Fara menatap wajah lesuh Reno dengan aneh. Tumben sekali wajah putra nya lesuh tidak bersemangat begitu, apa sedang berkonflik dengan Acha?
"Ada apa, Ren, kok tumben lesuh begitu?" Tanya Fara mengikuti Reno ke kamar."Gapapa, lagi capek aja.""Sama Acha?.""Kerjaan.""Mau mamah buatin teh anget?.""Gak usah.""Mau makan aja? Mamah ambilin ya."Reno mengeleng menolak. "Nanti aku ambil sendiri kalo mau." Reno bukan Acha yang apa-apa harus diambilkan."Mamah siapin air anget aja ya buat kamu mandi.""Mah aku capek, mau istirahat." Ucap Reno menegaskan nada bicaranya berharap mamah nya bisa mengerti.Fara mengangguk mengerti. "Yaudah kamu istirahat, mamah tutup pintu nya ya.""Makasih."Reno langsung merebahan diri di kasur mengistirahatkan punggungnya yang sudah sangat pegal setelah seharian bekerja.Beberapa hari ini Reno cukup sibuk membuat waktu istirahatnya berkurang, hari ini Reno bisa pulang lebih awal lebih baik dirinya gunakan untuk beristirahat.Baru lima menit Reno memejamkan matanya pintu kamarnya dibuka dengan kasar dari luar, Reno bangun melihat siapa pelaku nya.Siapa lagi memang?Acha berdiri di ambang pintu dengan piyama tidur membawa boneka anjing kesayangannya. Reno bisa menebak apa yang akan Acha lakukan selanjutnya.Sahabatnya itu datang mengungsi untuk kesekian kalinya."Apa lagi sekarang?." Tanya Reno menggeser badannya membiarkan Acha merebahkan diri disamping nya memeluk boneka anjing itu."Papah lagi karokean, berisik, gak tau anaknya mau tidur.""Papah lo nyari hiburan biar kagak stres ngurusin lo kali." Bela Reno bangun dari tidurnya membuka satu persatu kancing kemejanya.Rasa ingin tidur lenyap begitu saja setelah kemunculan Acha dikamarnya, lebih baik Reno mandi saja.Acha menatap tidak berkedip Reno yang sedang melepas kemeja didepan matanya. Acha berdecak kagum, melihat kemolekan badan Reno."Gue mau mandi.""Ayo gue mandiin.""Cewek gila." Reno melempar kemeja bekasnya pada wajah Acha kemudian segera pergi ke kamar mandi.Acha ngelus dagu nya seperti om-om yang memiliki tatapan mesum. "Diliat-liat, oke juga." Gumam Acha.Kebalik ini mah.*****"Aduh gemasnya, jadi pengen nikahin mereka." Ucap Fara melihat Reno dan Acha yang masih tertidur lelap.Sudah bukan hal aneh melihat Acha dan Reno tidur satu kasur, wajar-wajar saja mereka kan sahabatan jadi tidak masalah.Fara kembali ke dapur untuk memasak, bibirnya tersenyum lebar setelah memposting potret Reno dan Acha yang sedang tidur di status W******p nya dengan caption PAGI-PAGI MASIH PADA BOBO ANAK CANTIK DAN GANTENGKU tidak lupa dengan emot senyuman dan taman bunga nya.Teman-temannya langsung berkomentar membuat Fara senyum-senyum sendiri di dapur bersenandung ria sambil menggoreng-goreng.Menu sarapan hari ini Fara buatkan spesial nasi uduk dengan ayam goreng serundeng. Walaupun Fara ibu-ibu sosialita yang kerjaannya nongkrong manja dan belanja di mall tapi jika sudah masuk dapur masakannya tidak perlu diragukan lagi.Orang dulunya mantan Chef kok."Haduh udah jam tujuh aja." Fara buru-buru menyelesaikan masakannya karna jam sembilan nanti dirinya akan pergi berkumpul manja di caffee salah temannya yang baru buka.Sat set sat set Fara menyajikan sarapannya di meja makan. "Sarapan beres, tinggal memanjakan diri." Fara mengibaskan rambut panjangnya yang badai merasa bangga pada dirinya sendiri karna bisa gerak dengan cepat.Dikamar Reno, Acha tidurnya mulai terusik saat deringan telpon Reno terus berbunyi kesekian kalinya. Geram Acha memutuskan untuk mengangkatnya dengan setengah kesadarannya."Reno masih tidur, lo ganggu, bye." Ketus Acha lalu mematikan telponnya sepihak.Acha merayap keatas badan Reno mencari kenyamanan untuk kembali tidur. "Empuk juga."Acha menepuk-nepuk dada Reno yang berbentuk."Nyaman."Shit.Reno menggeram dalam tidurnya, kesadarannya mulai terkumpul karna tidur pun sudah tidak tenang."Cha, plis deh jangan bikin gue darah tinggi pagi-pagi." Ucap Reno dengan suara yang parau menyingkirkan tangan Acha yang merayap kedalam baju nya.Acha mendongak menatap Reno yang masih memejamkan matanya. "Dada lo kok gede?.""Gede apaan sih bego, ah.""Ini ini liat, dada gue cuman segini."ASTGAFIRULLAH UKHTI.Sial, Reno malah membuka matanya melihat tangan Acha yang sedang mengukur dada nya, kenapa Reno terpancing dengan ucapan Acha sih harusnya dia merem saja tidak usah melihat.Jadi kepikiran kan."Punya lo segini." Acha tiba-tiba mengukur dada Reno menggunakan kedua tangannya.Reno menutup setengah wajahnya kesal. "Punya gue gak ada isinya, ini gede karna otot." Reno berusaha memberikan penjelasan agar Acha tidak semakin melantur dengan omongannya.Acha menundukkan pandangannya menatap dada nya dari balik piyama. "Emang kalo punya gue ada isi nya ya?." Tanya Acha menatap Reno dengan polosnya.ALLAHUAKBAR!"Mending lo mandi." Perintah Reno sudah tidak sanggup meladenin ucapan Acha yang ugal-ugal an."Dingin.""Jangan norak, kan ada air panas lo pake deh tuh sampe badan lo melepuh terus kulitnya lo goreng biar bisa test kriuk." Ucap Reno saking Jengkel nya pada Acha."Serem.""Tapi lebih serem gak punya kuota sih.""Serah lo, Cha, terserah." Kesal Reno.Acha merubah posisinya menjadi tengkurap, kedua tangannya menjadi tompangan dagu nya."Ren.""Apaan lagi?." Reno bertanya dengan malas."Gue tiba-tiba bm molen masa."Apalagi ini yaallah, kenapa Acha random sekali pagi-pagi begini pake acara bm molen segala. Reno banyak-banyak Istighfar untung Reno sudah Islam dari lahir coba kalo semisal dirinya Kristen pasti otw log-in akibat Acha."Gue cuci muka dulu.""Mau kemana?.""Beli ban motor... nanya lagi lo, tadi lo mau apa?""Molen.""Tau ah." Reno ngambek.*****"Lo bilang apa barusan?." Tanya Reno takut salah dengar ucapan Acha yang selalu diluar pikirannya.Acha menghela nafas. "Gue pengen bisa naik motor." Ulang Acha."Naik motor mah gampang, tinggal duduk.""Bukan Reno. Maksud gue bawa motor nya.""Biar gue gak nyusahin lo terus, naik motor juga gak capek tinggal gas aja gak perlu jalan." Lanjut Acha.Reno cukup terharu karna Acha tidak mau menyusahkannya tapi Reno juga geram mendengar ucapan Acha yang begitu enteng bilang tinggal gas aja."Bawa motor gak segampang itu, apalagi dijalan raya, bahaya. Lo bisa mati sia-sia nanti.""Pake helm biar aman."Makin ngadi-ngadi saja Acha sekarang, jalan kaki keluar saja tidak pernah benar apalagi bawa motor bisa babak belur ditabrak orang dijalanan nanti."Tetep bahaya.""Kan ada lo, lo jagain gue.""Jangan ngebantah.... Mendingan lo mulai mikirin planing hidup lo kedepan kalo gak mau nyusahin gue sampe mati. Contoh kecilnya kuliah, pendidikan penting loh buat masa depan lo." Ucap Reno.Acha menghela nafas panjang. Dulu dirinya pikir kuliah hanya beradu outfit sambil tenteng-tenteng tas lalu lulus tapi setelah melihat bagaimana pusing dan riweh nya Reno waktu mengerjakan tugas dan skripsi nya Acha jadi berpikir dua kali untuk kuliah."Demi masa depan lo juga, Cha, lo cewek calon ibu, tanggung jawabnya besar apalagi udah punya anak kalo bukan lo siapa lagi yang mau ngajarin anak lo nanti."Reno sudah berpikir sejauh itu tentang dirinya, Acha kepikiran saja belum."Nanti gue pikirin."To be continudeReno melamun menatap hamparan air pantai di hadapannya yang terhampar luas begitu indah di sore hari.Pantai menjadi salah satu tempat favorit bagi Reno saat banyak beban pikiran yang menghajarnya habis-habisan seperti sekarang ini.Hidup lagi berat-beratnya masalah keluarga malah datang di waktu yang tidak tepat.Perdebatan orang tua nya selalu menghantui otak Reno, keluarga Reno sangat berkecukupan bahkan bisa dibilang lebih dari cukup tapi dibalik kelebihan itu ada kekurangan yang dimana hubungan antara mamah dan papah nya tidak pernah akur dan harmonis seperti pasangan suami istri lainnya.Meskipun sudah menikah puluhan tahun tapi orang tua nya masih saja hobi bertengkar.Seperti siang tadi contohnya Papah Reno yang baru saja pulang dari Surabaya kumat dengan penyakitan nya, membawa wanita simpanan dengan tidak tau malu kerumah mereka untuk kesekian kalinya.Fara tentu saja marah dan mengamuk melihat kelakuan suami nya yang tidak pernah berubah walau dirinya selalu mengancam akan
"Makasih ya sayang udah mau nemenin tante ke pengadilan." Fara menggenggam tangan Acha diatas pangkuannya, mereka sedang duduk diruang keluarga sambil menonton drama di tv setelah beberapa saat yang lalu pulang dari pengadilan agama."Sama-sama." Acha balas tersenyum manis. Fara adalah wanita kuat seperti almarhum mamah nya, dititik terendahnya seperti ini saja Fara tidak mengeluarkan air mata sama sekali."Besok temenin tante belanja, bisa kan?""Kalo pusing kaya gini bawaannya pengen shopping ngabisin uang." "Bisa tante, nanti kabarin aja jam berapa nya."Fara mencubit gemas pipi Acha. "Kamu emang paling bisa ngertiin tante. Jadi gak sabar buat jadian mantu." Ucapnya.Acha tidak memikirkan ucapan Fara, mata nya melihat jam sebentar lalu berpamitan pada Fara untuk pulang."Kamu gak nunggu Reno pulang dulu?.""Aku ngantuk tante.""Tiduran di kamar Reno aja loh."Sebenarnya tawaran Fara boleh juga tapi Acha tetap memilih untuk pulang. "Aku pulang aja tante." Acha mencium punggung tang
Bagas menangis haru setelah mendengar ucapan putri nya yang selalu dirinya tunggu-tunggu, dipeluknya erat badan Acha sambil mengucapkan alhamdulillah."Ini bukan papah yang salah denger kan?." Bagas berusaha memastikan sekali lagi.Acha menghela nafas pendek. "Aku serius mau kuliah, dipikir-pikir bete juga dirumah terus." Ucap Acha menyebutkan alasannya."Berarti kamu beneran mau kuliah ini.""Iya, papah." Acha mulai jengkel."Alhamdulillah." "Reno harus tau kabar gembira ini." "Reno udah tau tadi aku udah bilang dia, mungkin bentar lag—." Ucapan Acha berhenti."ALHAMDULILLAH YAALLAH AKHIRNYA SAHABAT SAYA MAU KULIAH UNTUK MASA DEPANNYA." Reno teriak dari pintu sambil mengangkat kedua tangannya bersyukur.Seperti dugaan Acha cowok itu pasti langsung datang kerumah nya setelah dirinya telpon.Badan kecil Acha diangkat hingga kaki nya tidak menyentuh lantai oleh Reno. "Bego turunin." Kesal Acha meronta-ronta."Gue seneng banget akhirnya lo mau dengerin omongan gue." Ucap Reno setelah m
Setelah memutuskan untuk membiarkan Shafa ikut bergabung bersama mereka, Fara dibuat tidak tenang dan nyaman berbanding terbalik dengan Acha yang begitu santai dan tidak peduli.Padahal yang harusnya seperti itu Acha bukan Fara, jelas-jelas Shafa sedang berusaha mendekati Fara untuk mengambil perhatiannya."Tante suka koleksi jam tangan ya?.""Buat gaya-gaya aja sih ngabisin uang." Jawab Fara seperti biasa dengan senyuman palsunya.Ngobrol dengan Fara Shafa selalu dibuat mati kutu untuk menlanjutkan topik obrolannya tapi Shafa tidak menyerah begitu saja, demi Reno Shafa akan terus berusaha memenangkan hati Fara."Oh iya, Cha, tumben banget lo belanja di Sephora beli make up?." Tanya Shafa tidak sengaja melihat salah satu paper bag dari Sephora milik Acha."Biasanya kan lo paling gak peduli tentang penampilan, lo kan cewek natural." Acha menatap Shafa untuk beberapa detik lalu tersenyum membuka paper bag itu menujukan isi nya tanpa ragu pada Shafa. "Iya, cewek natural juga tetap butuh
Momentum yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba, setelah mendaftarkan diri sebagai maba di periode ke 2 hari ini Acha resmi menjadi maba di salah satu Universitas Jakarta.Diantarkan oleh Reno dan juga papah nya untuk pertama kali menjadi seorang maba sebenarnya cukup memalukan untuk Acha."Udah kalian balik sana."Bagas menyeka ujung matanya yang berair. "Papah terharu liat kamu bisa dititik ini, papah bangga dan mamah kamu pun disana pasti bangga, papah yakin." Ucap Bagas memeluk Acha mencium keningnya bangga."Pah.""Kamu harus sungguh-sungguh ya buktikan keseriusan kamu."Acha menghela nafas pelan. "Ren anterin papah pulang." Suruh Acha, melihat papah nya seperti itu hanya membuat Acha menjadi tidak tega."Baik ndoro.... Lo jaga diri baik-baik."Padahal dirinya hanya pergi ke kampus yang jaraknya pun hanya ditempuh sekitar satu jam an saja tapi kenapa mereka berlagak seperti Acha pergi keluar negeri.Setelah mobil Reno pergi dari sana Acha menghirup udara sebanyak mungkin lalu membua
Seminggu sudah Acha menjadi mahasiswa, walaupun sedikit berat tapi Acha tetap berusaha menjalani nya dengan tenang dan santai.Setiap hari Acha diantar jemput oleh Reno, cowok itu selalu meluangkan waktunya untuk menjemput Acha walau sesibuk apapun. Padahal Acha bisa naik grabcar atau gojek untuk sekedar pulang saja tapi Reno tidak membiarkannya selagi dirinya masih sanggup.Kegiatan Acha selama di kampus hanya datang, belajar, istirahat lalu pulang begitu terus setiap harinya. Di kampus Acha tidak mengikuti kegiatan apapun dirinya benar-benar hanya menjadi mahasiswa Kupu-Kupu seperti ucapannya.Seperti hari ini setelah kelas pertamanya selesai Acha hanya berdiam diri di dalam kelas meletakan kepalanya pada tumpuan tangan sambil melamun mendengarkan musik lewat AirPods nya."Acha, gue panggil-panggil juga." Siska tiba-tiba datang menggebrak kursi sambil berteriak membuat Acha tersadar dari lamunannya.Acha melepas AirPods nya menatap Siska dengan tatapan bertanya."Ada yang nyariin l
Kecanggungan terjadi diantara Acha dan Reno setelah mengantarkan Bagas ke bandara untuk kembali ke pekerjaannya. Acha kembali ditinggal sendiri untuk ke sekian kalinya, bukan hal besar untuk Acha cuman sekarang keadaannya kurang pas.Sejak kejadian tadi malam Acha tidak banyak mengobrol dengan Reno, dirinya bukan marah tapi justru merasa bersalah takut jika Reno masih kesal padanya."Semalem gue beliin mochi, udah dimakan?."Acha melihat pada Reno yang tiba-tiba mengajaknya bicara. "Udah." Balas nya, matanya menatap potongan buah yang dikupaskan oleh Reno."Tentang yang semalem, maaf.""Maaf." Keduanya secara kebetulan mengucapkan kata maaf dengan bersamaan membuat pandangan keduanya bertemu untuk beberapa saat."Sahabat gue emang udah berubah, sekarang dia udah mau minta maaf." "Bukan karna gue salah.""Iya, minta maaf gak harus yang salah." Reno mengelus rambut Acha.Acha menggeser duduk lebih dekat pada Reno. "Tapi gue juga salah dikit sih, karna gak ngabarin lo, gue gak tau kalo
PagiHari ini Acha libur waktu yang selalu Acha tunggu-tunggu untuk bisa tiduran sepuasnya, belum ada sebulan Acha kuliah tapi rasa nya sudah lama sekali, apa karna Acha tidak menikmati waktunya?Meski sudah jam 10 pagi Acha nyatanya belum memakan apapun selain meneguk air mineral sisa semalam. Reno hari ini bekerja tapi tumben sekali cowok itu tidak memberikannya sarapan padahal tau jika sudah tidak ada papah nya yang memasak.Belakangan ini Acha juga merasa sikap Reno agak sedikit sensitif kepadanya, kadang Acha tidak habis pikir padahal sebelumnya Reno orang paling depan yang selalu menyuruhnya untuk kuliah dan bersosialisasi dengan orang lain tapi setelah Acha berusaha melakukan hal itu respon Reno malah aneh.Acha mengusap perut nya yang berbunyi, helaan nafas dibuangnya perlahan lalu turun dari kasurnya berjalan keluar kamar menuju dapur."Makan apa gue?." Bingung Acha melihat isi kulkas yang hanya ada ayam dan daging beku.Acha berusaha mencari sesuatu yang bisa dirinya makan n
"Cara gini lo yakin berhasil?." Tanya Reno ragu kepada dua temannya."Kalo gak dicoba kan gak bakalan tau." Ujar Dristan memakai topeng pencuri bersama dengan Bara, kedua nya sudah kompak akan cosplay menjadi seorang penjahat malam hari ini demi sang teman.Reno semakin ragu dengan rencana yang akan mereka lakukan karna ini cukup berbahaya, resiko nya lumayan besar kalo ketauan warga sekitar bisa digebukin mereka."Tenang aja, aman." Ujar Bara."Kalo ketauan gimana?." Tanya Reno cemas terlalu memikirkan resiko-resiko kegagalan mereka."Gak bakalan, aman dah. Serahin sama kita berdua lo cukup dateng dan jadi pahlawan buat Acha." Timpal Dristan bersiap menyelinap masuk ke rumah Acha yang tampak sepi.Reno menatap was-was ke sekitar takut ada yang melihat mereka, agak gila sebenarnya rencana yang diusulkan Dristan tapi lebih gila lagi dirinya yang mau saja mengikuti akal bulus itu.Ya gimana? Untuk dirinya juga.Reno menunggu dengan hati yang gusar, Dristan dan Bara sudah masuk kedalam r
"Pagi dokter Airin." Sapa Bara tidak sengaja berpapasan dengan Airin di parkiran rumah sakit.Airin tersenyum tipis pandangan matanya tertuju pada sosok yang ada disebelah Bara, Reno tampak acuh dengan hp nya jika dilihat dari gerakan tangannya sepertinya sedang berkirim pesan dengan seseorang."Pagi juga dokter Bara, dokter Reno." Sapa balik Airin dengan manis. Reno mendongak menatap Airin mendengar namanya ikut disebut, dengan sopan Reno mengangguk membalas sapaan Airin.Usut punya usut ternyata Airin ini umurnya sama seperti bara dan Reno, meskipun wajah nya terlihat sangat muda tapi umur nya sudah sangat matang wajar saja banyak yang langsung menyukai nya."Gak dianterin?." Tanya Bara basi-basi mereka berjalan bersamaan menyusuri koridor rumah sakit."Iya, biasa kemana-mana sendiri." Balas Airin lembut."Calon suami atau pacar nya kemana emang?." Mulai. Reno sudah sangat jengah Bara yang sengaja sekali pertanyaannya itu."Saya belum punya, masih mau fokus karir." Ucap Airin malu-
"No, gue mau buka usaha.""GAK USAH NGACO!."Hidup lagi capek-capek nya perkara motor gak ketemu-ketemu malah denger Acha pengen buka usaha yang kemungkinannya itu sangat minimalis banget.Sekelas orang mager kaya Acha mau buka usaha? Mau jualan apa coba, gerak dikit aja ngos-ngos an ngeluh mulu ini malah berlaga mau buka usaha ujungnya nanti malah Reno yang repot.Acha merengut pelan. "Minggu depan udah libur semester pertama, gue pengen buka usaha biar ada aktivitas." Ucap Acha bergelayut manja di lengan Reno yang sibuk berkutat dengan laptop nya. Reno menggeleng. "Buka usaha banyak pertimbangannya bukan main asal buka aja, lagian mau buka usaha apa? ternak curut?." Ujar nya."Apa aja, jual pop ice atau seblak didepan rumah juga gue mau." "Prettt. Siapa yang mau beli." "Ih, biar kaya orang-orang, No.""Tapi lo gak kaya orang-orang, Cha." Timpal Reno tetap fokus pada layar laptopnya meskipun Acha menggelayuti tangannya dengan segala gaya.Acha mendengus kasar merebahkan kepalanya
Acha membuka mata dengan tangan memegang kepalanya yang masih terasa berat, mata nya mengerjab pelan melihat kearah tangannya yang digenggam oleh seseorang yang tak lain adalah... Reno.Selain Reno disana juga ada papah nya yang terlelap di sofa dengan posisi duduk bersandar, Acha menghela nafas berat pasti sangat pegal semalaman tidur dengan posisi seperti itu apalagi Reno.Acha berusaha menarik tangannya yang digenggam oleh Reno dengan perlahan tapi rupa nya pergerakannya malah membuat Reno terusik dan akhirnya bangun daro tidur nya. Melihat Acha yang sudah bangun, cowok itu menarik senyuman tipis nya menegakan tubuh dan merasakan punggung nya terasa cukup sakit."Lo kenapa tidur disini?." Pertanyaan itu menyambut awal kesadaran Reno."Jagain lo." Balas Reno dengan enteng, punggung tangannya menyentuh kening Acha. "Alhamdulillah demam nya udah turun gak kaya semalem." Kata nya bersyukur.Acha tidak menggubris ucapan Reno, dia lebih fokus pada badan cowok itu yang semalaman tidur de
Namanya cobaan hidup kalo gak susah ya sulit, mau enak mah namanya cobain. Mau marah tapi gak bakalan merubah kenyataan, akhirnya cuman bisa pasrah dan ikhlas merelakan.Emang bener kata orang, hari sial gak pernah ada di kalender karna sial bisa terjadi dimana pun dan kapan pun, tidak pernah ada yang tau.Reno mendesah pelan berjongkok didepan gerbang rumah nya pagi-pagi buta meratapi nasib motornya yang dibawa pergi oleh orang alias di colong.Mimpi apa ya dia semalem bisa sampe kecolongan? Setelah bertahun-tahun dia hidup dan tinggal di komplek itu baru kali ini dia merasakan kebobolan padahal selama ini aman-aman saja. Meskipun hanya motor nya saja yang dibawa pergi tapi Fara pasti akan mengamuk dan langsung mengadakan sidang dadakan kepadanya jika tau perihal ini."Sabar ya mas, kami akan urus masalah ini insyaallah pasti motor nya ketemu." Ucap satpam komplek yang datang setelah Reno melaporkan motornya hilang dicuri orang.Reno tidak akan menyalahkan keamanan komplek nya karna
Reno geleng-geleng kepala melihat keadaan kamar Acha yang sudah lama tidak dirinya benahkan, entah harus berkomentar bagimana Reno pada cewek yang masih santai dengan laptop di pangkuannya.Cowok jangkung itu membungkuk memunguti sampah-sampah bekas cemilan sang tuan putri, mengumpulkannya menjadi satu lalu memadukannya pada tempat sampah yang bersih."Baru kemaren gue muji-muji lo, Cha, Cha." Ujar Reno sambil lanjut memunguti barang yang ada dilantai.Acha menoleh sejenak lalu kembali fokus pada layar laptop nya. "Kemaren sibuk, tugas gue lagi banyak jadi gak sempet beres-beres." Balas Acha dengan santai sesekali memakan cemilannya.Reno berdecak pelan merebut cemilan yang dimakan Acha. "Nanti banyak semut dikasur, liat tuh." Ucap nya menunjuk remahan kecil cemilan yang berjatuhan diatas kasur Acha tapi cewek itu tidak memperdulikannya."Pindah, biar gue bersihin dulu." Suruh Reno tapi Acha tidak segera beranjak dari posisi nya."Cha." Panggil Reno namun tidak digubris.Reno menghela
Acha menurunkan tangannya yang semula menutupi keningnya dari terik matahari siang ini. Cewek dengan setelan jeans high waist dan sweater polo berwarna cream itu segera masuk kedalam mobil Reno yang sudah datang menjemputnya."Panas banget diluar." Kata Acha melepas ikatan di rambutnya hingga tergerai lalu menyisirnya dengan tangan.Mobil Reno sudah berjalan pergi meninggalkan area kampus, mereka sudah buat janji untuk makan siang bersama kebetulan Acha yang pulang cepat dan Reno yang tidak ada jadwal dirumah sakit jadi waktu nya sangat pas."Dristan hari ini udah boleh pulang katanya, mau sekalian jemput gak nanti?." Tanya Reno memulai pembicaraan."Masih malu gue ketemu dia." Balas Acha. Reno mengangguk mengerti setelah itu tidak ada pembicaraan lagi diantara kedua nya.Berhubung cuaca yang sedang panas-panas nya mereka mencari makanan yang segar untuk dinikmati, soto salah satu nya. Tidak perlu ketempat mewah cukup warung pinggiran yang terjamin kehigienisannya saja sudah cukup."D
Acha marah, disini yang terkesan bodoh apakah hanya dirinya saja. Kenapa sejak awal dia tidak pernah menyadari bahwa Dristan adalah seorang gay? Dan bisa-bisa nya juga dia menaruh hati pada cowok belok itu.Malu. Sangat malu."Cha.""Lo harus nya ngasih tau gue." Kata Acha. Mata nya mendelik kesal pada Reno.Ya, gimana?Reno menggaruk pelan leher belakangnya bingung harus merespon bagimana, dia pikir Acha sudah tau mangkanya dia tidak memberitahu nya.Awalnya Reno kira Dristan memang sudah mulai berubah menjadi cowok normal yang suka dengan lawan jenis nya saat dekat dengan Acha karna cowok itu juga pernah bilang kepada nya ingin perlahan keluar dari dunia pelangi nya tapi tidak tau nya setelah mendengar omongan Acha rupa nya cowok itu masih belum normal.Ada sedikit perasaan lega, sisa nya senang dihati Reno entah mengapa tapi dia menutupi nya. Menjaga perasaan Acha yang sedang kacau balau dihantam kenyataan."Ternyata selama ini dia nganggep gue kaya adek nya." Sedih Acha menekuk ke
Hari ini ada yang aneh dengan Acha. Selama menemani Dristan, Acha sedikit bicara dan tampak lesuh meskipun biasanya juga nolep tapi tetep ada saja pembahasannya beda dengan sekarang ini. Dristan jadi bingung dibuatnya."Kenapa Cha? Ada yang lagi dipikirin?." Dristan akhirnya bertanya membuat Acha yang sedari tadi hanya diam memainkan hp nya menoleh menggeleng pelan sambil tersenyum paksa.Wajah Acha ini gampang ditebak meskipun hari-hari sama saja raut wajah nya tapi keliatan beda nya, cewek itu sedang tidak baik-baik saja sekarang."Bilang aja kalo lagi ada masalah, cerita sama gue." Ujar Dristan.Acha menatap Dristan sebentar lalu menghela nafas teramat panjang. "Reno marah sama gue dan sekarang kami berantem parah." Cicit nya pelan."Tonjok-tonjokan?.""Bukan gitu." Kesal Acha berdecak karna Dristan malah bercanda.Dristan tertawa kecil. "Gak usah terlalu dipikirin nanti juga baikan lagi kaya biasa, kalian kaya gak pernah berantem aja." Kata Dristan kembali mengupas kulit jeruk yan