Dibawah teriknya matahari, cewek dengan rambut sebahu terduduk dipinggiran jalanan ditemani beberapa kantong plastik yang berisikan box-box mochi yang baru dibelinya.
Lesu, itu yang dirasakannya. Bahkan saking lesu dan malasnya dirinya enggan untuk melanjutkan jalan yang menurutnya akan menghabiskan banyak tenaganya. Jika saja dirumahnya tidak kehabisan stok makanan kesukaannya yaitu mochi dan Reno tidak sedang bekerja mungkin dirinya tidak akan terpaksa keluar dan memilih untuk tetap tidur dikasur empuknya menikmati mochi-mochi kesukaannya sambil menonton drama dilaptopnya."Dunia macam apa ini?" Dia Acha, cewek yang baru lulus dari sekolah menengah atas memilih menjadi pengangguran menikmati masa kejayaannya untuk rebahan sepuasnya.Nasibnya begitu buruk di hari minggu yang cerah, tangan yang semula menutupi kepalanya dari sinar matahari turun saat merasa sesuatu telah menghalangi cahaya terik itu."Ah, akhirnya penyelamat hidup gue telah tiba." Lega cewek itu lalu menjulurkan kedua tangannya kedepan cowok tinggi yang sedang menatap khawatir dirinya."Lo bikin gua panik, tau gak?""Dunia memang indah, tapi dunia tanpa mochi itu bagaikan padang pasir tanpa air." Ucap nya dengan puitis."Mochi terus yang lo pikirin, mau sampai kapan lo gini terus." Dumel cowok itu seraya memungut kantong-kantong plastik berisikan mochi milik Acha.Dia Reno, cowok dengan kesabaran setebal tembok mesjid yang telah menjadi sahabat Acha dari beberapa tahun yang lalu. Umur Reno dan Acha terpaut beberapa tahun, Acha yang pengangguran dan Reno seorang dokter sudah sangat terlihat bukan perbandingan yang sangat jauh diantara keduanya."Ayo, ngapain lagi diem terus disitu, uang koin lo jatoh?""Capek Reno."Antara sebal dan kasihan melihat raut wajah melas itu pada akhirnya Reno berjongkok. Merepotkan sekali memang manusia mager satu ini tapi aneh nya Reno tidak pernah menolak dan selalu menurut saja, entah pelet apa yang Acha gunakan kepadanya. "Naik, cepet."Untung saja badan Acha kecil dan ringan jadi Reno masih sanggup untuk menggendongnya beserta mochi-mochi sialan nya itu. Reno benci sekali pada mochi, tapi jika disuruh Acha untuk beli maka Reno akan membeli nya.*****"Gue harus kerumah shafa, dia katanya sakit."Acha menoleh cuek pada Reno lalu kembali fokus pada layar laptopnya sambil memakan mochi coklat di kedua tangannya. "Sana."Melihat kemalasan Acha yang sehari-hari nya hanya makan, nonton, tidur tidak peduli pada dirinya sendiri sebenarnya membuat Reno khawatir, apalagi orang tua Acha telah menitipkannya kepada dirinya."Udah sore, mandi. Liat rambut singa lo udah gak karuan kaya orang gila, lo tuh cewek harusnya rapih bersih kalo kaya gini siapa yang mau sama lo." Mendengar ucapan Reno badan Acha beringsut mundur tanpa bangun diatas tempat tidur mendekat pada Reno yang duduk dipinggiran kasur.Acha menopangkan dagunya di paha Reno lalu mendongak menatap dengan tatapan polosnya. "Tapi tetep cantik, kan?"Reno memalingkan wajahnya, berdecih pelan. Tangannya mengambil selembar tisu lalu mengelap sisa-sisa coklat disudut bibir Acha. "Makan aja kaya bocah." Cetus nya."Percuma cantik kalo jorok, siapa yang mau?" Kata-kata menusuk seperti itu sama sekali tidak masuk kehati Acha, cewek itu sangat cuek walau Reno mengatai nya bagaimana pun.Respon Acha hanya menggedikan bahu tidak peduli kemudian mengubah tidur nya menjadi telentang menatap lelangitan kamarnya yang penuh dengan stiker awan mencari inspirasi namun mulutnya tetap aktif mengunyah mochi."No.""Hm.""Lo sama shafa kan udah pacaran lama, lo udah ada pikiran buat nikahin dia?""Kenapa?""Apanya?""Kenapa lo tiba-tiba nanyain itu?"Bola mata Acha mengerling ke kanan dan kiri memikirkan jawaban yang pas untuk pertanyaan Reno."Soalnya gua mau tinggal sama lo nanti jadi peliharaan lo, biar gue ada yang ngurusin." Jawaban tidak terduga Acha membuat Reno mendengus jengah."Gila."Reno berdiri merapihkan kemeja abu yang dipakainya. "Kasian shafa udah nungguin, gue pergi dulu." Pamit Reno mengecup singkat pelipis Acha yang masih telentang sambil mengunyah mochi.Acha memutar bola matanya malas lalu mengangkat satu tangannya. "Bye."Setelah Reno pergi dari kamarnya suasana hening langsung terjadi dikamar Acha entah apa yang sedang dipikirkannya, mulut yang semula sedang mengunyah sejenak berhenti, matanya menatap mochi ditangannya lalu mendesah pelan."Kenyang."*****Melihat mobil pacarnya yang baru terparkir didepan rumahnya, Shafa segera berlari menghampiri Reno dengan antusias lalu memeluknya."Katanya lo sakit?" Pertanyaan itu yang spontan keluar dari mulut Reno saat shafa memeluknya, Reno bahkan tidak sempat membalas pelukan itu."Aku cuman sakit kepala biasa, selebihnya aku mau ketemu kamu aja. Belakangan ini kamu terlalu fokus sama Acha dibanding aku." Reno menghela nafas pelan, kalimat ini sering kali dirinya dengar dari shafa."Shaf, kita udah sama-sama dewasa. Lo juga tau gimana hubungan gua sama Acha, kan?"Persetan dengan kata sahabat diantara Reno dan Acha yang terus menjadi penghalang bagi dirinya dan Reno sekarang.Hubungan yang sudah dijalani satu tahun rasanya tidak ada apa-apa nya bagi Shafa, bagaimana tidak jalan berdua saja bisa dihitung berapa kali nya, kebanyakan jalan bertiga dengan Acha, walaupun Acha tidak pernah mengganggu secara langsung tapi perhatian Reno selalu saja pada Acha, Acha dan Acha."Pacar kamu aku atau Acha?""Pertanyaan bodoh apa itu, lo cewek gue. Tapi Acha sahabat gue, lo harusnya ngerti." Shafa tersenyum kecut selalu ada tapi untuk Acha.Melihat mata Shafa yang berkaca-kaca membuat Reno tidak tega karna mau bagaimanapun Shafa pacarnya selama satu tahun ini, walaupun mereka jarang menghabiskan waktu bersama selayaknya pasangan."Dari awal gue udah pernah bilang sama lo, kalo lo mau jadi pacar gue lo harus bisa nerima Acha, dan lo nyanggupin itu."Shafa menatap Reno dengan mata yang sudah berlinang air mata. "Aku cuman mau waktu kamu lebih lama buat aku, Ren. apa salah aku cemburu liat pacar aku lebih lama ngabisin waktu sama sahabatnya dibandingkan aku yang jadi pacarnya."Reno semakin tidak tega melihat shafa menangis terisak di hadapannya dan itu karna dirinya sendiri, betapa bodohnya Reno membiarkan pacarnya menangis terisak-isak."Maafin gue." Reno memeluk shafa, mengusap halus rambut panjang itu dengan sayang.Shafa membalas pelukan Reno dengan erat, untuk dipeluk seperti ini apa dirinya harus selalu sampai menangis terisak seperti ini agar Reno mau memeluknya dengan tulus? Jika iya betapa menyedihkan nya diri nya.Jujur Shafa merasa sangat iri kepada Acha yang selalu mendapat perhatian dan waktu Reno tanpa diminta, berbeda sekali dengan dirinya entah kenapa dirinya tidak se beruntung Acha.To be continudeMalam minggu orang-orang berlalu-lalang dengan semangat diluar an sana, tapi Acha justru bergelung dengan selimut tebalnya diatas kasur. Bekas bungkusan makanan berserakan dimana-mana baju bahkan sampai daleman pun tergeletak sembarangan, kondisi kamar Acha benar-benar seperti kapal pecah namun tidak diperdulikan oleh sang pemilik yang masih pulas tidur dengan nyaman.Bunyi ketukan pintu terdengar beberapa kali tapi tidak digubris, Reno yang berada dibalik pintu menghela nafas sebelum akhirnya memutuskan untuk masuk kedalam kamar yang lebih tepatnya biasa dirinya sebut sebagai sarang."Astagfirallah, Acha." Reno mengelus dada nya berusaha sabar melihat kondisi kamar Acha, padahal belum seharian dirinya tinggal.Reno menarik selimut yang menutupi badan Acha lalu melemparnya kesamping membuat Acha mengerang pelan karna terganggu. "Bangun."Acha mengangkat tangannya ke udara lalu mengibaskannya. "Gue ngantuk, jangan ganggu." Lirihnya berusaha menarik kembali selimut tebalnya."Gue buka
"Kalian pulangnya hati-hati, kabarin aku kalo udah sampai rumah." Ucap Shafa sebelum keluar dari mobil. "Bersih-bersih terus istirahat, ya?" Shafa tersenyum mengangguk kemudian mencium sekilas pipi Reno setelah itu keluar dari mobil. Reno termenung mendapatkan ciuman mendadak dari Shafa. Aneh, kenapa Reno sama sekali tidak merasakan perasaan deg-deg an atau senang."Bekas lipstiknya nempel tuh." Ucapan Acha berhasil membuat Reno tersadar dan menoleh kearah Acha yang menatapnya datar.Reno segera melihat kearah kaca tapi ternyata Acha hanya membohonginya. Tanpa berbicara lagi Reno langsung menjalankan mobilnya untuk segera pulang karna sekarang sudah cukup larut dan Acha pun sudah terlihat sangat lelah.Jalanan kota yang cukup sepi membuat Reno dengan cepat mengemudikan mobilnya untuk sampai dirumah, lebih tepatnya rumah Acha.Setelah memarkirkan mobilnya Reno segera turun, sedangkan Acha? Cewek itu sudah kebiasaan ketiduran dimobil membuat Reno mau tidak mau harus menggendongnya.Ka
Berdiam diri dikamar seharian dengan makanan dan juga laptop tidak pernah membuat Acha bosan tapi hari ini berbeda, cewek malas itu terlihat tidak bergairah untuk makan dan nonton badannya seperti jelly yang dimasak kebanyakan air, lembek tidak bertenaga.Acha sama sekali tidak turun dari tempat tidur nya, badannya tertutup selimut tebal hingga leher, bibir pucat nya merintih lirih dengan badannya yang menggigil pelan.Hari ini Reno juga tidak kerumah nya padahal ini jadwalnya dia libur biasa nya sudah ke kamar Acha dan mengomel karna Acha yang masih tidur atau bermalas-malasan diatas kasurnya.Manik matanya berair kepalanya pusing, dengan sisa-sisa tenaga tangannya meraba sekitar mencari handphone nya.Orang pertama yang Acha cari adalah Reno. Bibir pucat nya berucap lirih mengirimkan pesan suara kepada Reno.Acha butuh Reno."Reno, gue mau mati." Kira-kira ini yang diucapkan Acha.Tidak perlu menunggu lama pesannya langsung dibaca oleh Reno namun tidak kunjung dibalas.Reno sepertin
Dua hari Acha sakit, sekarang Acha sudah kembali beraktivitas seperti biasa yaitu tiduran makan dan nonton drama seperti biasa dikamarnya."Wajar aja lo sakit, lo gak pernah mau gerak."Acha hanya melirik tanpa peduli omongan Reno."Mangkanya kamu ajakin olahraga, Ren." Timpal Bagas, Papah Acha yang sedang melihat-lihat kondisi kamar putri nya.Bagas pulang kemarin malam karna mendengar kabar putri nya sakit, Reno pikir dengan kepulangan papahnya Acha akan berubah ternyata tidak berpengaruh sama sekali.Hubungan antara Acha dan Bagas tidak terlalu dekat, Mamah Acha meninggal saat Acha masih SMP sedangkan Bagas lebih fokus bekerja membiarkan Acha sendirian dirumah. Selain Reno Bagas tidak bisa mempercayakan Acha kepada siapapun. "Acha kalo gak dipaksa mana mau, liat aja badannya itu." Ucap Bagas."Susah om, dia gak pernah mau olahraga walaupun saya paksa." Bagas geleng-geleng putri nya memang susah diatur, dirinya sudah sangat pasrah pada Acha. Bersyukur nya Bagas memiliki harta yan
Malam."Mochi buat lo." "Tengsuuuu." Manik mata yang bersinar seperti kucing menyambut suka cita box mochi varian rasa dari Reno yang baru saja pulang dari Bandung.Cowok itu langsung kerumah Acha setelah tiba di Jakarta. Beberapa hari meninggalkan sahabatnya membuat perasaan Reno bercampur aduk, dirinya selalu ingin segera melihat Acha.Kangen?Reno tidak pernah menemukan titik terang perasaannya yang dirinya tau hanya dia ingin segera melihat Acha itu saja."Kerjaan lo gini terus?" Tanya Reno pada Acha yang tidur bersandar memakan mochi yang dibawakannya sambil menonton drakor dilaptopnya."Ngerjain apa lagi emang?." Acha balik tanya tanpa mengalihkan perhatiannya.Reno geleng-geleng salah memang dirinya bertanya seperti itu. Melihat Acha yang begitu fokus menonton Reno jadi kepo dengan apa yang sahabat nya itu tonton. Reno ikut berbaring disebelah Acha matanya ikut menonton tapi baru beberapa menit dirinya nebeng tiba-tiba Acha berbisik di kupingnya. "Ini drakor 18 plessss." Ren
"Aku deg-deg an.""Santai aja."Shafa berusaha menenangkan diri, malam ini Reno mengajaknya kerumah untuk makan malam sekalian syukuran ulang tahun Fara.Acaranya tidak terlalu banyak orang karna hanya teman dan tetangga dekat saja yang datang diundang.Fara yang melihat putra nya datang dengan Shafa berusaha untuk tetap tersenyum menyambut kedatangan mereka.Shafa mencium tangan Fara menyapanya dengan sopan. "Hallo tante, apa kabar?." "Alhamdulillah baik. Tante kira kamu udah ngga sama Reno." Ucap Fara dengan tawa renyah nya membuat Shafa tersenyum paksa."Oh iya, ini tante aku ada beli sesuatu buat tante semoga suka.""Repot-repot makasih ya." Fara tetap menghargai pemberian Shafa."Sama-sama tante."Canggung. Shafa mengeratkan rangkulan nya pada tangan Reno. Reno dengan peka langsung mengajak Shafa untuk menghindar dari mamahnya. "Mah, aku kesana ya sama Shafa." "Iya sana, kasih coba kue buatan mamah. Ini mamah lagi nunggu Acha kok gak dateng-dateng ya sama papahnya." Ucap Fara.
"Lo putus sama Shafa?" Reno mengangguk semuanya dia ceritakan pada Acha setelah pulang bekerja beberapa saat yang lalu."Keren, ini rekor terlama lo pacaran." Acha bertepuk tangan salut pada Reno, mulutnya mengunyah buah mangga yang telah dipotong oleh Reno.Acha duduk bersila berhadapan dengan Reno, dagunya ia tompangkan ditangan menatap wajah Reno dengan lekat lalu geleng-geleng."Tapi wajar juga Shafa putusin lo, muka lo dibawah rata-rata soalnya.""Enak banget tuh mulut kalo ngomong."Reno menyisir rambutnya kebelakang menggunakan tangannya. "Dulu gue bintang kampus, jangan salah." Bangganya.Acha berdecih. "Bintang laut lo." Ledeknya."Serius.""Gak percaya, mana buktinya."Memang harus dikasih paham. Reno memberikan handphone nya pada Acha membiarkan cewek itu melihat isi nya sendiri.Acha cukup terkejut melihat arsipan nomor-nomor tidak dikenal yang berusaha mengajak kenalan Reno, hanya ada dua pesan yang tidak di arsip kontak miliknya dan juga Shafa."Cukup bisa dipercaya." Ac
Pagi-pagi enaknya mancing kalo lagi libur, Reno berlari menyeberangi jalan menuju rumah Acha untuk mengajaknya memancing.Reno sebenarnya sudah janjian dengan Bara dan dristan, mengajak Acha hanya menjadi syarat saja sebagai simbol keberuntungan agar mendapatkan banyak ikan."Acha, mancing yuk." Teriak Reno."Mau mancing kemana kamu?." Tanya Bagas muncul dari balik pintu."Ke depan aja yang deket om, Acha udah bangun belum?.""Kaya nya udah. Tadi om denger suara air dikamar mandi. Coba kamu liat aja ke kamarnya."Kamar Acha tidak pernah dikunci membuat Reno dengan gampang keluar masuk kamar sahabatnya itu. Pemandangan pertama yang Reno liat saat masuk ke kamar Acha adalah komik-komik yang berserakan diatas kasur. "Lo suka baca komik sekarang?"Acha menurunkan kecamata dari pangkal hidupnya menatap Reno yang berdiri berdecak pinggang menatapnya juga."Kata lo nonton drakor gak berpaedah dan bikin rusak otak, yaudah gue banting stir ke baca komik."Reno geleng-geleng, panasaran dengan
"Cara gini lo yakin berhasil?." Tanya Reno ragu kepada dua temannya."Kalo gak dicoba kan gak bakalan tau." Ujar Dristan memakai topeng pencuri bersama dengan Bara, kedua nya sudah kompak akan cosplay menjadi seorang penjahat malam hari ini demi sang teman.Reno semakin ragu dengan rencana yang akan mereka lakukan karna ini cukup berbahaya, resiko nya lumayan besar kalo ketauan warga sekitar bisa digebukin mereka."Tenang aja, aman." Ujar Bara."Kalo ketauan gimana?." Tanya Reno cemas terlalu memikirkan resiko-resiko kegagalan mereka."Gak bakalan, aman dah. Serahin sama kita berdua lo cukup dateng dan jadi pahlawan buat Acha." Timpal Dristan bersiap menyelinap masuk ke rumah Acha yang tampak sepi.Reno menatap was-was ke sekitar takut ada yang melihat mereka, agak gila sebenarnya rencana yang diusulkan Dristan tapi lebih gila lagi dirinya yang mau saja mengikuti akal bulus itu.Ya gimana? Untuk dirinya juga.Reno menunggu dengan hati yang gusar, Dristan dan Bara sudah masuk kedalam r
"Pagi dokter Airin." Sapa Bara tidak sengaja berpapasan dengan Airin di parkiran rumah sakit.Airin tersenyum tipis pandangan matanya tertuju pada sosok yang ada disebelah Bara, Reno tampak acuh dengan hp nya jika dilihat dari gerakan tangannya sepertinya sedang berkirim pesan dengan seseorang."Pagi juga dokter Bara, dokter Reno." Sapa balik Airin dengan manis. Reno mendongak menatap Airin mendengar namanya ikut disebut, dengan sopan Reno mengangguk membalas sapaan Airin.Usut punya usut ternyata Airin ini umurnya sama seperti bara dan Reno, meskipun wajah nya terlihat sangat muda tapi umur nya sudah sangat matang wajar saja banyak yang langsung menyukai nya."Gak dianterin?." Tanya Bara basi-basi mereka berjalan bersamaan menyusuri koridor rumah sakit."Iya, biasa kemana-mana sendiri." Balas Airin lembut."Calon suami atau pacar nya kemana emang?." Mulai. Reno sudah sangat jengah Bara yang sengaja sekali pertanyaannya itu."Saya belum punya, masih mau fokus karir." Ucap Airin malu-
"No, gue mau buka usaha.""GAK USAH NGACO!."Hidup lagi capek-capek nya perkara motor gak ketemu-ketemu malah denger Acha pengen buka usaha yang kemungkinannya itu sangat minimalis banget.Sekelas orang mager kaya Acha mau buka usaha? Mau jualan apa coba, gerak dikit aja ngos-ngos an ngeluh mulu ini malah berlaga mau buka usaha ujungnya nanti malah Reno yang repot.Acha merengut pelan. "Minggu depan udah libur semester pertama, gue pengen buka usaha biar ada aktivitas." Ucap Acha bergelayut manja di lengan Reno yang sibuk berkutat dengan laptop nya. Reno menggeleng. "Buka usaha banyak pertimbangannya bukan main asal buka aja, lagian mau buka usaha apa? ternak curut?." Ujar nya."Apa aja, jual pop ice atau seblak didepan rumah juga gue mau." "Prettt. Siapa yang mau beli." "Ih, biar kaya orang-orang, No.""Tapi lo gak kaya orang-orang, Cha." Timpal Reno tetap fokus pada layar laptopnya meskipun Acha menggelayuti tangannya dengan segala gaya.Acha mendengus kasar merebahkan kepalanya
Acha membuka mata dengan tangan memegang kepalanya yang masih terasa berat, mata nya mengerjab pelan melihat kearah tangannya yang digenggam oleh seseorang yang tak lain adalah... Reno.Selain Reno disana juga ada papah nya yang terlelap di sofa dengan posisi duduk bersandar, Acha menghela nafas berat pasti sangat pegal semalaman tidur dengan posisi seperti itu apalagi Reno.Acha berusaha menarik tangannya yang digenggam oleh Reno dengan perlahan tapi rupa nya pergerakannya malah membuat Reno terusik dan akhirnya bangun daro tidur nya. Melihat Acha yang sudah bangun, cowok itu menarik senyuman tipis nya menegakan tubuh dan merasakan punggung nya terasa cukup sakit."Lo kenapa tidur disini?." Pertanyaan itu menyambut awal kesadaran Reno."Jagain lo." Balas Reno dengan enteng, punggung tangannya menyentuh kening Acha. "Alhamdulillah demam nya udah turun gak kaya semalem." Kata nya bersyukur.Acha tidak menggubris ucapan Reno, dia lebih fokus pada badan cowok itu yang semalaman tidur de
Namanya cobaan hidup kalo gak susah ya sulit, mau enak mah namanya cobain. Mau marah tapi gak bakalan merubah kenyataan, akhirnya cuman bisa pasrah dan ikhlas merelakan.Emang bener kata orang, hari sial gak pernah ada di kalender karna sial bisa terjadi dimana pun dan kapan pun, tidak pernah ada yang tau.Reno mendesah pelan berjongkok didepan gerbang rumah nya pagi-pagi buta meratapi nasib motornya yang dibawa pergi oleh orang alias di colong.Mimpi apa ya dia semalem bisa sampe kecolongan? Setelah bertahun-tahun dia hidup dan tinggal di komplek itu baru kali ini dia merasakan kebobolan padahal selama ini aman-aman saja. Meskipun hanya motor nya saja yang dibawa pergi tapi Fara pasti akan mengamuk dan langsung mengadakan sidang dadakan kepadanya jika tau perihal ini."Sabar ya mas, kami akan urus masalah ini insyaallah pasti motor nya ketemu." Ucap satpam komplek yang datang setelah Reno melaporkan motornya hilang dicuri orang.Reno tidak akan menyalahkan keamanan komplek nya karna
Reno geleng-geleng kepala melihat keadaan kamar Acha yang sudah lama tidak dirinya benahkan, entah harus berkomentar bagimana Reno pada cewek yang masih santai dengan laptop di pangkuannya.Cowok jangkung itu membungkuk memunguti sampah-sampah bekas cemilan sang tuan putri, mengumpulkannya menjadi satu lalu memadukannya pada tempat sampah yang bersih."Baru kemaren gue muji-muji lo, Cha, Cha." Ujar Reno sambil lanjut memunguti barang yang ada dilantai.Acha menoleh sejenak lalu kembali fokus pada layar laptop nya. "Kemaren sibuk, tugas gue lagi banyak jadi gak sempet beres-beres." Balas Acha dengan santai sesekali memakan cemilannya.Reno berdecak pelan merebut cemilan yang dimakan Acha. "Nanti banyak semut dikasur, liat tuh." Ucap nya menunjuk remahan kecil cemilan yang berjatuhan diatas kasur Acha tapi cewek itu tidak memperdulikannya."Pindah, biar gue bersihin dulu." Suruh Reno tapi Acha tidak segera beranjak dari posisi nya."Cha." Panggil Reno namun tidak digubris.Reno menghela
Acha menurunkan tangannya yang semula menutupi keningnya dari terik matahari siang ini. Cewek dengan setelan jeans high waist dan sweater polo berwarna cream itu segera masuk kedalam mobil Reno yang sudah datang menjemputnya."Panas banget diluar." Kata Acha melepas ikatan di rambutnya hingga tergerai lalu menyisirnya dengan tangan.Mobil Reno sudah berjalan pergi meninggalkan area kampus, mereka sudah buat janji untuk makan siang bersama kebetulan Acha yang pulang cepat dan Reno yang tidak ada jadwal dirumah sakit jadi waktu nya sangat pas."Dristan hari ini udah boleh pulang katanya, mau sekalian jemput gak nanti?." Tanya Reno memulai pembicaraan."Masih malu gue ketemu dia." Balas Acha. Reno mengangguk mengerti setelah itu tidak ada pembicaraan lagi diantara kedua nya.Berhubung cuaca yang sedang panas-panas nya mereka mencari makanan yang segar untuk dinikmati, soto salah satu nya. Tidak perlu ketempat mewah cukup warung pinggiran yang terjamin kehigienisannya saja sudah cukup."D
Acha marah, disini yang terkesan bodoh apakah hanya dirinya saja. Kenapa sejak awal dia tidak pernah menyadari bahwa Dristan adalah seorang gay? Dan bisa-bisa nya juga dia menaruh hati pada cowok belok itu.Malu. Sangat malu."Cha.""Lo harus nya ngasih tau gue." Kata Acha. Mata nya mendelik kesal pada Reno.Ya, gimana?Reno menggaruk pelan leher belakangnya bingung harus merespon bagimana, dia pikir Acha sudah tau mangkanya dia tidak memberitahu nya.Awalnya Reno kira Dristan memang sudah mulai berubah menjadi cowok normal yang suka dengan lawan jenis nya saat dekat dengan Acha karna cowok itu juga pernah bilang kepada nya ingin perlahan keluar dari dunia pelangi nya tapi tidak tau nya setelah mendengar omongan Acha rupa nya cowok itu masih belum normal.Ada sedikit perasaan lega, sisa nya senang dihati Reno entah mengapa tapi dia menutupi nya. Menjaga perasaan Acha yang sedang kacau balau dihantam kenyataan."Ternyata selama ini dia nganggep gue kaya adek nya." Sedih Acha menekuk ke
Hari ini ada yang aneh dengan Acha. Selama menemani Dristan, Acha sedikit bicara dan tampak lesuh meskipun biasanya juga nolep tapi tetep ada saja pembahasannya beda dengan sekarang ini. Dristan jadi bingung dibuatnya."Kenapa Cha? Ada yang lagi dipikirin?." Dristan akhirnya bertanya membuat Acha yang sedari tadi hanya diam memainkan hp nya menoleh menggeleng pelan sambil tersenyum paksa.Wajah Acha ini gampang ditebak meskipun hari-hari sama saja raut wajah nya tapi keliatan beda nya, cewek itu sedang tidak baik-baik saja sekarang."Bilang aja kalo lagi ada masalah, cerita sama gue." Ujar Dristan.Acha menatap Dristan sebentar lalu menghela nafas teramat panjang. "Reno marah sama gue dan sekarang kami berantem parah." Cicit nya pelan."Tonjok-tonjokan?.""Bukan gitu." Kesal Acha berdecak karna Dristan malah bercanda.Dristan tertawa kecil. "Gak usah terlalu dipikirin nanti juga baikan lagi kaya biasa, kalian kaya gak pernah berantem aja." Kata Dristan kembali mengupas kulit jeruk yan