"Lo putus sama Shafa?" Reno mengangguk semuanya dia ceritakan pada Acha setelah pulang bekerja beberapa saat yang lalu.
"Keren, ini rekor terlama lo pacaran." Acha bertepuk tangan salut pada Reno, mulutnya mengunyah buah mangga yang telah dipotong oleh Reno.Acha duduk bersila berhadapan dengan Reno, dagunya ia tompangkan ditangan menatap wajah Reno dengan lekat lalu geleng-geleng."Tapi wajar juga Shafa putusin lo, muka lo dibawah rata-rata soalnya.""Enak banget tuh mulut kalo ngomong."Reno menyisir rambutnya kebelakang menggunakan tangannya. "Dulu gue bintang kampus, jangan salah." Bangganya.Acha berdecih. "Bintang laut lo." Ledeknya."Serius.""Gak percaya, mana buktinya."Memang harus dikasih paham. Reno memberikan handphone nya pada Acha membiarkan cewek itu melihat isi nya sendiri.Acha cukup terkejut melihat arsipan nomor-nomor tidak dikenal yang berusaha mengajak kenalan Reno, hanya ada dua pesan yang tidak di arsip kontak miliknya dan juga Shafa."Cukup bisa dipercaya." Acha memberikan kembali handphone nya pada Reno."Kalo gue mau gue tinggal pilih." Ucap Reno dengan sombongnya menyuapkan potongan mangga ke mulutnya.Acha berdecih. Reno memang banyak yang mengejar tapi anehnya cowok itu tidak pernah mau merespon sampai kadang Acha berpikir jika Reno adalah gay.Acha tidak pernah menganggap Reno sebagai cowok itu lah mengapa dirinya tidak pernah merasa risih pada Reno. Seperti sekarang ini contohnya, Acha hanya menggunakan celana pendek sebatas paha dan juga tangtop hitam yang memperlihatkan leher jenjangnya mereka berdua sama-sama duduk dikasur sambil memakan mangga."Tapi menurut lo."Reno menaikan alisnya menunggu ucapan Acha berikutnya."Gue cantik gak?." Tanya Acha sambil memperagakan badannya berpose seperti model-model.Reno hampir tersedak dengan potongan mangga yang dimakannya, kenapa pertanyaan itu tiba-tiba Acha tanyakan kepadanya dan kenapa pula Acha harus berpose seperti itu bikin Reno kaget saja."Gimana, gue cantik gak?." Acha mengedipkan sebelah matanya.Reno membuang pandangannya ada apa dengan dirinya kenapa dirinya tidak sanggup melihat Acha yang seperti itu."Cantik." Jawab Reno tanpa berani melihat Acha."Masa sih, boong lu ya?.""Terserah percaya atau ngga." Reno turun dari kasur membawa piring yang sudah kosong berlalu pergi dari kamar Acha.Acha menatap pantulan dirinya di kaca. "Iya sih, cantik." Puji nya pada diri sendiri.*****"Reno.""Shafa." Kehadiran Shafa membuat Reno terkejut entah kenapa bisa se kebetulan ini."Lo sendiri?" Tanya Reno, Shafa mengangguk wajah cewek itu terlihat murung dengan mata yang sembah seperti habis menangis."Aku mau minta maaf.""Gapapa gue ngerti."Shafa menggigit bibir bawahnya dengan ragu tangannya menyentuh tangan Reno lalu digenggamnya. "Ren, tentang ucapan aku waktu itu.""Yang lalu biar berlalu aja Shaf." Reno melepaskan genggaman tangan Shafa dengan tersenyum agar tidak tersinggung."Aku gak bener-bener mau putus, aku cuman emosi sesaat aja Ren.""Aku aku cemburu aku marah liat kamu yang terlalu peduli sama Acha dibanding aku."Reno masih diam membiarkan Shafa mengeluarkan semua unek-uneknya."Ayo perbaiki lagi, aku masih sayang sama kamu gak gampang buat aku ngelepasin kamu."Reno menghela nafas berat. "Shaf, dengerin gue baik-baik. Gue memperlakukan seseorang sesuai dengan batasannya sendiri, Acha sahabat gue gue memperlakukan dia sewajarnya seorang sahabat gak lebih.""Kamu gak sadar Ren, cara kamu memperlakukan Acha itu udah lebih dari seorang sahabat." Bantah Shafa."Dari awal aku pacaran sama kamu aku selalu berusaha untuk ngertiin hubungan kalian, kamu selalu bilang dia cuman sahabat tapi perlakuan kamu ke dia itu gak bisa bohong. Orang pertama yang selalu kamu cari itu Acha, aku cuman jadi opsi kedua kamu.""Dia yang selalu rebut perhatian kamu dari aku. Bahkan kalo kita jalan yang kamu gandeng itu Acha bukan aku.""Kadang aku mikir kalo Acha tuh sebenernya cuman benalu dihubungan kita."Reno mengepalkan tangannya. "Cukup Shaf, lo berlebihan." Ujar Reno kesal."Kenapa, kamu gak terima aku sebut dia benalu? Itu emang kenyataannya Ren. Demi gak bisa apa-apa kalo tanpa kamu.""Gue bilang cukup, Shafa!." Reno meninggikan nada bicaranya.Mata Shafa sudah berkaca-kaca untuk pertama kali nya Reno berbicara dengan nada tinggi kepadanya hanya karna tidak terima dirinya sebut Acha benalu, hati nya sakit sekali.Acha yang baru selesai dari toilet memperhatikan kedua orang itu, Acha menyimak semua omongan mereka dirinya tetap diam tanpa mengganggu karna memang tidak ada hak."Liat Ren, kamu bentak aku demi bela Acha." Lirih Shafa terisak."Bukan karna Acha, tapi karna lo yang berlebihan." Reno membenarkan."Hubungan kita udah berakhir dan itu lo sendiri yang mau. Jadi gue harap mulai saat ini lo jangan ganggu gue lagi.""Reno." Shafa menahan tangan Reno yang hendak pergi."Aku gak mau kita putus." Shafa menangis terisak beberapa pengunjung mall yang lewat melihat kearah mereka."Jangan mempermalukan diri sendiri, Shaf.""Kasih aku kesempatan buat sama kamu lagi, Ren." Mohon Shafa menggenggam tangan Reno dengan erat."Gue gak mau sama orang yang gak bisa ngehargain hubungan gue dan Acha. Dari awal udah gue ingetin, lo tetep ngeyel dan sekarang setelah berjalan lama lo malah mempermasalahkan hal ini." Reno melepaskan tangan Shafa dari tangannya lalu berbalik hendak pergi tapi pandangannya terfokus pada Acha yang berdiri memandang kearah nya.Acha mengedipkan matanya. "Gue tunggu disana." Ucapnya lalu berlalu pergi."Reno, aku mohon.""Sorry Shaf." Reno segera mengejar Acha meninggal Shafa yang menangisinya."Lo tega, Ren."*****Keheningan terjadi di dalam mobil, setelah kejadian di mall tadi Acha tidak banyak bicara pada Reno. Acha tetap bersikap biasa saja seolah tidak mendengar apapun."Gue kasian sama Shafa."Reno menoleh pada Acha yang tiba-tiba bersuara, pandangan Reno kembali menatap kedepan fokus kejalanan. "Kasian kenapa?." Tanya Reno.Acha menyandarkan kepalanya ke kaca mobil. "Ya kasian aja, punya mantan model an kaya lo." Reno tertawa kecil."Emang kenapa kalo punya mantan model an gue?""Bikin sakit hati." Reno semakin tertawa."Gue gak mungkin bikin sakit hati kalo dia nya gak bikin perkara.""Lo mikirin apa?" Tanya Reno melihat Acha yang hanya diam memandang keluar kaca mobil."Gue."Reno melihat Acha dengan alis berkerut namun Acha justru menatapnya dengan tersenyum."Gue mau belajar mandiri, gue capek kaya gini terus, gue...." Ucapan Acha berhenti mata nya kembali menatap keluar. "Gue gak mau jadi benalu buat lo." Lirihnya.Reno menepikan mobilnya berhenti. Acha pasti mendengar semua pembicaraan nya dengan Shafa, ucapan Shafa pasti membekas dihati Acha."Jangan dengerin omongan orang lain, cukup dengerin kata gue dan orang yang berpengaruh di hidup lo."Acha tersenyum manis. "Gue gak dengerin." Reno ikut tersenyum."Cuman kedengaran aja."To be continudePagi-pagi enaknya mancing kalo lagi libur, Reno berlari menyeberangi jalan menuju rumah Acha untuk mengajaknya memancing.Reno sebenarnya sudah janjian dengan Bara dan dristan, mengajak Acha hanya menjadi syarat saja sebagai simbol keberuntungan agar mendapatkan banyak ikan."Acha, mancing yuk." Teriak Reno."Mau mancing kemana kamu?." Tanya Bagas muncul dari balik pintu."Ke depan aja yang deket om, Acha udah bangun belum?.""Kaya nya udah. Tadi om denger suara air dikamar mandi. Coba kamu liat aja ke kamarnya."Kamar Acha tidak pernah dikunci membuat Reno dengan gampang keluar masuk kamar sahabatnya itu. Pemandangan pertama yang Reno liat saat masuk ke kamar Acha adalah komik-komik yang berserakan diatas kasur. "Lo suka baca komik sekarang?"Acha menurunkan kecamata dari pangkal hidupnya menatap Reno yang berdiri berdecak pinggang menatapnya juga."Kata lo nonton drakor gak berpaedah dan bikin rusak otak, yaudah gue banting stir ke baca komik."Reno geleng-geleng, panasaran dengan
Fara menatap wajah lesuh Reno dengan aneh. Tumben sekali wajah putra nya lesuh tidak bersemangat begitu, apa sedang berkonflik dengan Acha?"Ada apa, Ren, kok tumben lesuh begitu?" Tanya Fara mengikuti Reno ke kamar."Gapapa, lagi capek aja.""Sama Acha?.""Kerjaan.""Mau mamah buatin teh anget?.""Gak usah.""Mau makan aja? Mamah ambilin ya."Reno mengeleng menolak. "Nanti aku ambil sendiri kalo mau." Reno bukan Acha yang apa-apa harus diambilkan."Mamah siapin air anget aja ya buat kamu mandi.""Mah aku capek, mau istirahat." Ucap Reno menegaskan nada bicaranya berharap mamah nya bisa mengerti.Fara mengangguk mengerti. "Yaudah kamu istirahat, mamah tutup pintu nya ya." "Makasih."Reno langsung merebahan diri di kasur mengistirahatkan punggungnya yang sudah sangat pegal setelah seharian bekerja.Beberapa hari ini Reno cukup sibuk membuat waktu istirahatnya berkurang, hari ini Reno bisa pulang lebih awal lebih baik dirinya gunakan untuk beristirahat.Baru lima menit Reno memejamkan
Reno melamun menatap hamparan air pantai di hadapannya yang terhampar luas begitu indah di sore hari.Pantai menjadi salah satu tempat favorit bagi Reno saat banyak beban pikiran yang menghajarnya habis-habisan seperti sekarang ini.Hidup lagi berat-beratnya masalah keluarga malah datang di waktu yang tidak tepat.Perdebatan orang tua nya selalu menghantui otak Reno, keluarga Reno sangat berkecukupan bahkan bisa dibilang lebih dari cukup tapi dibalik kelebihan itu ada kekurangan yang dimana hubungan antara mamah dan papah nya tidak pernah akur dan harmonis seperti pasangan suami istri lainnya.Meskipun sudah menikah puluhan tahun tapi orang tua nya masih saja hobi bertengkar.Seperti siang tadi contohnya Papah Reno yang baru saja pulang dari Surabaya kumat dengan penyakitan nya, membawa wanita simpanan dengan tidak tau malu kerumah mereka untuk kesekian kalinya.Fara tentu saja marah dan mengamuk melihat kelakuan suami nya yang tidak pernah berubah walau dirinya selalu mengancam akan
"Makasih ya sayang udah mau nemenin tante ke pengadilan." Fara menggenggam tangan Acha diatas pangkuannya, mereka sedang duduk diruang keluarga sambil menonton drama di tv setelah beberapa saat yang lalu pulang dari pengadilan agama."Sama-sama." Acha balas tersenyum manis. Fara adalah wanita kuat seperti almarhum mamah nya, dititik terendahnya seperti ini saja Fara tidak mengeluarkan air mata sama sekali."Besok temenin tante belanja, bisa kan?""Kalo pusing kaya gini bawaannya pengen shopping ngabisin uang." "Bisa tante, nanti kabarin aja jam berapa nya."Fara mencubit gemas pipi Acha. "Kamu emang paling bisa ngertiin tante. Jadi gak sabar buat jadian mantu." Ucapnya.Acha tidak memikirkan ucapan Fara, mata nya melihat jam sebentar lalu berpamitan pada Fara untuk pulang."Kamu gak nunggu Reno pulang dulu?.""Aku ngantuk tante.""Tiduran di kamar Reno aja loh."Sebenarnya tawaran Fara boleh juga tapi Acha tetap memilih untuk pulang. "Aku pulang aja tante." Acha mencium punggung tang
Bagas menangis haru setelah mendengar ucapan putri nya yang selalu dirinya tunggu-tunggu, dipeluknya erat badan Acha sambil mengucapkan alhamdulillah."Ini bukan papah yang salah denger kan?." Bagas berusaha memastikan sekali lagi.Acha menghela nafas pendek. "Aku serius mau kuliah, dipikir-pikir bete juga dirumah terus." Ucap Acha menyebutkan alasannya."Berarti kamu beneran mau kuliah ini.""Iya, papah." Acha mulai jengkel."Alhamdulillah." "Reno harus tau kabar gembira ini." "Reno udah tau tadi aku udah bilang dia, mungkin bentar lag—." Ucapan Acha berhenti."ALHAMDULILLAH YAALLAH AKHIRNYA SAHABAT SAYA MAU KULIAH UNTUK MASA DEPANNYA." Reno teriak dari pintu sambil mengangkat kedua tangannya bersyukur.Seperti dugaan Acha cowok itu pasti langsung datang kerumah nya setelah dirinya telpon.Badan kecil Acha diangkat hingga kaki nya tidak menyentuh lantai oleh Reno. "Bego turunin." Kesal Acha meronta-ronta."Gue seneng banget akhirnya lo mau dengerin omongan gue." Ucap Reno setelah m
Setelah memutuskan untuk membiarkan Shafa ikut bergabung bersama mereka, Fara dibuat tidak tenang dan nyaman berbanding terbalik dengan Acha yang begitu santai dan tidak peduli.Padahal yang harusnya seperti itu Acha bukan Fara, jelas-jelas Shafa sedang berusaha mendekati Fara untuk mengambil perhatiannya."Tante suka koleksi jam tangan ya?.""Buat gaya-gaya aja sih ngabisin uang." Jawab Fara seperti biasa dengan senyuman palsunya.Ngobrol dengan Fara Shafa selalu dibuat mati kutu untuk menlanjutkan topik obrolannya tapi Shafa tidak menyerah begitu saja, demi Reno Shafa akan terus berusaha memenangkan hati Fara."Oh iya, Cha, tumben banget lo belanja di Sephora beli make up?." Tanya Shafa tidak sengaja melihat salah satu paper bag dari Sephora milik Acha."Biasanya kan lo paling gak peduli tentang penampilan, lo kan cewek natural." Acha menatap Shafa untuk beberapa detik lalu tersenyum membuka paper bag itu menujukan isi nya tanpa ragu pada Shafa. "Iya, cewek natural juga tetap butuh
Momentum yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba, setelah mendaftarkan diri sebagai maba di periode ke 2 hari ini Acha resmi menjadi maba di salah satu Universitas Jakarta.Diantarkan oleh Reno dan juga papah nya untuk pertama kali menjadi seorang maba sebenarnya cukup memalukan untuk Acha."Udah kalian balik sana."Bagas menyeka ujung matanya yang berair. "Papah terharu liat kamu bisa dititik ini, papah bangga dan mamah kamu pun disana pasti bangga, papah yakin." Ucap Bagas memeluk Acha mencium keningnya bangga."Pah.""Kamu harus sungguh-sungguh ya buktikan keseriusan kamu."Acha menghela nafas pelan. "Ren anterin papah pulang." Suruh Acha, melihat papah nya seperti itu hanya membuat Acha menjadi tidak tega."Baik ndoro.... Lo jaga diri baik-baik."Padahal dirinya hanya pergi ke kampus yang jaraknya pun hanya ditempuh sekitar satu jam an saja tapi kenapa mereka berlagak seperti Acha pergi keluar negeri.Setelah mobil Reno pergi dari sana Acha menghirup udara sebanyak mungkin lalu membua
Seminggu sudah Acha menjadi mahasiswa, walaupun sedikit berat tapi Acha tetap berusaha menjalani nya dengan tenang dan santai.Setiap hari Acha diantar jemput oleh Reno, cowok itu selalu meluangkan waktunya untuk menjemput Acha walau sesibuk apapun. Padahal Acha bisa naik grabcar atau gojek untuk sekedar pulang saja tapi Reno tidak membiarkannya selagi dirinya masih sanggup.Kegiatan Acha selama di kampus hanya datang, belajar, istirahat lalu pulang begitu terus setiap harinya. Di kampus Acha tidak mengikuti kegiatan apapun dirinya benar-benar hanya menjadi mahasiswa Kupu-Kupu seperti ucapannya.Seperti hari ini setelah kelas pertamanya selesai Acha hanya berdiam diri di dalam kelas meletakan kepalanya pada tumpuan tangan sambil melamun mendengarkan musik lewat AirPods nya."Acha, gue panggil-panggil juga." Siska tiba-tiba datang menggebrak kursi sambil berteriak membuat Acha tersadar dari lamunannya.Acha melepas AirPods nya menatap Siska dengan tatapan bertanya."Ada yang nyariin l
"Cara gini lo yakin berhasil?." Tanya Reno ragu kepada dua temannya."Kalo gak dicoba kan gak bakalan tau." Ujar Dristan memakai topeng pencuri bersama dengan Bara, kedua nya sudah kompak akan cosplay menjadi seorang penjahat malam hari ini demi sang teman.Reno semakin ragu dengan rencana yang akan mereka lakukan karna ini cukup berbahaya, resiko nya lumayan besar kalo ketauan warga sekitar bisa digebukin mereka."Tenang aja, aman." Ujar Bara."Kalo ketauan gimana?." Tanya Reno cemas terlalu memikirkan resiko-resiko kegagalan mereka."Gak bakalan, aman dah. Serahin sama kita berdua lo cukup dateng dan jadi pahlawan buat Acha." Timpal Dristan bersiap menyelinap masuk ke rumah Acha yang tampak sepi.Reno menatap was-was ke sekitar takut ada yang melihat mereka, agak gila sebenarnya rencana yang diusulkan Dristan tapi lebih gila lagi dirinya yang mau saja mengikuti akal bulus itu.Ya gimana? Untuk dirinya juga.Reno menunggu dengan hati yang gusar, Dristan dan Bara sudah masuk kedalam r
"Pagi dokter Airin." Sapa Bara tidak sengaja berpapasan dengan Airin di parkiran rumah sakit.Airin tersenyum tipis pandangan matanya tertuju pada sosok yang ada disebelah Bara, Reno tampak acuh dengan hp nya jika dilihat dari gerakan tangannya sepertinya sedang berkirim pesan dengan seseorang."Pagi juga dokter Bara, dokter Reno." Sapa balik Airin dengan manis. Reno mendongak menatap Airin mendengar namanya ikut disebut, dengan sopan Reno mengangguk membalas sapaan Airin.Usut punya usut ternyata Airin ini umurnya sama seperti bara dan Reno, meskipun wajah nya terlihat sangat muda tapi umur nya sudah sangat matang wajar saja banyak yang langsung menyukai nya."Gak dianterin?." Tanya Bara basi-basi mereka berjalan bersamaan menyusuri koridor rumah sakit."Iya, biasa kemana-mana sendiri." Balas Airin lembut."Calon suami atau pacar nya kemana emang?." Mulai. Reno sudah sangat jengah Bara yang sengaja sekali pertanyaannya itu."Saya belum punya, masih mau fokus karir." Ucap Airin malu-
"No, gue mau buka usaha.""GAK USAH NGACO!."Hidup lagi capek-capek nya perkara motor gak ketemu-ketemu malah denger Acha pengen buka usaha yang kemungkinannya itu sangat minimalis banget.Sekelas orang mager kaya Acha mau buka usaha? Mau jualan apa coba, gerak dikit aja ngos-ngos an ngeluh mulu ini malah berlaga mau buka usaha ujungnya nanti malah Reno yang repot.Acha merengut pelan. "Minggu depan udah libur semester pertama, gue pengen buka usaha biar ada aktivitas." Ucap Acha bergelayut manja di lengan Reno yang sibuk berkutat dengan laptop nya. Reno menggeleng. "Buka usaha banyak pertimbangannya bukan main asal buka aja, lagian mau buka usaha apa? ternak curut?." Ujar nya."Apa aja, jual pop ice atau seblak didepan rumah juga gue mau." "Prettt. Siapa yang mau beli." "Ih, biar kaya orang-orang, No.""Tapi lo gak kaya orang-orang, Cha." Timpal Reno tetap fokus pada layar laptopnya meskipun Acha menggelayuti tangannya dengan segala gaya.Acha mendengus kasar merebahkan kepalanya
Acha membuka mata dengan tangan memegang kepalanya yang masih terasa berat, mata nya mengerjab pelan melihat kearah tangannya yang digenggam oleh seseorang yang tak lain adalah... Reno.Selain Reno disana juga ada papah nya yang terlelap di sofa dengan posisi duduk bersandar, Acha menghela nafas berat pasti sangat pegal semalaman tidur dengan posisi seperti itu apalagi Reno.Acha berusaha menarik tangannya yang digenggam oleh Reno dengan perlahan tapi rupa nya pergerakannya malah membuat Reno terusik dan akhirnya bangun daro tidur nya. Melihat Acha yang sudah bangun, cowok itu menarik senyuman tipis nya menegakan tubuh dan merasakan punggung nya terasa cukup sakit."Lo kenapa tidur disini?." Pertanyaan itu menyambut awal kesadaran Reno."Jagain lo." Balas Reno dengan enteng, punggung tangannya menyentuh kening Acha. "Alhamdulillah demam nya udah turun gak kaya semalem." Kata nya bersyukur.Acha tidak menggubris ucapan Reno, dia lebih fokus pada badan cowok itu yang semalaman tidur de
Namanya cobaan hidup kalo gak susah ya sulit, mau enak mah namanya cobain. Mau marah tapi gak bakalan merubah kenyataan, akhirnya cuman bisa pasrah dan ikhlas merelakan.Emang bener kata orang, hari sial gak pernah ada di kalender karna sial bisa terjadi dimana pun dan kapan pun, tidak pernah ada yang tau.Reno mendesah pelan berjongkok didepan gerbang rumah nya pagi-pagi buta meratapi nasib motornya yang dibawa pergi oleh orang alias di colong.Mimpi apa ya dia semalem bisa sampe kecolongan? Setelah bertahun-tahun dia hidup dan tinggal di komplek itu baru kali ini dia merasakan kebobolan padahal selama ini aman-aman saja. Meskipun hanya motor nya saja yang dibawa pergi tapi Fara pasti akan mengamuk dan langsung mengadakan sidang dadakan kepadanya jika tau perihal ini."Sabar ya mas, kami akan urus masalah ini insyaallah pasti motor nya ketemu." Ucap satpam komplek yang datang setelah Reno melaporkan motornya hilang dicuri orang.Reno tidak akan menyalahkan keamanan komplek nya karna
Reno geleng-geleng kepala melihat keadaan kamar Acha yang sudah lama tidak dirinya benahkan, entah harus berkomentar bagimana Reno pada cewek yang masih santai dengan laptop di pangkuannya.Cowok jangkung itu membungkuk memunguti sampah-sampah bekas cemilan sang tuan putri, mengumpulkannya menjadi satu lalu memadukannya pada tempat sampah yang bersih."Baru kemaren gue muji-muji lo, Cha, Cha." Ujar Reno sambil lanjut memunguti barang yang ada dilantai.Acha menoleh sejenak lalu kembali fokus pada layar laptop nya. "Kemaren sibuk, tugas gue lagi banyak jadi gak sempet beres-beres." Balas Acha dengan santai sesekali memakan cemilannya.Reno berdecak pelan merebut cemilan yang dimakan Acha. "Nanti banyak semut dikasur, liat tuh." Ucap nya menunjuk remahan kecil cemilan yang berjatuhan diatas kasur Acha tapi cewek itu tidak memperdulikannya."Pindah, biar gue bersihin dulu." Suruh Reno tapi Acha tidak segera beranjak dari posisi nya."Cha." Panggil Reno namun tidak digubris.Reno menghela
Acha menurunkan tangannya yang semula menutupi keningnya dari terik matahari siang ini. Cewek dengan setelan jeans high waist dan sweater polo berwarna cream itu segera masuk kedalam mobil Reno yang sudah datang menjemputnya."Panas banget diluar." Kata Acha melepas ikatan di rambutnya hingga tergerai lalu menyisirnya dengan tangan.Mobil Reno sudah berjalan pergi meninggalkan area kampus, mereka sudah buat janji untuk makan siang bersama kebetulan Acha yang pulang cepat dan Reno yang tidak ada jadwal dirumah sakit jadi waktu nya sangat pas."Dristan hari ini udah boleh pulang katanya, mau sekalian jemput gak nanti?." Tanya Reno memulai pembicaraan."Masih malu gue ketemu dia." Balas Acha. Reno mengangguk mengerti setelah itu tidak ada pembicaraan lagi diantara kedua nya.Berhubung cuaca yang sedang panas-panas nya mereka mencari makanan yang segar untuk dinikmati, soto salah satu nya. Tidak perlu ketempat mewah cukup warung pinggiran yang terjamin kehigienisannya saja sudah cukup."D
Acha marah, disini yang terkesan bodoh apakah hanya dirinya saja. Kenapa sejak awal dia tidak pernah menyadari bahwa Dristan adalah seorang gay? Dan bisa-bisa nya juga dia menaruh hati pada cowok belok itu.Malu. Sangat malu."Cha.""Lo harus nya ngasih tau gue." Kata Acha. Mata nya mendelik kesal pada Reno.Ya, gimana?Reno menggaruk pelan leher belakangnya bingung harus merespon bagimana, dia pikir Acha sudah tau mangkanya dia tidak memberitahu nya.Awalnya Reno kira Dristan memang sudah mulai berubah menjadi cowok normal yang suka dengan lawan jenis nya saat dekat dengan Acha karna cowok itu juga pernah bilang kepada nya ingin perlahan keluar dari dunia pelangi nya tapi tidak tau nya setelah mendengar omongan Acha rupa nya cowok itu masih belum normal.Ada sedikit perasaan lega, sisa nya senang dihati Reno entah mengapa tapi dia menutupi nya. Menjaga perasaan Acha yang sedang kacau balau dihantam kenyataan."Ternyata selama ini dia nganggep gue kaya adek nya." Sedih Acha menekuk ke
Hari ini ada yang aneh dengan Acha. Selama menemani Dristan, Acha sedikit bicara dan tampak lesuh meskipun biasanya juga nolep tapi tetep ada saja pembahasannya beda dengan sekarang ini. Dristan jadi bingung dibuatnya."Kenapa Cha? Ada yang lagi dipikirin?." Dristan akhirnya bertanya membuat Acha yang sedari tadi hanya diam memainkan hp nya menoleh menggeleng pelan sambil tersenyum paksa.Wajah Acha ini gampang ditebak meskipun hari-hari sama saja raut wajah nya tapi keliatan beda nya, cewek itu sedang tidak baik-baik saja sekarang."Bilang aja kalo lagi ada masalah, cerita sama gue." Ujar Dristan.Acha menatap Dristan sebentar lalu menghela nafas teramat panjang. "Reno marah sama gue dan sekarang kami berantem parah." Cicit nya pelan."Tonjok-tonjokan?.""Bukan gitu." Kesal Acha berdecak karna Dristan malah bercanda.Dristan tertawa kecil. "Gak usah terlalu dipikirin nanti juga baikan lagi kaya biasa, kalian kaya gak pernah berantem aja." Kata Dristan kembali mengupas kulit jeruk yan