Sial, sesuatu yang tidak kuduga malah terjadi. Entah bagaimana caranya, atau mungkinkah Dia menipu penjaga, sehingga wanita itu tiba-tiba berlari dengan kencang dari arah dalam rumah dan berusaha merangsek kabur mengejar suaminya.Mas Faisal yang baru saja melenggang pergi, langsung teralihkan dengan teriakan Rima"Mas, selamatkan aku! Aku disekap Mas! Tolong...."Aku dan suamiku terkejut, ia tiba tiba bisa melepaskan diri dari ruang terkunci itu. Wanita itu melompat dan merangsek, menabrak aku dan suamiku dengan cepat, saat keempat penjaga ingin menangkapnya lagi, Mas Faisal yang menyadari teriakan istrinya langsung ke luar dari mobilnya dan mencoba menyelamatkan Rima dengan segala aksi heroiknya.Terjadi keributan, saling tarik dan pukul antara Reno, Faisal dan para bodyguard yang bekerja. Mereka berjibaku saling tahan, Rima berusaha melepaskan diri dari penjaga yang mencekal tangannya sementara Reno dan Faisal menghadapi sisa penjaga kami. Aku yang ingin turun tangan dicekal
"Lalu apa yang akan kalian putuskan dengan kejadian ini?""Apa lagi yang mampu kami lakukan?" tanya Mas Rusdi sambil mengangkat bahu, "istrimu akan aku serahkan ke polisi.""Lalu kenapa tidak diserahkan dari awal kenapa harus ditahan di rumah ini?""Karena aku tahu kau pasti akan datang, segala kebenaran harus terungkap tanpa campur tangan orang lain.""Apa benar kau melecehkan istriku?""Maaf, tak level aku menyentuh wanita itu jahat itu," jawab Mas Rusdi sambil tertawa sinis. "Jika kau meragukan ku maka kita bisa bawa dia ke tim dokter agar dia bisa diperiksa Apakah seseorang menyentuhnya atau tidak.""Tidak usah, aku percaya," jawab Mas Faisal lemah.Lelaki itu telah menabur debu ke atas kepalanya sendiri, dia mencari jelaga di wajahnya dengan keputusan yang mempertahankan Rima. Layaknya batok kelapa, ia tidak mampu melunak meski air di dalamnya mengering. Begitu pula mantan suamiku yang sudah tidak berdaya lagi untuk mengubah apapun. Berawal dari ketidaktegasannya karena begitu
Kini Mas Faisal terbaring lemas, kedua putrinya berusaha menolongnya dan menyadarkannya sementara Rima sendiri sudah diamankan oleh polisi dan bersiap di bawah untuk diperiksa. Wanita itu menangis dan ingin mendekati suaminya tapi kami tidak mengizinkan dia. Kedua putriku tidak mau ibu tirinya mendekat pada ayah mereka.Felicia mengambil obat merah dan langsung menuangkan ke tangan ayahnya lalu membalutnya sementara Rena berusaha menyadarkan lelaki tersebut dengan mendekatkan minyak kayu putih ke hidung ayahnya. Kedua putriku meski sudah dikuasai dendam dan kebencian tapi tetap saja mereka tidak tega melihat keadaan cinta pertama mereka yang memilukan. Mereka meneteskan air mata melihat kondisi ayahnya yang sudah menghukum diri sendiri dan kehilangan kesadaran."Panggilkan ambulans agar kalian bisa membawa Ayah kalian berobat," ucap Mas Rusdi dengan ucapan pelan agar tidak menyakiti perasaan Rena dan felicya."Iya Om."Rindu yang tertunduk sedih lalu mendongak dan menyesali semua ke
Demi tidak membuat hati Reno semakin hancur Mas Rusdi memutuskan untuk mengantar dia pulang. Suamiku bilang dia akan menghibur anak itu sampai dia benar-benar bisa menerima kenyataan dan berpikir secara bijak.Seorang pemuda yang pemikirannya masih labil harus diarahkan dengan benar harus diberi pemahaman sehingga timbullah kebijaksanaan di dalam dirinya. Jika ia dilepas begitu saja dalam kemarahan, maka boleh jadi pengaruh buruk akan mudah menguasai dirinya sehingga terbentuklah watak keras dan sifat negatif."Aku akan mengantar Reno, pergilah ke rumah sakit untuk menjemput Heri.""Iya Mas.""Bawa saja anak kita pulang karena dengan begitu dia bisa berada lebih nyaman di rumahnya dan kita pun bisa mengawasi dia leluasa.""Iya Mas, aku akan ke rumah sakit.Mobil suamiku kemudian berangkat, diiringi oleh staf dia yang membawa mobil Faisal untuk dihantarkan pulang.*Kebetulan Mas Faisal dan Heri dirawat di rumah sakit yang sama sehingga memudahkan akses kedua putriku untuk saling bert
Saat kedua putra dan putriku menangis Felicia tiba-tiba datang dari rumah sakit dan melihat kakaknya di ambang pintu. Putri bungsuku itu melihat mereka dengan iba dan menatapku secara bergantian lalu hanya menarik nafasnya dengan dalam."Ayolah... Kenapa kalian menangis? jangan ciptakan mendung lagi dalam rumah ini, kita sudah terlalu banyak menghadapi cobaan dan sudah waktunya untuk menghapus air mata lalu bangkit menghadapi hari esok," ucap Felicia."Feli ...." Heri tidak mampu meneruskan kalimatnya ia tercekat melihat adik bungsunya, sementara felicia yang tidak sanggup menahan rasa ibanya lalu menghambur dan memeluk kakaknya."Kak, ya Allah, Kak. Kakak harus tegar.""Bagaimana aku akan tegar menghadapi semua ini sementara aku adalah satu-satunya laki-laki yang nantinya diharapkan akan melindungi kalian," ujar Heri."Kami bisa menjaga diri sendiri dan bahkan kami pun bisa menjaga Umi dan kakak." Feli menjawab sambil berusaha tersenyum meski air mata membasahi pipinya."Kakak masih
"Apa, Rima mengakui perbuatannya sudah meracuni Heri?? kalian tahu dari mana? Tolong jangan berbohong atau membuat fitnah," ucap Rika pada kedua keponakannya."Kebetulan kami punya rekaman pengakuannya Apa kalian mau mendengarnya!"tanpa menunggu lama lagi Felicia langsung mengeluarkan ponselnya dan menyalakan rekaman saat terima dan temannya berdiskusi di toko kue. Terdengar dengan jelas bahwa Rima sangat bahagia bisa melumpuhkan Heri dengan cairan pembunuh saraf.Sontak yang terjadi dalam rumah mantan mertuaku menjadi sangat hening, sangat hening sekali."Sungguhkah Rima melakukan itu?" tanya Neneknya."Untuk memastikan semua itu Abi membawakan Tante rima ke rumah lalu mendatangkan beberapa orang saksi untuk menegakkan sanggahan wanita itu dan hasilnya , ia mengaku," jawab Feli santai."Lalu di mana ia sekarang?""Di kantor polisi.""Astaghfirullah, menantu keluarga ini ditahan di kantor polisi?" tanya Nenek."Jika nenek begitu sayang dan ingin membelanya, maka nenek bisa menjenguk d
"Nak, kami sudah dapatkan musibah di atas musibah, aib dan bencana sudah mencoreng keluarga kami, hingga kami tidak mampu mengangkat wajah di depan kalian. Nak, Kami tidak akan membela Rima demi Reno, tapi kami akan menjemput Reno dan memeliharanya agar dia tidak dikuasai dendam dan pengaruh jahat.""Ya, kalian harus memikirkan maslahat anak itu, abaikan saja aku. Sekali lagi, alasannya karena sekarang ia akan jadi sebatang kara dan keuangan mereka tidaklah sebanyak uang kami. Alasan itu akan membuat kalian berat sebelah sekali lagi." Heri menggumam sambil melepaskan tangannya dari genggaman kakeknya.Ayah mertua yang merasa cucunya tak senang langsung menggeleng dan meyakinkan Heri."Tidak, sumpah demi Allah, kami bertekad untuk adil dan menyayangi kalian dengan porsi yang sama. Jujur, kemarahan sudah menguasai kami, panas hati kami membuat kami menjauhka diri dari kalian....""Apa yang membuat kakek dan nenek panas hati?" tanya Felicia dengan tatapan penuh keingin-tahuan."Perpisah
"Terima kasih sudah datang Mutia ....." Lelaki itu berkata dengan lirih padaku, setiap dua puluh detik ia merintih, jemarinya yang hancur nyaris putus dari telapak tangannya. Sungguh tak tega hati ini menyaksikan penderitaan Mas Faisal meski tadinya aku sebal padanya. Ya Tuhan, andai aku tahu formula menghilangkan rasa sakit, niscaya akan kubantu ia untuk meredakan penderitaannya."Aku datang menemani anak anak dan membawakan makanan, kau harus sembuh Mas," jawabku sambil menelan ludah. Andaipun ia sembuh, tangannya pasti cacat. Lelaki itu dulu kadang plin-plan, kadang juga begitu memegang prinsip dan martabatnya, ia tak mau anak anak meremehkannya sehingga ia tunaikan sumpahnya dengan cara menyakitkan. Sesuai dengan harapannya, ia akan sama sama akan punya kekurangan dengan Heri."Maafkan aku Mutiara, maafkan aku yang telah memberimu penderitaan tanpa akhir, ampuni dosa dosaku, maafkan aku mutiara...." Ia kembali meneteskan air mata. Kulit bibirnya yang mengelupas dan bola matanya