“Sudah kubilang kan? Jangan memanggilku dengan nama itu!” Seru Varz melompat ke arah Franz.
Ular itu pun mengeluarkan ular besar dari mulutnya. Ular itu melesat ke arah Varz dengan cepat sekali. Melihat itu, Varz segera menarik pedangnya dan menebas ular itu menjadi 2 bagaikan balok kayu yang dipotong rapi oleh mesin pemotong.
Saat Varz sudah mencapai ujung ular itu, Franz tiba-tiba muncul dengan pedangnya siap menebas tubuh Varz. Varz pun segera menghembuskan angin dari mulutnya untuk memunculkan pedang anginnya untuk menahan serangan Franz. Pedang mereka berdua pun saling beradu sampai mereka berdua mendarat.
“Tidak kusangka, kau berhasil menjinakan monster sialan itu.&rdqu
Arz membawaVincent dan Frans ke suatu rumah dekat rumah para tetua. Rumah itu hanyalah rumah panggung sederhana yang dihiasi dengan bunga-bunga di halamannya. Mereka bertiga pun menaiki tangga depan dan berhenti di depan pintu kayu yang besar itu. Pintu itu sangatlah besar dan terdapat ukiran 12 binatang yang mewakili keduabelas rasi bintang Tiongkok. Keduabelas binatang itu dibariskan dari bawah ke atas sesuai urutannya yaitu, babi, anjing, ayam, monyet, kambing, kuda, ular, naga, kelinci, harimau, kerbau, dan tikus.“Kak Arz, bukannya kita dilarang untuk memasuki rumah ini?”Tanya Vincent.“Memang, tapi sekarang sudah saatnya bagimu untuk masuk rumah ini.”Kata Arz.“Iya, Vincent, kamu adalah murid yang paling ahli dalam perang pandan kan? Karena itulah kamu diizinkan oleh para tetua untuk masuk rumah ini.”Kata Frans.“Sebentar, 12 binatang rasi bintang Tiongkok. Jangan-jangan!”
“Oi, apa kautidak merasa kau sudah kelewatan?”Tanya Alfi.“Apa? Kurasa akusudah menulisdengan benar selama ini.” Kataku santai.“Memang. Bobot cerita yang bagus dan konfliknya cukup rumit, tapi...”Ucap Alfi menghela nafasnya.”KENAPA KAU MALAH MENULIS CERITA SI VARZ SELAMA 3 BAB BERTURUT-TURUT, BRENGSEK!”Alfi memarahiku.“Sebelum aku menjawabnya, ada juga satu hal yang ingin kutanyakan padamu.” Ucapku menghela nafasku. “KENAPA KAU BERANI-BERANINYA MENYERETKU KESINI?! APA KAU TIDAK SADAR KALAU SEKARANG KAU SEDANG BERADA DI TENGAH-TENGAH PERTARUNGAN BESAR, HAH?!” Iya, si Alfi menarikku ke sini seenak jidatnya aja.“MEMANGNYA KENAPA?! APA KAU TAKUT TERKENA SERANGAN, OH WAHAI DESOPE YANG AGUNG?!”Anjrit, sindirannya lah.“BACOT! DENGAN ADANYA KAU MENYERETKU KESINI, CERITANYA MALAH JADI NGGAK JELAS, TAHU?!”
“2 lawan 1? Apa kalian tidak merasa malu melawanku dengan cara yang menyedihkan seperti ini?”Tanya Franz.“Hah? Kau takut?”Tanya Alfi.“Bacot!”Franz melesat ke arah Alfi siap menebasnya dengan pedangnya.Alfi dengan mudahnya menahannya dengan pedang bambunya.“Padahal ini hanya bambu, namun kenapa bisa sekeras ini?”Franz terlihat kesal.“Tingkat dua: BG.”Ucap Alfi melucuti pedang Franz dengan entengnya.Alfi membelah pedang itu menjadi 2 dan segera mengayunkannya secara horizontal dan vertikal pada Franz sampai Franz terdorong ke belakang.“A... Apa yang baru saja terjadi?!”Ucap Varz terbata-bata.“Tingkat dua: BG. Kekuatan satu pedang setara dengan 200 pedang. Pelidi adalah pedang bambu yang dapat memanipulasi kekuatannya dengan rumus yang sudah ditetapkan, namun ada syarat yang harus dipenuhi untuk menggunakannya,
Di Pantai Pandawa, si pria berjubah polkadot dengan warna dasar biru tengah duduk di atas sebuah batu karang bersama seseorang berjubah polkadot dengan warna dasar jingga.“Iya, saya mengerti. Tenang saja, semuanya berjalan sesuai rencana. Baik, terima kasih.”Si jubah biru itu terlihat sedang berkomunikasi dengan seseorang.“Sudah cukup banyak anggota kita gugur di sini. Tidak kusangka rupanya mereka sekuat itu.”Kata si jubah biru.”Bagaimana menurutmu?”Lanjutnya.Si jubah jingga hanya berdiam diri.“Apa kau yakin kau tidak perlu bantuanku untuk menghabisi mereka semua?”Tanya si jubah biru.Tiba-tiba beberapa batu karang melayang di udara dan hancur dalam sekejap mata.“Anda tidak perlu cemas. Akan saya musnahkan mereka semua.”Kata si jubah jingga.”Akan kuhancurkan mereka semua, terutama si Alfa sialan itu yang sudah merenggut nyawanya!
“Perkenalkan, nama saya Anggun. Mohon kerja samanya.”Ucap wanita itu tersenyum kepada Awan.Awan pun tersipu malu melihat wanita yang aduhai cantiknya ini. Tubuh yang ramping bagaikan biola, gaun merahnya yang elegan, rambut panjang hitamnya yang indah, dan pantat yang besar seakan-akan siapapun ingin menamparnya."Ca... Cantiknya... Apakah dia seorang bidadari? Ataukah seorang succubus?!"Awan masih tertegun oleh kecantikannya.“Halo? Apa kamu baik-baik saja?”Anggun mencoba untuk menyadarkan Awan dari lamunannya.“Oh, I... Iya, maaf. A... Anggun, kan?”Awan pun gelagapan.“Iya, mohon bantuannya, senior Awan.”Ucapnya malu-malu."Imutnya!!!!!!"Awan pun langsung mengeluarkan Iru jingga dari hidungnya (kita sebut saja "mimisan" ya?) dan pingsan.“Ah?! Senior Awan?!! Apa kamu baik-baik saja?! Apa yang harus kulakukan?!!!!”Anggun pun kebakar
“Rian, apaitu benar-benar kau?”Alfi masih tidak percaya pada apa yang ia lihat.Rian menyambarkan petir dari telunjuknya, menyambar Alfi tanpa ada keraguan sedikitpun. Alfi pun terjatuh dengan tubuhnya yang sudah gosong itu.“Benar-benar pertanyaan yang bodoh. Bahkan bagi orang bodoh sepertimu, Alfi.”Ucap Rian.Koji pun segera melesat ke arah Rian siap mengayunkan pedangnya. Koji pun mengayunkan pedangnya pada Rian, namun tiba-tiba Rian dengan mudahnya menggenggam bilah pedang Koji.“Rian, apa yang sebenarnya terjadi padamu?!”Seru Koji kesal.“Kau memang sama saja seperti si Alfi, Koji.”Rian mengaliri bilah pedang Koji dengan petir membuat Koji tersambar sampai jatuh dan gosong.“Kurasa aku benar. Awan terlalu lemah sampai ia bisa dikalahkan oleh orang-orang lemah seperti kalian.”Rian pun mendekati Alfi yang terbaring lesu itu.Rian pun men
“Herman! Varz! Kalian tidak perlu menghadapinya!”Alfi berusaha membujuk mereka berdua untuk tidak menghadapi Rian.”Katon sudah meninggalkan kita. Aku tidak mau kehilangan siapapun lagi!”Serunya berharap mereka berdua akan mendengarkannya.“Oh, tentu saja kami akan mundur.”Kata Herman.“Namun, apa kau akan menggantikan kami untuk menghadapinya?”Sambung Varz.Alfi pun terdiam. Memang benar, dia masih tidak tega untuk menghadapi Rian. Keraguan terus saja menghantuinya. Menghadapi Rian saja sudah membuatnya gentar, sekarang dengan kekuatan Rian yang sangat dahsyat membuatnya lebih gelisah lagi karena bisa saja Varz dan Herman berakhir seperti Katon. Alfi hanya ingin mundur karena dia tidak mau kehilangan siapa-siapa lagi namun ironisnya, dia tidak bisa bertarung untuk melindungi teman-temannya seperti biasanya apalagi membujuk teman-temannya untuk mundur. Siapa sangka orang yang begitu apa
Apa?Apa kauberharap aku akanmelanjutkanbagaimana pertarungan antara ketiga orang sinting itu? Oh, tentu saja aku akan menulisnya, namun sebaiknya kita rehat sejenak dan melihat bagaimana mereka bertiga bisa bertemu. Aku hanya tidak mau kesan komedi dalam kisah ini meMudar kok, walaupun aku sering kali memasukan jokes tidak jelas dalam setiap bab yang sedang kutulis. Baiklah, di bab ini aku akan menyuguhkan kisah pertemuan Alfi, Koji, dan Rian dan bagaimana mereka bertiga bisa menjadi sahabat karib.Kisah ini dimulai saat Alfi masih kuliah di Universitas Muda-Muda. Kenapa Muda-Muda? Karena Universitas Ora-ora ada di Jawa Tengah. Dan kenapa tidak kuplesetkan menjadi "Guda-Guda"? Itu karena kisah ini tidak disponsori oleh Type Moon. Tepatnya saat Alfi sudah berada di tingkat tiga. Di saat itu Alfi merupakan anggota dari organisasi SEES (Specialized English Extra Sect) dan dia sedang berada dalam acara orientasi anggota baru.Alfi ha
“APA?! HARASA?!”Kartika terkejut mengetahui Alfi akhirnya memutuskan untuk menggunakan Harasa, senjata suci nomor 12. “Ada apa, Kartika? Apa itu Harasa?”Tanya Varz yang gelisah. “Ada 5 senjata suci yang sulit untuk dikendalikan. Senjata suci nomor 3: Duy-duy, senjata ini memerlukan kesedihan yang pedih agar bisa digunakan. Alfi dapat menggunakan Duy-duy karena masa lalunya yang kelam. Senjata suci nomor 6: Tipit, senjata ini memerlukan rasa cinta yang tulus agar dapat digunakan. Alfi dapat menggunakan Tipit karena cintanya yang tulus pada Megumi. Senjata suci nomor 9: Pelidi, senjata ini memerlukan kecerdasan yang tinggi agar bisa digunakan. Alfi bisa menggunakannya karena ia memang cerdas. Senjata suci nomor 10: Pukan, senjata ini memerlukan hati busuk dari si pengguna agar bisa dapat digunakan. Alfi dapat menggunakannya karena sifatnya yang memang sudah seperti seorang bajingan. Dan...” “Senjata suci nomor 12: Harasa,”Ucap Herman.
“Kenapa kalian melihatku seperti itu?”Tanyanya.Alfi, Koji dan Rian pun waspada. Mereka tahu bahwa orang ini bukanlah lawan yang bisa diremehkan. Kartika merasakan Iru yang amat mengerikan dalam diri orang itu."Kartika! Gawat! Dia adalah salah satu dari petinggi Waku-waku!"Cakra terdengar gelisah."Apa?! Gawat! Alfi belum berhasil menguasai senjata suci nomor 12. Mustahil baginya untuk dapat menandingi orang itu."Kartika pun menjadi cemas.Kartika melihat Varz dan Herman yang terlihat sudah terintimidasi oleh kehadiran orang itu. Itu saja sudah jelas bagi mereka bahwa orang itu merupakan ancaman besar bagi mereka semua. Ditambah lagi kondisi mereka sudah tidak prima lagi akibat pertarungan sebelumnya."Awan, Rian, Andos, dan sekarang orang ini. Dan aku bahkan tidak dapat mengalahkan salah satu dari mereka."Varz terlihat amat kesal.“Aku baru saja menyelamatkan nyawa orang itu. Kenapa kalian tega sek
"Aku menolongmu karena alasanmu untuk bertarung.""Apamaksudmu?""Kau bilang kau tidak peduli pada dunia ini, kan? Namun kau tidak berhenti dan terus maju. Kenapa?""Akuhanyainginterusbersamamereka.""Tepat sekali. Semua manusia itu munafik. Mereka mengatakan memiliki tujuan yang baik padahal itu hanyalah topeng untuk menyembunyikan tujuan busuk mereka. Tidak ada manusia yang memiliki hati yang murni dan aku membenci mereka yang selalu mencoba untuk menutup-nutupinya. Namun anda berbeda, Yang Mulia. Anda memiliki hati yang amat busuk namun anda tidak mencoba untuk menutup-nutupinya.""Apakah itu buruk? Aku tidak peduli apa yang orang lain pikirkan tentangku. Peduli setan kalau mereka membenciku atau berharap aku mati dan masuk Neraka.""Hahaha... Itulah yang saya sukai dalam diri anda, Yang Mulia. Keapatisan andalah yang membuat jiwa anda benar-benar bebas, namun amat busuk. Izinkan saya untuk menjadi sala
Gelap.Gelap.Gelap sekali.Pemuda pucat itu membuka matanya namundia merasa seperti menutup matanya. Dia tidak dapat melihat secercah cahaya pun. Dia tidak dapat menggerakkan tubuhnya. Ia merasa bahwa saat ini ia tengah diikat bagaikan seorang tahanan. Kedua tangan dan kakinya diikat dengan sesuatu yang bukan besi ataupun tali, namun daya cengkramannya kuat sekali."Apa yang baru saja terjadi?"Rian berusaha mengingat kembali pada apa yang terjadi sebelumnya.Dia ingat saat itu ia sedang berjalan di tempat parkir menuju kostan Koji. Tiba-tiba seseorang berjubah polkadot putih muncul di depan mereka dan menyerang mereka berdua dengan kekuatan yang amat luar biasa. Dia tidak bergerak sedikitpun, namun sekelilingnya langsung hancur bak diterpa angin topan. Koji berusaha melawan, namun ia bukanlah tandingan orang itu. Dia ingat bahwa orang itu menghantam tengkuk lehernya cukup keras sehingga ia kehilangan kesadaran. Ia tidak tahu apa yang t
Koji membuka kedua matanya. Kepalanya terasa berat sekali. Dia melihat sekelilingnya sudah porak poranda. Dia mencoba mengambil kacamatanya yang berada tidak jauh darinya.“Gawat, dia membawa Rian pergi.”Keluh Koji.Dia segera berdiri dan ia melihat sesuatu yang janggal pada kacamatanya. Mengapa kacamatnya bercahaya merah? Seingatnya, ia tidak pernah mengganti framenya. Koji pun mengambil kacamatanya dan tiba-tiba sosok gadis kecil merah muncul dari lensa kacamatanya.Koji terpana melihat sosok gadis kecil yang menatapnya dengan kebingungan itu.“Onii-chan?”Ucapnya.“Duh loli.”Ucap Koji gemas.Gadis kecil itu sangatlah imut dan mengemaskan seperti karakter anak perempuan usia 9 tahunan dalam anime yang selalu menjadi bahan doujin pasaran sebagai pelampiasan nafsu yang terrtahankan para wibu pedofil.“Onii-chan?”Ucapnya.Koji pun tersadar dari delusiny
“Alfi.”“Alfi...”“Alfi!”Alfi pun membuka keduamata. seorang bocah laki-laki berdiri tepat di samping ranjangnya.“Andos? Kenapa kamu ada di sini?”Tanya si Alfi kecil.“Kita main yuk! Mumpung masih liburan!”Seru Andos kecil riang.“Nggak mau, aku masih ngantuk.”Alfi pun menarik selimutnya.“AyolahAlfi. Tidak baik kalau kamu tidur terus.”Andos menarik-narik tubuh Alfi.“Nggak mau! Ayahku saja kerjaannyacuma tidur setiap hari Minggu!”“Itu kanayahmu,bukankamu.”“Akunggakmaumain.”“Ayolah Alfi.”Andos pun melompati tubuh Alfi.“Aw!”“Ayolah!”“Nggakmau!”Mereka berdua pun bergelut di kasur itu diiringi dengan teriakan-teria
Sebelum kujelaskan apa yang terjadi selanjutkan, ayo kita melompat pada apa yang sebenarnya ketiga orang sinting ini lakukan sebelumnya.Alfi, Koji , dan Rian tengah berada di suatu tempat di kawasan Pantai Pandawa. Dan siapa ketiga orang sinting yang tengah bertarung di bab selanjutnya? Tepat, itu hanya bayangan dari Jepitronnya. Rian menginstruksikan Alfi untuk memindahkan mereka bertiga ke suatu tempat dan membuat tiruan mereka bertiga sedang bertarung melalui telepati. Dan...“Setan!”Seru Koji.“Brengsek!”Seru Alfi.“Ampun!”Jerit Rian.Alfi dan Koji tengah menghajar Rian karena mereka kesal bahwa sebenarnya Rian hanyalah bermain-main dengan mereka selama ini.“Kalau kau memang tidak dicuci otak, kenapa kau harus membunuh Katon?! Dasar teman sialan!”Seru Koji terus menginjak-injak tubuh Rian.“Kau juga hampir membunuh teman-temanku! Dasar setan cacingan!&
Ruangan itu masihlah melekat dengan kesan mengerikan, gelap dan dingin. Tidak ada siapapun yang ingin bernaung di sana meskipun mereka harus. Keenam orang berjubah polkadot itu tengah duduk di kursi mereka masing-masing.“Jadi begitulah.”Ucap si jubah putih.“Kau tidak pernah mengecewakanku. Rupanya aku tidak salah mengangkatmu sebagai ahli strategi kita.”Ucap si jubah hitam.“Terima kasih, tuan.”Ucap si jubah putih.“Cih! Tidak perlu berbelit-belit! Kita bunuh saja mereka semua langsung!”Seru si jubah merah.“Tenanglah, kurasa dia benar. Kita perlu membuat sang Alfa bimbang sampai ia berputus asa.”Ucap si jubah kuning.“Memangnya kenapa?! Apa perlu kita menunggu selama ini hanya untuk melihat mereka membunuh anggota-anggota kita?! Apakah kau sudah lupa pada tujuan kita?!”Seru si jubah merah.“Diam!”Si jubah hi
Apa?Apa kauberharap aku akanmelanjutkanbagaimana pertarungan antara ketiga orang sinting itu? Oh, tentu saja aku akan menulisnya, namun sebaiknya kita rehat sejenak dan melihat bagaimana mereka bertiga bisa bertemu. Aku hanya tidak mau kesan komedi dalam kisah ini meMudar kok, walaupun aku sering kali memasukan jokes tidak jelas dalam setiap bab yang sedang kutulis. Baiklah, di bab ini aku akan menyuguhkan kisah pertemuan Alfi, Koji, dan Rian dan bagaimana mereka bertiga bisa menjadi sahabat karib.Kisah ini dimulai saat Alfi masih kuliah di Universitas Muda-Muda. Kenapa Muda-Muda? Karena Universitas Ora-ora ada di Jawa Tengah. Dan kenapa tidak kuplesetkan menjadi "Guda-Guda"? Itu karena kisah ini tidak disponsori oleh Type Moon. Tepatnya saat Alfi sudah berada di tingkat tiga. Di saat itu Alfi merupakan anggota dari organisasi SEES (Specialized English Extra Sect) dan dia sedang berada dalam acara orientasi anggota baru.Alfi ha