Share

20. Rumah Pantai

Penulis: Black Aurora
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-17 15:17:30

Ibram memasuki rumahnya yang berada di pinggir pantai sambil tetap membawa Katya di atas bahunya, tidak menghiraukan teriakan gadis itu yang terus saja meminta untuk diturunkan.

Katya merasa pusing sekali karena Ibram sama sekali tidak mau mengubah posisi gendongannya itu. Kepala Katya terus menghadap ke bawah, dan ia merasa mau muntah sekarang.

"Ibram, tolong turunkan aku. Kepalaku rasanya seperti berputar-putar," keluh Katya dengan suara lirih.

"Sabar, sayang. Aku akan menurunkanmu sesampainya di kamar kita," sahut Ibram kemudian.

Ibram menaiki tangga menuju ke lantai dua, membuat Katya makin pusing karena terguncang-guncang seiring dengan langkah kaki Ibram yang menaiki setiap anak tangga. Dan seketika penglihatannya pun gelap.

Gadis itu tak sadarkan diri.

Ibram membuka pintu kamar yang paling besar di lantai dua, dan merebahkan Katya di ranjang besar bernuansa modern.

Rumah ini begitu berbeda dengan rumah yang ia tempati bersama Adel. Terlihat sekali perbedaan mencolok
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Duda dan Janda Bertetangga   21. Seseorang Yang Tidak Disangka

    Ibram membalikkan tubuh Katya hingga kembali menghadapnya. Namun berbeda dengan sebelumnya, kali ini lelaki itu hanya diam mematung memandangi Katya.Katya menatap Ibram yang tiba-tiba terdiam seperti melamun. "Kenapa?" tanya Katya heran. Ibram pun menatap mata Katya, dan mencium kelopaknya lembut. "Aku baru menyadari sesuatu," ucapnya sambil kembali mencium kelopak mata Katya yang satunya."Menyadari apa?" tanya Katya lagi dengan suara serak, menikmati sentuhan bibir Ibram di matanya."Menyadari, kalau aku tidak akan sanggup hidup tanpamu, Katya. Jangan pernah pergi dariku, apapun yang terjadi di kemudian hari. Aku siap. Siap untuk mencintaimu seumur hidupku."Katya terperanjat. Perkataan Ibram yang diucapkan dengan nada yang sangat lembut itu telah menembus ke dalam hatinya. Hangat. Hatinya pun seketika menjadi hangat, bagaikan menangkup segelas susu panas di musim penghujan.Perutnya juga terasa aneh. Namun aneh yang menyenangkan, bagaikan ada seribu kepak sayap kupu-kupu beterb

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • Duda dan Janda Bertetangga   22. Syarat

    "IBU?" Katya tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Ibunya ada di sini, di rumah sakit? Apakah ia sedang berhalusinasi karena terlalu sedih? Ibram menoleh ke belakangnya, mengikuti tatapan terpaku Katya pada seorang wanita berambut coklat seleher yang tadi dipanggilnya ibu.Warna rambut wanita itu dan matanya begitu mirip dengan Katya. Begitu pun warna kulitnya yang putih. Ibram mengerutkan dahi, bolak-balik menatap Katya dan wanita di depannya. Wanita ini, apa benar ibunya Katya? Yah, memang ada kemiripan wajah antara keduanya. Tapi ada apa tiba-tiba saja ia muncul setelah menghilang sekian lama? Katya pun beranjak berdiri dengan tubuh kaku dan pandangan yang terus melekat pada wanita yang dipanggilnya ibu, diikuti oleh Ibram yang juga berdiri. Wanita itu kemudian berjalan mendekati Katya, dengan satu tangannya terulur ke wajah Katya. "Anakku... Katya," ucapnya lirih penuh damba. Ibram yang dari tadi masih terdiam menyaksikan semuanya, sekarang mulai bersuara. Ia pun b

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • Duda dan Janda Bertetangga   23. Curiga

    "Aku minta ibu bercerai dengan lelaki itu." Silvia tertegun, tidak menyangka kalau persyaratan yang diminta Katya adalah bercerai dengan suaminya. Wanita itu pun kemudian mengulas senyum tipis. "Katya, ini bukan sesuatu yang bisa dilakukan seperti membalikkan telapak tangan. Ibu tidak mungkin bisa tiba-tiba menceraikan suami ibu," bujuknya. Katya mengangguk pelan dengan raut yang datar. Ia sudah tahu kalau ibunya tidak akan pernah mau bercerai. "Baik, kalau begitu lupakan. Aku minta agar ibu jangan pernah menampakkan diri lagi, terutama di hadapan Sienna. Dia harus konsentrasi untuk penyembuhannya. Jika ia melihat ibu, aku khawatir Sienna tidak fokus dan juga jadi berharap terlalu tinggi pada ibu, padahal kenyataannya hanyalah berharap pada sesuatu yang sia-sia," tegas Katya. Ia merasa lelah dipermainkan seperti ini. Lalu Katya pun kembali ke tempat duduknya, dengan membelakangi Silvia. Sekarang ia merasa tidak bisa menangis lagi karena air matanya terasa kering, sekering

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • Duda dan Janda Bertetangga   24. Dendam Ibram

    Langkah kaki seorang perawat yang masuk ke dalam kamar, membuat Katya cepat-cepat menjauhkan tangannya yang semula sedang mengelus rahang maskulin Ibram. Ia malu, saat perawat mudah itu menatap Katya dan Ibram sambil mengulas senyum. "Bu Katya Lovina? Bagaimana perasaanmu saat ini, sudah merasa lebih baik?" tanyanya sambil memasangkan alat pengukur tekanan darah dan suhu tubuh pada Katya.Katya mengangguk. "Saya sudah merasa sehat kok suster. Boleh kan, keluar sekarang?" tanyanya penuh harap."Sabar, Sayang. Kurasa lebih baik kalau kamu di sini satu hari lagi, agar tubuhmu lebih fit," tukas Ibram sambil menggenggam erat tangan Katya."Menurut dokter juga begitu, Nona Katya. Anda diminta untuk istirahat dulu sehari." Lalu perawat itu pun melihat hasil tekanan darah dan temperatur tubuh Katya."Oke. Untuk suhu tubuh sudah normal, hanya tekanan darahnya saja yang masih agak rendah. Istirahat yang cukup dan makanlah makanan yang bergizi, Nona," saran perawat tersebut. "Saya permisi dul

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • Duda dan Janda Bertetangga   25. Morning Kiss

    Hari ini Katya sudah merasa jauh lebih baik.Ia terbangun di pagi hari dengan tubuh yang terasa segar dan kuat, tapi yang ia butuhkan sekarang adalah mandi. Katya melihat ke samping, dan mendapatkan pemandangan yang membuat hatinya sejuk : Ibram yang masih tertidur pulas di atas sofa yang bisa dibuka menjadi bed. Kakinya yang panjang tampak menggelantung di pinggiran sofa karena tidak cukup menampung. Matanya terpejam rapat sementara bibirnya sedikit terbuka. Dengan celana training dan kaus santai, Ibram terlihat berbeda dari yang biasa Katya lihat. Wajah tampan yang biasanya dingin dan datar tanpa ekspresi, sekarang malah terlihat polos tanpa dosa seperti malaikat. 'Tampannya kekasihku.'Katya pun menatap Ibram lekat-lekat. Ingin rasanya ia menyurukkan wajahnya di dada bidang itu sambil memeluk lehernya. Apakah Ibram akan terbangun? Ya. Ia pasti terbangun. Jadi Katya hanya bisa memandang sosok itu dengan penuh cinta dari tempat tidurnya, karena tidak ingin membangunkan Ibram d

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • Duda dan Janda Bertetangga   1. Tetangga Baru

    Kintan menengadah menatap gedung apartemen yang berada di depannya. Cuaca yang cukup terik siang ini, membuat wanita itu menyipitkan mata dan menangkup satu tangan di atas kepala, untuk menghalau sinar matahari yang menyilaukan mata.“Halo, tempat tinggal yang baru! Be nice with us, okay?” Gumannya sembari menyunggingkan senyum. Sambil menghela napas pelan, wanita itu pun berjalan dengan penuh semangat memasuki gedung 23 lantai itu.Kintan memiliki alasan tersendiri saat pindah dari rumah yang selama ini ia tingggali selama bertahun-tahun ke gedung apartemen ini, yaitu agar tidak terganggu dengan tetangga-tetangganya yang mendadak berubah rese dan julid. Terutama, sejak status dirinya yang tiba-tiba menjanda, karena kematian suaminya 6 bulan yang lalu.Ck. Memangnya kenapa sih dengan status janda?? Nggak ngerti deh dengan pemikiran picik mereka, yang seolah alergi dengannya dan merasa kalau Kintan adalah sebuah ancaman bagi suami-suami mereka.Padahal Kintan pun sama sekali tidak

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-22
  • Duda dan Janda Bertetangga   2. Adaptasi

    "Khal, berenang yuk!" ajak Kintan pada si sulung yang bernama Khalil, yang sedari tadi cuma cemberut menatap ke arah jendela kaca di kamarnya. Jendela yang memperlihatkan pemandangan indah kota di siang hari.Khalil merasa kesal karena harus pindah, karena ia pun menjadi kesepian karena tidak memiliki banyak teman bermain seperti di rumah yang dulu."Kakaaaakk... ayoooo kita belenaaang!!" ajak Kahfi, adiknya yang masih berusia 3 tahun dengan suara cemprengnya yang bikin telinga sakit. "Kakaaakkk dengel gak siiih? Ayooo kitaa lenaaang!"Khalil mendengus kesal. "Iyaaa iyaaa... berisik ah! Tunggu deh, aku ganti baju renang dulu." Lalu anak laki-laki itu pun mengambil baju renang yang sudah disiapkan oleh Kintan di atas tempat tidurnya.Ketika Khalil masuk ke kamar mandi untuk ganti baju, Kintan dan Kahfi langsung melakukan tos berdua."Berhasil!" bisik Kintan sambil tersenyum senang pada anak bungsunya.Kahfi pun nyengir. Mereka memang sengaja membuat Khalil nggak tahan mendengar suara

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-22
  • Duda dan Janda Bertetangga   3. Tetangga Yang Baik Hati

    "Kok sudah pulang?" tegur Iqbal pada Gea, yang tampak baru saja masuk apartemen tak begitu lama darinya.Gea menghempaskan tubuhnya di atas sofa di samping papanya. “Tante Kintan yang meminta aku pulang. Katanya orang tua yang setelah lelah bekerja, ketika pulang perasaan lelah itu akan sirna saat melihat wajah anaknya yang tersenyum menyambut,” ucap Gea sambil menatap papanya."Ck. Tante Kintan bikin aku baper aja!" Gea mencebik sambil memeluk Iqbal manja. “Pa.” “Hm?”"Menurut papa, Tante Kintan cantik kan?""Kamu yang cantik," elak Iqbal sambil mencubit gemas pipi putrinya. "Jangan mulai deh, Ge!" Dengusnya, yang tahu kalau anaknya ini pasti berniat menjodohkan dirinya dengan Kintan.Gea pun nyengir lebar karena taktiknya ketahuan. "Pa, aku boleh main ke rumah Tante Kintan ya, kalau papa sedang bekerja? Aku seneng banget bisa bermain dengan Khalil dan Khafi. Rasanya seperti punya adik sendiri."Iqbal menatap putrinya sambil membelai rambut Gea. Ia tahu Gea kesepian sendirian di ap

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-22

Bab terbaru

  • Duda dan Janda Bertetangga   25. Morning Kiss

    Hari ini Katya sudah merasa jauh lebih baik.Ia terbangun di pagi hari dengan tubuh yang terasa segar dan kuat, tapi yang ia butuhkan sekarang adalah mandi. Katya melihat ke samping, dan mendapatkan pemandangan yang membuat hatinya sejuk : Ibram yang masih tertidur pulas di atas sofa yang bisa dibuka menjadi bed. Kakinya yang panjang tampak menggelantung di pinggiran sofa karena tidak cukup menampung. Matanya terpejam rapat sementara bibirnya sedikit terbuka. Dengan celana training dan kaus santai, Ibram terlihat berbeda dari yang biasa Katya lihat. Wajah tampan yang biasanya dingin dan datar tanpa ekspresi, sekarang malah terlihat polos tanpa dosa seperti malaikat. 'Tampannya kekasihku.'Katya pun menatap Ibram lekat-lekat. Ingin rasanya ia menyurukkan wajahnya di dada bidang itu sambil memeluk lehernya. Apakah Ibram akan terbangun? Ya. Ia pasti terbangun. Jadi Katya hanya bisa memandang sosok itu dengan penuh cinta dari tempat tidurnya, karena tidak ingin membangunkan Ibram d

  • Duda dan Janda Bertetangga   24. Dendam Ibram

    Langkah kaki seorang perawat yang masuk ke dalam kamar, membuat Katya cepat-cepat menjauhkan tangannya yang semula sedang mengelus rahang maskulin Ibram. Ia malu, saat perawat mudah itu menatap Katya dan Ibram sambil mengulas senyum. "Bu Katya Lovina? Bagaimana perasaanmu saat ini, sudah merasa lebih baik?" tanyanya sambil memasangkan alat pengukur tekanan darah dan suhu tubuh pada Katya.Katya mengangguk. "Saya sudah merasa sehat kok suster. Boleh kan, keluar sekarang?" tanyanya penuh harap."Sabar, Sayang. Kurasa lebih baik kalau kamu di sini satu hari lagi, agar tubuhmu lebih fit," tukas Ibram sambil menggenggam erat tangan Katya."Menurut dokter juga begitu, Nona Katya. Anda diminta untuk istirahat dulu sehari." Lalu perawat itu pun melihat hasil tekanan darah dan temperatur tubuh Katya."Oke. Untuk suhu tubuh sudah normal, hanya tekanan darahnya saja yang masih agak rendah. Istirahat yang cukup dan makanlah makanan yang bergizi, Nona," saran perawat tersebut. "Saya permisi dul

  • Duda dan Janda Bertetangga   23. Curiga

    "Aku minta ibu bercerai dengan lelaki itu." Silvia tertegun, tidak menyangka kalau persyaratan yang diminta Katya adalah bercerai dengan suaminya. Wanita itu pun kemudian mengulas senyum tipis. "Katya, ini bukan sesuatu yang bisa dilakukan seperti membalikkan telapak tangan. Ibu tidak mungkin bisa tiba-tiba menceraikan suami ibu," bujuknya. Katya mengangguk pelan dengan raut yang datar. Ia sudah tahu kalau ibunya tidak akan pernah mau bercerai. "Baik, kalau begitu lupakan. Aku minta agar ibu jangan pernah menampakkan diri lagi, terutama di hadapan Sienna. Dia harus konsentrasi untuk penyembuhannya. Jika ia melihat ibu, aku khawatir Sienna tidak fokus dan juga jadi berharap terlalu tinggi pada ibu, padahal kenyataannya hanyalah berharap pada sesuatu yang sia-sia," tegas Katya. Ia merasa lelah dipermainkan seperti ini. Lalu Katya pun kembali ke tempat duduknya, dengan membelakangi Silvia. Sekarang ia merasa tidak bisa menangis lagi karena air matanya terasa kering, sekering

  • Duda dan Janda Bertetangga   22. Syarat

    "IBU?" Katya tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Ibunya ada di sini, di rumah sakit? Apakah ia sedang berhalusinasi karena terlalu sedih? Ibram menoleh ke belakangnya, mengikuti tatapan terpaku Katya pada seorang wanita berambut coklat seleher yang tadi dipanggilnya ibu.Warna rambut wanita itu dan matanya begitu mirip dengan Katya. Begitu pun warna kulitnya yang putih. Ibram mengerutkan dahi, bolak-balik menatap Katya dan wanita di depannya. Wanita ini, apa benar ibunya Katya? Yah, memang ada kemiripan wajah antara keduanya. Tapi ada apa tiba-tiba saja ia muncul setelah menghilang sekian lama? Katya pun beranjak berdiri dengan tubuh kaku dan pandangan yang terus melekat pada wanita yang dipanggilnya ibu, diikuti oleh Ibram yang juga berdiri. Wanita itu kemudian berjalan mendekati Katya, dengan satu tangannya terulur ke wajah Katya. "Anakku... Katya," ucapnya lirih penuh damba. Ibram yang dari tadi masih terdiam menyaksikan semuanya, sekarang mulai bersuara. Ia pun b

  • Duda dan Janda Bertetangga   21. Seseorang Yang Tidak Disangka

    Ibram membalikkan tubuh Katya hingga kembali menghadapnya. Namun berbeda dengan sebelumnya, kali ini lelaki itu hanya diam mematung memandangi Katya.Katya menatap Ibram yang tiba-tiba terdiam seperti melamun. "Kenapa?" tanya Katya heran. Ibram pun menatap mata Katya, dan mencium kelopaknya lembut. "Aku baru menyadari sesuatu," ucapnya sambil kembali mencium kelopak mata Katya yang satunya."Menyadari apa?" tanya Katya lagi dengan suara serak, menikmati sentuhan bibir Ibram di matanya."Menyadari, kalau aku tidak akan sanggup hidup tanpamu, Katya. Jangan pernah pergi dariku, apapun yang terjadi di kemudian hari. Aku siap. Siap untuk mencintaimu seumur hidupku."Katya terperanjat. Perkataan Ibram yang diucapkan dengan nada yang sangat lembut itu telah menembus ke dalam hatinya. Hangat. Hatinya pun seketika menjadi hangat, bagaikan menangkup segelas susu panas di musim penghujan.Perutnya juga terasa aneh. Namun aneh yang menyenangkan, bagaikan ada seribu kepak sayap kupu-kupu beterb

  • Duda dan Janda Bertetangga   20. Rumah Pantai

    Ibram memasuki rumahnya yang berada di pinggir pantai sambil tetap membawa Katya di atas bahunya, tidak menghiraukan teriakan gadis itu yang terus saja meminta untuk diturunkan. Katya merasa pusing sekali karena Ibram sama sekali tidak mau mengubah posisi gendongannya itu. Kepala Katya terus menghadap ke bawah, dan ia merasa mau muntah sekarang. "Ibram, tolong turunkan aku. Kepalaku rasanya seperti berputar-putar," keluh Katya dengan suara lirih. "Sabar, sayang. Aku akan menurunkanmu sesampainya di kamar kita," sahut Ibram kemudian. Ibram menaiki tangga menuju ke lantai dua, membuat Katya makin pusing karena terguncang-guncang seiring dengan langkah kaki Ibram yang menaiki setiap anak tangga. Dan seketika penglihatannya pun gelap. Gadis itu tak sadarkan diri. Ibram membuka pintu kamar yang paling besar di lantai dua, dan merebahkan Katya di ranjang besar bernuansa modern. Rumah ini begitu berbeda dengan rumah yang ia tempati bersama Adel. Terlihat sekali perbedaan mencolok

  • Duda dan Janda Bertetangga   19. Love or Obsession

    "Katya, menikahlah denganku," ucap Ibram dengan suaranya yang parau dan sarat akan emosi di dalamnya. Katya benar-benar kaget. Ia tidak menyangka kalau Ibram membawanya ke sini untuk melamarnya! Untuk sesaat ia benar-benar bingung dan tidak tahu harus berkata apa. Katya menyentuh lembut tangan Ibram yang menangkup wajahnya, dan memberikan senyum lembut pada lelaki itu. Katya bisa merasakan ada sesuatu yang mengganggu pikiran Ibram sehingga membuatnya melontarkan pertanyaan itu. "Ibram, kenapa tiba-tiba sekali? Ada apa sebenarnya?" Ibram pun kembali mencium bibir Katya, kali ini penuh kelembutan dan perasaan. "Karena aku ingin memilikimu seutuhnya. Aku ingin membawamu dan juga adikmu masuk ke dalam keluargaku bersama Adel. Aku ingin kamu hanya melihatku, hanya memikirkanku, dan selalu menantikan kehadiranku." Ibram melepaskan tangannya dari wajah Katya, lalu meraih telapak tangan gadis itu dan mengecupnya lembut. "Jadilah milikku selamanya." Katya menghela napas. "Tidak."

  • Duda dan Janda Bertetangga   18. Teman / Lawan

    Rahang Ibram sontak mengeras ketika mendengar ucapan David padanya. Dia bilang... telah mencium Katya?? BRENGSEK!! Raut wajah Ibram berubah menjadi begitu kelam, sorot matanya yang tajam dan menakutkan itu pun hanya tertuju pada satu orang, yaitu David Satria. Ibram melangkahkan kakinya dengan tergesa dan merenggut kerah kemeja David dengan kedua tangannya. "Kenapa kau melakukan itu, David? KENAPA, BRENGSEK?!" Lalu dengan sekuat tenaganya, Ibram menghantam wajah David dengan kepalan tangannya, membuat David terjerembab dan darah segar mengucur deras dari hidungnya. Namun entah setan apa yang telah merasukinya, Ibram malah kembali menarik kerah baju David untuk menyentaknya berdiri, dan kembali memukulinya tanpa ampun. Setelah menerima beberapa pukulan, akhirnya David pun sempat mengelak, menahan tangan Ibram dengan tangannya, tapi kemudian Ibram malah kembali memukulnya dengan tangannya yang lain. Perkelahian ini sangat tidak seimbang. David yang tidak pernah

  • Duda dan Janda Bertetangga   17. Konfrontasi

    Ngopi bersama Nathan ternyata jauh lebih menyenangkan daripada yang Katya bayangkan sebelumnya. Suasana yang awalnya canggung perlahan mencair. Meskipun awalnya ketus dan dingin, Ibram akhirnya luluh juga oleh keramahan Nathan, yang dengan sikap supelnya mampu membuat siapa pun merasa nyaman.Ketika jarum jam menunjukkan pukul lima sore, Nathan pun berpamitan. Ia menjabat tangan Ibram dengan penuh hormat, lalu menjabat tangan Katya. Dan durasi jabat tangan itu membuat Ibram menegang. "Baik, saya pamit dulu. Terima kasih, Pak Ibram, Katya." Nathan tersenyum hangat, melambaikan tangan, lalu beranjak pergi.Ibram memperhatikan punggung Nathan yang menjauh dengan mata tajam, sementara Katya masih tersenyum kecil memandangi lelaki itu. Hati Ibram pun langsung memanas saat menyadarinya, dan sebelum Katya menyadari apa yang terjadi, kedua tangan Ibram menutup mata Katya dengan tegas."Ibram! Apa-apaan sih?" protes Katya kesal, matanya gelap tertutup telapak tangan besar kekasihnya."Jan

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status