Hari ini Katya sudah merasa jauh lebih baik.Ia terbangun di pagi hari dengan tubuh yang terasa segar dan kuat, tapi yang ia butuhkan sekarang adalah mandi. Katya melihat ke samping, dan mendapatkan pemandangan yang membuat hatinya sejuk : Ibram yang masih tertidur pulas di atas sofa yang bisa dibuka menjadi bed. Kakinya yang panjang tampak menggelantung di pinggiran sofa karena tidak cukup menampung. Matanya terpejam rapat sementara bibirnya sedikit terbuka. Dengan celana training dan kaus santai, Ibram terlihat berbeda dari yang biasa Katya lihat. Wajah tampan yang biasanya dingin dan datar tanpa ekspresi, sekarang malah terlihat polos tanpa dosa seperti malaikat. 'Tampannya kekasihku.'Katya pun menatap Ibram lekat-lekat. Ingin rasanya ia menyurukkan wajahnya di dada bidang itu sambil memeluk lehernya. Apakah Ibram akan terbangun? Ya. Ia pasti terbangun. Jadi Katya hanya bisa memandang sosok itu dengan penuh cinta dari tempat tidurnya, karena tidak ingin membangunkan Ibram d
Katya senang sekali, karena hari ini ia sudah boleh pulang dari kamar perawatan. Sambil bersenandung pelan, ia berjalan dengan membawa buket bunga lili besar menuju kamar rawat Sienna, yang hari ini sudah mulai boleh dijenguk meskipun hanya dari luar jendela kaca. Selama dua minggu terakhir, Sienna masih berada dalam pengawasan ketat di ruang intermediate, dan belum boleh dikunjungi keluarga. Katya hanya bisa melihatnya dari jendela kaca besar.Katya sengaja memesan buket bunga lili itu melalui delivery toko bunga terbaik di kota ini, karena lili adalah bunga kesukaan Sienna. Ia akan meminta suster untuk meletakkan bunga itu ke dalam, agar Sienna bisa melihatnya saat ia sadar nanti.Ini dia, ruang intermediate. Katya membuka pintu itu, dan terkejut bukan kepalang hingga hampir saja menjatuhkan buket bunga lilinya.Ada ibunya di situ. Sedang menatap lekat pada Sienna yang masih tertidur lelap. Sepertinya ibunya tidak menyadari kehadiran Katya, dan Katya pun memutuskan untuk mundu
"Pesta?" Katya bertanya tidak mengerti. "Kamu mengadakan pesta?"Mereka sedang berjalan menuju ke mobil Ibram sambil berbincang.Ibram mengangguk. "Selama ini aku tidak pernah merayakan ulang tahunku, tapi tahun ini berbeda. Tahun ini aku memilikimu." Ibram tersenyum lembut menatap mata Katya. "Aku akan memamerkan keberuntunganku karena memilikimu, Katya. Bersiaplah."Katya menggigit bibirnya, memikirkan bagaimana reaksi semua orang saat mengetahuinya nanti. Tiba-tiba ia merasa rendah diri. Bagaimana jika nanti ia dipandang tidak pantas bersanding dengan Ibram Mahesa sebagai pasangannya? Saat sedang memikirkan itu, tiba-tiba saja Katya merasakan ada sesuatu yang hangat dan basah di punggungnya, membuat lamunannya buyar seketika. "Ibram!" pekik Katya terkejut saat ia menyadari bibir lelaki itu ternyata telah melekat di punggungnya yang polos."Maaf," ucap Ibram sambil nyengir tanpa rasa bersalah. Ia pun kembali menegakkan tubuhnya dan menatap nakal Katya. "Aku tak tahan untuk tidak
Iqbal, Katya dan Adel telah sampai di ballroom salah satu hotel termewah di Jakata, tempat diselenggarakannya acara Ulang tahun Ibram Mahesa, sang CEO One Million Agency. Suara musik yang berdentam keras dan banyak orang hilir mudik dengan penampilan yang begitu cantik, tampan dan modis. Bahkan Katya bisa melihat banyak artis-artis terkenal juga ikut menghadiri acara ini. Katya menatap keluar jendela mobil, dan terkejut saat menyadari ada tulisan dengan lampu berkerlap-kerlip di atas pintu masuk ballroom, bertuliskan : GRAND LAUNCHING OF REVALA COMMERCIAL... AND A PARTY ALSO!! Seketika Katya memegang erat tangan Ibram, tanpa mengalihkan pandangannya dari tulisan tersebut. "Ibram?" tanya Katya curiga. "Ini... apa?" Ibram memeluk pinggang Katya erat. "Surprise," bisiknya lembut. "Hari ini adalah peluncuran perdana iklan mobil Revala, Sayang. Iklan pertamamu." Ibram sengaja berlama-lama berbisik di telinga Katya, agar ia punya alasan untuk menghirup aroma kulit lehernya yang h
Katya sangat terkejut saat Ibram mengumumkan pertunangan mereka di depan semua orang dengan tiba-tiba. Ia bahkan masih tidak sadar saat Ibram menyematkan cincin pertunangan di jari manisnya serta mencium mesra pipinya. Acara ini diliput oleh berbagai media dan ditayangkan secara langsung di 9 stasiun televisi, maka bisa dipastikan hal ini akan membuat berita dan kolom gosip akan gempar. Sementara itu di kejauhan, Silvia Gunawan menatap podium dengan pandangan sinis. 'Huh. Jadi ini maksudnya dia mengundangku dan Wijaya. Si Ibram Mahesa itu mengira dengan mengumumkan kepada seluruh dunia bahwa Katya adalah tunangannya, lalu dia bisa memiliki anakku? Haha. Lihat saja. Aku akan merebut Katya dan membuatnya membencimu!!' Sementara suaminya, Wijaya, juga ikut menatap podium dengan penuh perhatian. Ia baru menyadari jika tunangan Ibram Mahesa adalah putri dari Silvia, yang beberapa tahun lalu datang ke rumahnya untuk mencari ibunya. Wijaya pun ingat, saat itu hujan turun sangat leb
David merasa lelah dan ingin pulang. Lagipula acara utama telah selesai dan hanya tinggal acara after party saja. Ia bermaksud untuk pamit pada Ibram dan juga Brissa, namun David tidak menemukan pria itu dimana-mana. Justru Brissa yang ia temukan sedang duduk sendirian di meja bartender, dengan satu tangannya memegang gelas alkohol. "Hai, Brie. Kamu lihat Ibram?" tanya David sambil duduk di sebelahnya.Brissa mengalihkan matanya pada David, dan seketika lelaki itu pun sadar jika Brissa sedang mabuk berat. "Brie, apa yang kamu lakukan?" tukas David terkejut. "Kamu adalah perwakilan model One Million! Kamu tidak bisa mabuk di acara kantor seperti ini," bisiknya panik.Brissa hanya tertawa geli mendengar ucapan David. "Jangan khawatir, Dave. Aku tidak semabuk itu, kok," kilahnya angkuh sambil mengibaskan rambut ikal panjangnya."Sebaiknya kamu juga minum bersamaku, Dave. Bukankah kamu juga sedang patah hati?"David pun mengerti maksud ucapan Brissa. Ini pasti berkaitan dengan pengu
Katya sedang piknik di bawah pohon yang rindang. Sambil merebahkan tubuhnya di atas tikar plastik berwarna merah ceri, ia memejamkan mata. Menikmati angin sepoi-sepoi yang bertiup dari dahan dan daun pohon yang bergemerisik lembut, bagaikan suara musik pengantar tidur yang membuatnya mengantuk. Rumput hijau yang sangat empuk terasa menopang lembut tubuhnya. Udara bersih di sekelilingnya mengantarkan oksigen murni yang seakan mencuci paru-parunya. "Kak, ayo dimakan dulu nih sosisnya!" Katya membuka mata, dan melihat Sienna yang tersenyum padanya sambil mengulurkan piring berisi sosis panggang yang aromanya begitu harum. "Terima kasih, Sienna," sahut Katya membalas senyuman Sienna, dan meraih piring itu. Sienna sedang menuangkan segelas jus jeruk untuk Katya, ketika tiba-tiba ia mendengar suara tawa riang anak kecil, bersama dengan suara laki-laki yang ia kenal. Dan juga ia rindukan. Adel dan Ibram terlihat sedang bercanda dan tertawa. Di depan mereka ada alat peman
Aku tahu aku egois, karena aku menginginkanmu yang menginginkan dia. Dan memintamu untuk membayangkan dia saat bersamaku, agar cintamu padanya bisa kau bagi padaku. (David Satria)*** "Ibram..." Katya terisak, lalu melepaskan tangannya yang sedang menggenggam tangan David dan menggerakkan kursi rodanya ke arah kekasihnya. Membuat David serta-merta merasa kehilangan tangan lembut yang tadi menangkupnya dengan hangat. Ibram pun segera mengambil langkah lebar untuk mendekati Katya dan bersimpuh di depan kursi roda gadis itu, mensejajarkan dirinya agar bisa merengkuh Katya. Kedua kekasih itu pun saling berpelukan, melepas sejuta perasaan dan emosi yang terkandung di dalam hati. "Maafkan aku, Katya. Maafkan aku yang tidak bisa menjagamu dengan baik," ucap pilu Ibram, dipenuhi rasa sesal yang mendalam. Ia lalu melepaskan pelukannya dan menatap dalam mata dengan binar indah itu. "Aku rasa separuh umurku telah hilang, saat menemukanmu dengan kondisi seperti itu. Maafkan aku. Maafkan
"Lebih cepat, Toni!" bentak Ibram gusar. Toni pun semakin mempercepat laju mobilnya, menyelip sana-sini mencari celah di antara lalu-lalang kendaraan yang masih memenuhi jalanan. Alarm dari alat penyadap yang ditempelkan pada anting-anting Katya telah berbunyi. Wanita itu dalam bahaya. Ibram benar-benar kecolongan untuk yang kedua kalinya, saat ia mendapati istri dan keponakannya telah menghilang entah kemana. Polisi sudah bertindak dan dikerahkan untuk mencari Katya dan Adel, dengan mengikuti sinyal yang dipancarkan alat penyadap itu. "BRENGSEK! BAJINGAN! LELAKI BIADAB!" Ibram terus memaki sambil memukul dasbor di depannya. "Kali ini kau benar-benar akan kubunuh!" "Pak, orang-orang kita sudah berada dekat dengan Kean, mungkin mereka akan sampai duluan di tempat itu," lapor Toni setelah ia mendapatkan info dari wireless earphone di telinganya. "Serang dia jika Katya dan Adel berada dalam bahaya," perintah Ibram. Beberapa belas menit kemudian, Ibram dan Toni telah s
Ibram, David dan Toni duduk di depan meja bar, sementara Katya, Brissa dan Zizi berada di meja restoran di seberang mereka. "Halo, temanku ini baru saja menikah, tolong berikan minuman yang terbaik dan termahal di sini," ucap David pada bartender yang menghampiri mereka. "Tidak, Dave," tolak Ibram tegas. "Aku harus menyetir pulang nanti." David berdecak kesal. "Ibram, kamu benar-benar tidak menyenangkan! Bukankah Toni yang akan mengantarmu pulang nanti?" "Tidak. Toni akan mengantarmu, Brie dan Zizi. Aku hanya ingin menjaga Katya," tegasnya. David mendesah dan tertawa pelan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kamu benar-benar telah berubah, Ibram. Apa itu karena Katya?" Ibram tersenyum. "Aku sekarang seorang suami, Dave. Akulah yang bertanggung jawab atas keselamatan istriku," tukasnya. David mengangkat gelas berisi minuman keras untuk bersulang pada Ibram. "Untuk suami paling beruntung di dunia," ucap David, ada rasa bangga atas perubahan positif pada sahabatnya itu, nam
Katya terlihat sangat cantik dalam balutan gaun panjang putih dan sederhana. Gaun itu berlengan panjang dengan deretan kancing berlian di sepanjang siku hingga pergelangan tangan, menutup hingga batas bawah lehernya, dan terulur jauh menutupi kaki. Meskipun terkesan sopan dan menutup, namun karena jatuh mengikuti bentuk tubuh Katya, tetap saja terlihat sangat sangat seksi. Ibram bolak-balik menatap Katya sambil menggeleng-gelengkan kepala, tidak rela jika garis tubuh kekasihnya itu dinikmati oleh beberapa pasang mata pria brengsek dan dijadikan fantasi liar mereka. "Nggak ada gaun yang lebih sopan?" tanya Ibram sambil mengerutkan wajah tidak suka pada stylist yang bertugas mengatur kostum pengantin mereka. Wanita berambut bob berkacamata itu hanya bisa menggaruk-garuk kepala bingung. Katya telah bergonta-ganti baju lima kali, dan ini adalah pakaian tersopan yang mereka punya. "Maafkan saya, Pak Ibram... tapi kami tidak memiliki gaun yang lebih tertutup lagi. Masalahnya adalah
Ibram melepaskan ciumannya dan memeluk tubuh Katya, untuk memberikan kesempatan pada gadis itu agar bisa mengatur napasnya. "Katya, menikahlah denganku," ucap Ibram lembut. "Dulu aku pernah melamarmu dan kamu menolaknya karena merasa belum ada cinta di hatiku, bukan?" Ibram mengingat saat-saat dirinya dan Katya berada di rumah pantai miliknya. "Apa sekarang kamu masih juga belum yakin jika aku mencintaimu?" ada nada murung di suara Ibram. "Diriku yang sekarang dan diriku yang dulu sudah jatuh begitu dalam padamu, Katya." lelaki itu pun melepaskan pelukannya untuk menatap lekat Katya yang terdiam membisu. "Jadilah istriku, pendamping hidupku, dan pelindungmu seumur hidup," ucapnya dengan suara parau, sarat akan emosi yang membuncah di dalam dada. "Aku mencintaimu, Katya Lovina. Wanita tercantik di dunia yang beraroma vanilla." Dan Katya pun merasa dadanya meledak dalam kebahagiaan. Tentu saja ia sangat yakin sekarang kalau Ibram benar-benar mencintainya, bukan karena obs
Ibram terbaring di sebelah Katya, berusaha meredakan rasa sakit hebat yang menyerang kepala dan membuatnya kesulitan untuk bernafas. Ingatan-ingatan yang datang padanya bagai ribuan paku yang menghujam deras ke dalam otaknya, membuatnya gemetar menahan rasa sakit yang hampir tak tertahankan. Namun Ibram berusaha untuk menerima dan tidak menolak seluruh pesan dari pikirannya itu, meskipun acak dan berupa kilasan-kilasan cepat bagaikan kilat yang menyambar-nyambar dirinya. Jessi yang menyelingkuhi Gamal. Gamal yang meninggal akibat kanker nasofaring. Kuliahnya yang sempat kacau karena ia sangat berduka. Adel yang masih kecil namun sudah ditinggalkan ayahnya selamanya dan ibunya yang entah kemana. Mengasuh Adel. Mendirikan One Million. Mengakuisisi beberapa perusahaan. Menemukan Katya Lovina. Dan jatuh cinta padanya. Dengan napas yang masih memburu, ia pun menatap ke arah samping. Katya. Gadis itu berbaring di sisinya, dan membalas tatapannya dengan wajah bingung. "Pak Ibram
'APAA??? Dia mengira ada sesuatu antara aku dan Toni??' Katya menepis kasar tangan Ibram dari bahunya. "Pak Ibram, apa maksudmu bertanya seperti itu?" "Kau selingkuh dengan Toni, kan? Mengakulah! Toni memang jauh lebih muda dariku dan kau pasti merasa lebih cocok dengan lelaki yang tidak terlalu jauh perbedaan usianya denganmu!" ucap Ibram ketus. "Hah! Entah apa yang sudah kalian berdua lakukan di belakangku, menjijikkan sekali." "Apa anda sudah puas menghinaku? Sepertinya memang percuma, apa pun yang kukatakan, anda pasti tidak akan pernah percaya bukan? Aku akan selalu jelek di matamu," tukas Katya pelan. Ia sudah benar-benar lelah sekarang. "Anda sudah menuduhku hanya mengincar uangmu, dan kini menuduhku selingkuh dengan orang kepercayaanmu? Selanjutnya apa lagi? Apa lagi yang anda tuduhkan? Begitu sulitkah bagimu menerima bahwa aku benar-benar mencintaimu dengan tulus tanpa ada maksud apa pun?" tanya Katya dengan suara yang mulai parau karena menahan tangis. "Jika memang
Ibram terdiam, namun tubuhnya tetap saja memunggungi Katya. 'Hahh... gadis ini benar-benar keras kepala! Sepertinya dia hanya ingin menggangguku saja.''Meskipun... yah, tidak bisa disalahkan juga karena diriku yang dulu sangat bodoh karena telah memberikan harapan pada gadis ini.' Seketika ada setitik rasa kasihan terbit di dada Ibram saat mengingat ekspresi wajahnya pada acara pertunangan melalui Youtube tadi. Pantas saja gadis ini salah paham, karena Ibram memang bersikap seakan benar-benar mencintainya! 'Apa itu benar? Apa aku pernah mencintainya? AKU?? IBRAM MAHESA??' Perlahan Ibram pun membalikkan badannya menatap Katya. "Apa kau yakin dengan semua ucapanmu itu?" cetus Ibram. "Tidak akan ikut campur urusanku, tidak mengharapkan apa pun dariku, dan hanya merawatku hingga sembuh lalu pergi dari hadapanku?" Ibram mengulang ucapan Katya tadi. Katya mengangguk mantap. "Ya. Aku sangat yakin dengan semua ucapanku, Ibram." Hmm... menarik. "Baiklah. Kau boleh melakukannya. Tapi
Katya menangis dalam kesendirian di teras rumah sakit yang sepi. Ia ingin sekali menjerit kuat-kuat, memuntahkan segala kesedihan yang terus menimpanya bertubi-tubi. Setelah ayahnya, Sienna, dan sekarang Ibram pun juga telah meninggalkannya. Bukan meninggalkan secara harfiah karena tubuhnya masih berada di dunia fana ini, hanya saja ingatannya pada Katya yang telah pergi. Ibram mengalami amnesia retrograde karena cedera akibat benturan keras di kepalanya, dan ingatannya hanya sampai saat ia kuliah di Amerika bersama David... Ia tidak mengingat apa pun setelah itu. Bahkan saat ia diberitahu bahwa Gamal, kakaknya yang telah meninggal, Ibram pun sangat terkejut dan masih tidak percaya. Lalu ketika Katya mengatakan bahwa mereka telah bertunangan, Ibram hanya terdiam dan menatap gadis itu dengan tatapan kosong. Seketika itu juga Katya mengerti, bahwa lelaki itu telah hilang. Lelaki yang ia cintai dan mencintainya. Ibram yang Katya cintai telah pergi, tergantikan oleh Ibram lai
Katya berada di dalam ambulans yang membawa Ibram menuju rumah sakit. Sejak tadi air matanya tidak dapat berhenti mengalir, melihat tubuh kekasihnya yang diam tak bergerak serta darah segar yang terus mengalir dari kepalanya. Wajah dan tubuh Katya telah penuh bersimbah darah, namun ia sudah tidak peduli lagi. Ia hanya ingin Ibram selamat. Katya sangat takut kehilangan lelaki yang begitu dicintainya. Ia telah kehilangan ayahnya dan juga adiknya Sienna, dan ia tidak akan sanggup untuk bernafas lagi jika ia juga kehilangan Ibram. Tidak! Lebih baik ia ikut ke alam yang sama dengan mereka, karena di dunia ini sudah tidak akan ada cinta lagi untuknya. Katya segera menelepon Zizi, Toni, dan David dari ponsel Ibram. Namun hanya ponsel David yang sulit dihubungi. Lagipula, ini semua karena David! Karena pesan dari David yang membingungkan itu, membuat Katya terperangkap sebagai umpan untuk menjebak Ibram. Apakah ponsel David telah di hack? Ibram harus segera dioperasi, kare