse, Marcus, dan beberapa anggota tim elite akademi bersiap turun.Wilayah yang mereka tuju adalah reruntuhan Virellis, kota kuno yang terkubur oleh tanah longsor dua abad lalu. Berdasarkan kode dalam simfoni pertama, fragmen kedua tersembunyi di bawah tanah, dilindungi oleh mekanisme sihir yang hanya bisa dipecahkan oleh harmoni energi tertentu—sesuatu yang hanya bisa dideteksi jika seseorang memiliki resonansi dengan fragmen pertama.“Aku merasakannya,” bisik Rainer sambil menekan telapak tangannya ke dada, tempat ia mengenakan liontin kristal kecil dari fragmen pertama. “Ada sesuatu yang memanggil… seperti gema di ujung lorong panjang.”Elyse menatapnya, mata peraknya penuh waspada. “Pastikan

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status