Berlari....
Alfi berlari...
Ia berlari sekuat tenaga dengan nafasnya yang sudah terengah-engah karena kelelahan.
“Ibu!”
“Ayah!”
“Bunga!”
“Anto!”
Seru Alfi terus berlari. Ia terus berteriak seperti itu sampai ia terjatuh.
Alfi berusaha berdiri lagi, namun ia tidak bisa. Dia tidak dapat menggerakan kedua kakinya. Alfi terlihat sangat ketakutan sampai air matanya keluar dari matanya yang sayu itu.
“Sial!”
Herman berada di ruang latihan sedang berlatih dengan menembak-nembakan kuku-kukunya pada boneka-boneka kayu yang meluncur ke arahnya dari berbagai arah dan meluncur kemana-mana.Herman menembakan kuku-kukunya terus menerus namun, tembakannya selalu meleset. Herman terlihat amat kesal karena dia merasa tidak berguna bagi teman-temannya."Ak
Hening.Keadaan menjadi hening.Tidak ada seorang pun dari mereka yang bergerak sedikitpun.Jasad Roni masih terbaring disana.Kiki pun teringat kembali kenangan saat mereka berdua bertemu untuk pertama kalinya.Mereka berdua bertemu saat mereka berada di bangku SD. Saat itu Kiki merupakan anak yang sangat pemalu dan korbanbullyjuga. Suatu hari, Kiki sedang duduk di bangkunya menghindari kontak mata dengan siapapun karena takut dibully,seorang anak laki-laki menghampirinya.
Situ Buleud kini sudah berubah menjadi danau yang sangat luas. Alfi dan kawan-kawan sedang berdiri di atas gordeng ajaibnya yang telah berubah menjadi papan selancar.“Kartika! Herman!”Seru Alfi memeluk pinggang Herman dan Kartika dengan erat.”Ayo lompat!”Lanjutnya melompat bersama mereka berdua.Alfi menarik kembali gordeng ajaibnya dan melemparkannya kembali, gordeng itu melesat masuk dan keluar danau secara terus menerus membentuk pulau-pulau kecil di sekeliling Kiki. Gordeng itu terus seperti itu membentuk pulau-pulau kecil agar Alfi dan kawan-kawan bisa leluasa bergerak untuk mengalahkan Kiki.Alfi dan kawan-kawan pun mendarat di saah satu pulau kecil itu. Kartika pun langsung mencekik Alfi dengan kuat.
Gelap...Hening..6 sosok misterius itu tengah duduk di meja segi enam yang besar itu.“Sudah 3 orang telah dikalahkan.”Kata si jubah biru.“Kita harus melakukan sesuatu! Mereka sudah menghina kita!”Tambah si jubah merah emosi.“Dan ditambah lagi anggota baru mereka, Herman telah berhasil mendapatkan Ribonya. Dan kini dia sudah menjadi lebih kuat sampai dia dapat menembus kulit tebal Kiki.”
Langit malam tak berbintang bagaikan kehidupan yang hampa. Alfi tengah berdiri di puncak Pinto karena hari ini adalah gilirannya jaga malam. Suasana begitu hening.“Hei Pinto.”Kata Alfi mencoba mencairkan suasana.“Iya?”Balas Pinto.“Apa kau tidak lelah terbang terus?”Tanya Alfi.“Tentu saja tidak. Aku adalah mangkuk terbang yang diciptakan oleh Iru para leluhur yang sangat murni dan kuat, jadi aku tidak akan pernah kelelahan.”Jelas Pinto ramah.“Lalu, apa yang kau makan?&
“Apa maksudmu?”Tanya Alfi keheranan.“Kau pasti sudah tahu kan? Waku-waku berencana untuk menyerang Bali kali ini dan aku yakin musuh yang menunggu kalian disana pastinya lebih kuat dari yang pernah kalian hadapi sebelumnya. Kami kemari untuk membantumu menghadapi mereka.”Jelas Koji mendekati Alfi.”Dan juga, aku mendapat kabar bahwa Rian ada disana.”Lanjut Koji.“Aku mengerti.”Kata Alfi singkat.Kartika, Herman dan anak buah Koji pun menghampiri mereka.“Apa semuanya baik-baik saja?”Tanya Koji.“Iya, kecuali Indra.”Kata si rancung membopong si kumis tipis kampr
Matahari yang terik sekali menyengat mereka berdua.Panas matahari seolah-olah membakar mereka berdua hingga keringat mereka terasa hangat.Tertutama Alfi yang keringatnya bercucuran sampai seluruh wajahnya basah.“Apa kau tidak kepanasan?”Tanya Wira.“Tidak.”Jawab Alfi singkat.“Apa kau tahu barang apa yang penting dibawa saat kau pergi ke pantai?”Tanya Wira.“Baju renang dan bikini?”Balas Alfi singkat.“Apa isi kepalamu itu cuma hal-hal seperti itu saja kah?”Tanya Wira kesal.
Pemuda itu masih memasang tatapan dinginnya pada Alfi. Alfi merasa ada sesuatu yang aneh pada orang ini. Tatapannya benar-benar dingin seolah-olah ia adalah gambaran nyata dari apa yang kita kenal dengan kematian. Alfi merasa dirinya terintimidasi oleh tatapan dingin itu. Ia tidak dapat mengucapkan sepatah kata apapun, padahal dia memiliki mulut yang bawelnya minta ampun. Aku merasa puas aku dapat menutup mulut sialannya itu. Baiklah, kita kembali lagi, Alfi juga merasa benar-benar tertekan oleh kehadiran pemuda itu. Apakah ini yang disebut cinta?"Woi!"Seru Alfi padaku."Ada apa?" Tanyaku. "Apa kau tidak bisa lihat aku sedang sibuk menulis narasi setelah sekian lama hiatus?" Lanjutku."Kau b
“APA?! HARASA?!”Kartika terkejut mengetahui Alfi akhirnya memutuskan untuk menggunakan Harasa, senjata suci nomor 12. “Ada apa, Kartika? Apa itu Harasa?”Tanya Varz yang gelisah. “Ada 5 senjata suci yang sulit untuk dikendalikan. Senjata suci nomor 3: Duy-duy, senjata ini memerlukan kesedihan yang pedih agar bisa digunakan. Alfi dapat menggunakan Duy-duy karena masa lalunya yang kelam. Senjata suci nomor 6: Tipit, senjata ini memerlukan rasa cinta yang tulus agar dapat digunakan. Alfi dapat menggunakan Tipit karena cintanya yang tulus pada Megumi. Senjata suci nomor 9: Pelidi, senjata ini memerlukan kecerdasan yang tinggi agar bisa digunakan. Alfi bisa menggunakannya karena ia memang cerdas. Senjata suci nomor 10: Pukan, senjata ini memerlukan hati busuk dari si pengguna agar bisa dapat digunakan. Alfi dapat menggunakannya karena sifatnya yang memang sudah seperti seorang bajingan. Dan...” “Senjata suci nomor 12: Harasa,”Ucap Herman.
“Kenapa kalian melihatku seperti itu?”Tanyanya.Alfi, Koji dan Rian pun waspada. Mereka tahu bahwa orang ini bukanlah lawan yang bisa diremehkan. Kartika merasakan Iru yang amat mengerikan dalam diri orang itu."Kartika! Gawat! Dia adalah salah satu dari petinggi Waku-waku!"Cakra terdengar gelisah."Apa?! Gawat! Alfi belum berhasil menguasai senjata suci nomor 12. Mustahil baginya untuk dapat menandingi orang itu."Kartika pun menjadi cemas.Kartika melihat Varz dan Herman yang terlihat sudah terintimidasi oleh kehadiran orang itu. Itu saja sudah jelas bagi mereka bahwa orang itu merupakan ancaman besar bagi mereka semua. Ditambah lagi kondisi mereka sudah tidak prima lagi akibat pertarungan sebelumnya."Awan, Rian, Andos, dan sekarang orang ini. Dan aku bahkan tidak dapat mengalahkan salah satu dari mereka."Varz terlihat amat kesal.“Aku baru saja menyelamatkan nyawa orang itu. Kenapa kalian tega sek
"Aku menolongmu karena alasanmu untuk bertarung.""Apamaksudmu?""Kau bilang kau tidak peduli pada dunia ini, kan? Namun kau tidak berhenti dan terus maju. Kenapa?""Akuhanyainginterusbersamamereka.""Tepat sekali. Semua manusia itu munafik. Mereka mengatakan memiliki tujuan yang baik padahal itu hanyalah topeng untuk menyembunyikan tujuan busuk mereka. Tidak ada manusia yang memiliki hati yang murni dan aku membenci mereka yang selalu mencoba untuk menutup-nutupinya. Namun anda berbeda, Yang Mulia. Anda memiliki hati yang amat busuk namun anda tidak mencoba untuk menutup-nutupinya.""Apakah itu buruk? Aku tidak peduli apa yang orang lain pikirkan tentangku. Peduli setan kalau mereka membenciku atau berharap aku mati dan masuk Neraka.""Hahaha... Itulah yang saya sukai dalam diri anda, Yang Mulia. Keapatisan andalah yang membuat jiwa anda benar-benar bebas, namun amat busuk. Izinkan saya untuk menjadi sala
Gelap.Gelap.Gelap sekali.Pemuda pucat itu membuka matanya namundia merasa seperti menutup matanya. Dia tidak dapat melihat secercah cahaya pun. Dia tidak dapat menggerakkan tubuhnya. Ia merasa bahwa saat ini ia tengah diikat bagaikan seorang tahanan. Kedua tangan dan kakinya diikat dengan sesuatu yang bukan besi ataupun tali, namun daya cengkramannya kuat sekali."Apa yang baru saja terjadi?"Rian berusaha mengingat kembali pada apa yang terjadi sebelumnya.Dia ingat saat itu ia sedang berjalan di tempat parkir menuju kostan Koji. Tiba-tiba seseorang berjubah polkadot putih muncul di depan mereka dan menyerang mereka berdua dengan kekuatan yang amat luar biasa. Dia tidak bergerak sedikitpun, namun sekelilingnya langsung hancur bak diterpa angin topan. Koji berusaha melawan, namun ia bukanlah tandingan orang itu. Dia ingat bahwa orang itu menghantam tengkuk lehernya cukup keras sehingga ia kehilangan kesadaran. Ia tidak tahu apa yang t
Koji membuka kedua matanya. Kepalanya terasa berat sekali. Dia melihat sekelilingnya sudah porak poranda. Dia mencoba mengambil kacamatanya yang berada tidak jauh darinya.“Gawat, dia membawa Rian pergi.”Keluh Koji.Dia segera berdiri dan ia melihat sesuatu yang janggal pada kacamatanya. Mengapa kacamatnya bercahaya merah? Seingatnya, ia tidak pernah mengganti framenya. Koji pun mengambil kacamatanya dan tiba-tiba sosok gadis kecil merah muncul dari lensa kacamatanya.Koji terpana melihat sosok gadis kecil yang menatapnya dengan kebingungan itu.“Onii-chan?”Ucapnya.“Duh loli.”Ucap Koji gemas.Gadis kecil itu sangatlah imut dan mengemaskan seperti karakter anak perempuan usia 9 tahunan dalam anime yang selalu menjadi bahan doujin pasaran sebagai pelampiasan nafsu yang terrtahankan para wibu pedofil.“Onii-chan?”Ucapnya.Koji pun tersadar dari delusiny
“Alfi.”“Alfi...”“Alfi!”Alfi pun membuka keduamata. seorang bocah laki-laki berdiri tepat di samping ranjangnya.“Andos? Kenapa kamu ada di sini?”Tanya si Alfi kecil.“Kita main yuk! Mumpung masih liburan!”Seru Andos kecil riang.“Nggak mau, aku masih ngantuk.”Alfi pun menarik selimutnya.“AyolahAlfi. Tidak baik kalau kamu tidur terus.”Andos menarik-narik tubuh Alfi.“Nggak mau! Ayahku saja kerjaannyacuma tidur setiap hari Minggu!”“Itu kanayahmu,bukankamu.”“Akunggakmaumain.”“Ayolah Alfi.”Andos pun melompati tubuh Alfi.“Aw!”“Ayolah!”“Nggakmau!”Mereka berdua pun bergelut di kasur itu diiringi dengan teriakan-teria
Sebelum kujelaskan apa yang terjadi selanjutkan, ayo kita melompat pada apa yang sebenarnya ketiga orang sinting ini lakukan sebelumnya.Alfi, Koji , dan Rian tengah berada di suatu tempat di kawasan Pantai Pandawa. Dan siapa ketiga orang sinting yang tengah bertarung di bab selanjutnya? Tepat, itu hanya bayangan dari Jepitronnya. Rian menginstruksikan Alfi untuk memindahkan mereka bertiga ke suatu tempat dan membuat tiruan mereka bertiga sedang bertarung melalui telepati. Dan...“Setan!”Seru Koji.“Brengsek!”Seru Alfi.“Ampun!”Jerit Rian.Alfi dan Koji tengah menghajar Rian karena mereka kesal bahwa sebenarnya Rian hanyalah bermain-main dengan mereka selama ini.“Kalau kau memang tidak dicuci otak, kenapa kau harus membunuh Katon?! Dasar teman sialan!”Seru Koji terus menginjak-injak tubuh Rian.“Kau juga hampir membunuh teman-temanku! Dasar setan cacingan!&
Ruangan itu masihlah melekat dengan kesan mengerikan, gelap dan dingin. Tidak ada siapapun yang ingin bernaung di sana meskipun mereka harus. Keenam orang berjubah polkadot itu tengah duduk di kursi mereka masing-masing.“Jadi begitulah.”Ucap si jubah putih.“Kau tidak pernah mengecewakanku. Rupanya aku tidak salah mengangkatmu sebagai ahli strategi kita.”Ucap si jubah hitam.“Terima kasih, tuan.”Ucap si jubah putih.“Cih! Tidak perlu berbelit-belit! Kita bunuh saja mereka semua langsung!”Seru si jubah merah.“Tenanglah, kurasa dia benar. Kita perlu membuat sang Alfa bimbang sampai ia berputus asa.”Ucap si jubah kuning.“Memangnya kenapa?! Apa perlu kita menunggu selama ini hanya untuk melihat mereka membunuh anggota-anggota kita?! Apakah kau sudah lupa pada tujuan kita?!”Seru si jubah merah.“Diam!”Si jubah hi
Apa?Apa kauberharap aku akanmelanjutkanbagaimana pertarungan antara ketiga orang sinting itu? Oh, tentu saja aku akan menulisnya, namun sebaiknya kita rehat sejenak dan melihat bagaimana mereka bertiga bisa bertemu. Aku hanya tidak mau kesan komedi dalam kisah ini meMudar kok, walaupun aku sering kali memasukan jokes tidak jelas dalam setiap bab yang sedang kutulis. Baiklah, di bab ini aku akan menyuguhkan kisah pertemuan Alfi, Koji, dan Rian dan bagaimana mereka bertiga bisa menjadi sahabat karib.Kisah ini dimulai saat Alfi masih kuliah di Universitas Muda-Muda. Kenapa Muda-Muda? Karena Universitas Ora-ora ada di Jawa Tengah. Dan kenapa tidak kuplesetkan menjadi "Guda-Guda"? Itu karena kisah ini tidak disponsori oleh Type Moon. Tepatnya saat Alfi sudah berada di tingkat tiga. Di saat itu Alfi merupakan anggota dari organisasi SEES (Specialized English Extra Sect) dan dia sedang berada dalam acara orientasi anggota baru.Alfi ha