Gelap.
Gelap.
Gelap sekali.
Pemuda pucat itu membuka matanya namun dia merasa seperti menutup matanya. Dia tidak dapat melihat secercah cahaya pun. Dia tidak dapat menggerakkan tubuhnya. Ia merasa bahwa saat ini ia tengah diikat bagaikan seorang tahanan. Kedua tangan dan kakinya diikat dengan sesuatu yang bukan besi ataupun tali, namun daya cengkramannya kuat sekali.
"Apa yang baru saja terjadi?" Rian berusaha mengingat kembali pada apa yang terjadi sebelumnya.
Dia ingat saat itu ia sedang berjalan di tempat parkir menuju kostan Koji. Tiba-tiba seseorang berjubah polkadot putih muncul di depan mereka dan menyerang mereka berdua dengan kekuatan yang amat luar biasa. Dia tidak bergerak sedikitpun, namun sekelilingnya langsung hancur bak diterpa angin topan. Koji berusaha melawan, namun ia bukanlah tandingan orang itu. Dia ingat bahwa orang itu menghantam tengkuk lehernya cukup keras sehingga ia kehilangan kesadaran. Ia tidak tahu apa yang t
"Aku menolongmu karena alasanmu untuk bertarung.""Apamaksudmu?""Kau bilang kau tidak peduli pada dunia ini, kan? Namun kau tidak berhenti dan terus maju. Kenapa?""Akuhanyainginterusbersamamereka.""Tepat sekali. Semua manusia itu munafik. Mereka mengatakan memiliki tujuan yang baik padahal itu hanyalah topeng untuk menyembunyikan tujuan busuk mereka. Tidak ada manusia yang memiliki hati yang murni dan aku membenci mereka yang selalu mencoba untuk menutup-nutupinya. Namun anda berbeda, Yang Mulia. Anda memiliki hati yang amat busuk namun anda tidak mencoba untuk menutup-nutupinya.""Apakah itu buruk? Aku tidak peduli apa yang orang lain pikirkan tentangku. Peduli setan kalau mereka membenciku atau berharap aku mati dan masuk Neraka.""Hahaha... Itulah yang saya sukai dalam diri anda, Yang Mulia. Keapatisan andalah yang membuat jiwa anda benar-benar bebas, namun amat busuk. Izinkan saya untuk menjadi sala
“Kenapa kalian melihatku seperti itu?”Tanyanya.Alfi, Koji dan Rian pun waspada. Mereka tahu bahwa orang ini bukanlah lawan yang bisa diremehkan. Kartika merasakan Iru yang amat mengerikan dalam diri orang itu."Kartika! Gawat! Dia adalah salah satu dari petinggi Waku-waku!"Cakra terdengar gelisah."Apa?! Gawat! Alfi belum berhasil menguasai senjata suci nomor 12. Mustahil baginya untuk dapat menandingi orang itu."Kartika pun menjadi cemas.Kartika melihat Varz dan Herman yang terlihat sudah terintimidasi oleh kehadiran orang itu. Itu saja sudah jelas bagi mereka bahwa orang itu merupakan ancaman besar bagi mereka semua. Ditambah lagi kondisi mereka sudah tidak prima lagi akibat pertarungan sebelumnya."Awan, Rian, Andos, dan sekarang orang ini. Dan aku bahkan tidak dapat mengalahkan salah satu dari mereka."Varz terlihat amat kesal.“Aku baru saja menyelamatkan nyawa orang itu. Kenapa kalian tega sek
“APA?! HARASA?!”Kartika terkejut mengetahui Alfi akhirnya memutuskan untuk menggunakan Harasa, senjata suci nomor 12. “Ada apa, Kartika? Apa itu Harasa?”Tanya Varz yang gelisah. “Ada 5 senjata suci yang sulit untuk dikendalikan. Senjata suci nomor 3: Duy-duy, senjata ini memerlukan kesedihan yang pedih agar bisa digunakan. Alfi dapat menggunakan Duy-duy karena masa lalunya yang kelam. Senjata suci nomor 6: Tipit, senjata ini memerlukan rasa cinta yang tulus agar dapat digunakan. Alfi dapat menggunakan Tipit karena cintanya yang tulus pada Megumi. Senjata suci nomor 9: Pelidi, senjata ini memerlukan kecerdasan yang tinggi agar bisa digunakan. Alfi bisa menggunakannya karena ia memang cerdas. Senjata suci nomor 10: Pukan, senjata ini memerlukan hati busuk dari si pengguna agar bisa dapat digunakan. Alfi dapat menggunakannya karena sifatnya yang memang sudah seperti seorang bajingan. Dan...” “Senjata suci nomor 12: Harasa,”Ucap Herman.
Pernahkah kau memimpikan seorang pahlawan?Sepertiapakahdia?Kekar?Kuat?Tampan?Berani?Celanadalamdiluar?Kebanyakan dari kita pasti mengidamkan pahlawan seaneh itu kan? Namun, buku ini tidak akan menceritakan pahlawan seperti itu.Namun, dalam benakku terbayang sosok pahlawan yang aneh. Dia tidaklah kuat apalagi rupawan, tidak pintar tapi juga tidak bodoh. Serius deh, dia adalah tokoh utama dari cerita sederhana ini dan untuk jaga – jaga, aku akan ambil bagian dalam cerita ini agar ceri
“Tolong? Tolong apa? Apa maksudmu?”Tanya Alfi tidak percaya.“Kamu adalah Alfa! Sang penyelamat dunia yang sudah kucariselama ini!”Jelas Kartika.Alfi masih merasa bingung pada apa yang terjadi sebenarnya. Alfi pun mencopot kancing jaketnya Dan menanggalkannya, Kali ini ia hanya berbalut kaos putih saja (tenang, celananya masih terpasang kok.)Alfi pun mencoba menghela nafasnya dan ia pun bertanya pada Kartika yang masih menundukan kepalanya pada Alfi.”Apa maksudmu? Tolong jelaskan padaku!”“Angkat kepalamu Kartika, jelaskan padaku apa yang sebenarnya terjadi!”Tambahnya.Kartika pun mengangkat kepalany
“Begitukah?”Tanya Taye meremehkan Alfi.Alfi masih menatapnya dengan tajam.“Megumi, tolong bantu aku ya.”Kata Alfi tegas.“Dengan senang hati, Alfiku.”Jawab Megumi.“Jangan buang-buang waktu lagi!”Seru Taye.”Colok Api!”Serunya menembakan beberapa tusuk sate yang terbuat dari kayu dan sudah dibaluti api yang membara dari telapak tangannya.Alfi menekukan lengan besarnya itu, dan Irunya menyerap semua tusuk sate berapi itu kedalam lengannya.“Kalau ini hanya masalah menghayal...”Kata Alfi.”Maka...&rdquo
“Ngomong-ngomong.”Kata Alfi.”Apa kau tahu seberapa kuat musuh kita nanti?”Tanyanya.“Iya,”Balas Kartika mengeluarkan kotak yang ia temukan di pertempuran sebelumnya.”Driver ini menunjukan informasi mengenai musuh kita.(aku tidak bisa menemukan nama lain atau pun padanannya, oleh karena itu sebut saja driver ya)”Lanjutnya.“Benarkah? Beri tahu aku.”Pinta Alfi.“OK. Tinggi: 165 Cm, berat: 56 Kg, zodiak: Virgo, makanan kesukaan: seblak basah.”Jelas Kartika.“Bukan informasi itu!”Seru A
Kartika pun terkejut melihat Alfi seperti itu, begitu pun Herman.“Alfi! Tolonglah! Jangan berdiam diri seperti itu terus!”Teriak Kartika panik.Alfi masih terdiam seperti itu. Tak peduli seberapa keras Kartika meneriakinya, Alfi tidak kunjung juga bergerak. Sebenarnya Alfi ingin sekali melindungi mereka berdua dan melawan Anggun, namun tubuhnya seolah-olah menolak keinginannya tersebut.Megumi terlihat terkejut melihat wajah Alfi yang kosong itu.“Alfi! Jangan bilang kalau kamu....”Sesaat Megumi hendak melanjutkan ucapannya, tiba-tiba Kartika terkena Hantaman Vital Anggun.
“APA?! HARASA?!”Kartika terkejut mengetahui Alfi akhirnya memutuskan untuk menggunakan Harasa, senjata suci nomor 12. “Ada apa, Kartika? Apa itu Harasa?”Tanya Varz yang gelisah. “Ada 5 senjata suci yang sulit untuk dikendalikan. Senjata suci nomor 3: Duy-duy, senjata ini memerlukan kesedihan yang pedih agar bisa digunakan. Alfi dapat menggunakan Duy-duy karena masa lalunya yang kelam. Senjata suci nomor 6: Tipit, senjata ini memerlukan rasa cinta yang tulus agar dapat digunakan. Alfi dapat menggunakan Tipit karena cintanya yang tulus pada Megumi. Senjata suci nomor 9: Pelidi, senjata ini memerlukan kecerdasan yang tinggi agar bisa digunakan. Alfi bisa menggunakannya karena ia memang cerdas. Senjata suci nomor 10: Pukan, senjata ini memerlukan hati busuk dari si pengguna agar bisa dapat digunakan. Alfi dapat menggunakannya karena sifatnya yang memang sudah seperti seorang bajingan. Dan...” “Senjata suci nomor 12: Harasa,”Ucap Herman.
“Kenapa kalian melihatku seperti itu?”Tanyanya.Alfi, Koji dan Rian pun waspada. Mereka tahu bahwa orang ini bukanlah lawan yang bisa diremehkan. Kartika merasakan Iru yang amat mengerikan dalam diri orang itu."Kartika! Gawat! Dia adalah salah satu dari petinggi Waku-waku!"Cakra terdengar gelisah."Apa?! Gawat! Alfi belum berhasil menguasai senjata suci nomor 12. Mustahil baginya untuk dapat menandingi orang itu."Kartika pun menjadi cemas.Kartika melihat Varz dan Herman yang terlihat sudah terintimidasi oleh kehadiran orang itu. Itu saja sudah jelas bagi mereka bahwa orang itu merupakan ancaman besar bagi mereka semua. Ditambah lagi kondisi mereka sudah tidak prima lagi akibat pertarungan sebelumnya."Awan, Rian, Andos, dan sekarang orang ini. Dan aku bahkan tidak dapat mengalahkan salah satu dari mereka."Varz terlihat amat kesal.“Aku baru saja menyelamatkan nyawa orang itu. Kenapa kalian tega sek
"Aku menolongmu karena alasanmu untuk bertarung.""Apamaksudmu?""Kau bilang kau tidak peduli pada dunia ini, kan? Namun kau tidak berhenti dan terus maju. Kenapa?""Akuhanyainginterusbersamamereka.""Tepat sekali. Semua manusia itu munafik. Mereka mengatakan memiliki tujuan yang baik padahal itu hanyalah topeng untuk menyembunyikan tujuan busuk mereka. Tidak ada manusia yang memiliki hati yang murni dan aku membenci mereka yang selalu mencoba untuk menutup-nutupinya. Namun anda berbeda, Yang Mulia. Anda memiliki hati yang amat busuk namun anda tidak mencoba untuk menutup-nutupinya.""Apakah itu buruk? Aku tidak peduli apa yang orang lain pikirkan tentangku. Peduli setan kalau mereka membenciku atau berharap aku mati dan masuk Neraka.""Hahaha... Itulah yang saya sukai dalam diri anda, Yang Mulia. Keapatisan andalah yang membuat jiwa anda benar-benar bebas, namun amat busuk. Izinkan saya untuk menjadi sala
Gelap.Gelap.Gelap sekali.Pemuda pucat itu membuka matanya namundia merasa seperti menutup matanya. Dia tidak dapat melihat secercah cahaya pun. Dia tidak dapat menggerakkan tubuhnya. Ia merasa bahwa saat ini ia tengah diikat bagaikan seorang tahanan. Kedua tangan dan kakinya diikat dengan sesuatu yang bukan besi ataupun tali, namun daya cengkramannya kuat sekali."Apa yang baru saja terjadi?"Rian berusaha mengingat kembali pada apa yang terjadi sebelumnya.Dia ingat saat itu ia sedang berjalan di tempat parkir menuju kostan Koji. Tiba-tiba seseorang berjubah polkadot putih muncul di depan mereka dan menyerang mereka berdua dengan kekuatan yang amat luar biasa. Dia tidak bergerak sedikitpun, namun sekelilingnya langsung hancur bak diterpa angin topan. Koji berusaha melawan, namun ia bukanlah tandingan orang itu. Dia ingat bahwa orang itu menghantam tengkuk lehernya cukup keras sehingga ia kehilangan kesadaran. Ia tidak tahu apa yang t
Koji membuka kedua matanya. Kepalanya terasa berat sekali. Dia melihat sekelilingnya sudah porak poranda. Dia mencoba mengambil kacamatanya yang berada tidak jauh darinya.“Gawat, dia membawa Rian pergi.”Keluh Koji.Dia segera berdiri dan ia melihat sesuatu yang janggal pada kacamatanya. Mengapa kacamatnya bercahaya merah? Seingatnya, ia tidak pernah mengganti framenya. Koji pun mengambil kacamatanya dan tiba-tiba sosok gadis kecil merah muncul dari lensa kacamatanya.Koji terpana melihat sosok gadis kecil yang menatapnya dengan kebingungan itu.“Onii-chan?”Ucapnya.“Duh loli.”Ucap Koji gemas.Gadis kecil itu sangatlah imut dan mengemaskan seperti karakter anak perempuan usia 9 tahunan dalam anime yang selalu menjadi bahan doujin pasaran sebagai pelampiasan nafsu yang terrtahankan para wibu pedofil.“Onii-chan?”Ucapnya.Koji pun tersadar dari delusiny
“Alfi.”“Alfi...”“Alfi!”Alfi pun membuka keduamata. seorang bocah laki-laki berdiri tepat di samping ranjangnya.“Andos? Kenapa kamu ada di sini?”Tanya si Alfi kecil.“Kita main yuk! Mumpung masih liburan!”Seru Andos kecil riang.“Nggak mau, aku masih ngantuk.”Alfi pun menarik selimutnya.“AyolahAlfi. Tidak baik kalau kamu tidur terus.”Andos menarik-narik tubuh Alfi.“Nggak mau! Ayahku saja kerjaannyacuma tidur setiap hari Minggu!”“Itu kanayahmu,bukankamu.”“Akunggakmaumain.”“Ayolah Alfi.”Andos pun melompati tubuh Alfi.“Aw!”“Ayolah!”“Nggakmau!”Mereka berdua pun bergelut di kasur itu diiringi dengan teriakan-teria
Sebelum kujelaskan apa yang terjadi selanjutkan, ayo kita melompat pada apa yang sebenarnya ketiga orang sinting ini lakukan sebelumnya.Alfi, Koji , dan Rian tengah berada di suatu tempat di kawasan Pantai Pandawa. Dan siapa ketiga orang sinting yang tengah bertarung di bab selanjutnya? Tepat, itu hanya bayangan dari Jepitronnya. Rian menginstruksikan Alfi untuk memindahkan mereka bertiga ke suatu tempat dan membuat tiruan mereka bertiga sedang bertarung melalui telepati. Dan...“Setan!”Seru Koji.“Brengsek!”Seru Alfi.“Ampun!”Jerit Rian.Alfi dan Koji tengah menghajar Rian karena mereka kesal bahwa sebenarnya Rian hanyalah bermain-main dengan mereka selama ini.“Kalau kau memang tidak dicuci otak, kenapa kau harus membunuh Katon?! Dasar teman sialan!”Seru Koji terus menginjak-injak tubuh Rian.“Kau juga hampir membunuh teman-temanku! Dasar setan cacingan!&
Ruangan itu masihlah melekat dengan kesan mengerikan, gelap dan dingin. Tidak ada siapapun yang ingin bernaung di sana meskipun mereka harus. Keenam orang berjubah polkadot itu tengah duduk di kursi mereka masing-masing.“Jadi begitulah.”Ucap si jubah putih.“Kau tidak pernah mengecewakanku. Rupanya aku tidak salah mengangkatmu sebagai ahli strategi kita.”Ucap si jubah hitam.“Terima kasih, tuan.”Ucap si jubah putih.“Cih! Tidak perlu berbelit-belit! Kita bunuh saja mereka semua langsung!”Seru si jubah merah.“Tenanglah, kurasa dia benar. Kita perlu membuat sang Alfa bimbang sampai ia berputus asa.”Ucap si jubah kuning.“Memangnya kenapa?! Apa perlu kita menunggu selama ini hanya untuk melihat mereka membunuh anggota-anggota kita?! Apakah kau sudah lupa pada tujuan kita?!”Seru si jubah merah.“Diam!”Si jubah hi
Apa?Apa kauberharap aku akanmelanjutkanbagaimana pertarungan antara ketiga orang sinting itu? Oh, tentu saja aku akan menulisnya, namun sebaiknya kita rehat sejenak dan melihat bagaimana mereka bertiga bisa bertemu. Aku hanya tidak mau kesan komedi dalam kisah ini meMudar kok, walaupun aku sering kali memasukan jokes tidak jelas dalam setiap bab yang sedang kutulis. Baiklah, di bab ini aku akan menyuguhkan kisah pertemuan Alfi, Koji, dan Rian dan bagaimana mereka bertiga bisa menjadi sahabat karib.Kisah ini dimulai saat Alfi masih kuliah di Universitas Muda-Muda. Kenapa Muda-Muda? Karena Universitas Ora-ora ada di Jawa Tengah. Dan kenapa tidak kuplesetkan menjadi "Guda-Guda"? Itu karena kisah ini tidak disponsori oleh Type Moon. Tepatnya saat Alfi sudah berada di tingkat tiga. Di saat itu Alfi merupakan anggota dari organisasi SEES (Specialized English Extra Sect) dan dia sedang berada dalam acara orientasi anggota baru.Alfi ha