Home / Fantasi / Dunia Baru Sagara / Blurb Sagara II

Share

Blurb Sagara II

Author: Senchaaa
last update Last Updated: 2022-05-06 17:27:42

Sagara Wirantama terpaksa menggantikan posisi pendekar Gara untuk mengalahkan musuh yang mengancam keselamatan raja Majapati. Rupanya penyakit yang diidap sang raja bukanlah penyakit biasa. Tak ada satu pun obat yang mampu menyembuhkannya kecuali bunga naga karsa. Bunga ajaib yang terdapat di pedalaman hutan larangan yang konon dilindungi oleh makhluk sakti nan kejam.

Sagara yang tidak tahu apa-apa harus menghadapi mara bahaya dalam pertualangan mencari bunga naga karsa. Dia rela mempertaruhkan jiwa dan raganya demi kesembuhan sang Raja, masa depan Ambarwangi, dan yang paling utama adalah agar Sagara bisa kembali ke dunianya yang sudah lama ditinggalkan.

***

Hola, teman-teman, ketemu lagi sama aku. Berhubung Season 1 Sagara sudah selesai mari kita lanjutkan pertualangan ini di Season 2 ya. Kita akan fokus di negeri Ambarwangi yang sering banget tuh disebutin pas Season 1. Gambarannya juga sudah sedikit diungkapkan ya pas season awal, di season 2 ini pasti kalian bakal lebih jauh lagi mengetahui Ambarwangi dari berbagai sisi. Makasih ya udah setia menunggu cerita ini walaupun update-nya lama banget. Kalian enggak usah bingung cari lapak season 2-nya di mana. Karena aku bakal tetep lanjutin di lapak ini, so ditunggu yaaa^^

Related chapters

  • Dunia Baru Sagara   101| Setelah Seratus Hari

    Larasati menatap nanar tubuh pria yang masih terbujur di atas tempat tidur. Matanya memejam rapat, hanya deru napas tenang yang terhela sejak tiga bulan lalu. Tak ada lagi tanda-tanda lain yang menunjukkan bahwa dia masih hidup. Berbagai cara telah dilakukan untuk membangunkan pria itu dari tidur panjangnya. Tabib-tabib andal didatangkan dari berbagai negeri semata-mata untuk tetap menghidupkan harapan agar dia segera siuman. Larasati dan teman-teman di perguruannya sudah kehabisan akal. Kekacauan terjadi di mana-mana sejak peperangan itu terjadi. Para pembelot semakin menggila, kejahatan mereka terus menjadi-jadi dan merasa leluasa karena satu-satunya petarung yang disegani dianggap telah gugur dan tak berdaya. Tentu saja Larasati tak pernah membiarkan para pembelot berulah di depan matanya. Ia dan teman-teman seperguruannya masih melakukan perlawanan meski tak sekuat sebelumnya.“Aku tahu kau suka bercanda, tapi sumpah Gara leluconmu kali ini sama sekali tidak lucu. Seratus hari ber

    Last Updated : 2022-05-06
  • Dunia Baru Sagara   102| Jiwa yang Tertukar

    Larasati dan Kumbara tidak tahu harus bagaimana menyikapi kondisi ini, baru saja merasa lega karena Sagara sadar setelah tiga bulan tak sadarkan diri namun ternyata masalah baru muncul. Pria yang menghuni raga pendekar Gara bukanlah sosok yang mereka kenal. Entah dari mana datangnya sosok itu, yang pasti mereka yakin Sagara yang sekarang bukan dari Ambarwangi. Dia layaknya makhluk yang datang dari dunia yang berbeda. Lihat saja bagaimana tingkah Sagara sekarang, dia sedang mengedarkan pandangan di halaman depan rumah. Menatap heran pepohonan tinggi yang mengelilingi bangunan kayu yang menyerupai pendopo itu. Sementara Larasati dan Kumbara berdiri memperhatikan Gara sambil diskusi serius. “Kau bilang apa tadi Laras, jiwa Gara tertukar dengan pemuda bernama Sagara Wirantama?” Kumbara memastikan. “Iya, aku pernah mendengar cerita serupa dari guru Mada.” “Cerita apa, yang mana? Kenapa aku tidak tahu, perasaan aku tidak pernah melewatkan kelas guru Mada sekali pun.” Kumbara merasa keti

    Last Updated : 2022-05-07
  • Dunia Baru Sagara   103| Tertawan

    Setelah selesai makan dan istirahat sebentar, Larasati dan Kumbara benar-benar melakukan niatan mereka untuk bercerita sejujurnya pada Sagara. Ketiga orang itu masih duduk di atas dipan, bersila melingkari alat makan yang isinya sudah tandas berpindah ke perut Sagara. Larasati yang paling vokal dalam momen ini, dia menjelaskan asal-usul dan alasan mengapa raga pendekar Gara bisa terbaring koma selama seratus hari. Sagara terkejut bukan main, ia masih enggan percaya bahwa dunia yang dihuninya saat ini bukan dunia tempat dia tinggal. Rasanya tidak masuk akal saja, bagaimana mungkin dia bisa terdampar hingga lintas dimensi?Semua cerita yang disampaikan Larasati dan Kumbara tidak ada yang bisa diterima akal sehatnya. Namun jika Sagara berpikir lagi, tempat ini memang sungguh aneh. Karena tidak kunjung percaya cerita Larasati, Kumbara sampai berinisiatif untuk mengajak Sagara jalan-jalan keliling desa. Namun Larasati melarangnya karena merasa Sagara belum siap untuk berkeliaran di luar. A

    Last Updated : 2022-10-30
  • Dunia Baru Sagara   104| Kenapa Harus Aku?

    “Lebarkan lagi kakimu, Gara! Sudah kubilang pasang kuda-kuda yang benar agar tumpuan tubuhmu kokoh!” teriak Kumbara setengah geram karena Gara benar-benar lamban saat menerima pelajaran darinya. “Aku tidak bisa! Mau berapa kali pun kau mengajariku, aku tetap tidak akan mampu untuk menjadi pendekar Gara yang sangat hebat itu! Di duniaku ... aku tidak pernah berlatih silat atau jenis bela diri lainnya. Aku ini seorang pecundang di sekolah!” balas Gara terpancing emosi karena sejak tadi dia sudah ingin menyerah namun Kumbara dan Larasati terus mendesaknya. “Selamban-lambannya pecundang, dia pasti bisa mempelajari dasar bela diri dengan mudah. Kau benar-benar menguji kesabaranku. Bukalah sedikit pikiranmu! Jangan hanya memikirkan dirimu sendiri. Banyak nyawa yang sedang dipertaruhkan saat ini. Sampai kapan kau akan terus mengeluh dan menyangkal takdir, hah?!” sentak Kumbara sengit. Kumbara yang biasanya senang bercanda dan selalu tampil riang kini mulai menunjukkan emosi yang agak melua

    Last Updated : 2023-01-15
  • Dunia Baru Sagara   105| Bisakah Aku Menyelamatkan Mereka?

    Usai melaksanakan ibadah shalat Zuhur berjamaah, Sagara diminta untuk menemui guru Mada. Tidak banyak yang dikatakan laki-laki tua itu, dia hanya menyuruh Sagara untuk ikut jalan-jalan dengan Larasati. Kumbara tidak diikutsertakan karena guru Mada tahu, muridnya yang satu itu masih sangat marah pada Sagara. Perlu waktu untuk mendamaikan ketegangan di antara mereka berdua. Jadilah saat ini yang jalan-jalan mengelilingi desa dekat padepokan hanya Sagara dan Larasati.Tidak banyak percakapan yang terjalin di antara mereka, Larasati hanya membiarkan Sagara melihat kondisi desa yang dipenuhi oleh orang-orang yang bercecer hampir di sepanjang perjalanan. Mereka seperti sedang melakukan ritual yang entah dengan tujuan apa, Sagara tidak mengerti. Sebagian menyembah batu, pohon, bahkan ada yang melakukan persembahan pada langit dan matahari. Jelas itu pemandangan yang sangat tabu dan salah, bagaimana bisa ada orang yang menyembah sesuatu selain Tuhan? Sagara seperti kilas balik pada pelajaran

    Last Updated : 2023-01-15
  • Dunia Baru Sagara   106| Portal Hutan Larangan

    Seumur hidupnya, Sagara terbilang jarang melakukan olahraga berat. Namun di sini, pemuda itu ditempa untuk melakukan berbagai proses latihan yang luar biasa menguras tenaga. Niatnya yang sempat diremehkan Kumbara menjadi pemicu Sagara untuk berlatih lebih keras dari hari ke hari. Akan Sagara buktikan bahwa ia dilahirkan ke muka bumi ini bukan sekadar untuk menjadi pecundang yang mudah dirundung. Terhitung tujuh hari sudah berlalu sejak perbincangan dalam antara Sagara dan Larasati. Selama itu pula berbagai pelatihan dasar sudah Sagara dapatkan. Ia yang semula sama sekali tidak kuat latihan fisik dengan kumbara, kini mulai menunjukkan kemajuan yang bisa dibilang pesat. Kumbara terkejut tentu saja, dia sempat meragukan kesungguhan Sagara untuk mengemban misi ini. namun, ketika melihatnya sekarang, pandangan Kumbara sedikit berubah haluan. Ia mulai suka pada semangat anak remaja yang terperangkap dalam tubuh karibnya. Begitu menggebu-gebu, penuh ambisi, dan tekat yang sangat kuat. Setia

    Last Updated : 2023-01-25
  • Dunia Baru Sagara   107| Uji Kehebatan Sagara

    Sleb!Satu anak panah berhasil mendarat tepat sasaran, menancap kuat pada buah apel yang kini tergeletak mengenaskan di atas tanah beralas rumput kering.“Wahh ... hebat! Kau berhasil Gara, kecepatan dan ketepatan anak panahmu benar-benar sempurna,” seloroh Kumbara takjub dengan kemampuan memanah Sagara.Larasati menghampiri dua pria itu dengan senyum kepuasan, “Bagus Gara, keahlianmu memanahmu semakin matang. Sepertinya kau sudah siap untuk menghadapi tahap berikutnya.”Sagara mengernyit, “Tahapan apa lagi Larasati? Bukannya aku sudah menguasai ilmu memanah dan pedang sesuai dengan syarat awal? Itu artinya aku siap pergi ke hutan larangan sekarang.”“Ohooo ... tidak semudah itu kawan!” kata Kumbara sebelum Larasati menjelaskan, “Sebelum pergi ke hutan larangan dan menjalankan misi, kau harus menghadapi satu ujian lagi. Karena sekarang ilmu pedang, memanah, dan bertarungmu sudah mumpuni kini saatnya untukmu mengaplikasikan semua ilmu itu terlebih dahulu.”“Mengaplikasikan bagaimana ma

    Last Updated : 2023-03-28
  • Dunia Baru Sagara   108| Lembah Sawer

    Di kaki bukit Sawer terdapat sebuah danau yang tampak indah saat senja datang. Permukaan airnya yang tenang berkilauan tatkala sapuan sinar surya menerpa. Memantulkan cahaya keperakan yang bisa membuat siapa saja terkesima saat melihatnya. Ya, Bukit Sawer memang seindah itu saat siang hari. Menyihir setiap mata dan hati untuk diam di sana lebih lama dan menikmati nuansa negeri Kentamani yang damai. Bukit Sawer merupakan kawasan perbatasan antara kerajaan Ambarwangi dengan Kentamani.Gara sempat menyaksikan keindahan sempurna yang sesuai dengan apa yang Kumbara dan Larasati gambarkan padanya melalui cerita sepanjang perjalanan ke sana. Awalnya pemuda itu merasa bahwa perjalanannya tidak begitu buruk, dia benar-benar diajak ke tempat indah yang sebelumnya belum pernah Gara kunjungi—baik di dunia saat ini atau dunia sebelumnya.Sayangnya, ketakjuban itu tak berlangsung lama. Gara, Kumbara, dan Larasati tiba di bukit Sawer tepat ketika senja datang. Keindahan yang disaksikan hanya berlang

    Last Updated : 2023-07-05

Latest chapter

  • Dunia Baru Sagara   131| Harapan Terakhir

    “Kau marah?” ungkap Gara setelah duduk di samping Larasati yang sedang menatap hamparan laut yang sebelumnya mereka sebrangi demi tiba di tempat ini.“Menurutmu?” ketus Laras.“Aku tahu kau kesal, Laras. Tapi aku tidak bisa mengabaikan orang yang sedang membutuhkan pertolongan kita. Kau tahu, di dunia lamaku, saat aku menghadapi kesulitan, saat aku dirundung oleh bajingan-bajingan gila, tidak banyak yang mengulurkan tangannya untuk membantuku. Kebanyakan dari mereka malah menertawakan dan menghardikku. Aku dipojokkan, mereka menginjak-injak harga diriku tanpa perasaan, seolah aku memang pantas hidup menderita di mana pun aku berada. Kau tahu seberapa frustrasinya aku saat itu?”Laras masih diam, menyimak tanpa niat menoleh pada Gara. Perasaannya sudah mulai tersentuh dengan cerita itu, namun gengsinya menahan Laras untuk tetap bersikap dingin.“Aku kesakitan, aku putus asa, dan benar-benar ingin menyerah. Rasanya seperti ingin mati. Aku bertanya kepada diriku sendiri, dosa apa yang k

  • Dunia Baru Sagara   130| Perdebatan Kecil

    “Perempuan bercadar motif edelweiss dan bermata biru. Hm, bagaimana bisa kita menemukan orang dengan petunjuk seminim itu?” gumam Kumbara sambil mengikuti kedua temannya, melangkah dari satu batu ke batu lainnya.Saat ini mereka tengah menyeberangi sungai yang menjadi pembatas antara kerajaan Purwodadi dengan Giri Asih. Setelah sebelumnya mereka bertiga sempat istirahat untuk shalat zuhur, dan makan perbekalan yang diberikan oleh istri pendekar Karsayasa.“Pasti ada jalan, kau tenang saja,” ungkap Gara.“Aku juga penasaran dengan sosok pendekar Edelweiss. Sehebat apa dia sampai bisa menjadi satu-satunya pendekar wanita terpilih,” tukas Larasati diwarnai dengan raut wajah cemburu.“Sudahlah, ini bukan waktu yang tepat untuk iri dengki, Larasati. Kau juga sudah hebat, syukuri saja apa yang kau miliki saat ini. Jangan pernah bermimpi untuk melampaui orang lain demi ambisimu.”Aliran air di sungai itu cukup tenang, mereka bisa menyeberang dengan santai tanpa takut terbawa arus. Meskipun t

  • Dunia Baru Sagara   129| Edelweiss

    Meja makan menjadi ramai oleh tawa, Gara dan para penghuni kediaman pendekar Karsayasa sedang sarapan. Di ruangan itu terdapat meja panjang dengan kursi-kursi yang mengelilinginya. Istri pendekar Karsayasa sengaja menyiapkan sajian istimewa untuk menjamu para tamunya yang sebentar lagi akan meninggalkan Purwodadi. Waktu singgah Gara di kerajaan itu memang jauh lebih singkat dari dugaan.Di satu sisi dia bersyukur karena dengan begitu ia bisa mempersingkat waktu uji kehebatan. Targetnya adalah menyelesaikan tujuh tahapan uji kehebatan sebelum purnama kedua belas. Setiap hari, pria itu selalu dilanda khawatir—takut upayanya melebihi batas waktu yang ditentukan. Kembali saat semua keraguan dan kewaswasan menyerangnya, Gara terus menerus menggumamkan bahwa tugasnya hanyalah berusaha sebaik mungkin. Perkara hasil, biarkan itu menjadi ketetapan Yang Maha Mengetahui.“Ahh, ini makanan terenak yang aku makan setelah kurang lebih empat hari terombang-ambing di laut lepas,” ungkap Kumbara yang

  • Dunia Baru Sagara   128| Sudah Lulus?

    Baru saja tiba di pulau, Gara disambut oleh sekelompok orang asing bersenjata yang lagi dan lagi membuat ketiganya siaga.“Belum genap satu jam kita melewati badai aneh, sekarang ujian apa lagi ini ya Allah?” tukas Kumbara tak habis pikir.Sesulit ini perjuangan mereka untuk mengantarkan Gara menjadi pendekar terhebat.“Sepertinya mereka penduduk setempat,” kata Larasati memindai penampilan para prajurit yang menghadang mereka.Sebenarnya barisan prajurit itu tidak benar-benar menghadang. Mereka hanya berdiri tegap dengan persenjataan lengkap seraya membentuk pagar seolah tengah menanti kehadiran seseorang.“Kau tahu dari mana?” tanya Gara.“Lihatlah tanda pengenal yang menggantung di masing-masing sabuk mereka. Semuanya menunjukkan lambang kerajaan Purwodadi, bisa dipastikan mereka adalah utusan kerajaan.”Beberapa orang membuka barisan bersamaan dengan bunyi tapak kuda yang kian mendekat. Seorang pria gagah berambut panjang melompat turun dari kuda yang ditungganginya. Pria itu men

  • Dunia Baru Sagara   127| Melawan Monster

    Kemunculan Gara dari pusaran air tak melemahkan amarah monster laut damai. Ia terus memukul-mukul permukaan air melalui tentakel raksasanya. Situasi di sana kacau sekali. Tiba-tiba saja, awan mendung berkumpul membentuk formasi yang menyeramkan. Kilat petir menyambar dan bermunculan di langit gelap. Angin bertiup dengan kecepatan tinggi, menciptakan gulungan ombak besar dan membuat laut bergelombang hebat.Gara baru menyadari keberadaan monster itu, dia pun terkejut karena kini dirinya tengah melayang di udara dengan tameng air yang mengelilinginya. Sungguh di luar nalar, ia merasa seluruh tubuhnya kembali bugar. Persis seperti yang pernah dialaminya ketika melawan pendekar Galasakti sebelumnya.Padahal tadi banyak luka yang diperoleh akibat pertempuran sengitnya dengan panglima Arash. Sagara ingat, dirinya nyaris hilang kesadaran akibat kobaran api yang hampir membakar seluruh tubuhnya. Lantas apa yang terjadi sekarang? Makhluk aneh apa yang ada di depannya itu?

  • Dunia Baru Sagara   126| Badai Tak Terduga

    “Besar juga keberanianmu, pendekar Gara. Kukira kau akan melarikan diri seperti kedua temanmu tadi,” kata Panglima Arash, pria bertopeng yang akhirnya kini mendarat di kapal nelayan.Panglima Arash sengaja melarang pasukannya untuk turun tangan kali ini. Dia ingin head to head, atau menghabisi musuh bebuyutannya ini dengan tangannya sendiri. Kali ini, Arash ingin memastikan bahwa urat nadi pendekar Gara benar-benar terputus dengan tebasan tangannya. Arash sudah berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan menghadiahkan penggalan kepala Gara kepada yang mulia Batara. Calon pemimpin Ambarwangi dari fraksi Barat.“Untuk apa aku melarikan diri di saat aku ingin sekali bertemu denganmu, Panglima Arash,” kata Gara berani sekali. Dia juga gamblang menyebutkan nama Arash dan itu cukup membuat sang panglima terkejut.“Rupanya kau sudah tahu siapa aku,” kata Arash mengakui ketelikan Gara kali ini.“Tentu saja, aku

  • Dunia Baru Sagara   125| Aku Tidak Akan Kalah

    Menjelang tengah malam, Gara masih belum memejamkan mata sama sekali. Entah mengapa rasa kantuk serta merta hilang dan tak terasa barang sedikit. Dia sudah berusaha mengubah posisi—menghadap kanan, kiri, telentang, tengkurap. Semua sudah ia coba namun tetap tak mendapat titik nyaman. Dia sendiri tidak mengerti mengapa bisa mengalami hal itu. Di saat semua orang tertidur dengan pulasnya, Gara justru gelisah seorang diri.Merasa upayanya tidur tidak akan berhasil, pemuda itu pun memutuskan keluar ruangan. Lebih baik ia menghirup udara segar di luar, siapa tahu perasaannya bisa membaik. Derap langkah Gara terdengar begitu jelas, bersahutan dengan gemuruh angin dan suara ombak laut. Gara berjalan ke arah dek kapal. Ia berdiri di sana sambil matanya menyusuri sekitar. Pria itu yakin tak ada satu pun yang terjaga selain dirinya. Namun, Gara merasa seseorang tengah memperhatikan gerak-geriknya dari kejauhan.Pria itu menarik napas panjang, kemudian menahannya beberapa d

  • Dunia Baru Sagara   124| Laut Damai?

    “Akhirnya, kita tiba,” kata Larasati bersamaan dengan senyum mengembang.Lega sekali rasanya bisa tiba di tempat tujuan dengan selamat setelah kurang lebih empat hari mengarungi hamparan laut mega luas dari kerajaan Kentamani ke kerajaan Purwodadi.“Kau tampak bahagia sekali, Laras, bahkan senyummu lebih lebar dibanding ketika aku berhasil mengalahkan pendekar Galasakti. Sejauh yang aku ingat, dalam perjalanan kali ini juga kau jauh lebih tenang,” kata Gara yang berdiri di samping perempuan itu.Mereka berdua sedang berdiri di bagian depan kapal, memandang laut dengan gradasi warna biru dan hijau yang terpadu indah, ditemani refleksi langit yang kini berubah menjelang jingga.“Entahlah, aku hanya menyukai perjalanan kali ini dibanding perjalanan sebelumnya. Apa kau tidak bisa merasakan ketenangan yang dibawa laut ini pada kita?”“Maksudmu?”“Sudah bukan rahasia lagi jika kerajaan Purwodadi terkenal dengan kawasan lautnya yang sangat luas. Selain terkenal dengan kekayaan maritimnya, l

  • Dunia Baru Sagara   123| Ambisi Panglima Arash

    Selepas menemui tuannya, panglima Arash meninggalkan area istana dan berkunjung ke markasnya. Ia meluapkan emosi dengan memanah, puluhan anak panah melesat kencang menembus sasaran yang jauh di depan sana. Tidak ada yang melenceng, semuanya menancap tepat di area merah. Kemampuannya dalam hal ini memang tidak perlu diragukan. Dia sangat mumpuni dalam bertarung, memanah, berkuda, dan merakit senjata tajam. Wajar jika kini dia menyandang gelar sebagai panglima perang yang paling disegani di fraksi barat. Fraksi yang menjadi dalang dari carut marutnya pemerintahan di kerajaan Ambarwangi dan yang telah mencelakai raja Majapati.Saat panglima Arash fokus meluapkan emosi, kedatangan seorang prajurit menghentikan kegiatan itu. Panglima Arash seperti sudah tahu maksud dan tujuan prajurit itu. Ya, memang sebelumnya dirinya yang meminta bawahannya itu untuk menyelidiki sesuatu. Panglima Arash menyimpan peralatan memanahnya, turun dari podium panah dan mengajak bawahannya itu untuk mengobrol di

DMCA.com Protection Status