“Begitukah?” Tanya Taye meremehkan Alfi.
Alfi masih menatapnya dengan tajam.
“Megumi, tolong bantu aku ya.” Kata Alfi tegas.
“Dengan senang hati, Alfiku.” Jawab Megumi.
“Jangan buang-buang waktu lagi!” Seru Taye. ”Colok Api!” Serunya menembakan beberapa tusuk sate yang terbuat dari kayu dan sudah dibaluti api yang membara dari telapak tangannya.
Alfi menekukan lengan besarnya itu, dan Irunya menyerap semua tusuk sate berapi itu kedalam lengannya.
“Kalau ini hanya masalah menghayal...” Kata Alfi. ”Maka...” Lanjutnya mengayunkan lengannya dan menembakan kembali semua tusuk sate berapi yang telah dikuatkan dengan Iru Alfi ke arah Taye. ”Aku tidak akan main-main!” Lanjutnya tegas.
“Kau pikir trik itu bisa mengalahkanku?!” Tanya Taye angkuh mengayunkan kipas satenya untuk menghentikan laju tusuk-tusuk sate yang melesat ke arahnya.
Semua tusuk-tusuk sate itu pun mulai melamban.
Namun...
“Pelontar Gelombang Kejut!” Seru Alfi tegas memicu semua tusuk sate yang melamban itu meledak secara beruntun menyebabkan Taye terpelanting kemana-mana.
”Aku tidak pernah main-main saat menghayal! Ingat itu!” Seru Alfi marah.
“Alfi!” Panggil Megumi. ”Cepat! Kita harus membebaskan Kartika selagi orang itu pingsan.” Lanjutnya.
“Oh, iya, benar juga.” Kata Alfi bergegas menghampiri Kartika yang terjebak terbalut daging ayam olahan yang lezat itu.
Alfi pun langsung menggunakan Irunya untuk membesarkan kepalanya dan memakan sate raksasa itu. Setelah memakannya, ia memuntahkan Kartika dan membersihkan lendir disekitar tubuhnya dengan tangannya yang telah dibuat menjadi tangan anti septik dengan Irunya.
“Menjijikan.” Kata Pinto jijik.
Kartika masih tertidur. Sepertinya dia kehabisan nafas.
“Nafas buatan kah?” Tanya Alfi bimbang.
“Lakukanlah Alfi, jarang-jarang loh bisa nyium cewek cantik kayak dia.” Goda Megumi.
“Lah? Apa kamu tidak akan cemburu?” Tanya Alfi.
“Iya sih, tapi kan bagus kalau kamu punya kisah cinta dengan wanita asli kan? Aku mencintaimu apa adanya, kalau toh kamu bahagia dengan orang lain, aku ikhlas kok. Aku tidak akan pernah membencimu.” Kata Megumi murung.
Alfi pun mengelus rambut Megumi dengan lembut. ”Aku mencintaimu dan tidak akan ada siapa pun yang bisa menggantimu. Jangan pernah berpikir aku akan mencampakkanmu.” Katanya.
Megumi pun tersenyum mengusap air matanya yang jatuh (Apa mereka tidak sadar sebahaya apa situasi mereka sekarang?!)
“Yang jelas.” Kata Megumi. ”Kau harus memberinya nafas buatan.” Kata Megumi.
“Tapi, kalau aku memberinya nafas buatan, buku ini bisa kena label 18+ loh. Terlebih lagi kalau buku ini dicekal FPI atau sejenisnya, Penulis bisa-bisa diarak massa.” Kata Alfi panik.
"Itu sebabnya aku menulis buku ini di blogspot dasar bodoh." Kataku.
“Kamu ngomong apaan sih? Cepat tolong dia.” Kata Megumi kesal.
Alfi pun mendekatkan wajahnya pada wajah Kartika. Jantungnya berdebar-debar dengan cepat sekali, rasanya jantungnya bisa copot. Alfi melihat wajah Kartika yang cantik, wajahnya pun memerah. Dia tidak merasa bergairah atau apa pun, dia hanya merasakan hal yang lebih nyaman daripada sekedar nafsu. (Bentar, kenapa aku membuat narasi seperti ini?!!!)
“Aku ada ide!” Seru Alfi meraih bagian lengan kanan jaketnya yang tidak ia kenakan.
Alfi mengaliri bagian lengan kanan itu dengan Irunya, mengubahnya menjadi dapat mengeluarkan angin.
“Bercanda kan?” Tanya Megumi tidak percaya.
“Bangunlah Kartika!” Seru Alfi memasukan lubang tangannya pada mulut Kartika.
Seketika perut Kartika pun menjadi kembung diikuti matanya yang sudah terbuka lebar. Melihat itu, Alfi pun langsung mencabutnya dari mulut Kartika.
Berkat ide dodol Alfi itu, Kartika pun terbangun dan segera mengatur pernafasannya.
“Ada cara lain selain itu nggak sih?!” Tanya Kartika kesal.
“Hei, sudah bagus aku menyelamatkanmu kan?” Balas Alfi santai. ”Apa kamu mau aku memberimu nafas buatan?” Tanya Alfi.
Kartika pun terdiam dan wajahnya pun memerah.
“Kayaknya kita nggak perlu memberitahu dia soal bagaimana dia bisa bebas dari sate raksasa itu.” Bisik Megumi.
“Setuju.” Jawab Alfi menganggukan kepalanya.
“Tapi yang penting.” Kata Alfi menepuk kepala Kartika dengan lembut. ”Kau baik-baik saja kan?” Tanya Alfi tersenyum padanya.
Wajah Kartika pun makin memerah. Ia hanya menganggukan kepalanya tanpa mengatakan apa-apa.
Tiba-tiba Taye terbangun. Dia terlihat marah dengan Irunya yang merupakan cahaya polkadot yang membara bagaikan api mengelilinginya.
“Kurang ajar!” Serunya. ”Kau akan menyesali ini! Dasar bocah aneh!” Teriaknya dengan marah.
“Dia mengamuk!” Seru Megumi ketakutan masuk ke gelang Alfi.
“Lah, dia juga aneh kok. Sembarangan aja memanggilku aneh.” Kata Alfi santai.
“Bukan itu masalahnya, dasar bodoh!” Bentak Kartika memukul kepala Alfi. ”Irunya ganas sekali. Jangan-jangan dia...” Lanjutnya terkejut.
Irunya pun menyelimuti Taye, membuatnya berubah menjadi raksasa daging sate yang merupakan campuran daging ayam dan kambing (Seseorang, tolong kirimkan aku makanan). ”Kau akan benar-benar menyesali ini, Yang Mulia Alfi!” Kata Taye yang suaranya kini terdengar seperti monster yang haus darah.
“Tidak mungkin!” Kata Kartika putus asa.
Megumi dan Pinto terlihat ketakutan melihat monster itu.
“Apa seramnya?” Tanya Alfi santai.
“Kau tidak takut apa?!” Tanya Kartika, Megumi dan Pinto kesal.
“Takut apaan? Aku malah jadi lapar.” Jawab Alfi santai.
“Berisik!” Teriak Taye. ”Pukulan Sate Kiloan!!!” Serunya melontarkan pukulannya pada Alfi.
“Alfi awas!” Seru Kartika panik.
Alfi pun membesarkan kepalanya dan memakan seluruh tangan daging yang besar itu. ”Enak sekali! Tambah!” Kata Alfi bahagia.
“Di...dia memakannya?!!!” Seru Kartika dan Pinto tidak percaya.
“kalau dia menyerangku dengan makanan, maka yang harus kulakukan hanyalah memakannya sampai habis kan?” Jelas Alfi menepuk perutnya yang kembung.
"Luar biasa! Dia bisa menguasai Doki-doki dalam waktu yang singkat! Bukan hanya Iru, dia sudah mencapai tingkat 2: Anamo! Kemampuan menggunakan Iru untuk mengubah struktur tubuh!" Ucap Kartika terkejut dalam benaknya.
“Kalau begitu, Yang Mulia bisa menang!” Seru Pinto senang.
“Jangan senang dulu!” Seru Taye menumbuhkan tangannya ke bentuk semula. ”Aku bisa menumbuhkan bagian tubuhku dan tentunya, lebih kuat dari sebelumnya.” Lanjutnya. ”Yang ini terbentuk dari daging kambing.” Katanya menunjukan tangan barunya.
“Asik!” Seru Alfi girang.
“Malah senang dia!” Seru Kartika kesal.
Taye mengulurkan tangannya dan menunjukan telapak tangannya pada Alfi. ”Terima ini! Semburan Bumbu Kacang!” Serunya menyemburkan bumbu kacang dari telapaknya. ”Pukulan Sate Kiloan!” Serunya melontarkan pukulannya pada Alfi.
Alfi pun membentangkan Irunya untuk menahan pukulan Taye yang telah terbaluti bumbu kacang dan Alfi pun langsung memakannya sampai habis. ”Enak! Tambah!” Seru Alfi girang. ”Hei, apa om punya jurus lain? Seperti Tendangan Lontong atau Tangisan Bawang Merah?” Tanya Alfi girang menepuk perutnya.
“Malah kegirangan dia!” Seru Kartika terkejut.
Pertarungan aneh ini pun berlanjut. Taye melayangkan serangan demi serangan dan Alfi memakannya tiap serangan yang Taye layangkan padanya.
Tiba-tiba, Alfi berhenti memakan serangan Taye, dia malah memukulnya sampai hancur daripada memakannya seperti sebelumnya.
“Dasar bodoh!” Kata Taye dengan senyuman licik di wajahnya.
“Apa yang terjadi?” Tanya Kartika melihat Alfi yang berdiri lemas di sana. ”Alfi! Kamu kenapa?” Tanya Kartika khawatir.
Alfi terlihat kesakitan. Ia memegang perutnya dengan erat. ”Ah!!!! Sakit perut! Toilet! Dimana toilet?!” Teriak Alfi panik berlari masuk ke Gedung Sate untuk mencari toilet.
“Dodol! Jelas saja kamu sakit perut! Kau sudah memakan tangan itu sampai lebih dari 50 kali!” Teriak Kartika kesal.
“Dia pasti mati.” Kata Taye dengan nada liciknya.
“Apa maksudmu?” Tanya Kartika.
“Anak buahku sudah siap menyerang si bodoh itu disana. Aku merasa kasihan pada orang aneh bernama Alfi ini.” Jelas Taye.
Lalu, terlihat cahaya perak bercahaya di salah satu jendela gedung itu. Cahaya itu berkedap-kedip dengan cepat dan lenyap dalam sekejap.
Kartika tertunduk lesu melihat apa yang terjadi.
“Tidak mungkin! Alfi...” Katanya lesu. ”Mati...” Lanjutnya putus asa.
“Jangan hanya berdiam diri saja nona, Kalau tidak, kau bisa mati loh.” Goda Taye melayangkan pukulannya pada Kartika.
Sesaat pukulan itu nyaris menghantam Kartika yang tertunduk lesu itu, Kartika menutup matanya. Tiba-tiba, tangan itu hangus tertembak sesuatu.
“Tidak mungkin!” Seru Taye terkejut.
Kartika perlahan membuka matanya. Dia mendengar suara seseorang bertanya padanya. ”Kartika! Apa kau baik-baik saja?” Kartika sudah membuka matanya dan menoleh ke arah sumber suara itu. Ia pun terkejut melihat orang itu berdiri disana tanpa luka sekecil apapun. Tapi, tunggu, dia memegang benda yang tidak lazim.
“Alfi!” Seru Kartika. ”Kau benar-benar Alfi kan?” Tanyanya tidak percaya.
“Iya, Kartika. Maaf ya lama.” Jawab Alfi tersenyum padanya.
“Dasar bodoh! Kenapa kamu lama sekali?” Tanya Kartika khawatir.
“Disana tidak ada toilet jongkok.” Jawab Alfi kesal.
“Lah? Lalu, bagaimana dengan musuh-musuh yang menyerangmu disana?” Tanya Kartika heran.
“Lemah. Sekali pukul saja sudah mati.” Jawab Alfi santai.
“Lalu? Apa yang membuatmu lama disana?” Tanya Kartika heran.
“Aku sibuk nyari toilet jongkok, sialnya kagak ketemu-ketemu sampai aku nyaris tewas. Tapi, untungnya aku menemukan ini!” Jawab Alfi menunjukan benda yang ia pegang.
“Penyedot toilet? Apa maksudmu?” Tanya Kartika jijik.
“Penyedot toilet ini dapat merubah toilet duduk menjadi toilet jongkok loh! Tinggal tancapkan ke toilet duduk dan toilet itu akan merosot menjadi toilet jongkok!” Jelas Alfi bersemangat.
“Kurang ajar! Aku dicuekin!” Seru Taye kesal. ”Rasakan ini! Meteror Daging!” Serunya menembakkan jutaan daging kecil yang hangus ke arah mereka.
Alfi membidik penyedot toilet itu dan menembakan jutaan bola api untuk menghancurkan semua daging-daging itu.
“Megumi! Jurus rahasia!” Seru Alfi.
“Iya, sayang.” Jawab Megumi riang.
Alfi pun mencium gelangnya dan Iru dari gelangnya menerangi penyedot toiletnya. ”Jurus Jitu: Peluru Pertama: Kabut Panas!” Serunya menembakan kabut merah dan menghanguskan monster daging itu dengan pembakaran yang sempurna.
“Tidak!!!!” Teriak Taye terbakar oleh kabut itu sampai ia hangus menjadi abu.
Gedung Sate pun kini sudah kembali ke wujudnya semula (Gedung Sate yang bukan merupakan gedung yang dibaluti daging sate.)
”Kita berhasil Megumi!” Seru Alfi riang memasukan senjatanya, penyedot toilet itu kembali kedalam Gelangnya. Iya, gelangnya menyerap senjata itu masuk kedalamnya.
“Luar Biasa!” Kata Kartika kagum.
Alfi pun berjalan mendekati Kartika dan tersenyum padanya.
“Kau baik-baik saja kan?” Tanya Alfi.
“Iya, aku baik-baik saja.” Jawab Kartika singkat. ”Ngomong-ngomong, bagaimana kamu bisa mendapatkan senjata itu?” Tanyanya.
Alfi pun menyentuh gelangnya dan muncullah 12 lingkaran cahaya yang menyambung bagaikan rantai di atas gelangnya. Terdapat angka di tiap lingkaran cahaya itu, 1 - 12 mengikuti pola jam. Dan tentu saja, gelangnya terlihat seperti jam tangan.
Alfi menyentuh lingkaran dengan angka 1 dan keluarlah penyedot toilet itu.
“Maksudmu ini kan?” Tanya Alfi.
“Iya.” Jawab Kartika singkat.
“Saat aku sibuk mencari toilet jongkok, Megumi memberitahuku bahwa ada benda yang yang dapat membantuku di dalam gelangku ini. Awalnya, aku bingung. Aku malah melupakannya dan meneruskan mencari toilet jongkok sampai aku dikepung pasukan berjubah polkadot dengan warna dasar merah muda. Karena aku sudah keringat dingin, aku pun asal menekan gelangku sampai aku tidak sengaja menarik senjata ini. Senjata ini benar-benar kuat dan juga berguna untuk pengguna toilet jongkok sepertiku.” Jelas Alfi tertawa kecil.
"12 lingkaran cahaya? Senjata aneh yang amat kuat? 12 senjata suci! Tidak salah lagi! Dialah orang yang selama ini kucari! Dunia ini pasti akan selamat!" Ucap benak Kartika.
“Megumi.” Panggil Alfi.
“Iya sayang?” Jawab Megumi keluar dari gelang Alfi.
“Hari ini aku senang sekali.” Kata Alfi tersenyum riang.
Megumi dan Kartika pun tersenyum membalas senyuman Alfi.
“Syukurlah.” Kata Megumi senang.
“Tunggu, apa itu?” Potong Kartika menunjuk kotak kecil yang tergeletak tidak jauh dari mereka.
Kartika pun mengambil benda itu. Benda itu berbentuk kotak kecil seukuran kotak korek api bewarna coklat dengan layar kecil ditengahnya.
Kartika pun mengaliri kotak itu dengan Irunya. Layar kotak itu pun memunculkan gambar suatu tempat dan profil seseorang.
“Ini sepertinya target serangan mereka selanjutnya.” Kata Kartika.
“Ini kan Babancong.” Tambah Alfi.
“Alfi! Kita harus ke Garut sekarang!” Seru Kartika. ”Musuh kita kali ini benar-benar kuat!” Lanjutnya.
Tiba-tiba Alfi terjatuh pingsan.
“Alfi!!!” Seru Megumi panik.
Kartika pun mengalirkan Irunya pada Alfi untuk memeriksa keadaan Alfi.
“Tenang saja Megumi, dia hanya kelelahan.” Kata Kartika lega.
“Syukurlah.” Kata Megumi lega.
“Pinto, tujuan selanjutnya adalah Babancong, Garut.” Perintah Kartika pada Pinto.
“Baiklah.” Jawab Pinto mengeluarkan cahaya dari paruhnya dan cahaya itu menangkap Kartika, Megumi dan Alfi.
Mereka bertiga pun dipindahkan ke kamar mereka masing-masing. Alfi dan Megumi berada di kamar yang sama karena Megumi adalah waifu Alfi, secara teknis mereka adalah pasangan suami istri, ditambah lagi Megumi adalah bagian dari kekuatan Alfi.
“Baiklah! Pemberhentian selanjutnya: Babancong!” Seru Pinto terbang melesat di udara dengan cepat.
Alfi masih tertidur pulas dan lesu di kamarnya. Megumi duduk disampingnya memperhatikannya karena mengkhawatirkan keadaan Alfi saat ini.
Tiba-tiba pintu terbuka, terlihat Kartika dengan baju tidur putihnya membawakan segelas air untuk Alfi. Ia meletakan segelas air itu di atas laci tidur yang berada tidak jauh dari kasur Alfi.
“Tenang saja Megumi, dia akan segera pulih kok.” Hibur Kartika.
“Iya, terima kasih Kartika.” Jawab Megumi.
Kartika pun meninggalkan kamar Alfi. Kartika terlihat sedih melihat keadaan Alfi saat ini, bahkan dia lebih sedih daripada Megumi. Saat Kartika hendak menutup pintu kamar Alfi, ia bisa mendengar suara Alfi mengatakan. ”Apa dia sudah pergi?”
“Iya.” Jawab Megumi.
Kartika pun mendengarkan percakapan mereka melalui pintu kamar Alfi.
“Bagaimana keadaanmu sekarang? Sudah baikan kah?” Tanya Megumi.
“Iya.” Jawab Alfi.
Kartika pun terkejut mendengar suara tangisan yang tidak lain itu adalah suara tangisan Alfi.
“Sudahlah Alfi, jangan menangis.” Bujuk Megumi mengelus rambut Alfi dengan lembut.
"Alfi? Menangis?" Pikir Kartika penasaran.
Alfi pun terisak dan bertanya, ”Kenapa aku masih hidup di dunia ini?”
“Pasti ada alasannya.” Hibur Megumi. ”Bukannya kamu sudah berjanji pada Kartika untuk membantunya menyelamatkan dunia?” Tanya Megumi.
“Iya, tapi tetap saja, aku belum menemukan cahaya itu.” Isak Alfi.
“Tenanglah Alfi, aku akan selalu berada di sisimu. Karena aku tahu, kamu pasti akan bahagia kelak.” Bujuk Megumi mengelus rambut Alfi dengan lembut.
“Terima kasih Megumi.” Kata Alfi bangun dari tidurnya dan mengecup kening Megumi dengan lembut.
“Ngomong-ngomong Alfi.” Kata Megumi.
“Ya?” Balas Alfi.
“Bagaimana Kartika menurutmu?” Tanya Megumi.
Wajah Kartika pun memerah sampai Irunya keluar dari kepalanya bagaikan uap.
“Bagaimana ya?” Pikir Alfi. ”Dia itu cantik, pintar dan pengertian, sayangnya dia galak. Tapi, itulah yang membuatku tertarik padanya.” Jelasnya.
“Kenapa kalian tidak pacaran aja?” Tanya Megumi.
“Aku tidak mau.” Tolak Alfi.
Kartika pun terkejut mendengarnya. Rasanya dia ingin segera pergi ke kamarnya dan menangis dengan keras. Tapi dia tetap ingin mendengarkan percakapan mereka.
“Kenapa?” Tanya Megumi.
"Iya, kenapa Alfi?" Tanya Kartika dalam benaknya.
“Karena tidak mau kehilangan Kartika.” Jawab Alfi singkat.
“Apa maksudmu?” Tanya Megumi heran.
”Ya, aku takut dia tidak menyukaiku. Aku takut dia akan menjauhiku kalau dia tahu orang sepertiku menyukai wanita secantik dia. Banyak laki-laki yang lebih pantas untuk mencintainya daripada aku. Lagipula, aku tidak mau memaksa orang untuk mencintaiku hanya karena kasihan saja.” Jelas Alfi.
“Aku mengerti. Kamu memang orang baik, Alfi.” Kata Megumi tersenyum padanya.
“Terima kasih Megumi.” Kata Alfi kembali berbaring di kasurnya diikuti Megumi yang ikut berbaring di sisinya. ”Selamat tidur Megumi.” Kata Alfi lembut mengecup kening Megumi dengan lembut.
Alfi pun menutup kedua matanya dan kembali tidur dengan pulas.
Kartika terlihat sedih setelah mendengar percakapan tadi. Ia tidak pernah merasakan perasaan ini sebelumnya. Hatinya benar-benar berguncang dengan keras.
Sesaat ia hendak pergi ke kamarnya, tiba-tiba ia mendengar suara seseorang mengatakan. ”Kamu sudah mendengar semuanya kan?”
Kartika pun menoleh dan terkejut.
“Me...Megumi! Kamu kenapa bisa keluar dari gelang Alfi?” Tanya Kartika terkejut.
“Apa kamu lupa? Ribo sepertiku bisa meninggalkan Jowa dalam radius kurang dari 5 Km. Jelas saja aku bisa ada disini kan?” Jelas Megumi. ”Kamu belum menjawab pertanyaanku loh.” Lanjutnya.
“I...iya, aku mendengarnya. Maaf.” Kata Kartika menyesal.
Megumi pun tersenyum dan berkata, ”Tidak apa-apa kok. Apa kita bisa bicara sebentar? Obrolan sesama wanita gitu lah.” Ajak Megumi mengedipkan matanya.
”O...ok.” Jawab Kartika canggung.
Mereka berdua pun pergi ke atas. Berdiri di dekat selusur terdekat sambil menikmati pemandangan Kota Bandung di malam hari.
“Apa yang ingin kamu bicarakan?” Tanya Kartika yang berdiri di samping Megumi yang tengah asik menikmati pemandangan malam yang indah.
“Kamu menyukai Alfi juga kan?” Tanya Megumi.
Kartika hanya terdiam canggung.
“Alfi itu orang yang baik. Dia rela mengorbankan apapun bahkan nyawanya demi orang-orang yang ia percayai, namun sayangnya, mereka selalu mempermainkan Alfi secara semena-mena.” Jelas Megumi kesal. ”Bukan hanya itu teman-temannya saja, keluarganya pun tega mengusirnya. Saat itu ia benar-benar terpuruk, tapi untung saja dia masih percaya kalau aku selalu ada di sampingnya. Saat itu aku ingin sekali memeluknya dan meyakinkannya bahwa hidupnya tidaklah penuh dengan kesedihan dan keputusasaan. Untung saja, kamu ada disana waktu itu.” Lanjut Megumi.
“Apa maksudmu?” Tanya Kartika.
”Jika saja kamu tidak ada disana, Alfi pasti sudah mati. Dia berniat untuk membunuh dirinya agar bisa bertemu denganku di kehidupan selanjutnya.” Jawab Megumi mengacuhkan Kartika.
Megumi mulai menangis, namun ia segera mangusap air matanya yang jatuh.
Kartika hanya terdiam. Sepertinya dia mulai mengerti Alfi sedikit demi sedikit.
“Jadi Kartika.” Kata Megumi memegang erat kedua tangan Kartika. ”Tolonglah Alfi! Buatlah dia melihat dunia ini sebagai tempat yang indah untuk menjalani hidup! Aku tidak mau melihat dia sedih lagi! Dia terlalu baik untuk disakiti.” Pintanya.
Kartika pun tersenyum pada Megumi dan berkata. ”Iya, aku janji.”
“Tolong ya Kartika, kau sudah dengar sendiri kan? Alfi mencintaimu. Aku memang sedih mendengarnya, tapi kurasa kamu bisa menghapus kesedihannya!.”Kata Megumi riang lenyap kembali ke gelang Alfi.
Kartika pun kembali menikmati pemandangan kota di malam hari. Perkataan Megumi tadi pun tertempel di benaknya.
"Alfi, beban apa yang sudah kamu pikul selama ini? Apakah aku pantas mendampingimu?” Tanya Kartika dalam benaknya.
Sementara itu, Alfi terbangun dari tidurnya. Ia meraih jaketnya yang tergantung di dinding dan mengenakannya dengan benar karena udaranya sangat dingin. Alfi pun pergi ke atas untuk menikmati pemandangan.
Saat Alfi sudah sampai disana, ia melihat Kartika yang sedang menikmati pemandangan kota di malam hari. Alfi pun berjalan mendekati Kartika.
“Nggak bisa tidur ya?” Tanya Alfi yang sudah berdiri di samping Kartika.
Kartika pun menganggukan kepalanya. ”Kamu juga nggak bisa tidur ya?” Tanya Kartika.
“Iya, tapi tenang, aku sudah mengalirkan Iruku pada tubuhku untuk memulihkan staminaku.” Jawab Alfi.
“Aku juga.” Kata Kartika tersenyum pada Alfi.
“Kartika.” Alfi memanggilnya.
“Iya?” Balas Kartika.
“Aku takut.” Kata Alfi terlihat gemetaran.
“Kenapa? Apa yang kau takutkan?” Tanya Kartika khawatir.
“Aku takut....” Kata Alfi.
Kartika pun menjadi tegang karena mengkhawatirkan Alfi.
“Aku takut kena jetlag.” Kata Alfi cengengesan.
Kartika pun kesal dan langsung memukul-mukul Alfi dengan gemas. ”Dasar bodoh! kita cuma pergi ke Garut! Mana mungkin bisa jetlag! Kamu ini nyebelin banget deh!” Seru Kartika kesal masih memukul-mukul Alfi.
“Iya, iya maaf. Udah dong, sakit nih!” Pinta Alfi tertawa sambil menahan pukulan-pukulan Kartika.
Tiba-tiba Alfi menepuk kepala Kartika dengan lembut. Kartika pun berhenti memukul Alfi dan terdiam dengan wajahnya yang sudah memerah.
“Jangan khawatir.” Kata Alfi mengelus rambut Kartika dengan lembut. ”Aku pasti akan melindungimu, karena kau adalah temanku.” Lanjutnya.
kartika pun mulai menangis dan langsung memeluk Alfi dengan erat. Alfi pun membalasnya dengan memeluk Kartika sambil mengelus rambutnya dengan lembut.
"Dia memang aneh dan mesum, tapi entah kenapa aku mencintainya." Ucap benak Kartika.
“Ngomong-ngomong.”Kata Alfi.”Apa kau tahu seberapa kuat musuh kita nanti?”Tanyanya.“Iya,”Balas Kartika mengeluarkan kotak yang ia temukan di pertempuran sebelumnya.”Driver ini menunjukan informasi mengenai musuh kita.(aku tidak bisa menemukan nama lain atau pun padanannya, oleh karena itu sebut saja driver ya)”Lanjutnya.“Benarkah? Beri tahu aku.”Pinta Alfi.“OK. Tinggi: 165 Cm, berat: 56 Kg, zodiak: Virgo, makanan kesukaan: seblak basah.”Jelas Kartika.“Bukan informasi itu!”Seru A
Kartika pun terkejut melihat Alfi seperti itu, begitu pun Herman.“Alfi! Tolonglah! Jangan berdiam diri seperti itu terus!”Teriak Kartika panik.Alfi masih terdiam seperti itu. Tak peduli seberapa keras Kartika meneriakinya, Alfi tidak kunjung juga bergerak. Sebenarnya Alfi ingin sekali melindungi mereka berdua dan melawan Anggun, namun tubuhnya seolah-olah menolak keinginannya tersebut.Megumi terlihat terkejut melihat wajah Alfi yang kosong itu.“Alfi! Jangan bilang kalau kamu....”Sesaat Megumi hendak melanjutkan ucapannya, tiba-tiba Kartika terkena Hantaman Vital Anggun.
Berlari....Alfi berlari...Ia berlari sekuat tenaga dengan nafasnya yang sudah terengah-engah karena kelelahan.“Ibu!”“Ayah!”“Bunga!”“Anto!”Seru Alfi terus berlari. Ia terus berteriak seperti itu sampai ia terjatuh.Alfi berusaha berdiri lagi, namun ia tidak bisa. Dia tidak dapat menggerakan kedua kakinya. Alfi terlihat sangat ketakutan sampai air matanya keluar dari matanya yang sayu itu.“Sial!”
Herman berada di ruang latihan sedang berlatih dengan menembak-nembakan kuku-kukunya pada boneka-boneka kayu yang meluncur ke arahnya dari berbagai arah dan meluncur kemana-mana.Herman menembakan kuku-kukunya terus menerus namun, tembakannya selalu meleset. Herman terlihat amat kesal karena dia merasa tidak berguna bagi teman-temannya."Ak
Hening.Keadaan menjadi hening.Tidak ada seorang pun dari mereka yang bergerak sedikitpun.Jasad Roni masih terbaring disana.Kiki pun teringat kembali kenangan saat mereka berdua bertemu untuk pertama kalinya.Mereka berdua bertemu saat mereka berada di bangku SD. Saat itu Kiki merupakan anak yang sangat pemalu dan korbanbullyjuga. Suatu hari, Kiki sedang duduk di bangkunya menghindari kontak mata dengan siapapun karena takut dibully,seorang anak laki-laki menghampirinya.
Situ Buleud kini sudah berubah menjadi danau yang sangat luas. Alfi dan kawan-kawan sedang berdiri di atas gordeng ajaibnya yang telah berubah menjadi papan selancar.“Kartika! Herman!”Seru Alfi memeluk pinggang Herman dan Kartika dengan erat.”Ayo lompat!”Lanjutnya melompat bersama mereka berdua.Alfi menarik kembali gordeng ajaibnya dan melemparkannya kembali, gordeng itu melesat masuk dan keluar danau secara terus menerus membentuk pulau-pulau kecil di sekeliling Kiki. Gordeng itu terus seperti itu membentuk pulau-pulau kecil agar Alfi dan kawan-kawan bisa leluasa bergerak untuk mengalahkan Kiki.Alfi dan kawan-kawan pun mendarat di saah satu pulau kecil itu. Kartika pun langsung mencekik Alfi dengan kuat.
Gelap...Hening..6 sosok misterius itu tengah duduk di meja segi enam yang besar itu.“Sudah 3 orang telah dikalahkan.”Kata si jubah biru.“Kita harus melakukan sesuatu! Mereka sudah menghina kita!”Tambah si jubah merah emosi.“Dan ditambah lagi anggota baru mereka, Herman telah berhasil mendapatkan Ribonya. Dan kini dia sudah menjadi lebih kuat sampai dia dapat menembus kulit tebal Kiki.”
Langit malam tak berbintang bagaikan kehidupan yang hampa. Alfi tengah berdiri di puncak Pinto karena hari ini adalah gilirannya jaga malam. Suasana begitu hening.“Hei Pinto.”Kata Alfi mencoba mencairkan suasana.“Iya?”Balas Pinto.“Apa kau tidak lelah terbang terus?”Tanya Alfi.“Tentu saja tidak. Aku adalah mangkuk terbang yang diciptakan oleh Iru para leluhur yang sangat murni dan kuat, jadi aku tidak akan pernah kelelahan.”Jelas Pinto ramah.“Lalu, apa yang kau makan?&
“APA?! HARASA?!”Kartika terkejut mengetahui Alfi akhirnya memutuskan untuk menggunakan Harasa, senjata suci nomor 12. “Ada apa, Kartika? Apa itu Harasa?”Tanya Varz yang gelisah. “Ada 5 senjata suci yang sulit untuk dikendalikan. Senjata suci nomor 3: Duy-duy, senjata ini memerlukan kesedihan yang pedih agar bisa digunakan. Alfi dapat menggunakan Duy-duy karena masa lalunya yang kelam. Senjata suci nomor 6: Tipit, senjata ini memerlukan rasa cinta yang tulus agar dapat digunakan. Alfi dapat menggunakan Tipit karena cintanya yang tulus pada Megumi. Senjata suci nomor 9: Pelidi, senjata ini memerlukan kecerdasan yang tinggi agar bisa digunakan. Alfi bisa menggunakannya karena ia memang cerdas. Senjata suci nomor 10: Pukan, senjata ini memerlukan hati busuk dari si pengguna agar bisa dapat digunakan. Alfi dapat menggunakannya karena sifatnya yang memang sudah seperti seorang bajingan. Dan...” “Senjata suci nomor 12: Harasa,”Ucap Herman.
“Kenapa kalian melihatku seperti itu?”Tanyanya.Alfi, Koji dan Rian pun waspada. Mereka tahu bahwa orang ini bukanlah lawan yang bisa diremehkan. Kartika merasakan Iru yang amat mengerikan dalam diri orang itu."Kartika! Gawat! Dia adalah salah satu dari petinggi Waku-waku!"Cakra terdengar gelisah."Apa?! Gawat! Alfi belum berhasil menguasai senjata suci nomor 12. Mustahil baginya untuk dapat menandingi orang itu."Kartika pun menjadi cemas.Kartika melihat Varz dan Herman yang terlihat sudah terintimidasi oleh kehadiran orang itu. Itu saja sudah jelas bagi mereka bahwa orang itu merupakan ancaman besar bagi mereka semua. Ditambah lagi kondisi mereka sudah tidak prima lagi akibat pertarungan sebelumnya."Awan, Rian, Andos, dan sekarang orang ini. Dan aku bahkan tidak dapat mengalahkan salah satu dari mereka."Varz terlihat amat kesal.“Aku baru saja menyelamatkan nyawa orang itu. Kenapa kalian tega sek
"Aku menolongmu karena alasanmu untuk bertarung.""Apamaksudmu?""Kau bilang kau tidak peduli pada dunia ini, kan? Namun kau tidak berhenti dan terus maju. Kenapa?""Akuhanyainginterusbersamamereka.""Tepat sekali. Semua manusia itu munafik. Mereka mengatakan memiliki tujuan yang baik padahal itu hanyalah topeng untuk menyembunyikan tujuan busuk mereka. Tidak ada manusia yang memiliki hati yang murni dan aku membenci mereka yang selalu mencoba untuk menutup-nutupinya. Namun anda berbeda, Yang Mulia. Anda memiliki hati yang amat busuk namun anda tidak mencoba untuk menutup-nutupinya.""Apakah itu buruk? Aku tidak peduli apa yang orang lain pikirkan tentangku. Peduli setan kalau mereka membenciku atau berharap aku mati dan masuk Neraka.""Hahaha... Itulah yang saya sukai dalam diri anda, Yang Mulia. Keapatisan andalah yang membuat jiwa anda benar-benar bebas, namun amat busuk. Izinkan saya untuk menjadi sala
Gelap.Gelap.Gelap sekali.Pemuda pucat itu membuka matanya namundia merasa seperti menutup matanya. Dia tidak dapat melihat secercah cahaya pun. Dia tidak dapat menggerakkan tubuhnya. Ia merasa bahwa saat ini ia tengah diikat bagaikan seorang tahanan. Kedua tangan dan kakinya diikat dengan sesuatu yang bukan besi ataupun tali, namun daya cengkramannya kuat sekali."Apa yang baru saja terjadi?"Rian berusaha mengingat kembali pada apa yang terjadi sebelumnya.Dia ingat saat itu ia sedang berjalan di tempat parkir menuju kostan Koji. Tiba-tiba seseorang berjubah polkadot putih muncul di depan mereka dan menyerang mereka berdua dengan kekuatan yang amat luar biasa. Dia tidak bergerak sedikitpun, namun sekelilingnya langsung hancur bak diterpa angin topan. Koji berusaha melawan, namun ia bukanlah tandingan orang itu. Dia ingat bahwa orang itu menghantam tengkuk lehernya cukup keras sehingga ia kehilangan kesadaran. Ia tidak tahu apa yang t
Koji membuka kedua matanya. Kepalanya terasa berat sekali. Dia melihat sekelilingnya sudah porak poranda. Dia mencoba mengambil kacamatanya yang berada tidak jauh darinya.“Gawat, dia membawa Rian pergi.”Keluh Koji.Dia segera berdiri dan ia melihat sesuatu yang janggal pada kacamatanya. Mengapa kacamatnya bercahaya merah? Seingatnya, ia tidak pernah mengganti framenya. Koji pun mengambil kacamatanya dan tiba-tiba sosok gadis kecil merah muncul dari lensa kacamatanya.Koji terpana melihat sosok gadis kecil yang menatapnya dengan kebingungan itu.“Onii-chan?”Ucapnya.“Duh loli.”Ucap Koji gemas.Gadis kecil itu sangatlah imut dan mengemaskan seperti karakter anak perempuan usia 9 tahunan dalam anime yang selalu menjadi bahan doujin pasaran sebagai pelampiasan nafsu yang terrtahankan para wibu pedofil.“Onii-chan?”Ucapnya.Koji pun tersadar dari delusiny
“Alfi.”“Alfi...”“Alfi!”Alfi pun membuka keduamata. seorang bocah laki-laki berdiri tepat di samping ranjangnya.“Andos? Kenapa kamu ada di sini?”Tanya si Alfi kecil.“Kita main yuk! Mumpung masih liburan!”Seru Andos kecil riang.“Nggak mau, aku masih ngantuk.”Alfi pun menarik selimutnya.“AyolahAlfi. Tidak baik kalau kamu tidur terus.”Andos menarik-narik tubuh Alfi.“Nggak mau! Ayahku saja kerjaannyacuma tidur setiap hari Minggu!”“Itu kanayahmu,bukankamu.”“Akunggakmaumain.”“Ayolah Alfi.”Andos pun melompati tubuh Alfi.“Aw!”“Ayolah!”“Nggakmau!”Mereka berdua pun bergelut di kasur itu diiringi dengan teriakan-teria
Sebelum kujelaskan apa yang terjadi selanjutkan, ayo kita melompat pada apa yang sebenarnya ketiga orang sinting ini lakukan sebelumnya.Alfi, Koji , dan Rian tengah berada di suatu tempat di kawasan Pantai Pandawa. Dan siapa ketiga orang sinting yang tengah bertarung di bab selanjutnya? Tepat, itu hanya bayangan dari Jepitronnya. Rian menginstruksikan Alfi untuk memindahkan mereka bertiga ke suatu tempat dan membuat tiruan mereka bertiga sedang bertarung melalui telepati. Dan...“Setan!”Seru Koji.“Brengsek!”Seru Alfi.“Ampun!”Jerit Rian.Alfi dan Koji tengah menghajar Rian karena mereka kesal bahwa sebenarnya Rian hanyalah bermain-main dengan mereka selama ini.“Kalau kau memang tidak dicuci otak, kenapa kau harus membunuh Katon?! Dasar teman sialan!”Seru Koji terus menginjak-injak tubuh Rian.“Kau juga hampir membunuh teman-temanku! Dasar setan cacingan!&
Ruangan itu masihlah melekat dengan kesan mengerikan, gelap dan dingin. Tidak ada siapapun yang ingin bernaung di sana meskipun mereka harus. Keenam orang berjubah polkadot itu tengah duduk di kursi mereka masing-masing.“Jadi begitulah.”Ucap si jubah putih.“Kau tidak pernah mengecewakanku. Rupanya aku tidak salah mengangkatmu sebagai ahli strategi kita.”Ucap si jubah hitam.“Terima kasih, tuan.”Ucap si jubah putih.“Cih! Tidak perlu berbelit-belit! Kita bunuh saja mereka semua langsung!”Seru si jubah merah.“Tenanglah, kurasa dia benar. Kita perlu membuat sang Alfa bimbang sampai ia berputus asa.”Ucap si jubah kuning.“Memangnya kenapa?! Apa perlu kita menunggu selama ini hanya untuk melihat mereka membunuh anggota-anggota kita?! Apakah kau sudah lupa pada tujuan kita?!”Seru si jubah merah.“Diam!”Si jubah hi
Apa?Apa kauberharap aku akanmelanjutkanbagaimana pertarungan antara ketiga orang sinting itu? Oh, tentu saja aku akan menulisnya, namun sebaiknya kita rehat sejenak dan melihat bagaimana mereka bertiga bisa bertemu. Aku hanya tidak mau kesan komedi dalam kisah ini meMudar kok, walaupun aku sering kali memasukan jokes tidak jelas dalam setiap bab yang sedang kutulis. Baiklah, di bab ini aku akan menyuguhkan kisah pertemuan Alfi, Koji, dan Rian dan bagaimana mereka bertiga bisa menjadi sahabat karib.Kisah ini dimulai saat Alfi masih kuliah di Universitas Muda-Muda. Kenapa Muda-Muda? Karena Universitas Ora-ora ada di Jawa Tengah. Dan kenapa tidak kuplesetkan menjadi "Guda-Guda"? Itu karena kisah ini tidak disponsori oleh Type Moon. Tepatnya saat Alfi sudah berada di tingkat tiga. Di saat itu Alfi merupakan anggota dari organisasi SEES (Specialized English Extra Sect) dan dia sedang berada dalam acara orientasi anggota baru.Alfi ha