Home / Romansa / Duda Incaran Shana / 72. Rasa Canggung

Share

72. Rasa Canggung

Author: Viallynn
last update Last Updated: 2025-04-06 19:53:03

Sial!

Bibir Shana seketika bungkam. Wajahnya kembali memanas karena pada akhirnya Ndaru akan membahas hal memalukan yang ia lakukan.

Shana mohon, jangan di depan orang lain!

"Apa argumen kamu sekarang?" Ndaru menantang.

"Yang it—u yang ta—tadi saya nggak sengaja. Pak Ndaru tau sendiri kalau Dito kejar saya." Shana mulai menurunkan nada suaranya.

Karena malu tentu saja.

"Saya jadi penasaran. Kalau bukan saya yang di sana, siapa yang bakal kamu cium?"

"Pak?!" Shana melirik Gilang dan Nanang gelisah. "Kita bahas di rumah," lanjutnya kembali menatap jendela.

"Bagus. Kita langsung pulang. Jadi nggak perlu kamu ketemu Nendra-Nendra itu."

Shana memilih untuk diam. Dia membuka kembali ponselnya untuk mengabari Nendra jika ia tidak bisa bertemu. Lagi-lagi Shana hanya bisa menurut. Ndaru kembali membuatnya mati kutu dengan serangannya yang selalu bisa membalikkan keadaan.

Seharusnya Shana yang kesal, bukan? Kenapa justru pria itu yang memegang kendali?

Sisa perjalana
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Duda Incaran Shana   73. Bermain Peran

    Hari ini menjadi hari yang cukup berat untuk Shana. Mulai dari Dito, Ndaru, sampai Nendra. Ketiga pria itu berhasil membuat perasaannya bergejolak. Mulai dari kesal, gelisah, panik, dan masih banyak lainnya. Shana tidak bisa mengungkapkan satu-persatu perasaannya saat ini. Apa lagi saat melihat keberadaan Nendra di depan rumahnya. Tanpa aba-aba dan peringatan pria itu tiba-tiba berada di depan rumah Ndaru. Berdiri tegak dengan senyum manisnya yang khas. Namun ekspresi itu berbanding terbalik dengan Ndaru dan Shana. Jika tidak ingat dengan peringatan Ndaru, mungkin Shana akan menyambut kedatangan Nendra dengan senang hati. Wajah datar Ndaru sudah memperingatinya. Shana tidak akan melakukan aksi gila ada di kepalanya saat ini. Ndaru sedang marah. Dia tahu itu. "Mas Nendra di sini?" tanya Shana mendekat. Tarikan pada kerah kemeja membuat langkah Shana terhenti. Seketika dia kembali tertarik ke belakang sampai punggungnya menabrak dada Ndaru. Tidak menyakitkan, tetapi cukup me

    Last Updated : 2025-04-06
  • Duda Incaran Shana   74. Diam-diam

    Shana harus memanfaatkan waktunya dengan baik. Sebagai seorang ibu, dia tetap mengutamakan kewajibannya untuk menjaga Juna. Seperti saat ini. Meski hanya Ibu Sambung, tetapi Shana dengan tulus menyayangi Juna. Anak itu terlalu menggemaskan untuk diabaikan. Memang Shana tidak menyukai keluarga Atmadjiwo, tetapi tidak dengan anak itu. Juna terlalu polos untuk mengetahui betapa kejamnya dunia. "Mama! Aku dapat bintang lima dari Miss Alin," teriak Juna sambil berlari ke arahnya. Jam pulang sekolah telah usai. Seperti biasa, Shana yang akan menemani Juna selama bersekolah. "Wah, Mas Juna pinter banget." Shana bertepuk tangan senang. Memberi apresiasi yang memang pantas ditujukan untuk Juna. "Tadi bikin gambar sapi," ucap Juna dengan gerakan tangannya. "Mana? Mama mau lihat." Shana berjongkok untuk menyamakan tigginya dengan Juna. Dengan gerakan yang menggemaskan, anak itu membuka tasnya dan mengeluarkan buku gambarnya. Di usia dua tahun ini, Shana melihat jika Juna cuku

    Last Updated : 2025-04-06
  • Duda Incaran Shana   75. Kembali Muncul

    Shana kembali di hadapkan dengan kepanikan. Pesan Ndaru yang berisi titah untuk segera pulang bukanlah akhir dari serangan. Roro, wanita yang setia mengawalnya membelokkan mobilnya memasuki area gedung utama kantor Atmadjiwo Group. Seketika rasa gelisah kembali menyapa. "Kita ke sini, Ro?" tanya Shana hati-hati. "Iya, Bu. Pak Ndaru ingin bertemu." Mobil pun berhenti di depan lobi. Shana melirik Juna yang asyik bermain mobil-mobilan. Sepertinya anak itu belum sadar di mana dirinya saat ini. "Kita pulang aja, Ro. Nanti di rumah aja saya ketemunya sama Bapak." Roro menggeleng dan turun dari mobil. Dia membuka pintu mobil belakang, meminta Shana untuk turun. Roro mungkin bekerja untuk mengawal Shana, tapi jangan lupa jika ia bekerja di bawah perintah Handaru Atmadjiwo. Apa lagi setelah tragedi Dito yang kembali mengganggu Shana, Ndaru tidak akan membiarkan Shana pergi sendiri. Harus ada Roro di sisinya. "Ma, kita di mana?" Shana menoleh dan tersenyum manis. "Kita di kantor

    Last Updated : 2025-04-09
  • Duda Incaran Shana   76. Larangan

    "Tante Shella itu penyihir," ucapnya dengan bergidik. "Mama takut. Mas Juna nggak takut?" "Takut, Ma." Juna menunduk. "Bagus, lain kali kalau ketemu Tante Shella bacain doa aja." Shana tersenyum puas. *** Pintu lift terbuka, sampai di mana lantai ruangan Ndaru berada. Sambutan ramah langsung Shana terima. Ada Gilang serta Fajar yang kompak berdiri untuk menyapa. Shana baru sadar jika tidak ada karyawan perempuan di sekitar Ndaru. "Selamat siang, Bu." "Siang, Mas." Shana tampak ragu untuk bertanya, tetapi dia tetap bertanya pada Gilang. "Pak Ndaru di dalam?" Gilang mengangguk dan menggiring Shana untuk masuk. Awalnya Shana ingin menolak, tetapi sudah terlambat baginya untuk mengelak. Akhirnya Shana memilih untuk mengetuk pintu ruangan Ndaru sekali dan membukanya. Hanya kepala yang Shana perlihatkan. Dia memberikan senyum konyol begitu tatapan matanya bertemu dengan Ndaru. Jangan harap ada senyum balasan, pria itu malah menatapnya datar. Melihat itu, Shana menari

    Last Updated : 2025-04-09
  • Duda Incaran Shana   77. Ada Apa?

    Siang ini, Shana masih bertahan di kantor Ndaru. Pria itu menahannya dengan alasan ingin makan siang bersama anaknya. Padahal dalam hati Shana tahu jika Ndaru hanya ingin mencegahnya kembali bertemu dengan Nendra. Mengenai Nendra, Shana masih tidak mengerti kenapa Ndaru tampak begitu membencinya. Yang Shana tahu, Nendra adalah pria yang baik. Jika memang karena persaingan bisnis, Shana mungkin akan maklum. Namun selama ini ia tidak pernah mendengar ada satu berita yang muncul mengenai Atmadjiwo Group dan Hassando Group yang terlibat konflik. Aneh bukan? "Tadi Shella ke sini?" Shana memecah keheningan. Dia mengaduk makanannya tanpa minat. "Hm," jawab Ndaru sambil mengelap bibirnya dengan tisu. "Ada apa? Saya pikir dia udah nggak berani muncul lagi." Ndaru melirik Juna sebentar dan kembali menatap Shana. "Biar bagaimana pun dia tetap adik ipar saya." Shana tersenyum sinis. Dia merutuki kepolosan Ndaru selama ini. Apa pria itu memang tidak tahu atau berpura-pura tidak

    Last Updated : 2025-04-09
  • Duda Incaran Shana   78. Keadilan

    Di jam sebelas malam, Shana masih berada di kafenya. Secara mendadak dia malas untuk pulang ke rumah karena beberapa alasan. Alasan yang paling masuk akal tentu ia ingin menghindari Ndaru. Bukan hal yang mudah untuk Shana meminta izin untuk pulang terlambat. Lagi-lagi Ndaru mengirim Roro untuk mengawasinya. Hal baiknya, Roro tetap menjaga jarak. Wanita itu memilih untuk memantaunya dari jauh tanpa mengganggu aktivitas Shana. Menolak pun rasanya percuma. Shana sudah tidak punya tenaga untuk berdebat. Intinya, dia sudah malas. Untuk hari ini dia akan membiarkan Ndaru melakukan apa pun yang ia mau. "Mbak Shana pulang aja, biar ini saya yang urus," ujar Ayu saat Shana ingin mengelap beberapa meja. "Nggak apa-apa, Yu. Kamu kerjain yang lain aja biar pulangnya makin cepet." Ayu pun menurut, tidak mungkin dia membantah ucapan atasan. Meski heran, dia tetap bergerak menjauh. Memilih untuk melakukan hal lain sebelum ia menutup kafe malam ini. "Mbak Shana aneh banget malam ini,"

    Last Updated : 2025-04-09
  • Duda Incaran Shana   79. Mulai Peduli

    Bahagia adalah perasaan yang diinginkan oleh semua orang. Sebisa mungkin manusia akan menghindar dari masalah agar merasakan perasaan indah itu. Namun ternyata tidak semua orang menginginkannya. Ada satu wanita yang terjebak pada dendam masa lalunya. Shana Arkadewi terjebak pada kenyataan yang pahit. Tidak cukup dengan masa lalunya, sekarang Shana justru ikut merusak masa depannya. Yaitu dengan masuk ke dalam keluarga Atmadjiwo. Keluarga yang dulunya sangat ia hindari. Tidak ada pilihan lain. Apa yang sudah terjadi membuatnya mau tidak mau harus bergabung dengan keluarga Atmadjiwo, yaitu dengan menikahi Handaru Atmadjiwo. Putra bungsu yang diidam-idamkan oleh banyak wanita normal di luar sana. Tidak peduli dengan status dudanya, wajah yang terpahat sempurna serta kekayaan yang seolah tiada habisnya tentu menjadi poin utama. Peduli setan dengan anak yang hadir di dunia, Handaru Atmadjiwo tetap menjadi incaran satu Indonesia. Malam itu, setelah Putri pergi dengan amarah, Shan

    Last Updated : 2025-04-09
  • Duda Incaran Shana   80. Bersikap Tegas

    "Kamu nangis?" Usaha Shana sepertinya sia-sia. Ndaru jelas menyadari apa yang terjadi. Apa lagi suaranya bergetar tanpa bisa ia tahan. Tak ada lagi gunanya untuk menghindar. Seharusnya Shana tahu jika ia tak akan bisa menyembunyikan apa pun dari pria seperti Ndaru. Shana menarik napas dalam dan mulai mengangkat kepalanya. Menunjukkan wajah sembabnya pada Ndaru. Namun dia juga memberikan senyum tipisnya. "Apa yang terjadi?" tanya Ndaru lagi setelah berhasil melihat wajah Shana. "Saya—" Shana kembali menarik napasnya untuk menahan tangis. "Saya cuma capek. Boleh saya istirahat sekarang, Pak?" Ndaru melepas lengan Shana. Namun bukan berarti dia benar-benar melepas gadis itu. Karena yang selanjutnya Ndaru lakukan cukup mengejutkan. Tangan besarnya terangkat menyingkirkan rambut Shana, memperlihatkan pipinya yang memerah karena tamparan dari Putri. Dengan cepat Shana menghempaskan tangan Ndaru dari wajahnya dan melangkah mundur. Berniat memberi jarak yang tentu sia-sia, kar

    Last Updated : 2025-04-09

Latest chapter

  • Duda Incaran Shana   91. Sebuah Pembelaan

    Ada apa? "Kamu istirahat aja, Lang. Biar anak nakal itu makan siang sama saya," ucap Harris. Gilang menatap Ndaru menunggu perintah. Saat melihat Ndaru mengangguk, Gilang pun pamit undur diri. Biar bagaimana pun dia bukanlah robot, dia juga butuh makan. "Ada apa, Pa?" tanya Ndaru meletakkan berkas yang ia baca ke atas meja. Harris langsung menghempaskan tubuhnya di sofa begitu saja. Semakin bertambahnya usia, peran tongkat penyangganya semakin berguna. Dia jadi mudah lelah jika berjalan terlalu lama. Harris mengulurkan tangannya pada Iqbal untuk meminta sesuatu. Sebuah map ia terima dan ia letakkan di atas meja. "Apa itu?" Ndaru berdiri dan ikut bergabung dengan ayahnya di sofa. "Hasil rapat bersama Pak Darma, Pak," jawab Iqbal. "Nggak perlu dicetak, kamu bisa kirim langsung dokumennya ke Gilang." Iqbal tersenyum. "Untuk arsip Pak Harris juga, Pak." "Ada banyak hal yang dibahas saat rapat tadi." Harris mulai berbicara, "Tapi bukan itu yang akan Papa bahas lebih dul

  • Duda Incaran Shana   90. Kedatangan Sang Ayah

    Siang hari ini, Dito Alamsyah memilih untuk bermalas-malasan. Bersantai di waktu senggang syuting ia manfaatkan. Mengingat jika padatnya jadwal sungguh sangat melelahkan. Apa lagi sekarang sudah tidak ada Shana di dekapan. Sumber semangatnya telah pergi meninggalkan. Di luar bagaimana sikap buruknya pada Shana, tidak dapat dipungkiri jika Dito adalah sutradara muda yang cukup handal. Banyak orang yang mengagumi karena pencitraannya. Namun tak jarang ada juga yang menghujatnya karena pernah menjadi korban mulut manisnya. Dito tidak peduli pada semuanya. Dia menganggap semua wanita yang pernah singgah hanyalah pengisi kekosongan semata. Namun berbeda dengan Shana. Setelah gadis itu pergi, rasa kehilangan itu benar-benar terasa. Rasa penyesalan sudah pasti ada. Rasa kesal juga masih di dada begitu tahu jika Shana mendapatkan pengganti yang jauh di atasnya. Handaru Atmadjiwo. Mengingat nama itu, Dito mendengkus tidak suka. Dia bukan orang bodoh. Dia tahu ada sesuatu yang aneh pa

  • Duda Incaran Shana   89. Izin Suami

    Melihat Bibi Lasmi yang akan membantah, Shana dengan cepat menggeleng. Meminta wanita paruh baya itu untuk menurut. Percuma saja membantah titah sang raja. Mustahil tentu rasanya. Shana sudah sering merasakannya. Melihat perhatian Ndaru pada Bibi Lasmi juga membuat Shana akhirnya bisa berpikir jernih. Mengenai perhatian pria itu semalam, tentang nasi goreng dan buah potong, Shana tidak akan kembali bertanya-tanya. Ternyata bukan hanya pada dirinya, buktinya Ndaru juga memberikan perhatiannya pada Bibi Lasmi. Shana yakin jika bukan hanya pada mereka berdua, pada yang lain pun sama. Bedanya perhatian Ndaru tidak tersampaikan dengan jelas. Malah ketegasan pria itu yang lebih dominan. Baiklah, Shana tidak perlu lagi dibuat bimbang dengan pikirannya sendiri. Sepertinya benar jika dia harus melupakan kejadian kemarin. Melihat Ndaru yang bersikap biasa dan sama menyebalkannya membuktikan jika ciuman kemarin memang tak berarti apa-apa. Anehnya, ada sedikit rasa kesal di hati Shana. Tern

  • Duda Incaran Shana   88. Bijaksana

    Pagi ini, Putri sarapan bersama anak dan ayahnya. Semalam, Darma memang menginap di rumahnya. Pria itu ingin menemani cucunya menonton bola. Tanpa sosok Arya, sebisa mungkin Darma akan selalu berada di samping cucunya. Bukan bermaksud menggantikan. Dia hanya tidak mau Satria merasa sendiri sejak menantunya itu pergi. "Nanti Papa ada rapat sama Pak Harris." Putri hanya mengangguk, masih fokus memisahkan ikan dari tulangnya untuk Satria. "Sebenernya rapatnya sama Ndaru, tapi mendadak dia nggak bisa. Jadinya diwakilkan sama Pak Harris." Darma menghela napas kasar. "Apa karena masalah kemarin? Dia marah?" Putri ikut menghela napas kasar. Sepertinya pagi ini mereka akan membicarakan topik ini lagi. Memang sejak kejadian di ruangan kantornya, wanita itu tidak mengatakan atau menjelaskan apapun pada ayahnya. Dia menyimpan semuanya sendiri dengan rapat. Karena ini berhubungan juga dengan pekerjaan kotor suaminya. "Tentang Shana, ada apa, Put? Dia masih ganggu kamu?" Sebagai orang

  • Duda Incaran Shana   87. Tembok Besar

    Shana menggigit bibirnya dan menatap kepergian Ndaru kesal. Lihat, pria itu selalu bisa menutupi semuanya dengan wajah tenangnya. Tidak mungkin jika kejadian tadi siang tidak berarti apa-apa. Baiklah, mungkin Shana yang terlalu berlebihan. Bisa saja Ndaru memang tidak menganggap serius kejadian tadi siang. Namun tetap saja, hal itu membuat Shana kesal. Tidak ingin berlarut dengan rasa kesalnya, Shana melanjutkan langkahnya menuju dapur. Dia berdiri di tengah dapur seperti orang bodoh. Dia lapar, tetapi tidak tahu apa yang harus ia makan. Acara masak siangnya tadi juga sudah gagal dan entah ke mana larinya bahan makanan yang ia biarkan begitu saja. Lalu Bibi Lasmi pun hari ini bersitirahat karena tangan melepuhnya. Terpaksa, Shana mencari makanan instan yang mudah dan cepat. Sudah tidak ada waktu lagi untuk memasak. Perutnya sudah berteriak ingin makanan. Mungkin itu juga yang menyebabkan emosi Shana tidak stabil hari ini. "Bu Shana?" Shana menoleh dan mendapati Bibi Lasmi

  • Duda Incaran Shana   86. Sikap Aneh

    Shana memang suka menyendiri, tetapi kali ini dia lebih seperti mengunci diri. Membiarkan dirinya terkurung di kamar seharian hingga dini. Tanpa peduli jika perutnya sudah lama berbunyi. Baginya, yang penting adalah menenangkan diri. Peristiwa mengejutkan beberapa jam yang lalu masih menghantuinya. Menari di kepala seolah tengah mengejeknya. Seperti tak ingin ia melupakannya. Jika bisa, Shana ingin membenturkan kepalanya agar lupa l semuanya. Namun itu tentu tidak akan mengatasi segalanya. Ah, dia benar-benar sudah gila. Lagi-lagi Shana meraih bantal dan berteriak kencang. Dia menghentakkan kakinya kesal. Wajahnya kembali memanas dengan semburat merah yang muncul secara perlahan. Tingkahnya seperti remaja labil yang baru mengenal seorang pria. Konyol. "Ini nggak bener," gumam Shana untuk yang kesekian kalinya. "Bisa-bisanya gue ciuman sama dia? Dan bisa-bisanya dia cium gue?" Rasa tak percayalah yang paling mendominasi. Tak percaya akan apa yang ia dan Ndaru lakukan. Bag

  • Duda Incaran Shana   85. Peristiwa Tak Terduga

    Rasa bimbang memang membingungkan. Dipaksa memilih di antara dua pilihan yang sama-sama penting memang menyebalkan. Namun hidup adalah pilihan. Mau tidak mau manusia harus memilih satu pilihan yang akan menentukan masa depan. Posisi yang sedang Shana rasakan sekarang. Bertemu dengan Nendra atau tidak? Dan pilihannya adalah tidak. Dia memutuskan untuk pulang. Saat ini, Shana tengah berkutat di dapur. Perutnya sudah berteriak menginginkan makanan. Sesampainya di rumah, tanpa mengganti pakaiannya dia langsung menuju dapur. Rambutnya ia ikat asal menjadi ikatan tinggi agar memudahkannya dalam memasak. Juna? Anak itu sedang tidur siang. Sedangkan Bibi Lasmi sedang beristirahat di kamar. Wanita itu sedang dalam masa pemulihan karena tangannya yang melepuh. Jadi di sini lah Shana sekarang, membuat makan siangnya sendiri. Seperti dulu, saat ia belum menikah. Saat sedang merebus telur, Shana mendengar langkah kaki yang terdengar tergesa. Dia berbalik dan melihat pria yang akhir-akhir

  • Duda Incaran Shana   84. Hati Tak Nyaman

    Perasaan tak tenang Ndaru rasakan kali ini. Perasaan yang jarang ia rasakan. Bahkan bisa dihitung dengan jari. Ndaru ingat, kali terakhir ia merasakannya adalah saat datang ke pemakaman kakaknya, Arya. Lalu sekarang, Ndaru merasakannya lagi, ketika mendengar kabar jika Shana sedang makan siang bersama Nendra. Tidak hanya gelisah, melainkan amarah. Jujur, Ndaru akui jika dia sedang kesal saat ini. Kesal dengan sikap pembangkang dan keras kepala Shana. Sulit sekali untuk membuat gadis itu mengerti akan posisinya saat ini. Dia adalah Nyonya Handaru Atmadjiwo. Banyak pasang mata yang tertuju padanya. Jika tertangkap kamera bersama Nendra, entah apa saja narasi negatif dari media yang berhasil dibuat. Ini bukan hanya sekedar persaingan bisnis. Ada permasalahan internal yang hanya diketahui oleh keduanya. Permasalahan internal. Seketika Ndaru teringat dengan ucapan Putri untuk segera melepas Shana. Selain itu, Guna juga mengingatkannya untuk berhati-hati agar tidak membawa Shana terla

  • Duda Incaran Shana   83. Prasangka Buruk

    Ketenangan memang menyenangkan. Memberi kebahagiaan yang tak terbayangkan. Menyendiri bisa menjadi salah satu kegiatan. Namun sayang, Shana sedang tidak berkenan. Gadis itu memang menyukai waktu sendirinya. Namun tidak untuk hari ini. Demi menghilangkan pikiran-pikiran buruk, Shana akan menyibukkan diri. Jika tidak ada pertikaian antara dirinya dan Putri kemarin, mungkin dia akan menikmati harinya dengan berleha-leha. Kenyataannya, Shana tidak ingin sendiri saat ini. Oleh karena itu dia memutuskan untuk mengunjungi kakaknya. Beruntung Erina tidak ada jadwal syuting untuk hari ini. Izin Ndaru sudah Shana dapatkan. Tidak ada banyak pertanyaan karena pria itu sudah mengutus Roro untuk selalu mengekorinya. Walau Shana memaksa untuk membawa mobilnya sendiri, tetap harus ada Roro yang mengikutinya. "Mentang-mentang jadi Nyonya Atmadjiwo jadi jarang nengokin gue sekarang," sindir Erina. "Gue juga sibuk kali." Erina langsung menatap Shana penuh minat. "Gimana proses syuting film lo?

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status