Home / Romansa / Duda Incaran Shana / 79. Mulai Peduli

Share

79. Mulai Peduli

Author: Viallynn
last update Last Updated: 2025-04-09 19:56:25

Bahagia adalah perasaan yang diinginkan oleh semua orang. Sebisa mungkin manusia akan menghindar dari masalah agar merasakan perasaan indah itu. Namun ternyata tidak semua orang menginginkannya. Ada satu wanita yang terjebak pada dendam masa lalunya.

Shana Arkadewi terjebak pada kenyataan yang pahit. Tidak cukup dengan masa lalunya, sekarang Shana justru ikut merusak masa depannya. Yaitu dengan masuk ke dalam keluarga Atmadjiwo. Keluarga yang dulunya sangat ia hindari.

Tidak ada pilihan lain. Apa yang sudah terjadi membuatnya mau tidak mau harus bergabung dengan keluarga Atmadjiwo, yaitu dengan menikahi Handaru Atmadjiwo. Putra bungsu yang diidam-idamkan oleh banyak wanita normal di luar sana.

Tidak peduli dengan status dudanya, wajah yang terpahat sempurna serta kekayaan yang seolah tiada habisnya tentu menjadi poin utama. Peduli setan dengan anak yang hadir di dunia, Handaru Atmadjiwo tetap menjadi incaran satu Indonesia.

Malam itu, setelah Putri pergi dengan amarah, Shan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Duda Incaran Shana   80. Bersikap Tegas

    "Kamu nangis?" Usaha Shana sepertinya sia-sia. Ndaru jelas menyadari apa yang terjadi. Apa lagi suaranya bergetar tanpa bisa ia tahan. Tak ada lagi gunanya untuk menghindar. Seharusnya Shana tahu jika ia tak akan bisa menyembunyikan apa pun dari pria seperti Ndaru. Shana menarik napas dalam dan mulai mengangkat kepalanya. Menunjukkan wajah sembabnya pada Ndaru. Namun dia juga memberikan senyum tipisnya. "Apa yang terjadi?" tanya Ndaru lagi setelah berhasil melihat wajah Shana. "Saya—" Shana kembali menarik napasnya untuk menahan tangis. "Saya cuma capek. Boleh saya istirahat sekarang, Pak?" Ndaru melepas lengan Shana. Namun bukan berarti dia benar-benar melepas gadis itu. Karena yang selanjutnya Ndaru lakukan cukup mengejutkan. Tangan besarnya terangkat menyingkirkan rambut Shana, memperlihatkan pipinya yang memerah karena tamparan dari Putri. Dengan cepat Shana menghempaskan tangan Ndaru dari wajahnya dan melangkah mundur. Berniat memberi jarak yang tentu sia-sia, kar

    Last Updated : 2025-04-09
  • Duda Incaran Shana   81. Mencari Jawaban

    Seperti yang sudah Shana duga. Malamnya tidak berjalan dengan lancar. Tidur karena lelah benar hanya menyapa. Selebihnya mimpi buruk datang seperti perkiraannya. Mimpi buruk yang sangat sulit untuk dilupakan. Kejadian kelam yang terus terbayang-bayang. Sayangnya Shana hanya bisa menyembunyikan. Baginya, tidak ada seorang pun yang bisa memahami keadaan. Shana tidak berlebihan. Melihat bagaimana ibunya pergi untuk selama-lamanya di depan matanya sendiri adalah hal yang paling menakutkan. Jika Shana berkata jika keluarganya hancur, maka itu bukanlah sebuah khiasan. Keluarganya benar-benar berantakan. Dan topeng kuat yang selama ini ia gunakan pun luntur secara perlahan. Setelah mimpi buruk semalam, Shana tak bisa lagi memejamkan mata. Demi mengalihkan pikiran, dia memilih untuk menulis tentu saja. Kali ini bukan untuk seri fantasi kebanggaannya, melainkan curahan kesedihan hatinya. Shana tidak memiliki teman untuk berbicara. Hanya tulisan yang bisa ia tuangkan untuk menenangkan h

    Last Updated : 2025-04-11
  • Duda Incaran Shana   82. Kepedualian Sia-Sia

    "Kenapa Mbak pukul Shana?"Putri menahan napasnya. Dia menekan bibirnya membentuk garis tipis. Warna bibirnya yang merah menyala karena pewarna bibir seolah menunjukkan kekuasannya saat ini. Namun sayang, yang terjadi malah sebaliknya. Ndaru yang tampak mengintimidasi saat ini."Apa maksud kamu?""Saya tau Mbak pukul Shana." Tidak perlu basa-basi. Ndaru langsung pada inti pembicaraan.Putri tersenyum tipis. "Jadi dia ngadu ke kamu?""Jangankan ngadu, tatap mata saya aja dia nggak mau," jawab Ndaru, "Jadi kenapa, Mbak?""Bukan urursan kamu.""Shana istri saya.""Wah... wah...," Putri menatap Ndaru tidak percaya. "Apa kamu baru aja mengakui kalau dia istri kamu?""Jawab pertanyaan saya, Mbak." Tekan Ndaru lagi. "Jangan mengalihkan pembicaraan."Senyum Putri menghilang. Dia menatap Ndaru lekat, mencoba melawan tatapan pria itu. Meski Ndaru tidak menatapnya tajam, tetapi tatapan tenangnya justru menakutkan. Tidak peduli jika dia adalah kakak ipar Ndaru, pria itu tetap setia dengan sikap d

    Last Updated : 2025-04-11
  • Duda Incaran Shana   83. Prasangka Buruk

    Ketenangan memang menyenangkan. Memberi kebahagiaan yang tak terbayangkan. Menyendiri bisa menjadi salah satu kegiatan. Namun sayang, Shana sedang tidak berkenan. Gadis itu memang menyukai waktu sendirinya. Namun tidak untuk hari ini. Demi menghilangkan pikiran-pikiran buruk, Shana akan menyibukkan diri. Jika tidak ada pertikaian antara dirinya dan Putri kemarin, mungkin dia akan menikmati harinya dengan berleha-leha. Kenyataannya, Shana tidak ingin sendiri saat ini. Oleh karena itu dia memutuskan untuk mengunjungi kakaknya. Beruntung Erina tidak ada jadwal syuting untuk hari ini. Izin Ndaru sudah Shana dapatkan. Tidak ada banyak pertanyaan karena pria itu sudah mengutus Roro untuk selalu mengekorinya. Walau Shana memaksa untuk membawa mobilnya sendiri, tetap harus ada Roro yang mengikutinya. "Mentang-mentang jadi Nyonya Atmadjiwo jadi jarang nengokin gue sekarang," sindir Erina. "Gue juga sibuk kali." Erina langsung menatap Shana penuh minat. "Gimana proses syuting film lo?

    Last Updated : 2025-04-11
  • Duda Incaran Shana   84. Hati Tak Nyaman

    Perasaan tak tenang Ndaru rasakan kali ini. Perasaan yang jarang ia rasakan. Bahkan bisa dihitung dengan jari. Ndaru ingat, kali terakhir ia merasakannya adalah saat datang ke pemakaman kakaknya, Arya. Lalu sekarang, Ndaru merasakannya lagi, ketika mendengar kabar jika Shana sedang makan siang bersama Nendra. Tidak hanya gelisah, melainkan amarah. Jujur, Ndaru akui jika dia sedang kesal saat ini. Kesal dengan sikap pembangkang dan keras kepala Shana. Sulit sekali untuk membuat gadis itu mengerti akan posisinya saat ini. Dia adalah Nyonya Handaru Atmadjiwo. Banyak pasang mata yang tertuju padanya. Jika tertangkap kamera bersama Nendra, entah apa saja narasi negatif dari media yang berhasil dibuat. Ini bukan hanya sekedar persaingan bisnis. Ada permasalahan internal yang hanya diketahui oleh keduanya. Permasalahan internal. Seketika Ndaru teringat dengan ucapan Putri untuk segera melepas Shana. Selain itu, Guna juga mengingatkannya untuk berhati-hati agar tidak membawa Shana terla

    Last Updated : 2025-04-11
  • Duda Incaran Shana   85. Peristiwa Tak Terduga

    Rasa bimbang memang membingungkan. Dipaksa memilih di antara dua pilihan yang sama-sama penting memang menyebalkan. Namun hidup adalah pilihan. Mau tidak mau manusia harus memilih satu pilihan yang akan menentukan masa depan. Posisi yang sedang Shana rasakan sekarang. Bertemu dengan Nendra atau tidak? Dan pilihannya adalah tidak. Dia memutuskan untuk pulang. Saat ini, Shana tengah berkutat di dapur. Perutnya sudah berteriak menginginkan makanan. Sesampainya di rumah, tanpa mengganti pakaiannya dia langsung menuju dapur. Rambutnya ia ikat asal menjadi ikatan tinggi agar memudahkannya dalam memasak. Juna? Anak itu sedang tidur siang. Sedangkan Bibi Lasmi sedang beristirahat di kamar. Wanita itu sedang dalam masa pemulihan karena tangannya yang melepuh. Jadi di sini lah Shana sekarang, membuat makan siangnya sendiri. Seperti dulu, saat ia belum menikah. Saat sedang merebus telur, Shana mendengar langkah kaki yang terdengar tergesa. Dia berbalik dan melihat pria yang akhir-akhir

    Last Updated : 2025-04-12
  • Duda Incaran Shana   86. Sikap Aneh

    Shana memang suka menyendiri, tetapi kali ini dia lebih seperti mengunci diri. Membiarkan dirinya terkurung di kamar seharian hingga dini. Tanpa peduli jika perutnya sudah lama berbunyi. Baginya, yang penting adalah menenangkan diri. Peristiwa mengejutkan beberapa jam yang lalu masih menghantuinya. Menari di kepala seolah tengah mengejeknya. Seperti tak ingin ia melupakannya. Jika bisa, Shana ingin membenturkan kepalanya agar lupa l semuanya. Namun itu tentu tidak akan mengatasi segalanya. Ah, dia benar-benar sudah gila. Lagi-lagi Shana meraih bantal dan berteriak kencang. Dia menghentakkan kakinya kesal. Wajahnya kembali memanas dengan semburat merah yang muncul secara perlahan. Tingkahnya seperti remaja labil yang baru mengenal seorang pria. Konyol. "Ini nggak bener," gumam Shana untuk yang kesekian kalinya. "Bisa-bisanya gue ciuman sama dia? Dan bisa-bisanya dia cium gue?" Rasa tak percayalah yang paling mendominasi. Tak percaya akan apa yang ia dan Ndaru lakukan. Bag

    Last Updated : 2025-04-14
  • Duda Incaran Shana   87. Tembok Besar

    Shana menggigit bibirnya dan menatap kepergian Ndaru kesal. Lihat, pria itu selalu bisa menutupi semuanya dengan wajah tenangnya. Tidak mungkin jika kejadian tadi siang tidak berarti apa-apa. Baiklah, mungkin Shana yang terlalu berlebihan. Bisa saja Ndaru memang tidak menganggap serius kejadian tadi siang. Namun tetap saja, hal itu membuat Shana kesal. Tidak ingin berlarut dengan rasa kesalnya, Shana melanjutkan langkahnya menuju dapur. Dia berdiri di tengah dapur seperti orang bodoh. Dia lapar, tetapi tidak tahu apa yang harus ia makan. Acara masak siangnya tadi juga sudah gagal dan entah ke mana larinya bahan makanan yang ia biarkan begitu saja. Lalu Bibi Lasmi pun hari ini bersitirahat karena tangan melepuhnya. Terpaksa, Shana mencari makanan instan yang mudah dan cepat. Sudah tidak ada waktu lagi untuk memasak. Perutnya sudah berteriak ingin makanan. Mungkin itu juga yang menyebabkan emosi Shana tidak stabil hari ini. "Bu Shana?" Shana menoleh dan mendapati Bibi Lasmi

    Last Updated : 2025-04-14

Latest chapter

  • Duda Incaran Shana   91. Sebuah Pembelaan

    Ada apa? "Kamu istirahat aja, Lang. Biar anak nakal itu makan siang sama saya," ucap Harris. Gilang menatap Ndaru menunggu perintah. Saat melihat Ndaru mengangguk, Gilang pun pamit undur diri. Biar bagaimana pun dia bukanlah robot, dia juga butuh makan. "Ada apa, Pa?" tanya Ndaru meletakkan berkas yang ia baca ke atas meja. Harris langsung menghempaskan tubuhnya di sofa begitu saja. Semakin bertambahnya usia, peran tongkat penyangganya semakin berguna. Dia jadi mudah lelah jika berjalan terlalu lama. Harris mengulurkan tangannya pada Iqbal untuk meminta sesuatu. Sebuah map ia terima dan ia letakkan di atas meja. "Apa itu?" Ndaru berdiri dan ikut bergabung dengan ayahnya di sofa. "Hasil rapat bersama Pak Darma, Pak," jawab Iqbal. "Nggak perlu dicetak, kamu bisa kirim langsung dokumennya ke Gilang." Iqbal tersenyum. "Untuk arsip Pak Harris juga, Pak." "Ada banyak hal yang dibahas saat rapat tadi." Harris mulai berbicara, "Tapi bukan itu yang akan Papa bahas lebih dul

  • Duda Incaran Shana   90. Kedatangan Sang Ayah

    Siang hari ini, Dito Alamsyah memilih untuk bermalas-malasan. Bersantai di waktu senggang syuting ia manfaatkan. Mengingat jika padatnya jadwal sungguh sangat melelahkan. Apa lagi sekarang sudah tidak ada Shana di dekapan. Sumber semangatnya telah pergi meninggalkan. Di luar bagaimana sikap buruknya pada Shana, tidak dapat dipungkiri jika Dito adalah sutradara muda yang cukup handal. Banyak orang yang mengagumi karena pencitraannya. Namun tak jarang ada juga yang menghujatnya karena pernah menjadi korban mulut manisnya. Dito tidak peduli pada semuanya. Dia menganggap semua wanita yang pernah singgah hanyalah pengisi kekosongan semata. Namun berbeda dengan Shana. Setelah gadis itu pergi, rasa kehilangan itu benar-benar terasa. Rasa penyesalan sudah pasti ada. Rasa kesal juga masih di dada begitu tahu jika Shana mendapatkan pengganti yang jauh di atasnya. Handaru Atmadjiwo. Mengingat nama itu, Dito mendengkus tidak suka. Dia bukan orang bodoh. Dia tahu ada sesuatu yang aneh pa

  • Duda Incaran Shana   89. Izin Suami

    Melihat Bibi Lasmi yang akan membantah, Shana dengan cepat menggeleng. Meminta wanita paruh baya itu untuk menurut. Percuma saja membantah titah sang raja. Mustahil tentu rasanya. Shana sudah sering merasakannya. Melihat perhatian Ndaru pada Bibi Lasmi juga membuat Shana akhirnya bisa berpikir jernih. Mengenai perhatian pria itu semalam, tentang nasi goreng dan buah potong, Shana tidak akan kembali bertanya-tanya. Ternyata bukan hanya pada dirinya, buktinya Ndaru juga memberikan perhatiannya pada Bibi Lasmi. Shana yakin jika bukan hanya pada mereka berdua, pada yang lain pun sama. Bedanya perhatian Ndaru tidak tersampaikan dengan jelas. Malah ketegasan pria itu yang lebih dominan. Baiklah, Shana tidak perlu lagi dibuat bimbang dengan pikirannya sendiri. Sepertinya benar jika dia harus melupakan kejadian kemarin. Melihat Ndaru yang bersikap biasa dan sama menyebalkannya membuktikan jika ciuman kemarin memang tak berarti apa-apa. Anehnya, ada sedikit rasa kesal di hati Shana. Tern

  • Duda Incaran Shana   88. Bijaksana

    Pagi ini, Putri sarapan bersama anak dan ayahnya. Semalam, Darma memang menginap di rumahnya. Pria itu ingin menemani cucunya menonton bola. Tanpa sosok Arya, sebisa mungkin Darma akan selalu berada di samping cucunya. Bukan bermaksud menggantikan. Dia hanya tidak mau Satria merasa sendiri sejak menantunya itu pergi. "Nanti Papa ada rapat sama Pak Harris." Putri hanya mengangguk, masih fokus memisahkan ikan dari tulangnya untuk Satria. "Sebenernya rapatnya sama Ndaru, tapi mendadak dia nggak bisa. Jadinya diwakilkan sama Pak Harris." Darma menghela napas kasar. "Apa karena masalah kemarin? Dia marah?" Putri ikut menghela napas kasar. Sepertinya pagi ini mereka akan membicarakan topik ini lagi. Memang sejak kejadian di ruangan kantornya, wanita itu tidak mengatakan atau menjelaskan apapun pada ayahnya. Dia menyimpan semuanya sendiri dengan rapat. Karena ini berhubungan juga dengan pekerjaan kotor suaminya. "Tentang Shana, ada apa, Put? Dia masih ganggu kamu?" Sebagai orang

  • Duda Incaran Shana   87. Tembok Besar

    Shana menggigit bibirnya dan menatap kepergian Ndaru kesal. Lihat, pria itu selalu bisa menutupi semuanya dengan wajah tenangnya. Tidak mungkin jika kejadian tadi siang tidak berarti apa-apa. Baiklah, mungkin Shana yang terlalu berlebihan. Bisa saja Ndaru memang tidak menganggap serius kejadian tadi siang. Namun tetap saja, hal itu membuat Shana kesal. Tidak ingin berlarut dengan rasa kesalnya, Shana melanjutkan langkahnya menuju dapur. Dia berdiri di tengah dapur seperti orang bodoh. Dia lapar, tetapi tidak tahu apa yang harus ia makan. Acara masak siangnya tadi juga sudah gagal dan entah ke mana larinya bahan makanan yang ia biarkan begitu saja. Lalu Bibi Lasmi pun hari ini bersitirahat karena tangan melepuhnya. Terpaksa, Shana mencari makanan instan yang mudah dan cepat. Sudah tidak ada waktu lagi untuk memasak. Perutnya sudah berteriak ingin makanan. Mungkin itu juga yang menyebabkan emosi Shana tidak stabil hari ini. "Bu Shana?" Shana menoleh dan mendapati Bibi Lasmi

  • Duda Incaran Shana   86. Sikap Aneh

    Shana memang suka menyendiri, tetapi kali ini dia lebih seperti mengunci diri. Membiarkan dirinya terkurung di kamar seharian hingga dini. Tanpa peduli jika perutnya sudah lama berbunyi. Baginya, yang penting adalah menenangkan diri. Peristiwa mengejutkan beberapa jam yang lalu masih menghantuinya. Menari di kepala seolah tengah mengejeknya. Seperti tak ingin ia melupakannya. Jika bisa, Shana ingin membenturkan kepalanya agar lupa l semuanya. Namun itu tentu tidak akan mengatasi segalanya. Ah, dia benar-benar sudah gila. Lagi-lagi Shana meraih bantal dan berteriak kencang. Dia menghentakkan kakinya kesal. Wajahnya kembali memanas dengan semburat merah yang muncul secara perlahan. Tingkahnya seperti remaja labil yang baru mengenal seorang pria. Konyol. "Ini nggak bener," gumam Shana untuk yang kesekian kalinya. "Bisa-bisanya gue ciuman sama dia? Dan bisa-bisanya dia cium gue?" Rasa tak percayalah yang paling mendominasi. Tak percaya akan apa yang ia dan Ndaru lakukan. Bag

  • Duda Incaran Shana   85. Peristiwa Tak Terduga

    Rasa bimbang memang membingungkan. Dipaksa memilih di antara dua pilihan yang sama-sama penting memang menyebalkan. Namun hidup adalah pilihan. Mau tidak mau manusia harus memilih satu pilihan yang akan menentukan masa depan. Posisi yang sedang Shana rasakan sekarang. Bertemu dengan Nendra atau tidak? Dan pilihannya adalah tidak. Dia memutuskan untuk pulang. Saat ini, Shana tengah berkutat di dapur. Perutnya sudah berteriak menginginkan makanan. Sesampainya di rumah, tanpa mengganti pakaiannya dia langsung menuju dapur. Rambutnya ia ikat asal menjadi ikatan tinggi agar memudahkannya dalam memasak. Juna? Anak itu sedang tidur siang. Sedangkan Bibi Lasmi sedang beristirahat di kamar. Wanita itu sedang dalam masa pemulihan karena tangannya yang melepuh. Jadi di sini lah Shana sekarang, membuat makan siangnya sendiri. Seperti dulu, saat ia belum menikah. Saat sedang merebus telur, Shana mendengar langkah kaki yang terdengar tergesa. Dia berbalik dan melihat pria yang akhir-akhir

  • Duda Incaran Shana   84. Hati Tak Nyaman

    Perasaan tak tenang Ndaru rasakan kali ini. Perasaan yang jarang ia rasakan. Bahkan bisa dihitung dengan jari. Ndaru ingat, kali terakhir ia merasakannya adalah saat datang ke pemakaman kakaknya, Arya. Lalu sekarang, Ndaru merasakannya lagi, ketika mendengar kabar jika Shana sedang makan siang bersama Nendra. Tidak hanya gelisah, melainkan amarah. Jujur, Ndaru akui jika dia sedang kesal saat ini. Kesal dengan sikap pembangkang dan keras kepala Shana. Sulit sekali untuk membuat gadis itu mengerti akan posisinya saat ini. Dia adalah Nyonya Handaru Atmadjiwo. Banyak pasang mata yang tertuju padanya. Jika tertangkap kamera bersama Nendra, entah apa saja narasi negatif dari media yang berhasil dibuat. Ini bukan hanya sekedar persaingan bisnis. Ada permasalahan internal yang hanya diketahui oleh keduanya. Permasalahan internal. Seketika Ndaru teringat dengan ucapan Putri untuk segera melepas Shana. Selain itu, Guna juga mengingatkannya untuk berhati-hati agar tidak membawa Shana terla

  • Duda Incaran Shana   83. Prasangka Buruk

    Ketenangan memang menyenangkan. Memberi kebahagiaan yang tak terbayangkan. Menyendiri bisa menjadi salah satu kegiatan. Namun sayang, Shana sedang tidak berkenan. Gadis itu memang menyukai waktu sendirinya. Namun tidak untuk hari ini. Demi menghilangkan pikiran-pikiran buruk, Shana akan menyibukkan diri. Jika tidak ada pertikaian antara dirinya dan Putri kemarin, mungkin dia akan menikmati harinya dengan berleha-leha. Kenyataannya, Shana tidak ingin sendiri saat ini. Oleh karena itu dia memutuskan untuk mengunjungi kakaknya. Beruntung Erina tidak ada jadwal syuting untuk hari ini. Izin Ndaru sudah Shana dapatkan. Tidak ada banyak pertanyaan karena pria itu sudah mengutus Roro untuk selalu mengekorinya. Walau Shana memaksa untuk membawa mobilnya sendiri, tetap harus ada Roro yang mengikutinya. "Mentang-mentang jadi Nyonya Atmadjiwo jadi jarang nengokin gue sekarang," sindir Erina. "Gue juga sibuk kali." Erina langsung menatap Shana penuh minat. "Gimana proses syuting film lo?

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status