Usai kepergian Mas Faisal dan pertemuan yang tidak diwarnai dengan pertengkaran, aku langsung mendekati putraku dan membisikinya pertanyaan tentang mengapa ia mencurigai Rima."Kenapa kau membahas tentang Rima? katakan kepada Umi yang sebenarnya apakah kau tahu bahwa wanita itu melakukan sesuatu?""Ketika aku pergi main ke rumah temanku di sana ada mobil tante Rima, dia dan ibunya sahabatku Felix sedang bersenda gurau di dapur dan bercerita lalu kami berpapasan dan saling menyapa untuk formalitas. Kami disuguhkan cappucino dan kue bolu keju, kemudian aku mulai merasa sedikit pusing dan berkeringat dingin tapi aku mengabaikan hal itu, malam harinya aku merasa keram di kakiku dan sedikit tidak enak badan tapi aku tidak mengeluh kepada Umi.""Kenapa kau tidak mengatakannya?""Kenapa kupikir sakit itu akan sembuh setelah istirahat tapi ternyata keesokan pagi setelah bangun, aku tidak bisa menggerakkan tubuhku.""Apa kau yakin bahwa itu ada pengaruhnya dari makanan dan minuman yang kau ma
Wanita itu masih terisak pilu dan menutupi wajahnya di antara kedua tangannya. Dia memeluk lututnya sementara aku dan Mas rusdi hanya memandang dia dengan pikiran kami masing-masing."Apa untungnya menahanku di sini? Bagaimana kalau aku mati Apakah kalian bisa mempertanggung-jawabkannya?""Ya tinggal kubur saja," jawab suamiku santai."... Tidak usah menangis dan makanlah makananmu.""Dasar psikopat, bagaimana aku bisa makan dalam situasi seperti ini. Tunggu saja aku bisa keluar dari tempat ini maka aku akan melaporkanmu ke kantor polisi dan memastikan kau dipenjara sampai kau tidak akan bisa bebas lagi.""Ya, ya, silakan. Makanya aku bilang kau harus makan, agar bisa bertenaga untuk melakukan semua itu," jawab suamiku sambil memberi isyarat padaku agar kita meninggalkan dia. Saat aku dan dia keluar dan penjaga mau menutup pintu tiba-tiba Rima kembali berlari dan menggapai daun pintu, tapi sayang dia terlambat.Wanita itu menjerit dari dalam lalu menggedor-gedor dengan keras sampai a
Sial, sesuatu yang tidak kuduga malah terjadi. Entah bagaimana caranya, atau mungkinkah Dia menipu penjaga, sehingga wanita itu tiba-tiba berlari dengan kencang dari arah dalam rumah dan berusaha merangsek kabur mengejar suaminya.Mas Faisal yang baru saja melenggang pergi, langsung teralihkan dengan teriakan Rima"Mas, selamatkan aku! Aku disekap Mas! Tolong...."Aku dan suamiku terkejut, ia tiba tiba bisa melepaskan diri dari ruang terkunci itu. Wanita itu melompat dan merangsek, menabrak aku dan suamiku dengan cepat, saat keempat penjaga ingin menangkapnya lagi, Mas Faisal yang menyadari teriakan istrinya langsung ke luar dari mobilnya dan mencoba menyelamatkan Rima dengan segala aksi heroiknya.Terjadi keributan, saling tarik dan pukul antara Reno, Faisal dan para bodyguard yang bekerja. Mereka berjibaku saling tahan, Rima berusaha melepaskan diri dari penjaga yang mencekal tangannya sementara Reno dan Faisal menghadapi sisa penjaga kami. Aku yang ingin turun tangan dicekal
"Lalu apa yang akan kalian putuskan dengan kejadian ini?""Apa lagi yang mampu kami lakukan?" tanya Mas Rusdi sambil mengangkat bahu, "istrimu akan aku serahkan ke polisi.""Lalu kenapa tidak diserahkan dari awal kenapa harus ditahan di rumah ini?""Karena aku tahu kau pasti akan datang, segala kebenaran harus terungkap tanpa campur tangan orang lain.""Apa benar kau melecehkan istriku?""Maaf, tak level aku menyentuh wanita itu jahat itu," jawab Mas Rusdi sambil tertawa sinis. "Jika kau meragukan ku maka kita bisa bawa dia ke tim dokter agar dia bisa diperiksa Apakah seseorang menyentuhnya atau tidak.""Tidak usah, aku percaya," jawab Mas Faisal lemah.Lelaki itu telah menabur debu ke atas kepalanya sendiri, dia mencari jelaga di wajahnya dengan keputusan yang mempertahankan Rima. Layaknya batok kelapa, ia tidak mampu melunak meski air di dalamnya mengering. Begitu pula mantan suamiku yang sudah tidak berdaya lagi untuk mengubah apapun. Berawal dari ketidaktegasannya karena begitu
Kini Mas Faisal terbaring lemas, kedua putrinya berusaha menolongnya dan menyadarkannya sementara Rima sendiri sudah diamankan oleh polisi dan bersiap di bawah untuk diperiksa. Wanita itu menangis dan ingin mendekati suaminya tapi kami tidak mengizinkan dia. Kedua putriku tidak mau ibu tirinya mendekat pada ayah mereka.Felicia mengambil obat merah dan langsung menuangkan ke tangan ayahnya lalu membalutnya sementara Rena berusaha menyadarkan lelaki tersebut dengan mendekatkan minyak kayu putih ke hidung ayahnya. Kedua putriku meski sudah dikuasai dendam dan kebencian tapi tetap saja mereka tidak tega melihat keadaan cinta pertama mereka yang memilukan. Mereka meneteskan air mata melihat kondisi ayahnya yang sudah menghukum diri sendiri dan kehilangan kesadaran."Panggilkan ambulans agar kalian bisa membawa Ayah kalian berobat," ucap Mas Rusdi dengan ucapan pelan agar tidak menyakiti perasaan Rena dan felicya."Iya Om."Rindu yang tertunduk sedih lalu mendongak dan menyesali semua ke
Demi tidak membuat hati Reno semakin hancur Mas Rusdi memutuskan untuk mengantar dia pulang. Suamiku bilang dia akan menghibur anak itu sampai dia benar-benar bisa menerima kenyataan dan berpikir secara bijak.Seorang pemuda yang pemikirannya masih labil harus diarahkan dengan benar harus diberi pemahaman sehingga timbullah kebijaksanaan di dalam dirinya. Jika ia dilepas begitu saja dalam kemarahan, maka boleh jadi pengaruh buruk akan mudah menguasai dirinya sehingga terbentuklah watak keras dan sifat negatif."Aku akan mengantar Reno, pergilah ke rumah sakit untuk menjemput Heri.""Iya Mas.""Bawa saja anak kita pulang karena dengan begitu dia bisa berada lebih nyaman di rumahnya dan kita pun bisa mengawasi dia leluasa.""Iya Mas, aku akan ke rumah sakit.Mobil suamiku kemudian berangkat, diiringi oleh staf dia yang membawa mobil Faisal untuk dihantarkan pulang.*Kebetulan Mas Faisal dan Heri dirawat di rumah sakit yang sama sehingga memudahkan akses kedua putriku untuk saling bert
Saat kedua putra dan putriku menangis Felicia tiba-tiba datang dari rumah sakit dan melihat kakaknya di ambang pintu. Putri bungsuku itu melihat mereka dengan iba dan menatapku secara bergantian lalu hanya menarik nafasnya dengan dalam."Ayolah... Kenapa kalian menangis? jangan ciptakan mendung lagi dalam rumah ini, kita sudah terlalu banyak menghadapi cobaan dan sudah waktunya untuk menghapus air mata lalu bangkit menghadapi hari esok," ucap Felicia."Feli ...." Heri tidak mampu meneruskan kalimatnya ia tercekat melihat adik bungsunya, sementara felicia yang tidak sanggup menahan rasa ibanya lalu menghambur dan memeluk kakaknya."Kak, ya Allah, Kak. Kakak harus tegar.""Bagaimana aku akan tegar menghadapi semua ini sementara aku adalah satu-satunya laki-laki yang nantinya diharapkan akan melindungi kalian," ujar Heri."Kami bisa menjaga diri sendiri dan bahkan kami pun bisa menjaga Umi dan kakak." Feli menjawab sambil berusaha tersenyum meski air mata membasahi pipinya."Kakak masih
"Apa, Rima mengakui perbuatannya sudah meracuni Heri?? kalian tahu dari mana? Tolong jangan berbohong atau membuat fitnah," ucap Rika pada kedua keponakannya."Kebetulan kami punya rekaman pengakuannya Apa kalian mau mendengarnya!"tanpa menunggu lama lagi Felicia langsung mengeluarkan ponselnya dan menyalakan rekaman saat terima dan temannya berdiskusi di toko kue. Terdengar dengan jelas bahwa Rima sangat bahagia bisa melumpuhkan Heri dengan cairan pembunuh saraf.Sontak yang terjadi dalam rumah mantan mertuaku menjadi sangat hening, sangat hening sekali."Sungguhkah Rima melakukan itu?" tanya Neneknya."Untuk memastikan semua itu Abi membawakan Tante rima ke rumah lalu mendatangkan beberapa orang saksi untuk menegakkan sanggahan wanita itu dan hasilnya , ia mengaku," jawab Feli santai."Lalu di mana ia sekarang?""Di kantor polisi.""Astaghfirullah, menantu keluarga ini ditahan di kantor polisi?" tanya Nenek."Jika nenek begitu sayang dan ingin membelanya, maka nenek bisa menjenguk d
Hari ini adalah hari Minggu dan minggu ini terasa terasa damai karena udara berhembus sejuk dan matahari bersinar dengan cerah. Daun-daun tumbuhan yang ada di sekitar rumah nampak hijau dan bunganya bermekaran, aku merasa senang menatapnya, perasaanku juga lebih cerah karena kelima anak kami berkumpul di rumah. Pukul 07.00 pagi kusiapkan sarapan lalu kami berkumpul di meja makan untuk sarapan bersama dan membicarakan impian-impian kami di masa depan. Anak-anak juga mengutarakan harapan mereka tentang karir dan kehidupan pribadinya, termasuk Nanda dan Nindy yang sebentar lagi akan menyandang gelar sarjana kedokteran.Kami juga membicarakan strategi bisnis dan bagaimana Mas Rusdi bertahan dengan kencangnya krisis dan persaingan antar perusahaan. Seperti biasa suamiku selalu memberikan arahan dan contoh-contoh kebijakan kepada kelima anak kami agar mereka punya bekal di masa depan dan belajar dari pengalaman itu.Tring....Saat kami asik sarapan, tiba-tiba ponselku berdering dari atas
Ya, waktu bergulir digantikan dengan hari dan musim-musim yang baik. Hubunganku dengan orang-orang sekitar juga jadi lebih baik, pun hubunganku dengan keluarga suamiku, serta dengan keluarga ayahnya anak anak. Mantan mertua yang dulu pernah sangat membela rima dan menyudutkanku, kini berbalik arah menjadi seperti semula baik dan penuh perhatian.Di akhir pekan kami sudah canangkan untuk berkumpul dengan keluarga sebagai bentuk quality time kami. Kadang pergi ke keluarganya Mas Rusdi kadang juga pergi ke keluargaku atau mungkin kami semua akan pergi piknik ke suatu tempat. Senang rasanya mengumpulkan kerabat dan keluarga besar di satu tempat lalu kami makan nasi liwet atau menikmati Barbeque sambil bercanda tawa dan melepas kerinduan.Tidak ada lagi permusuhan dan pertengkaran, terlebih sekarang anak-anak mendewasa dan mulai sibuk dengan kegiatannya menghasilkan uang, Rina juga semakin giat bekerja karena dia yang paling punya rencana untuk segera menikah.*Suatu hari aku dan Mas
Tidak lama kemudian setelah aku mengatakan itu mas Faisal keluar dari ruang sidang dengan didorong oleh Reno. Polisi memberi kesempatan kepada Rima untuk berpamitan kepada suami dan anaknya. Saat baru saja selesai berdebat denganku wanita itu kemudian beralih kepada suaminya sambil memicingkan mata dengan kesal."Hah, suamiku ...." Wanita itu tertawa sih ini sambil memandang Mas Faisal sementara suaminya menjadi heran dengan tingkah istrinya."Rima, maaf karena tidak ada yang bisa kulakukan untuk mendukungmu.""Tentu aja tidak," ucap wanita itu sambil bertepuk tangan ke wajah suaminya. "Kau sedang berada di kubu mutiara, suami dan anakku sudah berpaling dariku dan lebih memilih mantan istrinya. Aku bisa apa?!" Ucapnya Sambil tertawa dan memukul dadanya sendiri. Reno merasa tidak enak pada kami segera mendekat dan mencoba merangkul ibunya."Mama, tenangkanlah diri mama, kami akan cari pengacara agar mama bisa mendapatkan sedikit keringanan hukuman dan tetaplah bersikap baik selama be
Aku masih terdiam memikirkan percakapan kami beberapa saat yang lalu di rumah Mas Faisal. Sementara suamiku di sisiku mengemudi dengan tenang sambil mengikuti beberapa senandung lagu yang diputar di radio."Aku minta maaf ya Mas, aku sempat berpikiran negatif tentang dirimu._"Suamiku hanya menarik nafasnya lalu tersenyum dan menggeleng pelan,"Siapapun bisa berprasangka jika tidak diberi keterangan dengan lengkap. Kalau hanya mendengar berita sepotong-sepotong saja kadang seseorang akan menjadi salah paham. Karena aku menyadarinya, maka aku meluruskannya.""Kenapa kau tidak merasa tersinggung sama sekali atau kecewa padaku yang sudah berprasangka?""Kenapa aku harus bersikap sensitif kepada istriku? Wanita adalah tulang rusuk, kalau dia dipaksa lurus, atau dengan kata lain dia dipaksa untuk selalu pengertian dan memahamiku, maka itu adalah keputusan yang salah.""Aku terkejut karena kau sangat pengertian Mas.""Aku selalu pengertian dari dulu," jawabnya sambil membelokkan kemudi mob
"Agak lama rupanya kalian membuat kopi ya," ucap Mas Rusdi sambil menatap diriku dan Reno yang canggung karena dicurigai olehnya."Kami berbincang sebentar, berbasa-basi sambil saling menanyakan kabar karena aku dan reno sudah sama tidak saling menyapa secara pribadi."Lelaki yang telah menjadi suamiku selama 2 tahun lebih itu menatap aku dan mantan suamiku secara bergantian lalu anak tiriku."Aku menangkap kecurigaanmu terhadapku dan aku tahu pasti Reno sudah memberitahu semuanya," ujar Mas Rusdi."Aku tidak mengerti apa yang kau katakan Mas, ayo minum kopinya," ucapku sambil meletakkan cangkir kopi di depannya."Melalui kesempatan ini aku ingin bicara dari hati ke hati dengan kalian, terutama dengan Faisal.""Ada apa?" tanya Mas Faisal dengan wajah sedikit kaget dan bingung."Aku minta maaf karena apa yang kulakukan sudah sejauh ini cukup menyakiti perasaanmu tapi aku tidak punya pilihan lain untuk mengungkapkan kebenaran sehingga aku harus membawa istrimu ke rumahku. Percayalah,
Melihat sikap suamiku yang seolah berbeda dari kenyataannya, Aku jadi penasaran sudah sejauh apa yang dia lakukan untuk melindungi kami. Aku memang mencintainya dan percaya padanya aku yakin atas semua keputusan dan tindakannya tapi aku tidak ingin dia terlalu berlebihan dan sampai berlumuran dosa.Dosa kemarin saja belum dicuci dan ditebus apalagi sekarang ditambahkan dengan dosa-dosa yang baru. Sungguh aku tak sanggup. Kini kami menyambangi Mas Faisal yang terlihat terbaring di sebuah kasur yang sudah disediakan di ruang tv. Dari dulu kebiasaannya Ia memang suka berada di ruang tengah kalau sedang sakit, agar dia bisa melihat aktivitas anggota keluarga dan tetap bersama dengan orang orang yang dia cintai sepanjang waktu. Tapi itu dulu, saat bersamaku. Kami basa basi sejenak, hingga akhirnya Mas Faisal meminta Reno untuk membuatkan minuman ke dapur."Reno, minta asisten untuk membuatkan kita minuman.""Si mbak lagi libur Pa, aku aja yang buatkan," jawabnya."Biar umi bantu," ujar
Minggu-minggu ini aku dan keluargaku sangat sibuk, setelah berkutat dengan kasus tentang Rima, anak-anakku disibukkan dengan bergantian menjenguk dan menjaga ayah mereka. Seminggu aku tidak keluar rumah karena sibuk mengurusi suami dan anak-anakku. Aku juga melakukan healing dengan membereskan perabotan dan menata koleksi piring keramik yang kusukai. Juga aku juga pergi menghabiskan waktu dengan mas Rusdi untuk menenangkan pikiranku dari beberapa konflik yang terjadi di minggu-minggu kemarin.Banyak hal yang sudah kami bicarakan, terkait rencana di masa depan, bagaimana kelancaran usaha serta pendidikan anak-anak. Aku dan suamiku berkomitmen untuk tetap bekerja keras demi keluarga kami. Meski suamiku sudah dibilang pensiun dengan semua usaha dan kekayaannya serta sudah punya banyak investasi tapi tidak menjadikan hal itu sebagai alasan untuk berleha-leha saja. Kami berkomitmen untuk tetap giat sambil menghabiskan masa-masa bersama dengan bahagia.Kami juga menyempatkan waktu untuk
Hatiku memanas mendengar ungkapan dan kejujurannya, ternyata selama ini dia dan Mas Faisal mempermainkan perasaan dan akalku. Mereka memanfaatkan ketulusan hatiku untuk bersenang-senang dan menertawai kepolosanku yang selalu percaya pada suami, aku seperti mainan yang ditonton dari jauh dan ditertawakan. Aku seperti lelucon yang layak dijadikan komedi dan seperti hiburan gratis bagi mereka berdua. Miris dan menyakitkan sekali. Wanita itu masih tertawa di hadapanku sementara aku tetap tenang memperhatikan ia berbahagia dengan semua ilusi di dalam hatinya, kubiarkan ia mengenang masa lalu karena mungkin dengan begitu ia bisa meredakan penderitaan di hatinya atas kenyataan yang ada. Sekalipun dia bahagia telah menipuku tapi kenyataan yang ada di depan matanya tidak bisa dihindarkan, penjara dan hukuman sudah menunggu, tidak ada yang bisa menyelamatkan dia karena bukti sudah kuat dan saksi juga telah memberikan keterangannya.Dia masih tergelak, tergelak, menertawai kebodohanku yang sela
Banyak yang terjadi setelah aku pulang dari rumah sakit, aku dan ketiga putra putriku sempat duduk di ruang keluarga untuk membahas masalah ayah mereka yang sakit, dan tentang apa yang akan terjadi di masa depan, antara mereka, Reno dan ayah mereka."Kami tidak masalah memperbaiki hubungan dan menerima mereka baik baik, tapi kalau si Reno banyak tingkah tentu saja aku tidak akan tahan," ujar Rena."Dengan apa yang terjadi kurasa anak itu sudah banyak belajar Kak," ujar Felicia sambil menatap kedua kakaknya."Aku harap begitu, dalam konflik yang terjadi di keluarga kita ini ... tidak ada seorangpun yang menang, ibaratnya, menang jadi arang dan kalah jadi abu.""Hmm, benar, tapi Umi tidak pernah merasa berkompetisi dengan tante Rima. Tante rimalah yang menganggap Umi sebagai saingan dan selalu berusaha mengalahkannya, ujungnya dia pusing sendiri lalu putus asa dan mengambil jalan pintas yang tidak ia pikirkan konsekuensinya. Sekarang, setelah semuanya hancur barulah timbul penyesalan d