Home / Romansa / Duda Incaran Shana / 29. Kembali Bertemu

Share

29. Kembali Bertemu

Author: Viallynn
last update Last Updated: 2025-03-18 00:14:17

Rasa gugup Shana menguap. Setelah lima belas menit dia berhasil menguasai dirinya. Apa lagi saat dia berada di satu meja bersama keluarga Atmadjiwo. Tentu dia tidak boleh menunjukkan kegugupannya.

Sialnya lagi, di samping kirinya duduk Harris Atmadjiwo, mertua yang membencinya. Namun jangan kira Shana akan terintimidasi. Justru dia tidak takut sedikit pun pada pria itu.

"Lihat anak saya, pasti kamu senang bisa menikah dengan anak saya," bisik Harris pada Shana. Saat ini mereka semua memang tengah mendengarkan pidato Ndaru setelah menerima jabatan dari kakaknya.

Shana menunduk dan memutar matanya jengah. Bagaimana bisa dia takut dengan Harris jika tingkah mertuanya itu sangat menggelikan?

"Anak Bapak biasa aja. Apa hebatnya?" ejek Shana.

Hal itu berhasil membuat Harris menoleh. "Seharusnya kamu bersyukur. Nggak mudah jadi keluarga Atmadjiwo," ucapnya diikuti dengan wajah galaknya.

"Saya lebih suka jadi keluarga Elon Musk, sih, Pak. Nanggung banget cuma jadi keluarga Atma
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Duda Incaran Shana   30. Perubahan Dalam Semalam

    Perubahan suasana hati benar terasa. Setelah kembali dengan membawa minumannya, ekspresi wajah Shana tak lagi sama. Lirikan dingin sang mertua pun seolah tak berarti apa-apa. Karena pada nyatanya ada sesuatu yang tengah mengusik hatinya. Setelah bertahun-tahun lamanya akhirnya mereka kembali bertemu dan saling menyapa. Kali ini dengan situasi yang berbeda. Shana tak lagi menjadi anak ingusan seperti sebelumnya. Dia sudah jauh lebih dewasa. Sampai bisa mengambil langkah besar dalam hidupnya. Orang itu masih sama. Sangat angkuh dari balik topeng ramahnya. Orang itu juga masih sama. Menjadi tersangka utama dalam pandangan Shana. Orang itu yang harus bertanggung jawab akan kesedihan dan kekacauan yang terjadi pada keluarganya. "Mama, mau kue," ucap Juna membuyarkan lamunan Shana. Tidak seperti sebelumnya yang sigap, Shana menjawab dengan senyum paksa. "Minta Papa, ya, Mas." Bukan bermaksud melibatkan anak kecil. Namun perasaan Shana sangat kacau hari ini. Setelah bertemu dengan

    Last Updated : 2025-03-18
  • Duda Incaran Shana   31. Jaga Jarak Aman

    Akhir pekan menjadi hari yang ditunggu-tunggu oleh para pekerja. Hanya di akhir pekan mereka bisa beristirahat dengan tenang. Mencoba menenangkan pikiran sebelum Senin kembali datang. Hal itu juga yang dimanfaatkan oleh Ndaru. Boleh saja dia pulang malam setiap hari karena kesibukannya. Namun di akhir pekan, terutama hari Sabtu, Ndaru akan memberikan waktunya untuk Juna, anak semata wayangnya. Di tengah kesibukannya, dia masih ingin berperan dalam tumbuh kembang Juna. "Pelan-pelan, gerakin kakinya," ujar Ndaru. Kegiatan pagi ini adalah berenang. Ndaru bisa berolahraga sekaligus mengajari anaknya. Beruntung Juna tidak pernah takut dengan volume air yang banyak. Anak itu justru menyukainya. Sama seperti Ndaru kecil. "Iya, bagus. Pegang tangan Papa, jangan dilepas." Ndaru berjalan mundur dengan pelan. Masih mengajari Juna berenang dengan bantuan pelampung. Bukan ajaran yang serius. Setidaknya Ndaru sudah mengenalkan Juna akan kegiatan berenang. "Mama mana, Pa?" Juna mengusap

    Last Updated : 2025-03-19
  • Duda Incaran Shana   32. Akhir Pekan

    Shana pikir, hari Sabtunya akan berjalan dengan baik. Setelah beberapa hari bersantai setelah menikah, Shana kembali memulai rutinitasnya. Mulai dari mengecek keadaan kafe, bertemu editor, hingga bertemu produser. Seharusnya semua bisa berjalan lancar. Namun nyatanya semua tidak sesuai harapan. Shana kembali dipertemukan dengan masa lalu. Dito Alamsyah, pria itu berada di hadapannya saat ini. Duduk berdampingan bersama Raja, produser film-nya. Awalnya, Shana bersemangat karena akan membicarakan sequel film-nya bersama Raja. Namun siapa sangka jika Dito juga ikut serta hadir. Niat Shana yang ingin menghempaskan Dito untuk keluar dari proyek film pun pupus. Menyerah? Tentu tidak. Shana sudah memantapkan diri untuk tidak berhubungan dengan Dito. Selain karena pria itu cukup gila, Shana tidak mau membuat resiko yang akan membuat namanya jelek. Ingat, sudah ada tanda tangan kontrak yang ia buat dengan Handaru Atmadjiwo. Jika ia melanggar, maka akan banyak uang denda yang harus

    Last Updated : 2025-03-22
  • Duda Incaran Shana   33. Keputusan Bulat

    Langkah berat membawa Shana masuk ke dalam rumahnya. Malam minggu membuat jalanan cukup padat. Mengakibatkan Shana sampai di rumah pukul setengah 11 malam. Cukup larut karena lampu di beberapa ruangan sudah dipadamkan. Biasanya Shana akan aktif di malam hari, tetapi kali ini berbeda. Energinya seolah terkuras habis. Apa lagi setelah bertemu dengan mantan tersialnya. Saat akan menaiki tangga, Shana mencium aroma lezat dari dapur. Keningnya berkerut mencoba menebak siapa yang tengah memasak di malam hari seperti ini. Mencium aroma itu, seketika membuat perut Shana berbunyi. Salah satu faktor yang membuatnya lemas malam ini adalah makanan. Shana ingat jika dia belum memasukkan makanan berat ke dalam perutnya sejak siang. Akhirnya aroma itu membuatnya berbelok. Menghampiri dapur yang lampunya masih menyala dengan terang. Ternyata bukan Bibi Lasmi seperti yang Shana pikirkan. Punggung tegap pria yang justru ia lihat. Handaru Atmadjiwo ada di dapur, tengah memasak dengan membelakan

    Last Updated : 2025-03-22
  • Duda Incaran Shana   34. Kasus

    Tidak semua orang bisa mengutarakan isi hati. Apa lagi mengenai hal yang sensitif. Sudah banyak hal yang terjadi akhir-akhir ini. Membuat Putri lebih memilih untuk memendam masalahnya sendiri. Untuk yang kesekian kalinya, Putri kembali membaca berkas yang ayahnya berikan. Berkas yang berisi mengenai perkembangan kasus korupsi Proyek Benasaka. Bukan hal sulit untuk Darma mendapatkan akses tersebut. Dengan uang, semuanya akan menjadi mudah. "Kasus Benasaka sudah mendekati titik terang. Kamu yakin ada hubungannya dengan kematian Arya?" tanya Darma. Putri terdiam, mencoba mencari celah yang mencurigakan. Namun seperti yang televisi beritakan. Akhir sudah bisa ditebak, pemimpin Proyek Benasaka pasti berakhir tidak bersalah. Berbeda dengan ucapan suaminya sebelum meninggal. "Cuma ini yang Papa dapatkan?" tanya Putri. Darma mengangguk. "Kalau kamu masih belum puas, Papa bisa cari informasi lebih dalam, tapi kamu harus sabar. Kamu tau Benasaka itu punya siapa. Jangan sampai Pak

    Last Updated : 2025-03-22
  • Duda Incaran Shana   35. Suara Hati Istri

    Shana masih tidak menyerah. Di hari Senin, dia kembali membuat janji dengan Raja. Dia datang ke rumah produksi pria itu untuk membicarakan hal yang penting, yaitu mengenyahkan Dito dari proyek film mereka. "Shana Arkadewi, ada apa?" Raja masuk ke ruangannya di mana Shana menunggu. Di tangannya terdapat beberapa kertas, mungkin hasil dari rapat yang ia lakukan sebelumnya. "Tentang sebelumnya." Shana menunjukkan kegelisahannya. "Aku beneran nggak bisa kerja lagi sama Dito, Mas." Seperti yang sudah ia duga, Raja pasti lelah membahas hal yang sama setiap bertemu. "Aku tanya dulu. Kalau bukan Dito, kamu mau siapa?" "Arif Lukman?" "Arif lagi ngerjain filmnya sendiri sekarang." Raja mengangkat tangannya saat Shana akan membantah. "Kita nggak bisa nunggu Arif. Sponsor bisa kabur kalau kita lama. Harusnya kita udah mulai produksi minggu lalu, tapi karena berita tentang kamu, Dito, dan suami kamu. Jadi kita harus nunda semuanya." Raja seperti tengah mengingatkan Shana, jika semua

    Last Updated : 2025-03-22
  • Duda Incaran Shana   37. Negoisasi

    Di mana foto sang ibu? Shana baru sadar jika tidak ada foto Farah Marissa, almarhum istri Ndaru di sini. Aneh. Pintu yang terbuka secara tiba-tiba mengejutkan Shana. Dia berdecak begitu Ndaru masuk dengan santainya, mengabaikan rasa terkejutnya. "Kenapa nggak ketuk pintu dulu, sih?" gerutu Shana. Ndaru mendekat dengan alis terangkat. "Kenapa saya harus ketuk pintu ruangan saya sendiri?" "Ah, iya juga," gumam Shana dan mulai berdiri. Kembali duduk di sofa tepat di hadapan Ndaru. "Kenapa Bapak panggil saya ke sini?" Ndaru berdeham sambil menggaruk pelipisnya. "Saya mau minta tolong," ucapnya pelan. "Apa, Pak? Saya nggak denger?" Shana membungkukkan tubuhnya untuk lebih dekat. "Saya mau minta tolong." Ndaru berbicara lebih jelas sambil mendorong kepala Shana menjauh dengan jari telunjuknya. "Tumben?" Shana tersenyum mengejek. Dengan angkuh dia melipat kedua tangannya di dada. "Mau minta tolong apa?" "Saya sudah daftarkan Mas Juna untuk preschool." Shana mengang

    Last Updated : 2025-03-22
  • Duda Incaran Shana   36. Kejanggalan

    Selama ini, Shana berusaha untuk menghindari masa lalu. Memilih untuk fokus ke depan tanpa rasa ragu. Namun takdir memang sangat lucu. Shana malah terjebak pada dunia baru yang begitu pilu. Selama 10 menit, Shana masih duduk di dalam mobil. Menatap gedung tinggi di hadapannya dengan perasaan resah. Untuk pertama kalinya dia datang ke tempat ini, ke kantor suami yang hanya akan menemaninya selama satu tahun. Jari-jarinya bergerak mengetuk setir bundar dengan berirama. Menenangkan perasaan yang sedang tak karuan. Gadis itu sedang menerka-nerka. Apa tujuan Ndaru memintanya datang? Shana menggelengkan kepalanya cepat. Dengan segera dia keluar dari mobil dengan membawa satu kotak yang berisi beberapa minuman kopi. Bukan untuknya melainkan untuk orang-orang ramah yang ia temui. Entah kenapa dia berinisiatif membeli kopi itu sebelum tiba di kantor. Aneh rasanya jika ia datang tanpa membawa apa pun. "Selamat siang, Ibu Shana," sapa tiga pria yang Shana yakini sebagai pihak keamanan

    Last Updated : 2025-03-22

Latest chapter

  • Duda Incaran Shana   104. Berpikir Realistis

    Hari ini Ndaru benar-benar membuat langkah yang berbeda. Bukan kali pertama, tetapi Gilang sadar jika ada banyak hal di kepalanya. Hanya saja Ndaru memilih untuk menyimpannya. Menguburnya sendiri, menikmati tekanannya yang luar biasa. "Sudah jam sembilan malam, Pak." Ndaru yang sedang melamun sambil memutar cangkir kopinya pun menoleh. "Kamu boleh pulang dulu." Bukan ini yang Gilang inginkan. Dia tahu ada sesuatu yang mengganggu atasannya itu hingga memilih untuk menyendiri seperti ini. Biasanya hidup Ndaru selalu monoton. Bekerja, pulang, lalu bermain bersama Juna. Begitu seterusnya setiap hari. Namun hari ini berbeda. Ndaru tidak fokus bekerja, dia bahkan tidak langsung pulang, malah berakhir di kafe kopi lokal ternama. Tidak ada yang ia lakukan selain berdiam diri. Aneh. Handaru Atmadjiwo memang pendiam. Namum bukan diam yang seperti ini. "Bapak bisa cerita kalau ada sesuatu yang mengganggu pikiran Bapak." Ndaru menggeleng pelan sambil menyesap kopinya. "Nggak

  • Duda Incaran Shana   103. Desakan

    Kesibukkan benar-benar terasa. Untuk mengurus banyak hal yang ada di depan mata. Apa lagi pemilihan umum sebentar lagi tiba. Debut perdana keluarga Atmadjiwo harus benar terlaksana. Bukan sekedar tes ombak semata, Guna Atmadjiwo harus bisa mendapatkan jatah kursinya. Banyak uang yang sudah mereka keluarkan. Serta janji yang mereka berikan. Semua itu mereka korbankan. Demi Guna bisa menjadi anggota dewan. Semua orang sibuk dengan itu. Namun tidak dengan Handaru. Banyak sekali hal yang ada di kepalanya. Membuatnya untuk kali ini saja melenceng dari prinsip hidupnya, yang harus sempurna. Ndaru melarikan diri. Keputusan diambil secara tiba-tiba. Membuat Gilang, sang asisten menggelengkan kepala. Rapat penting bersama keluarga mendadak ditunda. Mengingat Ndaru memilih untuk pergi ke tempat yang tak terduga. Pemakaman. Setelah kembali ke Jakarta, ini pertama kalinya Ndaru mengunjungi makam almarhum Farah. Entah kenapa kemarahan Shella waktu lalu tiba-tiba mengusiknya. Mengang

  • Duda Incaran Shana   102. Kembali Fokus

    "Sialan!" Erina melempar bantal sofa. "Yang itu nggak perlu diperjelas." Shana menghela napas dan menyandarkan tubuhnya di sofa. Dia menatap lampu kristal dengan tatapan menerawang. "Gue nggak bisa gini terus, Mbak." "Gue udah sering minta lo buat berhenti. Lupain semuanya." "Udah setengah jalan." Shana tersenyum kecut. "Keluarga kita hancur dan itu karena mereka." Erina menggenggam tangan Shana erat. "Keras kepala, persis kayak Mama." "Boleh gue minta tolong?" Shana menegakkan duduknya. "Apa?" "Ajak gue keluar. Gua mau ketemu Mas Nendra. Pak Ndaru larang dia buat jenguk gue kemarin." Shana mengetahuinya dari sosial media. Ternyata Nendra menjenguknya kemarin. Hanya saja pria itu tidak menemuinya. Sudah dipastikan Ndaru yang melarangnya, atau bahkan mengusirnya. "Kalau Ndaru tau dia bisa ngamuk." "Jangan sampai dia tau." "Roro gimana?" "Kita kabur." Shana mulai berdiri. Erina menggeleng pasrah. "Pantes aja Ndaru kasih pengawal. Tingkah lo emang

  • Duda Incaran Shana   101. Terlena

    Seperti hari sebelumnya, suasana pagi di kediaman Putri tampak sepi. Tampak berbeda setelah sang kepala keluarga pergi. Meninggalkan rasa dingin di setiap sisi. Tak hanya rumah melainkan juga isi hati. Beruntung Putri tidak sendiri. Ada Ayah yang selalu menemani. Memberikan perhatian penuh pada anak yang ia sayangi. Yang kadang Putri abaikan karena ingin memilih sendiri. Dari luar memang Putri terlihat begitu kuat. Pulihnya luka berangsur sembuh dengan cepat. Namun sayang itu hanya topeng sesaat. Begitu ia sendiri, dia kembali menjadi Putri dengan kesedihan yang dahsyat. "Mama udah bangun?" Darma menggendong Satria untuk turun menuju ruang makan. Cucunya masih terlihat mengantuk dengan baju tidurnya. "Nggak tau. Mama nggak ada tadi," adu Satria. "Mungkin Mama udah di bawah." Ternyata perkiraan Darma salah. Tidak ada Putri di ruang makan. Bahkan asisten rumah tangga pun tidak tahu keberadaannya. Pagi tadi, Satria memang menemuinya karena ibunya yang mendadak tidak ada.

  • Duda Incaran Shana   100. Kembali Asing

    Shella Clarissa. Wanita itu berada di sini. Mungkin sudah lelah karena Ndaru yang tak menggubris panggilannya. "Bawa Mas Juna masuk." Ndaru mematikan kompor dan memberikan Juna pada Bibi Lasmi. Ketegangan ini tak boleh didengar oleh anak itu. "Siapa, Mas?" tanya Shella berjalan mendekat. Wajahnya sudah memerah menahan marah. "Shel—" "Aku yang pengganggu?" Shella dengan beraninya memotong ucapan Ndaru. Ndaru memilih untuk kembali menutup mulut. Bukan berarti takut, tetapi dia tidak mau beradu argumen dengan orang yang sudah emosi. Baiklah, dia memang salah. Namun semuanya sudah terlanjur, bukan? "Shella, bukan begitu." Gilang menarik Shella yang semakin dekat dengan Ndaru. "Bisa-bisanya Mas Ndaru bilang gitu," geram Shella. "Harusnya aku yang marah. Mas Ndaru ke mana kemarin? Mas lupa acara pengajian Mbak Farah?!" "Ada hal yang harus saya lakukan." Tanpa diduga Shella tertawa. "Apa itu lebih penting dari Mbak Farah?" Tentu saja kegaduhan itu dapat didengar

  • Duda Incaran Shana   99. Wanita Asing

    Pagi kali ini terasa berbeda. Kata sapa terdengar lembut di telinga. Senyum tipis juga terasa sedap di mata. Aura ketenangan itu begitu terasa. Kala sang tuan rumah mendadak memasak dengan sendirinya. Aneh. Pemandangan yang jarang untuk dilihat. Bahkan bisa dikatakan tak pernah terlihat. Bisa dihitung dengan jari Bibi Lasmi melihat atasannya itu menyentuh spatula. Benar-benar pemandangan yang patut diabadikan. "Ibu biasanya pinggiran rotinya dipotong, Pak." Bak seperti komandan, Bibi Lasmi tampak memandu dari belakang. Melihat bagaimana dua manusia yang berbeda usia itu tampak serius dengan apa yang dikerjakan. "Biar Papa yang potong." Dengan sigap Ndaru menjauhkan pisau dari tangan Juna. "Nggak mau! Mau potong-potong juga!" Juna mulai merengek. Ndaru menyerah dan memberikan pisaunya. Bukan sepenuhnya memberi, karena dia ikut menuntun tangan anaknya agar lebih berhati-hati. Bibi Lasmi kembali melirik dari belakang. Melihat bagaimana dua pria itu tengah fokus pa

  • Duda Incaran Shana   98. Perhatian Yang Berlebihan

    Di dalam lift, Ndaru mulai menarik napas dalam. Dia menatap pantulan Nendra dari kaca lift. "Apa maksud Anda?" tanya Ndaru pada akhirnya. Nendra, pria itu juga menatap Ndaru dari kaca. Senyum tenang ia berikan. "Saya mau jenguk Shana." "Shana tidak bisa dijenguk..." Ndaru menggantungkan kalimatnya dan mulai menoleh pada Nendra, "Terutama oleh Anda." Nendra terkekeh. "Saya tau, karena itu saya muncul di depan kamera." "Kalau begitu, sebaiknya Anda pergi." Nendra kembali menggeleng. "Saya mau lihat kondisi teman saya." "Teman yang Anda maksud itu istri saya." Nendra menggelengkan kepalanya pelan. "Sebenarnya ada apa, Ndaru? Kenapa kamu melarang saya menemui Shana? Semua orang tau kalau Shana lebih dulu mengenal saya dari pada kamu." Pintu lift terbuka. Sebelum keluar, Ndaru menyempatkan menatap Nendra sekali lagi. "Jangan bertingkah bodoh. Kita berdua tau apa yang sebenarnya terjadi. Dan satu lagi, siapa peduli dengan siapa yang mengenal Shana lebih dulu. Saat ini, S

  • Duda Incaran Shana   97. Tamu Tak Diundang

    Setiap omelan yang masuk ke telinga ia abaikan. Tidak menganggapnya sebagai beban. Berbeda dengan pria yang duduk di depan. Tampak was-was takut jika ada perdebatan. "Kalau nggak ada yang penting, aku tutup teleponnya, Mas." "Ndaru! Kamu itu, ya! Jang—" Dan panggilan pun benar-benar terhenti. Bukan karena terputus, melainkan Ndaru sendiri yang mematikannya. Membuat Gilang yang duduk di depan menghela napas kasar. "Jangan diangkat kalau tidak penting," ujar Ndaru mengembalikan ponsel Gilang. "Mana bisa, Pak?" gumam Gilang pelan. Semenjak perjalanan pulang, Ndaru memang mematikan ponselnya. Bukan tanpa alasan. Kepergiannya yang mendadak tanpa mengabari Guna tentu menimbulkan kehebohan tersendiri. Apa lagi Guna sudah menyiapkan makan malam di sebuah Hotel untuk Ndaru. Begitu sampai di Jakarta, ponsel Gilang lah yang menjadi korban. Guna menghubunginya meminta penjelasan. Yang pada akhirnya juga tak mendapat jawaban. Seperti biasa. Ndaru dan tingkah tak terduganya membuat o

  • Duda Incaran Shana   96. Hati Bimbang

    Shana menatap Roro bingung. Bukankah kemarin Ndaru berkata akan mengizinkan Dito menjenguknya saat berada di rumah sakit? Namun yang ia lihat sekarang tampak berbeda. "Ro?" panggil Shana bingung. Dengan tegas Roro kembali menggeleng. "Bapak tidak mengzinkan Pak Dito untuk menjenguk Ibu." "Apa kata lo?!" Dito menatap Roro kesal. "Lo lama-lama ngeselin, ya? Ndaru sendiri yang bilang kemarin katanya gue boleh jenguk Shana!" "Bawa dia keluar," perintah Roro pada dua pengawal yang berjaga. "Oke... oke gue keluar!" Dito berhenti memberontak dan mengangkat kedua tangannya, membuat dua pengawal itu perlahan melepasnya. Namun satu detik kemudian, Dito nekat kembali memaksa masuk membuat Shana membulatkan matanya. Dia meringis melihat Dito yang ditahan oleh dua pengawal berbadan besar. "Berhenti." Shana akhirnya berbicara. Mendadak dia tak tega melihat Dito yang dibohongi oleh Ndaru. Apa lagi pria itu yang menolongnya kemarin. Ditambah dengan luka ditangannya? Shana tidak sejahat it

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status