Setelah pertemuan dengan Faisal di imigrasi tidak ada feeling apapun kecuali kesibukan kami menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan Heri untuk berkuliah di Inggris. Aku tidak punya kecurigaan apapun serta firasat yang jelek, tentang kelanjutan dari hidup kami yang sudah penuh liku ini. Kupikir badai itu telah berlalu dan semuanya sudah selesai. Ya, kami hanya ingin hidup dengan tenang, tidak mengganggu dan tidak mau diganggu.Sehari sebelum keberangkatan anakku, tas, koper dan semua dokumen yang diperlukan sudah siap, bahkan aku sudah menyiapkan bekal makanan kesukaan yang sekiranya akan dimakan olehnya nanti selama seminggu.Tiba tiba saja Heri memanggilku dari kamarnya dengan nada yang panik."Umi! Umi!"Anakku tidak pernah memanggilku dengan cara seperti itu apalagi ini di pagi jam enam. Aku yang tengah menyiapkan sarapan langsung bergetar hatiku dan meninggalkan masakan itu sembari berlari dengan cepat ke lantai 2 di mana kamar Heri berada.Saat membuka pintu, Putraku nampak m
"Kok teganya kamu Mas...."" Kau ingat betapa sombongnya dirimu dan anak-anak hanya karena kalian sudah jadi kaya dan makmur? Bahkan setiap kali aku ingin berjumpa dan beritikad baik berdamai kalian selalu menunjukkan keangkuhan. Giliran sekarang sudah sakit dan tidak bisa bergerak malah mengadu kepada ayah kandungnya! Kenapa tidak saja minta tolong kepada suamimu yang anak-anak anggap sebagai ayah mereka?!""Baiklah jika kau tidak mau menolong, terima kasih.""Memangnya aku bisa apa!" ujarnya tanpa perasaaan.Mengapa sikap Mas Faisal sangat jahat sekali, aku dengan ketulusanku memberitahunya kalau anak kami sakit, tapi respon dia malah kejam dan pedas sekali. Ada apa ini?Aku tahu aku punya suami di mana anak-anak sangat menyayangi dan memuliakannya, tapi tetap saja di saat kesusahan putra-putriku pasti ingin bertemu dengan ayah kandungnya dan mungkin mereka butuh sedikit bicara atau menghibur mereka. Jika dia tidak mau menjenguk Heri, apa salahnya untuk bicara baik-baik dan menolak
Bismillah ya Allah ....*Hingga malam berlalu dan fajar kedua menjelang aku masih terduduk di sofa untuk menunggu anakku dan cairan infusnya, serta dengan gelisah lalu berharap bahwa ayahnya yang keras hati akan datang walau sekedar mengintip saja.Tapi tidak ada yang datang. Kuhubungi anakku Rena agar dia membawakan ganti baju serta perlengkapan mandi untuk aku dan Heri. Aku minta juga ia membeli makanan dan buah agar aku tidak perlu meninggalkan Heri kemana-mana.Dua jam setengahnya suamiku dan Feli datang. Terima barang-barang pesananku lalu kuletakkan di lemari. Suamiku terlihat iba menatap diri ini yang nampak sembab dan lesu karena tidak tidur sama sekali. Iya merangkul gulali menetapkan serta memintaku untuk beristirahat saja karena dia bisa menunggui Heri."Kau, bisa tidur beberapa saat aku akan menjaga anakmu...""Tidak Mas... Aku hanya ingin mandi dan berganti gamis, aku akan membuatkan kopi untukmu.""Tidak umi, feli anakku sudah membuatkan kopi dan sarapan di rumah. Jan
Betapa panasnya hatiku karena mengetahui Wanita itu telah melakukan hal yang keji pada putra kebanggaanku. Sakit dan tertusuk diri ini begitu mengetahui kalau dia melalukan itu dengan rencana matang. Artinya, ia sengaja datang ke rumah itu lalu ia minta anak sahabatnya untuk mengundang Heri. Secara tidak langsung ia melibatkan dua orang yang tidak tahu apa-apa ke dalam rencananya yang jahat.Aku tidak tahu apa reaksinya spesial kalau tahu bahwa yang menyebabkan sakitnya Heri adalah istrinya sendiri, mungkin dia akan sangat terkejut dan marah sekali atau bisa jadi dia akan diam saja dan mengabaikan kami. "Apa sih yang kau letakkan?!""Ramuan pembunuh saraf!""Hah? Dapat dari mana?" Sepertinya teman yang diajak bicara tidak kalah syok dan langsung pucat sambil menelan ludah."Mudah saja kalau punya banyak teman dan relasi," jawabnya sambil melipat tangan di dada."... Ingat ya, jaga rahasia ini, sebab kalau kau tidak menjaganya, aku akan membuatmu lumpuh juga," ujarnya sambil tertawa c
Selagi aku menjaga putraku di rumah sakit dan berusaha menyembunyikan semua rahasia itu darinya agar dia tidak drop dan kehilangan semangat aku dan suami serta kedua putriku membagi tugas kami. Aku yang diam di rumah sakit, Mas Rusdi mengurus Rima, sementara Rena dan Felicia akan mengurus ayah mereka.Kedua anakku sudah tidak sabar lagi ingin memberitahu ayah mereka yang sebenarnya terjadi mereka antusias dan penasaran bagaimana reaksi lelaki yang tempo hari sangat membanggakan istrinya itu. Dulu saat pertama kali rahasia tentang pernikahannya terkuak, Mas Faisal sangat membanggakan Rima dan bilang kalau Rima lestari adalah wanita yang baik. Memang awalnya wanita itu menunjukkan sikap baik dan kesan mengalah, tapi lama-kelamaan kecemburuan dan sifat aslinya mulai terbongkar. Hasad dan kedengkian di dalam hatinya membuat ia kehilangan akal dan melakukan segala cara untuk kemudian merusak kehidupan kami, padahal kami sebenarnya sudah tidak ada lagi kaitannya dengan suaminya."Apakah Abi
"Yakin kau tidak lakukan apapun, heh?" tanya suamiku dengan senyum dan santai sekali, Iya nyalakan alat itu dan terlihat sekali di ujungnya nampak seperti kitatan listrik. Iya, itu alat setrum. Voltasenya tinggi, rima bisa lemas bahkan kejang sekalian kalau terkena sabetan benda itu."Aku, mohon, jangan lakukan itu!""Mengakulah kalau kau yang sudah menyakiti anakku! Katakan Kenapa kau meracuni putraku dengan obat lumpuh!""Sungguh aku melakukannya Pak!""Jadi, perkataan istriku tidak benar!""Tolong jangan!" Dia berusaha membalas tapi terlambat.Mas Rusdi langsung mendekatkan benda itu ke pinggang rima dan wanita itu menjerit lalu terkapar di lantai dengan lemas seperti ikan yang baru dikeluarkan dari air. Ia menggelepar lalu tidak bisa mengendalikan dirinya.Wanita itu seakan tidak bisa bernafas setelah disetrum, ia bahkan nyaris kehilangan kesadarannya, napasnya jadi cepat dan putus putus. Wanita itu terengah-engah dengan dengan wajah kesakitan."Jawab aku! Sebelum kuakhiri hidupmu
Usai memberi Rima pelajaran, wanita itu ditelanjangi, diganti pakaiannya dengan paksa, kemudian diseret lalu dibawa ke paviliun belakang dan dikunci dengan penjagaan ketat dari 8 orang. "Pastikan anak-anakku tidak pergi ke belakang dan mengetahui keberadaan Rima," ucap Mas "Siap Pak."Setelah berkata begitu, suamiku beralih ke ruang kerjanya lalu menutup pintunya. Di momen itu, aku tidak berani mengganggunya atau menggoyahkan pendapatnya, karena dia bisa saja melampiaskan kemarahannya kepadaku. Aku masih tidak percaya apa yang dilakukan suamiku barusan, ia sangat berbeda dari Rusdi yang kukenal. Dia benar-benar tegas dan kejam dengan orang yang sudah berbuat jahat pada keluarganya.Nun jauh di sana, aku yakin Mas Faisal kebingungan tentang keberadaan istrinya dan heran juga kenapa wanita itu tidak bisa dihubungi. Aku yakin Mas Faisal akan panik dan segera akan mencari istrinya lalu melapor ke polisi.Entah apa yang direncanakan suamiku selanjutnya. Aku khawatir kalau laporan Mas Fa
"Aku memang tidak bisa menjamin kalau dia akan aman tapi setidaknya ada aku untuk melindunginya. Kau bersuamikan orang kaya yang punya banyak saingan dan musuh, Jadi mungkin salah satu dari mereka berusaha menyakiti kalian lewat menyakiti anak-anak.""Jadi kau menyalahkan pernikahanku dengan suamiku, atau kau ingin kita mengembalikan masa lalu lalu memperbaikinya, kau yakin itu bisa?!" "Ah...." Lelaki itu tidak punya jawaban selain mengibaskan tangannya di udara dan beralih ke ranjang di mana Heri berbaring."Kasihan sekali dia..." Tiba-tiba suara Mas Faisal menjadi tercekat ia menunduk sambil berusaha menghalau air mata hanya dengan ujung jari. Ia menyentuh kaki anaknya dengan sedih lalu terduduk di sana sambil menahan tangisannya."Ya Allah, Ayah tidak akan memaafkan siapapun yang sudah melakukan ini padamu," ucap Faisal sambil berusaha menyembunyikan kesedihannya dariku.Ingin sekali kukatakan padanya atau kuteriakkan saja di wajahnya bahwa pelaku itu adalah istrinya. Ingin kuki