Share

Bab 122

last update Last Updated: 2025-03-01 16:04:55

Cahaya terang menyelimuti mereka.

Rainer, Elyse, dan pria misterius itu merasakan tubuh mereka ditarik oleh kekuatan tak terlihat. Sensasi melayang membuat napas mereka tercekat, seperti jatuh ke dalam kehampaan yang tak berujung.

Lalu, seketika, semuanya kembali nyata.

Brak!

Rainer terjatuh ke tanah keras dengan suara dentuman, disusul Elyse yang langsung menggertakkan giginya saat tubuhnya menghantam rerumputan kasar. Pria berambut hitam mendarat dengan lebih luwes, matanya segera menyapu sekeliling mereka.

Mereka berada di tempat yang benar-benar berbeda.

Langit di atas mereka berwarna ungu gelap, dengan kilatan petir biru samar-samar di kejauhan. Udara terasa tebal, seolah mengandung energi yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya. Pepohonan besar menjulang tinggi, dengan daun-daun hitam yang berkilauan seperti kristal.

Elyse mengusap lengannya dan bangkit. "Dimana kita...?"

Rainer berdiri perlahan, matanya masih menyesuaikan diri dengan pemandangan baru ini. Satu hal yang past
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 123

    Cahaya biru menyelimuti tubuh mereka.Rainer merasakan tekanan kuat di sekelilingnya. Rasanya seperti ditarik ke dalam pusaran energi yang tak terlihat. Elyse berusaha meraih lengannya, tetapi sebelum jari mereka bersentuhan, cahaya semakin menyilaukan—dan semuanya menghilang.Ketika Rainer membuka matanya, ia tidak lagi berada di dalam ruangan bawah tanah itu. Sebaliknya, ia berdiri di sebuah tanah luas yang berwarna hitam pekat. Langit di atasnya kosong, tanpa matahari ataupun bulan. Udara terasa dingin dan kering, seakan-akan tidak ada kehidupan di tempat ini.Ia menoleh. Elyse berdiri di dekatnya, matanya waspada."Di mana kita sekarang?" bisiknya.Rainer menggertakkan giginya. "Aku tidak tahu. Tapi ini pasti bagian dari 'ujian' yang disebutkan pria itu."Tiba-tiba, suara langkah berat menggema di kejauhan.Elyse langsung bersiap, tangannya meraih gagang pedangnya. Rainer menajamkan tatapannya ke depan. Dari kegelapan, sosok humanoid raksasa dengan mata merah menyala perlahan mend

    Last Updated : 2025-03-01
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 124

    Cahaya keemasan dari gerbang besar itu berpendar pelan. Rainer berdiri diam, matanya meneliti ukiran kuno yang terukir di permukaannya. "Hanya mereka yang memiliki kekuatan pikiran dan hati yang sejati yang dapat melangkah lebih jauh."Elyse meliriknya. "Apa menurutmu kita sudah memenuhi syarat?"Rainer menghela napas. "Tidak ada pilihan lain kecuali mencobanya."Perlahan, ia mengulurkan tangan dan menyentuh permukaan gerbang. Begitu jari-jarinya menyentuh ukiran itu, sebuah arus energi mengalir ke dalam tubuhnya. Rainer tersentak, otaknya dipenuhi gambaran yang tidak familiar—pemandangan kota-kota yang runtuh, pertempuran besar, dan sosok-sosok misterius yang berdiri di atas reruntuhan."Rainer!" suara Elyse terdengar jauh, seperti berasal dari balik kabut.Ia merasakan tubuhnya tertarik ke dalam pusaran waktu, didorong ke dalam ingatan yang bukan miliknya.Dalam penglihatannya, ia melihat seorang pria bertudung berdiri di atas puncak menara. Di bawahnya, ribuan prajurit bertempur me

    Last Updated : 2025-03-02
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 125

    Dinding-dinding kristal yang sebelumnya bersinar kini dipenuhi retakan gelap. Energi hitam merembes keluar seperti racun yang mengalir, memenuhi udara dengan tekanan yang menyesakkan. Sosok berbayang itu melangkah maju, matanya yang merah menyala menatap tajam ke arah Rainer dan Elyse."Aku tidak menyangka ada yang cukup bodoh untuk mencapai tempat ini." Suaranya dingin, penuh kepastian.Elyse langsung mengangkat pedangnya, bersiap menghadapi ancaman yang jelas terlihat. Rainer, di sisi lain, tetap diam, otaknya bekerja cepat, mencoba memahami situasi.Aedric melangkah maju, berdiri di antara mereka dan bayangan itu. "Mereka telah melewati ujian dan berhak mengetahui kebenaran."Bayangan itu tertawa kecil. "Kebenaran? Tidak ada yang butuh kebenaran di dunia ini. Yang mereka butuhkan hanyalah menerima kenyataan yang ada."Rainer mengerutkan dahi. "Jadi kau memang bagian dari sistem ini."Sosok itu menatapnya. "Aku bukan bagian dari sistem ini. Aku adalah penjaganya."Suasana semakin te

    Last Updated : 2025-03-02
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 126

    Ruangan yang sebelumnya dipenuhi oleh bayangan dan kegelapan kini berangsur-angsur mereda. Cahaya biru samar dari kitab hitam yang kini berubah bentuk berpendar di tengah altar, menciptakan bayangan panjang di wajah Rainer, Elyse, dan Aedric.Keheningan yang terjadi terasa begitu berat. Rainer menatap kitab itu dengan ekspresi penuh waspada. Ia tahu, kemenangan ini bukan akhir dari segalanya—sebaliknya, ini hanyalah awal dari misteri yang lebih dalam."Kitab ini... telah berubah," Elyse berbisik, masih memegang erat pedangnya.Aedric melangkah mendekat, meneliti kitab dengan hati-hati. "Tulisan di sampulnya... ini bahasa kuno. Tidak seharusnya bisa berubah seperti ini."Rainer mengulurkan tangannya, merasakan energi aneh yang mengalir dari kitab itu. Ada sesuatu yang berbeda—tidak sekadar perubahan bentuk, tetapi juga aura yang dipancarkannya."Kita tidak bisa mengabaikan ini," Rainer berkata dengan suara rendah. "Apa pun yang ada di dalamnya, mungkin ini adalah jawaban yang kita cari

    Last Updated : 2025-03-03
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 127

    Angin dingin menyapu reruntuhan Kota Yang Terlupakan, membawa aroma debu dan kenangan yang telah lama terkubur. Langit kelam semakin bergejolak, seperti merespons kehadiran Rainer dan kelompoknya. Di kejauhan, bayangan besar yang sebelumnya hanya samar kini semakin jelas—sebuah entitas gelap dengan mata bersinar merah, menatap mereka dari ketinggian.Rainer menggenggam kitab hitam di tangannya lebih erat. "Mereka benar-benar tidak membuang waktu," gumamnya.Elyse berdiri tegak di sisinya, pedang terhunus. "Apa itu salah satu dari Pengawas?"Caelum, yang berdiri beberapa langkah di depan mereka, menggeleng. "Bukan. Itu hanya pelayan mereka—salah satu dari banyak penjaga yang dikirim untuk menghalangi orang-orang seperti kalian."Aedric menarik napas dalam, kedua tangannya mulai membentuk formasi sihir. "Kalau begitu, kita harus menyingkirkan penghalang ini sebelum bisa bergerak lebih jauh."Makhluk itu mengeluarkan suara geraman rendah, lalu melesat ke arah mereka dengan kecepatan luar

    Last Updated : 2025-03-03
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 128

    Malam mulai merayap di langit Benteng Langit. Cahaya lentera menggantung di sepanjang jalan utama, menciptakan bayangan panjang di antara bangunan berbatu yang menjulang tinggi. Suasana kota begitu hidup, tetapi di antara kerumunan, bahaya mengintai.Rainer dan kelompoknya berjalan mengikuti pria tua misterius yang mereka temui di kota luar. Mereka melewati gang-gang sempit yang dipenuhi aroma rempah dan kayu bakar."Jadi, siapa sebenarnya kau?" tanya Elyse dengan suara rendah, matanya tetap waspada terhadap sekitar.Pria itu terkekeh pelan. "Sebut saja aku Rowan," jawabnya. "Dulu aku seorang cendekiawan di Perpustakaan Agung. Sampai suatu hari, aku menemukan sesuatu yang tidak seharusnya kulihat."Aedric mengangkat alis. "Dan itu adalah...?"Rowan berhenti di depan sebuah pintu kayu tua yang hampir runtuh. Ia menoleh ke mereka sebelum mendorong pintu itu perlahan. "Kunci yang mengarah pada rahasia terbesar Benteng Langit."Begitu mereka masuk, cahaya obor menerangi ruangan sempit yan

    Last Updated : 2025-03-04
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 129

    Pintu besar terbuka perlahan, mengeluarkan suara decitan menyeramkan. Dari dalam kegelapan, sesuatu merangkak keluar—sesosok makhluk berbalut bayangan dengan mata merah menyala dan tubuh yang nyaris tak berbentuk.Udara di dalam ruangan menjadi berat, seperti ada tekanan tak terlihat yang menekan dada mereka. Elyse merasakan bulu kuduknya berdiri, sementara Aedric langsung mencengkeram gagang pedangnya dengan erat.Rainer tetap diam, mengamati dengan mata tajam. “Makhluk ini… bukan iblis biasa.”Grand Magus Eldric menyeringai tipis dari tempatnya berdiri. “Benar. Ini adalah Nokturnis, entitas yang lahir dari kegelapan dunia ini. Ia tak bisa dibunuh dengan sihir biasa.”Makhluk itu melangkah maju, bayangannya seperti kabut yang merayap di lantai. Dari tubuhnya, tentakel hitam melesat ke arah mereka dengan kecepatan luar biasa.“Bersebar!” seru Rainer.Mereka melompat ke berbagai arah tepat sebelum tentakel itu menghantam tempat mereka berdiri, menghancurkan lantai batu menjadi puing-pu

    Last Updated : 2025-03-05
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 130

    Ruangan perjamuan sunyi setelah kata-kata Rainer meluncur. Para bangsawan yang duduk di sekeliling meja menatapnya dengan berbagai ekspresi—ada yang penuh rasa ingin tahu, ada yang skeptis, dan beberapa terlihat tidak senang dengan kehadirannya.Duke Albrecht adalah orang pertama yang memecah kesunyian. Ia menyandarkan tubuhnya ke kursi dengan senyum tipis. “Kemenangan, katamu?”Rainer tetap tenang. “Benar. Aku tahu bahwa kalian semua di sini adalah tokoh-tokoh penting dalam sistem pemerintahan Benteng Langit. Tapi, dalam sistem yang kalian jalankan, kekuatan selalu menjadi penentu utama.”Count Regnier menyilangkan tangannya. “Dan kau pikir seorang pemuda tanpa nama besar bisa menawarkan sesuatu yang bahkan kami belum bisa capai?”Rainer tersenyum kecil. “Jika aku tidak bisa, aku tidak akan berdiri di sini.”Para bangsawan saling bertukar pandang. Elyse dan Aedric yang berdiri di belakang Rainer tetap waspada, mengamati setiap gerakan halus yang bisa menjadi ancaman.Akhirnya, Marqui

    Last Updated : 2025-03-06

Latest chapter

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 181

    Kilatan cahaya menyelimuti seluruh ruang dalam Menara Caelus. Cahaya dari Prisma Keempat memancar, menyatu dengan tiga fragmen sebelumnya yang telah Rainer kumpulkan. Suara bisikan kuno membahana, menyampaikan pesan yang tak dapat ditangkap oleh telinga biasa—melainkan oleh jiwa yang bersedia menerima kebenaran seutuhnya.Rainer berdiri di tengah pusaran cahaya itu, matanya terbuka lebar, menyerap seluruh memori dan kebenaran yang tersimpan selama ribuan tahun. Sosok Aeron, bayangan dari masa lalu, perlahan menghilang—senyumnya pudar, meninggalkan beban yang tak kasat mata.Elyse mendekat, wajahnya penuh kecemasan. “Apa yang kau lihat?”Rainer tidak langsung menjawab. Tangannya gemetar. Di matanya tergambar peperangan yang belum pernah diceritakan, pengkhianatan oleh mereka yang dicatat sebagai pahlawan, dan dunia yang dibentuk bukan dari harapan, melainkan dari ketakutan para pendiri.“Aku melihat... dunia yang kita kenal bukan hasil dari kebijaksanaan. Tapi hasil dari keputusan terb

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 180

    Angin dingin dari utara membawa kabar buruk.Pagi itu, Rainer berdiri di atas puncak benteng pengamatan, memandangi pusaran cahaya yang membelah langit dari kejauhan. Fenomena itu muncul mendadak—tidak satu pun dari alat-alat sihir mereka bisa mendeteksi energi semacam itu sebelumnya. Tapi satu hal jelas: titik pusatnya adalah Menara Caelus, struktur kuno dari Zaman Awal yang selama ini hanya dianggap reruntuhan tak berfungsi.Kini, menara itu bersinar. Hidup kembali.“Menara keempat telah bangkit,” gumam Rainer.Di belakangnya, Elyse datang membawa gulungan tua yang diambil dari arsip Perpustakaan Tengah. “Ada yang menarik,” katanya sambil membuka gulungan di meja observasi. “Menurut peta zaman kuno, Menara Caelus bukan hanya tempat sihir—melainkan tempat penyimpanan memori dunia.”Rainer menoleh, alisnya terangkat. “Memori dunia?”Elyse mengangguk. “Sesuatu yang disebut ‘Rekam Astral’. Sebuah sistem penyimpanan sihir yang bisa merekam kejadian dan pengetahuan dari masa lalu. Jika be

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 179

    Dunia berubah, tapi perubahan sejati tidak pernah datang tanpa konsekuensi.Sepekan setelah kepulangan Rainer dari Perpustakaan Tengah, gelombang informasi mulai merembes ke setiap pelosok kerajaan. Terjemahan parsial Simfoni Tertinggal telah disalin dan disebarkan ke berbagai sekolah sihir rakyat dan tempat-tempat belajar kecil yang tersembunyi di balik bayang-bayang kota besar.Di awalnya, banyak yang menertawakan dokumen itu. Mereka menyebutnya propaganda seorang anak dari kasta rendah yang menginginkan kekuasaan melalui pengetahuan. Namun semakin banyak yang membaca, semakin banyak pula yang mulai bertanya-tanya.“Kalau sihir bukan bakat keturunan, mengapa kami tidak bisa mempelajarinya?”“Kenapa hanya keluarga bangsawan yang punya akses ke sekolah sihir tingkat tinggi?”Pertanyaan-pertanyaan itu menyebar lebih cepat daripada yang diperkirakan siapa pun.Dan dari balik dinding istana, para bangsawan mulai merasakan tekanan.Di ruang utama Dewan Tertinggi Bangsawan, sebuah pertemua

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 178

    Hujan turun pelan di atas atap markas, membasahi kaca jendela tempat Rainer bersandar. Di tangan kirinya, liontin yang memuat tiga fragmen kini berpendar aneh—perpaduan antara cahaya dan kegelapan, seolah dua kekuatan bertentangan sedang saling menekan, mencari bentuk akhir dari sebuah kebenaran.Elyse melangkah masuk tanpa suara, membawa dua cangkir teh. Ia menyerahkan satu pada Rainer sebelum ikut bersandar di sisi jendela. Diam.“Apa kau pernah merasa,” kata Elyse akhirnya, “bahwa dunia ini... lebih tua dari yang kita tahu?”Rainer tersenyum kecil. “Tidak hanya lebih tua. Tapi juga lebih terluka.”Ia mengangkat liontin. “Setiap fragmen membawa ingatan. Yang pertama memberi petunjuk tentang asal usul sistem kasta. Yang kedua memperlihatkan eksperimen sihir terhadap manusia biasa. Tapi yang ketiga...”“...membawa kehampaan,” sambung Elyse pelan. “Aku merasakannya saat kita berada di altar itu.”“Dan lebih dari itu.” Rainer berbalik, berjalan ke meja penuh dokumen. Ia mengambil satu g

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 177

    Langit malam menyelimuti dunia dengan kelam yang lebih pekat dari biasanya. Di luar ibu kota, jauh dari mata para penguasa dan rakyat biasa, Menara Bayangan berdiri di atas bukit batu yang tandus, dikelilingi reruntuhan peradaban lama yang telah lama dilupakan. Di dalam menara itu, sihir lama—sihir yang bahkan tidak dikenali oleh Akademi Sihir Pusat—masih hidup.Di tengah lingkaran sihir yang berpendar redup, pria berjubah ungu tua itu membuka matanya. Mereka bersinar hijau pucat, bukan karena sihir, tapi karena kekosongan yang menghuni raganya. Ia bukan lagi manusia biasa. Namanya telah lama dihapus dari sejarah, digantikan dengan satu julukan: Nihros, sang Pemelihara Kekosongan.“Fragmen ketiga telah terbangun,” gumam Nihros. Suaranya nyaris seperti bisikan di antara celah kenyataan. “Dan si bocah itu... mulai mengganggu alur.”Di sekelilingnya, entitas-entitas tak bernama—makhluk yang dulunya manusia, tapi telah dirusak oleh sihir gelap dari

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 176

    Ruangan Majelis Tertinggi tidak seperti aula biasa di kerajaan—ia tidak hanya dibangun dari marmer dan batu mulia, tapi dari keheningan yang dalam dan rasa takut yang menggantung. Di tempat inilah hukum kerajaan diciptakan, strategi perang dirancang, dan takdir rakyat ditentukan.Pagi itu, ratusan kursi di tribun atas dipenuhi para bangsawan, penyihir agung, akademisi, dan bahkan utusan luar negeri. Mereka semua datang karena undangan langka: seseorang dari kalangan bawah, tanpa darah bangsawan, tanpa gelar, akan berbicara di hadapan Majelis.Rainer berdiri di tengah podium, mengenakan jubah hitam dengan garis emas yang dirancang Elyse dan para pendukungnya—sebuah simbol antara perlawanan dan martabat. Di belakangnya, Elyse berdiri tegak, mata tajamnya menyapu ruangan.Suara bel logam berdentang tiga kali, menandakan awal sesi. Di kursi utama, High Consul Avarel—pemimpin tertinggi Majelis—mengangguk ke arah Rainer.“Rainer dari distrik bawah, pemegang fra

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 175

    Langit di atas ibu kota kerajaan Arkwen tampak kelabu. Awan gelap menggantung rendah, seolah menandakan badai besar akan segera datang. Namun badai yang mendekat bukan sekadar cuaca—melainkan konflik yang akan mengguncang seluruh struktur kekuasaan kerajaan.Rainer dan timnya baru saja kembali dari ekspedisi ke Utara, membawa satu kebenaran baru dan satu fragmen simfoni tambahan. Tapi bukan hanya kekuatan yang mereka bawa pulang, melainkan juga informasi yang bisa mengguncang fondasi dunia: bahwa sistem yang saat ini berdiri adalah hasil dari siklus berulang yang dipaksakan oleh kekuatan kuno, dan bahwa pemilik simfoni sejati berpotensi menjadi kunci pembebas atau penghancur dari siklus itu.“Berita tentang pergerakan kita telah bocor,” kata Kysha sambil menyerahkan gulungan surat kepada Rainer. “Tiga dari lima keluarga bangsawan besar mengirim utusan ke menara dewan sihir. Mereka menyebutnya sebagai ‘Tanda Pertama dari Kerusakan.’”“Karena kita mengambil fragme

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 174

    Hutan Frostveil, wilayah utara kerajaan yang dinginnya mampu membekukan tulang bahkan sebelum musim salju datang. Kabut tebal menggantung di antara pohon-pohon cemara tinggi, dan hanya suara ranting patah atau langkah lembut di salju yang memberi tanda bahwa kehidupan masih ada di tempat itu.Di sinilah Rainer, Elyse, Marcus, dan Kysha menelusuri jejak pengkhianat dari tim mereka—Seth, anggota pencatat sihir yang ternyata telah menyusup atas perintah pihak luar. Peta menuju fragmen ketiga kini berada di tangannya, dan jika dia berhasil menyerahkannya ke tangan sekte atau faksi bangsawan tertentu, pertarungan untuk perubahan bisa berakhir sebelum dimulai.“Kita hanya berjarak satu hari perjalanan dari kuil tua yang disebutkan di fragmen kedua,” bisik Kysha sambil menunjuk peta yang telah mereka salin ulang. “Tapi jalur yang diambil Seth... bukan jalur langsung. Dia menuju celah pegunungan—ada sesuatu di sana yang dia sembunyikan.”Rainer menatap langit yang mulai

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 173

    Hujan deras mengguyur pelabuhan selatan Kerajaan Galvane. Kapal ekspedisi akademi telah bersandar di dermaga, dan suara ombak yang menghantam kayu menambah ketegangan suasana. Rainer berdiri di dek kapal, mengenakan jubah tebal berlapis pelindung sihir. Di belakangnya, Elyse, Marcus, dan beberapa anggota tim elite akademi bersiap turun.Wilayah yang mereka tuju adalah reruntuhan Virellis, kota kuno yang terkubur oleh tanah longsor dua abad lalu. Berdasarkan kode dalam simfoni pertama, fragmen kedua tersembunyi di bawah tanah, dilindungi oleh mekanisme sihir yang hanya bisa dipecahkan oleh harmoni energi tertentu—sesuatu yang hanya bisa dideteksi jika seseorang memiliki resonansi dengan fragmen pertama.“Aku merasakannya,” bisik Rainer sambil menekan telapak tangannya ke dada, tempat ia mengenakan liontin kristal kecil dari fragmen pertama. “Ada sesuatu yang memanggil… seperti gema di ujung lorong panjang.”Elyse menatapnya, mata peraknya penuh waspada. “Pastikan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status