PagiHari ini Acha libur waktu yang selalu Acha tunggu-tunggu untuk bisa tiduran sepuasnya, belum ada sebulan Acha kuliah tapi rasa nya sudah lama sekali, apa karna Acha tidak menikmati waktunya?Meski sudah jam 10 pagi Acha nyatanya belum memakan apapun selain meneguk air mineral sisa semalam. Reno hari ini bekerja tapi tumben sekali cowok itu tidak memberikannya sarapan padahal tau jika sudah tidak ada papah nya yang memasak.Belakangan ini Acha juga merasa sikap Reno agak sedikit sensitif kepadanya, kadang Acha tidak habis pikir padahal sebelumnya Reno orang paling depan yang selalu menyuruhnya untuk kuliah dan bersosialisasi dengan orang lain tapi setelah Acha berusaha melakukan hal itu respon Reno malah aneh.Acha mengusap perut nya yang berbunyi, helaan nafas dibuangnya perlahan lalu turun dari kasurnya berjalan keluar kamar menuju dapur."Makan apa gue?." Bingung Acha melihat isi kulkas yang hanya ada ayam dan daging beku.Acha berusaha mencari sesuatu yang bisa dirinya makan n
Beberapa hari hubungan Acha dan Reno lumayan renggang, hal itu sedikit membuat Acha uring-uringan karna dirinya tidak biasa tanpa Reno.Kebiasaan Reno mengantarkan makanan untuknya berhenti begitu pun dengan kebersihan kamarnya, semuanya harus Acha lakukan sendiri.Tidak enak merasakan hal itu secara terus menerus Acha memutuskan untuk mendatangi Reno kerumah sakit setelah kelas terakhirnya selasai.Acha berangkat naik gojek untuk kerumah sakit, sebelum nya Acha sempat mampir ke toko roti untuk Reno. Sampai dirumah sakit niatnya Acha akan langsung mendatangi Reno tapi keruangannya tapi tiba-tiba Acha mengurungkan niatnya itu saat melihat Reno yang lebih dahulu keluar dari salah satu ruangan rumah sakit menggandeng seorang cewek yang Acha yakini itu adalah pasiennya.Bukan masalah cewek itu pasiennya Reno tapi bagaimana cara mereka menatap, mengobrol bahkan berpegangan ketangan Reno, Acha rasa ada lebih diantara keduanya.Dengan memberanikan diri Acha coba memanggil Reno. "Ren.""Ada
"Dokter Reno.""Iya?.""Aku suka sama dokter."Reno mendadak tidak bergeming mendengar pengakuan yang begitu mendadak itu, matanya berkedip pelan menatap cewek dengan piyama rumah sakit tertunduk malu didepan nya."Lo suka gue?." Cewek itu mengangguk.Arita, dengan malu cewek itu memberikan selembar kertas pada Reno. "Dokter gak harus jawab sekarang, aku bakalan tunggu balasan dokter lewat surat itu." Ucap nya.Tidak nyaman dengan kondisi canggung Reno tertawa pelan merilekskan dirinya. "Makasih. Gue simpen ya." Reno memasukkan lipatan kertas itu ke kantong snelli yang dipakai nya lalu menepuk-nepuk pelan puncak kepala Arita.Reno menatap jam tangannya lalu berucap. "Waktu nya istirahat, gue masih ada urusan." Arita dengan memberanikan diri berusaha menatap Reno. "Aku balik dulu, ya." Reno mengangguk membiarkan cewek itu berlalu meninggalkannya disana.Helaan nafas pelan keluar dari mulut Reno, entah bagimana cewek itu bisa menyimpan perasaan kepada dirinya padahal selama ini Reno ti
"Kebetulan banget ketemu disini.""Gue mau beli mochi." Reno manaruh kembali beberapa box mochi yang mau dibelinya lalu mengikuti langkah Acha yang akan membayar ke kasir. "Gue aja yang bayar." "Lo gak jadi beli?." "Ngapain, lo nya juga beli." Ucap Reno menyimpan kembali uang kembaliannya lalu menarik pelan pergelangan tangan Acha."Gak sama temen lo kan?." Acha menggeleng."Yaudah balik sama gue." Reno mengeluarkan helm cadangan milik Acha dari dalam box jok motornya.Acha diam saja saat Reno memakaikan helm ke kepalanya tidak lupa Reno juga menurunkan step injakannya untuk Acha."Sini mochi nya." Reno menaruh box mochi kedepan agar Acha tidak perlu repot memegangnya sepanjang jalan.Setelah Acha benar-benar duduk dengan aman dan nyaman Reno langsung menjalankan motornya menerabas jalanan kota Jakarta yang kebetulan tidak sedang macet.Reno melihat tangan Acha yang berpegangan pada kedua ujung jaket nya lalu menatap kaca spion nya yang menampakan wajah Acha."Udah lama kan kita g
Sudah lima hari semenjak Arita mengungkapkan perasaannya kepada Reno namun cowok itu sampai saat ini tidak menujukan respon atau balasan apapun tentang perasaan nya.Reno bersikap seolah tidak ada apapun padahal Arita selalu berharap, Arita tidak ada membahas karna takut Reno akan merasa risih tapi Arita juga tidak mau jika seperti ini terus jika memang Reno tidak menyukainya harusnya diungkap kan saja kepada nya agar dirinya tidak akan berharap lebih.Arita menatap dalam diam Reno yang sedang merapihkan alat medis nya setelah memeriksa keadaan dirinya beberapa saat yang lalu.Keadaan Arita sekarang sudah hampir 50 persen sembuh, hanya tinggal menunggu pendonor yang cocok untuk operasi nya maka dirinya akan kembali sembuh."Ingat jangan banyak gerak dulu." Ucap Reno."Dokter.""Ya?." Reno menatap Arita dengan pandangan bertanya."Surat yang waktu itu.... Dokter belum bisa bales?." Arita memberanikan diri untuk bertanya kepada Reno."Surat?." Reno berpikir sejenak kemudian baru tering
"Kerkom nya dirumah Acha aja gimana?." Usul salah satu teman kelas Acha setelah kelas mereka dibagi kelompok untuk mengerjakan tugas dari mata kuliah siang hari ini.Acha yang diam menyimak langsung menggeleng menolak. "Gak bisa, jangan dirumah gue." Ucap nya.Kelompok Acha terdiri dari tujuh orang, empat cewek dan tiga cowok salah satu nya Leon malas sekali rasanya jika harus menampung orang itu dirumahnya meskipun hanya sebatas kerja kelompok saja."Terus dirumah siapa dong?." Semua hanya hening tidak ada yang mengusulkan rumah masing-masing, Leon yang awalnya acuh tidak ingin ikut menimbrung akhirnya bersuara."Rumah gue kosong." "Tumben amat bro." Timpal salah satu cowok karna dari sekian banyak nya kerja kelompok yang pernah mereka kerjakan Leon tidak pernah sekali pun mau mengusulkan rumah nya."Bonyok gue minggat." Cuek Leon, asli nya memang orang tua nya sedang kerja diluar negeri dan dirumah hanya tinggal dia dan nenek nya.Tapi disaat yang lain senang karna akhirnya ada rum
Reno memarkirkan motornya dihalaman rumah Acha yang tampak sepi meskipun biasanya juga sepi tapi ini tumben sekali jam tujuh malam semua lampu rumahnya tidak dinyalakan."Belum pulang apa ya?." Khawatir dengan keadaan sahabatnya Reno akhirnya menelponnya setelah seharian ini tidak saling berkabar.Panggilannya berdering tapi Acha tidak kunjung menjawabnya membuat Reno mendengus kasar. "Kerja kelompok apa pacaran jam segini belum balik." Ucap nya tiba-tiba merasa kesal sendiri.Karna keadaan lampu rumah yang mati mau tidak mau akhirnya Reno harus menyalakannya agar tidak terlihat kosong, takut nanti ada yang nge bobol kan bahaya mana yang ngisi cuman anak perawan mageran yang ada nanti seisi rumah dipersilahkan gitu aja sama dia.Reno niat awalnya hanya ingin menyalakan lampu saja lalu segera pulang kerumah nya tapi melihat keadaan kamar Acha yang lumayan berantakan membuat hati nya gundah dan mengganjal jika dibiarkan begitu saja.Meskipun dengan mulut yang mengomel Reno tetap telate
"Ke Bandung?!."Acha mengangguk pelan acuh tak acuh dengan sahabatnya yang sok syok setelah mendengarkan cerita nya beberapa saat lalu.Kampus Acha akhir pekan ini akan mengadakan kemah bakti mahasiswa yang akan dilaksanakan di Bandung selama dua hari satu malam yang wajib di ikuti oleh para mahasiswa baru dan Acha menjadi salah satu nya."Nggak, nggak, gak boleh." Reno melarang dengan tegas."Cuman dua hari doang." Ucap Acha memainkan game di handphone milik Reno."Tetep gak boleh. Lagian kaya yang papah lo ngizinin aja."Acha berdecak pelan menghentikan game nya. "Emang kenapa sih, gue pergi juga kan bukan buat main tapi mau KBM yang wajib diikutin." Ucap Acha sebal."Tanggal segitu gue gak bisa ambil cuti dan gue gak bisa biarin lo pergi sendiri." Balas Reno memberitahukan alasannya."Gak sendiri Reno, kan banyak yang ikut juga selain gue." Ucap Acha kembali menimpali."Tapi lo gak bisa bergantung sama mereka kan?." Tanya Reno."Gue....""Terakhir kali lo ikutan kemah pas dulu seko
"Cara gini lo yakin berhasil?." Tanya Reno ragu kepada dua temannya."Kalo gak dicoba kan gak bakalan tau." Ujar Dristan memakai topeng pencuri bersama dengan Bara, kedua nya sudah kompak akan cosplay menjadi seorang penjahat malam hari ini demi sang teman.Reno semakin ragu dengan rencana yang akan mereka lakukan karna ini cukup berbahaya, resiko nya lumayan besar kalo ketauan warga sekitar bisa digebukin mereka."Tenang aja, aman." Ujar Bara."Kalo ketauan gimana?." Tanya Reno cemas terlalu memikirkan resiko-resiko kegagalan mereka."Gak bakalan, aman dah. Serahin sama kita berdua lo cukup dateng dan jadi pahlawan buat Acha." Timpal Dristan bersiap menyelinap masuk ke rumah Acha yang tampak sepi.Reno menatap was-was ke sekitar takut ada yang melihat mereka, agak gila sebenarnya rencana yang diusulkan Dristan tapi lebih gila lagi dirinya yang mau saja mengikuti akal bulus itu.Ya gimana? Untuk dirinya juga.Reno menunggu dengan hati yang gusar, Dristan dan Bara sudah masuk kedalam r
"Pagi dokter Airin." Sapa Bara tidak sengaja berpapasan dengan Airin di parkiran rumah sakit.Airin tersenyum tipis pandangan matanya tertuju pada sosok yang ada disebelah Bara, Reno tampak acuh dengan hp nya jika dilihat dari gerakan tangannya sepertinya sedang berkirim pesan dengan seseorang."Pagi juga dokter Bara, dokter Reno." Sapa balik Airin dengan manis. Reno mendongak menatap Airin mendengar namanya ikut disebut, dengan sopan Reno mengangguk membalas sapaan Airin.Usut punya usut ternyata Airin ini umurnya sama seperti bara dan Reno, meskipun wajah nya terlihat sangat muda tapi umur nya sudah sangat matang wajar saja banyak yang langsung menyukai nya."Gak dianterin?." Tanya Bara basi-basi mereka berjalan bersamaan menyusuri koridor rumah sakit."Iya, biasa kemana-mana sendiri." Balas Airin lembut."Calon suami atau pacar nya kemana emang?." Mulai. Reno sudah sangat jengah Bara yang sengaja sekali pertanyaannya itu."Saya belum punya, masih mau fokus karir." Ucap Airin malu-
"No, gue mau buka usaha.""GAK USAH NGACO!."Hidup lagi capek-capek nya perkara motor gak ketemu-ketemu malah denger Acha pengen buka usaha yang kemungkinannya itu sangat minimalis banget.Sekelas orang mager kaya Acha mau buka usaha? Mau jualan apa coba, gerak dikit aja ngos-ngos an ngeluh mulu ini malah berlaga mau buka usaha ujungnya nanti malah Reno yang repot.Acha merengut pelan. "Minggu depan udah libur semester pertama, gue pengen buka usaha biar ada aktivitas." Ucap Acha bergelayut manja di lengan Reno yang sibuk berkutat dengan laptop nya. Reno menggeleng. "Buka usaha banyak pertimbangannya bukan main asal buka aja, lagian mau buka usaha apa? ternak curut?." Ujar nya."Apa aja, jual pop ice atau seblak didepan rumah juga gue mau." "Prettt. Siapa yang mau beli." "Ih, biar kaya orang-orang, No.""Tapi lo gak kaya orang-orang, Cha." Timpal Reno tetap fokus pada layar laptopnya meskipun Acha menggelayuti tangannya dengan segala gaya.Acha mendengus kasar merebahkan kepalanya
Acha membuka mata dengan tangan memegang kepalanya yang masih terasa berat, mata nya mengerjab pelan melihat kearah tangannya yang digenggam oleh seseorang yang tak lain adalah... Reno.Selain Reno disana juga ada papah nya yang terlelap di sofa dengan posisi duduk bersandar, Acha menghela nafas berat pasti sangat pegal semalaman tidur dengan posisi seperti itu apalagi Reno.Acha berusaha menarik tangannya yang digenggam oleh Reno dengan perlahan tapi rupa nya pergerakannya malah membuat Reno terusik dan akhirnya bangun daro tidur nya. Melihat Acha yang sudah bangun, cowok itu menarik senyuman tipis nya menegakan tubuh dan merasakan punggung nya terasa cukup sakit."Lo kenapa tidur disini?." Pertanyaan itu menyambut awal kesadaran Reno."Jagain lo." Balas Reno dengan enteng, punggung tangannya menyentuh kening Acha. "Alhamdulillah demam nya udah turun gak kaya semalem." Kata nya bersyukur.Acha tidak menggubris ucapan Reno, dia lebih fokus pada badan cowok itu yang semalaman tidur de
Namanya cobaan hidup kalo gak susah ya sulit, mau enak mah namanya cobain. Mau marah tapi gak bakalan merubah kenyataan, akhirnya cuman bisa pasrah dan ikhlas merelakan.Emang bener kata orang, hari sial gak pernah ada di kalender karna sial bisa terjadi dimana pun dan kapan pun, tidak pernah ada yang tau.Reno mendesah pelan berjongkok didepan gerbang rumah nya pagi-pagi buta meratapi nasib motornya yang dibawa pergi oleh orang alias di colong.Mimpi apa ya dia semalem bisa sampe kecolongan? Setelah bertahun-tahun dia hidup dan tinggal di komplek itu baru kali ini dia merasakan kebobolan padahal selama ini aman-aman saja. Meskipun hanya motor nya saja yang dibawa pergi tapi Fara pasti akan mengamuk dan langsung mengadakan sidang dadakan kepadanya jika tau perihal ini."Sabar ya mas, kami akan urus masalah ini insyaallah pasti motor nya ketemu." Ucap satpam komplek yang datang setelah Reno melaporkan motornya hilang dicuri orang.Reno tidak akan menyalahkan keamanan komplek nya karna
Reno geleng-geleng kepala melihat keadaan kamar Acha yang sudah lama tidak dirinya benahkan, entah harus berkomentar bagimana Reno pada cewek yang masih santai dengan laptop di pangkuannya.Cowok jangkung itu membungkuk memunguti sampah-sampah bekas cemilan sang tuan putri, mengumpulkannya menjadi satu lalu memadukannya pada tempat sampah yang bersih."Baru kemaren gue muji-muji lo, Cha, Cha." Ujar Reno sambil lanjut memunguti barang yang ada dilantai.Acha menoleh sejenak lalu kembali fokus pada layar laptop nya. "Kemaren sibuk, tugas gue lagi banyak jadi gak sempet beres-beres." Balas Acha dengan santai sesekali memakan cemilannya.Reno berdecak pelan merebut cemilan yang dimakan Acha. "Nanti banyak semut dikasur, liat tuh." Ucap nya menunjuk remahan kecil cemilan yang berjatuhan diatas kasur Acha tapi cewek itu tidak memperdulikannya."Pindah, biar gue bersihin dulu." Suruh Reno tapi Acha tidak segera beranjak dari posisi nya."Cha." Panggil Reno namun tidak digubris.Reno menghela
Acha menurunkan tangannya yang semula menutupi keningnya dari terik matahari siang ini. Cewek dengan setelan jeans high waist dan sweater polo berwarna cream itu segera masuk kedalam mobil Reno yang sudah datang menjemputnya."Panas banget diluar." Kata Acha melepas ikatan di rambutnya hingga tergerai lalu menyisirnya dengan tangan.Mobil Reno sudah berjalan pergi meninggalkan area kampus, mereka sudah buat janji untuk makan siang bersama kebetulan Acha yang pulang cepat dan Reno yang tidak ada jadwal dirumah sakit jadi waktu nya sangat pas."Dristan hari ini udah boleh pulang katanya, mau sekalian jemput gak nanti?." Tanya Reno memulai pembicaraan."Masih malu gue ketemu dia." Balas Acha. Reno mengangguk mengerti setelah itu tidak ada pembicaraan lagi diantara kedua nya.Berhubung cuaca yang sedang panas-panas nya mereka mencari makanan yang segar untuk dinikmati, soto salah satu nya. Tidak perlu ketempat mewah cukup warung pinggiran yang terjamin kehigienisannya saja sudah cukup."D
Acha marah, disini yang terkesan bodoh apakah hanya dirinya saja. Kenapa sejak awal dia tidak pernah menyadari bahwa Dristan adalah seorang gay? Dan bisa-bisa nya juga dia menaruh hati pada cowok belok itu.Malu. Sangat malu."Cha.""Lo harus nya ngasih tau gue." Kata Acha. Mata nya mendelik kesal pada Reno.Ya, gimana?Reno menggaruk pelan leher belakangnya bingung harus merespon bagimana, dia pikir Acha sudah tau mangkanya dia tidak memberitahu nya.Awalnya Reno kira Dristan memang sudah mulai berubah menjadi cowok normal yang suka dengan lawan jenis nya saat dekat dengan Acha karna cowok itu juga pernah bilang kepada nya ingin perlahan keluar dari dunia pelangi nya tapi tidak tau nya setelah mendengar omongan Acha rupa nya cowok itu masih belum normal.Ada sedikit perasaan lega, sisa nya senang dihati Reno entah mengapa tapi dia menutupi nya. Menjaga perasaan Acha yang sedang kacau balau dihantam kenyataan."Ternyata selama ini dia nganggep gue kaya adek nya." Sedih Acha menekuk ke
Hari ini ada yang aneh dengan Acha. Selama menemani Dristan, Acha sedikit bicara dan tampak lesuh meskipun biasanya juga nolep tapi tetep ada saja pembahasannya beda dengan sekarang ini. Dristan jadi bingung dibuatnya."Kenapa Cha? Ada yang lagi dipikirin?." Dristan akhirnya bertanya membuat Acha yang sedari tadi hanya diam memainkan hp nya menoleh menggeleng pelan sambil tersenyum paksa.Wajah Acha ini gampang ditebak meskipun hari-hari sama saja raut wajah nya tapi keliatan beda nya, cewek itu sedang tidak baik-baik saja sekarang."Bilang aja kalo lagi ada masalah, cerita sama gue." Ujar Dristan.Acha menatap Dristan sebentar lalu menghela nafas teramat panjang. "Reno marah sama gue dan sekarang kami berantem parah." Cicit nya pelan."Tonjok-tonjokan?.""Bukan gitu." Kesal Acha berdecak karna Dristan malah bercanda.Dristan tertawa kecil. "Gak usah terlalu dipikirin nanti juga baikan lagi kaya biasa, kalian kaya gak pernah berantem aja." Kata Dristan kembali mengupas kulit jeruk yan