“Tolong? Tolong apa? Apa maksudmu?” Tanya Alfi tidak percaya.
“Kamu adalah Alfa! Sang penyelamat dunia yang sudah kucari selama ini!” Jelas Kartika.
Alfi masih merasa bingung pada apa yang terjadi sebenarnya. Alfi pun mencopot kancing jaketnya Dan menanggalkannya, Kali ini ia hanya berbalut kaos putih saja (tenang, celananya masih terpasang kok.)
Alfi pun mencoba menghela nafasnya dan ia pun bertanya pada Kartika yang masih menundukan kepalanya pada Alfi. ”Apa maksudmu? Tolong jelaskan padaku!”
“Angkat kepalamu Kartika, jelaskan padaku apa yang sebenarnya terjadi!” Tambahnya.
Kartika pun mengangkat kepalanya dan kembali duduk di depan Alfi. Kartika masih tidak percaya pada apa yang dia lihat tadi. Kartika pun segera mengambil cangkir di depannya dan meneguk air di dalamnya berusaha menenagkan dirinya.
“Begini....” Ucap Kartika meletakkan cangkirnya kembali. ”Terdapat ramalan dari para leluhur, konon, berabad - abad + puluhan tahun yang lalu....”
"Ini pasti ulah si penulis sialan itu." Pikir Alfi dalam benaknya kesal.
“Dikatakan bahwa negara kita akan dilanda peristiwa besar. Semua orang tak berdosa dan berpahala akan terbunuh tanpa ampun.” Jelas Kartika
“Tunggu.” Potong Alfi. ”Kau bilang aku adalah penyelamat dunia, tapi kenapa yang diserang cuma Indonesia?” Lanjut Alfi
“Mereka menyerang Indonesia untuk menguasai sumber daya alamnya yang kaya untuk membuat senjata pemusnah masal. Tapi, tidak ada informasi mengenai apa yang mereka cari.” Jelas Kartika
“Apa kita dijajah Belanda lagi?” Tanya Alfi
“Tidak.” Balas Kartika singkat.
“Baik, lanjutkan.” Balas Alfi.
“Juga, dikatakan bahwa dalang dibalik peristiwa itu adalah kelompok berjubah polkadot yang bertujuan membangun negeri impian mereka sendiri.” Jelas Kartika.
“Bentar, berjubah polkadot? Musuh yang aneh.” Potong Alfi bingung.
“Kau juga aneh.” Balas Kartika santai.
Alfi pun terdiam kesal.
“Lalu.” Sambung Kartika. ”Orang yang dapat mengalahkan mereka adalah hanyalah kau Alfi, seorang pemuda aneh yang menggunakan gelang besi sebagai senjatanya. Takdirmu adalah melindungi dunia ini.” Jelas Kartika.
“Maksudmu gelangku ini?!” Kata Alfi menunjuk gelang yang ia kenakan di lengan kanannya. ”Gelang ini sangat berharga bagiku. Tidak mungkin aku akan menjadikannya senjataku! Jangan main-main kau! Megumi sangatlah penting dalam hidupku!” Lanjut Alfi mengelus gelangnya dan menciumnya dengan lembut dan penuh cinta.
“Menjijikkan.” Kata Kartika jijik. “Aku mulai cemas karena musuh kita sudah mulai beraksi.” Lanjutnya serius.
“Bagaimana kau tahu?” Tanya Alfi mulai tertarik.
“Kau tidak lihat apa? Banyak kasus korupsi, separatis, perpecahan antar sesama dan lainnya? Merekalah pelakunya! Mereka menggunakan kekuatan mereka untuk mengendalikan pikiran orang lain dan menyuruh mereka sesuai kehendak mereka.” Jelas Kartika.
“Tapi, bagaimana caranya aku mengalahkan mereka? Bagaimana aku bisa menyelamatkan dunia kalau aku sendiri tidak tahu kekuatanku sendiri?” Tanya Alfi.
“Apa kau ingat cahaya yang muncul dari gelangmu saat kau mencoba menyelamatkanku?” Tanya Kartika.
“Iya.” Balas Alfi.
“Itulah kekuatanmu. Gelangmu adalah sumber kekuatanmu atau disebut juga Jowa. Jowa adalah benda yang amat berharga dalam hidup seseorang yang telah dialiri imajinasi liar pemiliknya, semakin berarti benda itu bagi hidup seseorang, semakin banyak juga kekuatan yang benda itu miliki, semakin liar pikiran seseorang, semakin kuat juga kekuatannya.” Jelas Kartika.
Alfi memperhatikan penjelasan Kartika dengan sungguh-sungguh.
“Kekuatanku muncul dari kalung ini.” Jelas Kartika memegang erat kalung permata birunya. ”Kalung ini sudah berusia ribuan tahun dan diwariskan secara turun-temurun pada generasi terpilih.” Lanjutnya.
Alfi pun mengelus gelangnya dengan lembut.
“Pengguna kekuatan ini harus memiliki imajinasi yang diatas rata-rata orang biasa. Dia harus melewati tahapan-tahapan khusus yaitu, dia harus merasakan kebahagiaan abadi, kesedihan abadi, kebencian abadi, cinta abadi dan keputusasaan yang amat gelap.” Jelas Kartika. ”Kurasa kau sudah melewati semua tahapan itu tapi sayangnya, kau belum bisa mengendalikannya.” Tambahnya
“Begitulah....” Kata Alfi singkat. ”Aku sudah merasakan banyak penderitaan yang tiada habisnya. Awalnya aku berencana untuk pergi tanpa tujuan, aku juga tidak peduli pada apa yang akan terjadi padaku.” Lanjutnya.
Kartika terlihat agak sedih.
Begitu juga Alfi.
“Kalau aku boleh tahu...” Ucap Kartika. ”Apa yang membuatmu berpikir seperti itu?” Tanya Kartika.
“Anggap saja, aku sudah tidak punya alasan untuk hidup di dunia ini lagi.” Jelas Alfi.
Kartika pun terdiam, dia terlihat sedih.
Tiba-tiba Alfi menepuk ubun-ubun Kartika dengan lembut. ”Tapi tenang, aku tahu kau sudah susah payah mencariku. Maaf kalau aku sudah merepotkan keluargamu. Aku janji aku akan hidup lebih lama lagi untuk menyelesaikan tugasku ini.” Kata Alfi lembut mengelus rambut Kartika dengan lembut.
Kartika pun mulai berlinangan air mata.
“Kenapa kau menangis?” Tanya Alfi lembut.
“Kamu ngomong apa sih?!” Tanya Kartika kesal menampar lengan Alfi yang tengah asik mengelus rambutnya,
Kartika pun mengusap air matanya yang jatuh. ”Kalau kamu nggak mau, nggak apa-apa kok. Kamu boleh pergi sampai kau mati. Aku saja sudah cukup untuk mengalahkan mereka.” Kata Kartika judes.
Alfi pun tertawa geli dan tersenyum sambil mengelus rambut Kartika dengan lembut.
“Apa?!” Gertak Kartika.
“Maaf saja, aku tidak sudah tidak tertarik lagi. Terima kasih ya.” Kata Alfi tersenyum padanya.
“Untuk apa?” Tanya Kartika judes.
“Untuk memberiku alasan baru untuk hidup di dunia ini.” Jawab Alfi tersenyum pada Kartika.
Wajah Kartika pun memerah sampai ia tidak bisa berkata apa-apa lagi. Begitu juga Alfi.
Alfi pun menghela nafasnya dan berkata. ”ngomong-ngomong, apa nama kekuatan ini?”
“Doki-doki” Jawab Kartika singkat.
“Apa?!! Doki-doki?!” Seru Alfi tidak percaya.
“Iya, memangnya kenapa?” Tanya Kartika santai.
“memangnya nggak ada nama yang lebih aneh dari itu apa?!!” Seru Alfi kesal.
“Itu nama aneh yang cocok sekali dengan orang aneh sepertimu. Lagian, para leluhurlah yang menamainya. Doki-doki menurut bahasa kuno(jangan anggap serius, ini hanya karanganku saja), artinya sesuatu yang meluap-luap terus menerus. Doki-doki adalah kebanggaan kami! Dan kaulah pemimpin kami! Kelompok kecil yang akan menyelamatkan dunia bernama Wibu yang dipimpin oleh orang yang amat aneh.” Jelas Kartika judes.
“Aku bukan orang aneh! Lagian, kenapa namanya harus Wibu(orang yang sok jepang, hobinya nonton anime, koleksi figurin, nonton hentai, dll, dijepang disebut otaku dan mereka dianggap sampah, bayangin aja seberapa hinanya menjadi seorang Wibu.)? Doki-doki aja udah aneh, ini ditambah Wibu pula. Dasar leluhur aneh!” Seru Alfi kesal.
“Para leluhur tidak aneh kok, yang aneh itu kamu!” Sindir Kartika.
“Hei penulis! Kenapa kau buat cerita seperti ini?!!!” Teriak Alfi kesal.
“Tuh kan kamu ngomong sendiri lagi. Dasar aneh.” Sindir Kartika.
“Aku bukan orang aneh!” Seru Alfi kesal.
Dan kedua orang aneh ini terus bertengkar karena masalah yang amat tidak penting. Tiba-tiba terdengar suara ledakan yang sangat keras sehingga membuat ruangan bergoyang-goyang namun syukurlah, mereka baik-baik saja.
“Tadi itu apa?!” Tanya Alfi terkejut.
“Sebentar!” Seru Kartika melepaskan kalungnya dan menekan permata biru ditengah kalung itu.
Terlihat Gedung Sate yang bentuknya sudah berubah. Dinding-dindingnya berubah menjadi daging bakar, sepertinya itu campuran daging ayam dan daging kambing. Hmm, aku jadi lapar...
“Tidak mungkin! Kelompok jubah polkadot! Mereka menyerang Gedung Sate!” Seru Kartika terkejut.
“Gedung itu benar-benar terlihat seperti setumpuk daging sate. Aku lapar.” Kata Alfi mengelus perutnya yang keroncongan.
“Dasar bodoh! Kita harus menghentikannya segera!” Seru Kartika panik menancapkan permata kalungnya ke tengah karpet, tepat di tengah motifnya.
Lalu, tiba-tiba muncullah sebuah mangkuk ayam jago yang sangat besar bak sebuah gunung dengan ornamen kepala ayam jago di depannya dan ekor ayam yang besar dan lebat dibelakangnya.
“Ayo naik Alfi.” Ajak Kartika berlari menembus masuk ke mangkuk besar itu.
Alfi masih terdiam terpukau pada apa yang ia lihat saat ini.
“Ayo Alfi! Kita harus cepat pergi ke sana.” Seru Kartika menembus keluar dari mangkuk itu.
“Keren sekali!!!!” Seru Alfi kagum. ”Hei, apa kita bisa mengecat kepala ayam itu? Aku ingin menjadikannya kepala elang!” Lanjutnya girang.
“Siapa yang ingin kau cat?!!” Hardik kepala ayam itu.
“Keren! Dia bisa bicara juga rupanya!” Seru Alfi kagum.
“Tentu saja aku bisa bicara dasar manusia rendahan!” Hardik kepala ayam itu.
“Hei, bolehkah aku memanggilmu Pinto?” Tanya Alfi riang.
“Dia ini ayam bukan kuda! Ayo cepat naik, dasar aneh!” Seru Kartika kesal.
“Pinto? Hehehe, aku suka nama itu!” Kata kepala ayam itu cengengesan.
“Namamu Alfi kan? Masuklah seperti Kartika memasukiku tadi!” Lanjutnya mempersilahkan Alfi masuk.
“Ok Pinto!” Jawab Alfi bersemangat meraih jaketnya, mengenakannya seperti biasa (yang sebelah kiri dipake, yang kanan kagak) dan berlari masuk menembus kedalam mangkuk itu.
"Aku baru tahu kalau ayam ini sama bodohnya dengan orang ini." Pikir Kartika menggerutu.
Saat Alfi sudah memasuki Pinto. Ia tidak percaya pada apa yang ia lihat. Ia berada di ruangan yang sangat luas. Di sebelah kirinya ada lift, di sebelah kanannya ada restoran bintang 5 dan didepannya ada front office dimana 2 resepsionis cantik berdiri dengan senyuman indah diwajah mereka.
“Apa kau terkejut?” Tanya Kartika ramah.
“Luar biasa! Ini benar-benar keren!” Seru Alfi kagum (norak).
“Ini adalah salah satu kemampuan dari Doki-doki. Kau dapat menggunakan Irumu untuk membayangkan suatu benda dan memunculkannya didepanmu dalam sekejap mata. Cara masuk, bentuk fisik, fasilitas dan yang lainnya juga pasti dapat terjadi sesuai kehendakmu. Kau tahu, Pinto memiliki 50 lantai, 5000000 kamar, kolam renang, restoran bintang 5 dan basement. Dan tiap kamar dapat menyesuaikan dengan apa yang orang itu inginkan. Bayangkanlah Game Master sebelum masuk kamar dan kau akan melihat Game Master di balik pintunya.” Jelas Kartika.
“Iru?” Tanya Alfi.
“Itu adalah cahaya yang dihasilkan dari Jowa. Seperti saat kau mencoba menyelamatkanku.” Jawab Kartika.
“Benar-benar kekuatan yang luar biasa.” Kata Alfi kagum.
“Benar!” Kata Kartika senang. “Ayo kita check in dulu.” Lanjutnya.
“Check ini?!!! Maksudmu kita akan.....” Seru Alfi bersemangat.
Kartika pun memukul kepala Alfi.
“Tentu saja tidak dasar bodoh.” Kata Kartika kesal.
“Aku nggak bawa uang loh.” Kata Alfi menunjukkan dompetnya yang tipis.
“Kamu nggak perlu bayar sepeserpun kok. Tulis saja namamu di daftar tamu.” Kata Kartika.
Alfi pun menulis namanya di daftar tamu.
“Dengan menulis namamu di daftar tamu, kamu sudah terdaftar di asuransi Doki-doki yang berarti, jika kamu mau, kekuatanmu bisa diturunkan pada keturunanmu.” Jelas Kartika.
“Bagaimana kalau aku tidak menikah?” Tanya Alfi. ”Aku sudah menikahi Megumi.” Tambahnya.
“Dasar bodoh.” Kata Kartika kesal berjalan ke lift.
Alfi pun mengikutinya.
“Ngomong-ngomong Kartika...” Terdengar suara Pinto. ”Siapa orang ini?” Tanya Pinto.
“Oh maaf, aku lupa memperkenalkannya padamu. Dia adalah Alfa.” Jawab Kartika memperkenalkan Alfi pada Pinto.
“Apa?! Yang mulia Alfa?!” Seru Pinto terkejut.
“Begitulah.” Kata Alfi singkat.
“Pantas saja kami cepat akrab.” Kata Pinto tertawa kecil.
“Maksudnya?” Tanya Alfi penasaran.
“Pinto sudah bersama keluargaku sejak generasi pertama. Pinto hanya dapat berteman dengan orang-orang yang memiliki hati yang suci.” Jelas Kartika.
“Begitulah, hanya Kartika lah yang tersisa. Hanya dia yang dapat memanggilku untuk mencari anda, Yang mulia.” Tambah Pinto.
Kartika pun terlihat murung. Alfi memperhatikannya. Kartika pun memegang erat permata di kalungnya.
“Kartika...” Ucap Alfi. ”Maafkan aku.” Lanjutnya canggung.
Kartika hanya tersenyum pada Alfi dan menarik Alfi ke atas Pinto. Mereka berdua berjalan ke selusur terdekat menikmati pemandangan kota di malam hari yang dihiasi cahaya rembulan.
“Alfi.” Ucap Kartika.
“Ya?” Balas Alfi.
“Ayo kita lihat kekuatanmu.” Kata Kartika.
“Ok, tapi bagaimana caranya?” Tanya Alfi.
“Sentuhlah gelangmu dengan penuh perasaan.” Jelas Kartika.
Alfi pun mengikuti petunjuk Kartika. Ia menyentuh gelangnya dengan erat.
“Bayangkan kenanganmu yang berharga, kenanganmu yang menyenangkan, kenanganmu yang menyedihkan dan kenanganmu yang menyakitkan.” Jelas Kartika.
Alfi pun mencoba mengingatnya secara bergantian sampai ia menitikkan air mata. Dibenaknya terlihat dirinya berdiri di kegelapan tanpa siapapun di sekitarnya. Yang bisa ia dengar hanyalah suara seseorang mengatakan "Kenapa kau hidup di dunia ini?" Batin Alfi pun berteriak histeris bagaikan ia sedang disiksa tanpa ampun.
Tiba-tiba terlihat secercah cahaya muncul dari gelang itu. Alfi perlahan membuka matanya dan terkejut dengan apa yang muncul dari gelangnya itu.
Terlihat sesosok wanita cantik seukuran jari telunjuk berdiri di atas gelangnya.
Dia benar-benar cantik. Dia mengenakan dress merah yang anggun, dia memiliki rambut pirang dan dikucir 2 dan kulitnya putih mulus.
“Halo Alfi.” Sapa wanita itu hangat.
Alfi pun menitikkan air matanya.
“Me....gu...mi?? I...itu kau kan Megumi? Megumiku yang cantik.” Kata Alfi terkejut.
“Iya sayang.” Jawabnya hangat tersenyum padanya.
Megumi melompat dari gelang itu dan membesarkan dirinya menjadi setinggi Alfi.
Alfi pun memeluk Megumi dengan erat sambil menangis tersedu-sedu. Megumi pun membalas pelukan itu dengan memeluk Alfi dengan erat juga.
"Hidupnya pasti sangat menyedihkan." Ucap benak Kartika iba.
“Kita sudah sampai!” Seru Pinto.
“Cepat sekali!” Seru Alfi masih memeluk Megumi.
“Lihat!” Seru Kartika menunjuk seseorang berjubah polkadot di depan Gedung Sate.
Alfi pun melihat orang itu dan berkata. ”Siapa itu?”
“Dia itu musuh kita.” Kata Kartika.
“Musuh macam apa itu?!” Seru Alfi tidak percaya.
“Kan sudah kubilang, seaneh dirimu.” Balas Kartika judes. ”Ayo kita turun.” Ajak Kartika.
“Baik.” Kata Alfi mencoba melompat dari selusur.
“Tunggu!” Cegah Pinto. ”Biar aku yang menurunkan kalian.” Lanjutnya mengeluarkan cahaya dari paruhnya dan cahaya itu menangkap Alfi dan Kartika (Megumi sudah masuk ke gelang Alfi, dasar bodoh) dan mengirim mereka ke bawah.
Alfi dan Kartika pun berlari mendekati sosok aneh itu.
“Siapa kamu?!” Bentak Kartika pada sosok aneh itu.
Sosok itu pun menanggalkan jubahnya. Setelah ia menanggalkannya terlihat sosok seorang bapak-bapak tambun, berkumis tebal dan mengenakan pakaian merah putih khas Madura.
“Orang Madura?” Ucap Alfi heran.
“Bangunan ini harusnya ada di Madura! Kenapa malah ada di Bandung?!” Seru orang itu dengan suara khas Maduranya.
“Iya, aku setuju.” Kata Alfi setuju.
“Kenapa kamu malah setuju?!” Seru Kartika kesal.
“Aku juga sudah heran sejak aku kecil, kenapa namanya Gedung Sate? Ini kan bukan restoran sate. Terus, gunanya gedung ini apa coba?” Jelas Alfi.
“Ya, benar tuh!” Tambah orang itu.
“Hei om! Apa aku boleh minta satenya? Aku lapar.” Pinta Alfi mengelus perutnya.
“Tentu, tentu! Mau sate apa? Bumbunya apa?” Tawar orang itu ramah.
“Sate ayam, bumbu kacang, pake kecap dan bakar dengan lontong ya. Oh, jangan lupa tambah nasi kecap juga ya om!” Kata Alfi memesan dengan bersemangat.
“Ok! Panggil saja aku Taye(cara bacanya biasa aja, bukan seperti bahasa Madura kok, maksudku, eh, lupakan) ya.” Balasnya mengayunkan kipas satenya ke udara dan turunlah seporsi sate pesanan Alfi ke kedua tangannya.
“Keren!!!” Seru Alfi kagum.
“Ah, biasa aja kok.” Kata Taye sombong.
“Hei Megumi! Kamu coba deh! Ini lebih enak daripada yang di depan rumah loh!” Ajak Alfi pada Megumi.
“Suapin.” Kata Megumi manja.
“Aaaaa.” Kata Alfi menyuapi Megumi.
“Oh, jadi kau juga pengguna Doki-doki ya?” Tanya Taye.
“Iya, om Taye juga pengguna Doki-doki kan?” Jawab Alfi. ”Om hebat sekali bisa menggunakan Doki-doki untuk membuat sate seenak ini!” Lanjutnya kagum.
“Ah jadi malu.” Kata Taye tersipu malu.
2 orang aneh itu pun tengah asik mengobrol di depan gedung "sate" itu. Kartika dan Pinto pun kebingungan pada apa yang terjadi.
“Ternyata benar, pengguna Doki-doki adalah orang aneh.” Kata Kartika kesal.
“Iya, terutama Yang mulia Alfi.” Tambah Pinto. ”Termasuk kamu juga sih, Kartika.” Tambahnya menggoda Kartika.
Kartika terlihat kesal.
“Alfi! Cepat habisi dia!” Seru Kartika pada Alfi dengan suara yang keras.
“Tunggu dulu lah Kartika, aku belum selesai nih.” Kata Alfi dengan daging sate memenuhi mulutnya buru-buru menyantap satenya.
Tiba-tiba terlihat beberapa tusuk sate raksasa jatuh dari langit mengarah pada Alfi. Untungnya Alfi berhasil menghindarinya.
“Hei, apa-apaan sih om?! Sateku jadi jatuh nih!” Seru Alfi kesal.
“Jadi kau yang disebut Alfa itu kan? Si pemimpin kelompok Wibu?” Tanya Taye dengan nada yang berbeda dari biasanya.
“Iya.” Balas Alfi singkat.
“Kalau begitu, aku harus membunuhmu.” Seru Taye ”Arang!” Seru Taye menembakkan arang panas ke arah Alfi.
Alfi berhasil menghindarinya namun Taye terus menembakkan arang-arang itu secara membabi buta. Alfi pun berlari panik berusaha menghindari arang-arang itu.
“Kartika! Bagaimana caranya aku melawannya?” Seru Alfi panik.
“Gunakan gelangmu!” Seru Kartika.
“Aku tidak mau merusaknya. Aku mencintai gelang ini sama halnya aku mencintai Megumi.” Seru Alfi kesal.
“Siapa yang bilang kamu harus merusaknya?! Kamu tinggal mengingat hal yang membuat gelang itu berharga bagimu, dan saat gelangmu bercahaya, Bayangkan sesuatu untuk menyerangnya!” Jelas Kartika.
“Tunggu, kalau ini adu imajinasi, bagaimana aku bisa menang? Pasti kedua belah pihak bisa membayangkan cara menyerang dan bertahan kan?” Seru Alfi.
“Kau hanya perlu menghancurkan Jowanya.” Seru Kartika.
“Jowanya dimana?!” Seru Alfi panik karena jumlah arang-arang yang mengarahnya makin banyak dan meluncur makin cepat juga.
“Jowanya adalah...” Sesaat Kartika hendak memberitahu Alfi letak Jowa Taye, tiba-tiba Kartika terkurung dalam setusuk sate raksasa.
“Kartika!” Seru Alfi terkejut melihatnya.
Tiba-tiba arang-arang itu menghantam Alfi sampai ia terjatuh kesakitan.
“Yang mulia! Kartika!” Seru Pinto yang sudah melayang di udara.
“Alfi!!!!” Seru Megumi. ”Bangun Alfi! Cepat!” Serunya.
“Berisik!” Hardik Taye melangkah mendekati Alfi. ”Menyedihkan! Ternyata legenda itu hanya omong kosong belaka! Apanya yang penyelamat dunia? Ternyata hanya bocah tidak berguna. Berani sekali kau melawan kami, kelompok Waku-waku!” Hina Taye.
“Nama yang aneh.” Kata Alfi menahan rasa sakit.
“Berisik!.” Seru Taye menendang Alfi sampai ia terguling. ”Sayang sekali, kau dan pacarmu itu akan menjadi patung selamat datang di istanaku ini. Selamat tinggal. Yang mulia Alfa.” Lanjutnya melemparkan arang panas pada Alfi, tiba-tiba Alfi lenyap dan menyerang balik dengan memukul kepala Taye dengan lengannya yang membesar dibalut Irunya yang merupakan cahaya berwarna perak. Alfi meninjunya dengan keras sampai kepalanya menembus tanah.
Alfi berdiri tegak di belakang Taye yang berusaha mengeluarkan kepalanya yang terangkut di tanah.
Saat Taye berhasil membebaskan kepalanya, ia berpaling melihat Alfi yang mengamuk.
Raut mukanya benar-benar mengerikan dengan lengan cahayanya yang besar siap mengajar Taye kapanpun juga.
“Jangan pernah coba-coba kau sakiti temanku!” Hardik Alfi. ”Lepaskan Kartika!” Lanjutnya.
“Tidak akan!” Seru Taye.
“Kalau begitu, aku akan memaksamu!” Ancam Alfi siap meninjunya. ”Aku tidak peduli pada apa yang akan terjadi padamu nanti.” Ancam Alfi.
“Begitukah?”Tanya Taye meremehkan Alfi.Alfi masih menatapnya dengan tajam.“Megumi, tolong bantu aku ya.”Kata Alfi tegas.“Dengan senang hati, Alfiku.”Jawab Megumi.“Jangan buang-buang waktu lagi!”Seru Taye.”Colok Api!”Serunya menembakan beberapa tusuk sate yang terbuat dari kayu dan sudah dibaluti api yang membara dari telapak tangannya.Alfi menekukan lengan besarnya itu, dan Irunya menyerap semua tusuk sate berapi itu kedalam lengannya.“Kalau ini hanya masalah menghayal...”Kata Alfi.”Maka...&rdquo
“Ngomong-ngomong.”Kata Alfi.”Apa kau tahu seberapa kuat musuh kita nanti?”Tanyanya.“Iya,”Balas Kartika mengeluarkan kotak yang ia temukan di pertempuran sebelumnya.”Driver ini menunjukan informasi mengenai musuh kita.(aku tidak bisa menemukan nama lain atau pun padanannya, oleh karena itu sebut saja driver ya)”Lanjutnya.“Benarkah? Beri tahu aku.”Pinta Alfi.“OK. Tinggi: 165 Cm, berat: 56 Kg, zodiak: Virgo, makanan kesukaan: seblak basah.”Jelas Kartika.“Bukan informasi itu!”Seru A
Kartika pun terkejut melihat Alfi seperti itu, begitu pun Herman.“Alfi! Tolonglah! Jangan berdiam diri seperti itu terus!”Teriak Kartika panik.Alfi masih terdiam seperti itu. Tak peduli seberapa keras Kartika meneriakinya, Alfi tidak kunjung juga bergerak. Sebenarnya Alfi ingin sekali melindungi mereka berdua dan melawan Anggun, namun tubuhnya seolah-olah menolak keinginannya tersebut.Megumi terlihat terkejut melihat wajah Alfi yang kosong itu.“Alfi! Jangan bilang kalau kamu....”Sesaat Megumi hendak melanjutkan ucapannya, tiba-tiba Kartika terkena Hantaman Vital Anggun.
Berlari....Alfi berlari...Ia berlari sekuat tenaga dengan nafasnya yang sudah terengah-engah karena kelelahan.“Ibu!”“Ayah!”“Bunga!”“Anto!”Seru Alfi terus berlari. Ia terus berteriak seperti itu sampai ia terjatuh.Alfi berusaha berdiri lagi, namun ia tidak bisa. Dia tidak dapat menggerakan kedua kakinya. Alfi terlihat sangat ketakutan sampai air matanya keluar dari matanya yang sayu itu.“Sial!”
Herman berada di ruang latihan sedang berlatih dengan menembak-nembakan kuku-kukunya pada boneka-boneka kayu yang meluncur ke arahnya dari berbagai arah dan meluncur kemana-mana.Herman menembakan kuku-kukunya terus menerus namun, tembakannya selalu meleset. Herman terlihat amat kesal karena dia merasa tidak berguna bagi teman-temannya."Ak
Hening.Keadaan menjadi hening.Tidak ada seorang pun dari mereka yang bergerak sedikitpun.Jasad Roni masih terbaring disana.Kiki pun teringat kembali kenangan saat mereka berdua bertemu untuk pertama kalinya.Mereka berdua bertemu saat mereka berada di bangku SD. Saat itu Kiki merupakan anak yang sangat pemalu dan korbanbullyjuga. Suatu hari, Kiki sedang duduk di bangkunya menghindari kontak mata dengan siapapun karena takut dibully,seorang anak laki-laki menghampirinya.
Situ Buleud kini sudah berubah menjadi danau yang sangat luas. Alfi dan kawan-kawan sedang berdiri di atas gordeng ajaibnya yang telah berubah menjadi papan selancar.“Kartika! Herman!”Seru Alfi memeluk pinggang Herman dan Kartika dengan erat.”Ayo lompat!”Lanjutnya melompat bersama mereka berdua.Alfi menarik kembali gordeng ajaibnya dan melemparkannya kembali, gordeng itu melesat masuk dan keluar danau secara terus menerus membentuk pulau-pulau kecil di sekeliling Kiki. Gordeng itu terus seperti itu membentuk pulau-pulau kecil agar Alfi dan kawan-kawan bisa leluasa bergerak untuk mengalahkan Kiki.Alfi dan kawan-kawan pun mendarat di saah satu pulau kecil itu. Kartika pun langsung mencekik Alfi dengan kuat.
Gelap...Hening..6 sosok misterius itu tengah duduk di meja segi enam yang besar itu.“Sudah 3 orang telah dikalahkan.”Kata si jubah biru.“Kita harus melakukan sesuatu! Mereka sudah menghina kita!”Tambah si jubah merah emosi.“Dan ditambah lagi anggota baru mereka, Herman telah berhasil mendapatkan Ribonya. Dan kini dia sudah menjadi lebih kuat sampai dia dapat menembus kulit tebal Kiki.”
“APA?! HARASA?!”Kartika terkejut mengetahui Alfi akhirnya memutuskan untuk menggunakan Harasa, senjata suci nomor 12. “Ada apa, Kartika? Apa itu Harasa?”Tanya Varz yang gelisah. “Ada 5 senjata suci yang sulit untuk dikendalikan. Senjata suci nomor 3: Duy-duy, senjata ini memerlukan kesedihan yang pedih agar bisa digunakan. Alfi dapat menggunakan Duy-duy karena masa lalunya yang kelam. Senjata suci nomor 6: Tipit, senjata ini memerlukan rasa cinta yang tulus agar dapat digunakan. Alfi dapat menggunakan Tipit karena cintanya yang tulus pada Megumi. Senjata suci nomor 9: Pelidi, senjata ini memerlukan kecerdasan yang tinggi agar bisa digunakan. Alfi bisa menggunakannya karena ia memang cerdas. Senjata suci nomor 10: Pukan, senjata ini memerlukan hati busuk dari si pengguna agar bisa dapat digunakan. Alfi dapat menggunakannya karena sifatnya yang memang sudah seperti seorang bajingan. Dan...” “Senjata suci nomor 12: Harasa,”Ucap Herman.
“Kenapa kalian melihatku seperti itu?”Tanyanya.Alfi, Koji dan Rian pun waspada. Mereka tahu bahwa orang ini bukanlah lawan yang bisa diremehkan. Kartika merasakan Iru yang amat mengerikan dalam diri orang itu."Kartika! Gawat! Dia adalah salah satu dari petinggi Waku-waku!"Cakra terdengar gelisah."Apa?! Gawat! Alfi belum berhasil menguasai senjata suci nomor 12. Mustahil baginya untuk dapat menandingi orang itu."Kartika pun menjadi cemas.Kartika melihat Varz dan Herman yang terlihat sudah terintimidasi oleh kehadiran orang itu. Itu saja sudah jelas bagi mereka bahwa orang itu merupakan ancaman besar bagi mereka semua. Ditambah lagi kondisi mereka sudah tidak prima lagi akibat pertarungan sebelumnya."Awan, Rian, Andos, dan sekarang orang ini. Dan aku bahkan tidak dapat mengalahkan salah satu dari mereka."Varz terlihat amat kesal.“Aku baru saja menyelamatkan nyawa orang itu. Kenapa kalian tega sek
"Aku menolongmu karena alasanmu untuk bertarung.""Apamaksudmu?""Kau bilang kau tidak peduli pada dunia ini, kan? Namun kau tidak berhenti dan terus maju. Kenapa?""Akuhanyainginterusbersamamereka.""Tepat sekali. Semua manusia itu munafik. Mereka mengatakan memiliki tujuan yang baik padahal itu hanyalah topeng untuk menyembunyikan tujuan busuk mereka. Tidak ada manusia yang memiliki hati yang murni dan aku membenci mereka yang selalu mencoba untuk menutup-nutupinya. Namun anda berbeda, Yang Mulia. Anda memiliki hati yang amat busuk namun anda tidak mencoba untuk menutup-nutupinya.""Apakah itu buruk? Aku tidak peduli apa yang orang lain pikirkan tentangku. Peduli setan kalau mereka membenciku atau berharap aku mati dan masuk Neraka.""Hahaha... Itulah yang saya sukai dalam diri anda, Yang Mulia. Keapatisan andalah yang membuat jiwa anda benar-benar bebas, namun amat busuk. Izinkan saya untuk menjadi sala
Gelap.Gelap.Gelap sekali.Pemuda pucat itu membuka matanya namundia merasa seperti menutup matanya. Dia tidak dapat melihat secercah cahaya pun. Dia tidak dapat menggerakkan tubuhnya. Ia merasa bahwa saat ini ia tengah diikat bagaikan seorang tahanan. Kedua tangan dan kakinya diikat dengan sesuatu yang bukan besi ataupun tali, namun daya cengkramannya kuat sekali."Apa yang baru saja terjadi?"Rian berusaha mengingat kembali pada apa yang terjadi sebelumnya.Dia ingat saat itu ia sedang berjalan di tempat parkir menuju kostan Koji. Tiba-tiba seseorang berjubah polkadot putih muncul di depan mereka dan menyerang mereka berdua dengan kekuatan yang amat luar biasa. Dia tidak bergerak sedikitpun, namun sekelilingnya langsung hancur bak diterpa angin topan. Koji berusaha melawan, namun ia bukanlah tandingan orang itu. Dia ingat bahwa orang itu menghantam tengkuk lehernya cukup keras sehingga ia kehilangan kesadaran. Ia tidak tahu apa yang t
Koji membuka kedua matanya. Kepalanya terasa berat sekali. Dia melihat sekelilingnya sudah porak poranda. Dia mencoba mengambil kacamatanya yang berada tidak jauh darinya.“Gawat, dia membawa Rian pergi.”Keluh Koji.Dia segera berdiri dan ia melihat sesuatu yang janggal pada kacamatanya. Mengapa kacamatnya bercahaya merah? Seingatnya, ia tidak pernah mengganti framenya. Koji pun mengambil kacamatanya dan tiba-tiba sosok gadis kecil merah muncul dari lensa kacamatanya.Koji terpana melihat sosok gadis kecil yang menatapnya dengan kebingungan itu.“Onii-chan?”Ucapnya.“Duh loli.”Ucap Koji gemas.Gadis kecil itu sangatlah imut dan mengemaskan seperti karakter anak perempuan usia 9 tahunan dalam anime yang selalu menjadi bahan doujin pasaran sebagai pelampiasan nafsu yang terrtahankan para wibu pedofil.“Onii-chan?”Ucapnya.Koji pun tersadar dari delusiny
“Alfi.”“Alfi...”“Alfi!”Alfi pun membuka keduamata. seorang bocah laki-laki berdiri tepat di samping ranjangnya.“Andos? Kenapa kamu ada di sini?”Tanya si Alfi kecil.“Kita main yuk! Mumpung masih liburan!”Seru Andos kecil riang.“Nggak mau, aku masih ngantuk.”Alfi pun menarik selimutnya.“AyolahAlfi. Tidak baik kalau kamu tidur terus.”Andos menarik-narik tubuh Alfi.“Nggak mau! Ayahku saja kerjaannyacuma tidur setiap hari Minggu!”“Itu kanayahmu,bukankamu.”“Akunggakmaumain.”“Ayolah Alfi.”Andos pun melompati tubuh Alfi.“Aw!”“Ayolah!”“Nggakmau!”Mereka berdua pun bergelut di kasur itu diiringi dengan teriakan-teria
Sebelum kujelaskan apa yang terjadi selanjutkan, ayo kita melompat pada apa yang sebenarnya ketiga orang sinting ini lakukan sebelumnya.Alfi, Koji , dan Rian tengah berada di suatu tempat di kawasan Pantai Pandawa. Dan siapa ketiga orang sinting yang tengah bertarung di bab selanjutnya? Tepat, itu hanya bayangan dari Jepitronnya. Rian menginstruksikan Alfi untuk memindahkan mereka bertiga ke suatu tempat dan membuat tiruan mereka bertiga sedang bertarung melalui telepati. Dan...“Setan!”Seru Koji.“Brengsek!”Seru Alfi.“Ampun!”Jerit Rian.Alfi dan Koji tengah menghajar Rian karena mereka kesal bahwa sebenarnya Rian hanyalah bermain-main dengan mereka selama ini.“Kalau kau memang tidak dicuci otak, kenapa kau harus membunuh Katon?! Dasar teman sialan!”Seru Koji terus menginjak-injak tubuh Rian.“Kau juga hampir membunuh teman-temanku! Dasar setan cacingan!&
Ruangan itu masihlah melekat dengan kesan mengerikan, gelap dan dingin. Tidak ada siapapun yang ingin bernaung di sana meskipun mereka harus. Keenam orang berjubah polkadot itu tengah duduk di kursi mereka masing-masing.“Jadi begitulah.”Ucap si jubah putih.“Kau tidak pernah mengecewakanku. Rupanya aku tidak salah mengangkatmu sebagai ahli strategi kita.”Ucap si jubah hitam.“Terima kasih, tuan.”Ucap si jubah putih.“Cih! Tidak perlu berbelit-belit! Kita bunuh saja mereka semua langsung!”Seru si jubah merah.“Tenanglah, kurasa dia benar. Kita perlu membuat sang Alfa bimbang sampai ia berputus asa.”Ucap si jubah kuning.“Memangnya kenapa?! Apa perlu kita menunggu selama ini hanya untuk melihat mereka membunuh anggota-anggota kita?! Apakah kau sudah lupa pada tujuan kita?!”Seru si jubah merah.“Diam!”Si jubah hi
Apa?Apa kauberharap aku akanmelanjutkanbagaimana pertarungan antara ketiga orang sinting itu? Oh, tentu saja aku akan menulisnya, namun sebaiknya kita rehat sejenak dan melihat bagaimana mereka bertiga bisa bertemu. Aku hanya tidak mau kesan komedi dalam kisah ini meMudar kok, walaupun aku sering kali memasukan jokes tidak jelas dalam setiap bab yang sedang kutulis. Baiklah, di bab ini aku akan menyuguhkan kisah pertemuan Alfi, Koji, dan Rian dan bagaimana mereka bertiga bisa menjadi sahabat karib.Kisah ini dimulai saat Alfi masih kuliah di Universitas Muda-Muda. Kenapa Muda-Muda? Karena Universitas Ora-ora ada di Jawa Tengah. Dan kenapa tidak kuplesetkan menjadi "Guda-Guda"? Itu karena kisah ini tidak disponsori oleh Type Moon. Tepatnya saat Alfi sudah berada di tingkat tiga. Di saat itu Alfi merupakan anggota dari organisasi SEES (Specialized English Extra Sect) dan dia sedang berada dalam acara orientasi anggota baru.Alfi ha