Selagi aku menjaga putraku di rumah sakit dan berusaha menyembunyikan semua rahasia itu darinya agar dia tidak drop dan kehilangan semangat aku dan suami serta kedua putriku membagi tugas kami. Aku yang diam di rumah sakit, Mas Rusdi mengurus Rima, sementara Rena dan Felicia akan mengurus ayah mereka.Kedua anakku sudah tidak sabar lagi ingin memberitahu ayah mereka yang sebenarnya terjadi mereka antusias dan penasaran bagaimana reaksi lelaki yang tempo hari sangat membanggakan istrinya itu. Dulu saat pertama kali rahasia tentang pernikahannya terkuak, Mas Faisal sangat membanggakan Rima dan bilang kalau Rima lestari adalah wanita yang baik. Memang awalnya wanita itu menunjukkan sikap baik dan kesan mengalah, tapi lama-kelamaan kecemburuan dan sifat aslinya mulai terbongkar. Hasad dan kedengkian di dalam hatinya membuat ia kehilangan akal dan melakukan segala cara untuk kemudian merusak kehidupan kami, padahal kami sebenarnya sudah tidak ada lagi kaitannya dengan suaminya."Apakah Abi
"Yakin kau tidak lakukan apapun, heh?" tanya suamiku dengan senyum dan santai sekali, Iya nyalakan alat itu dan terlihat sekali di ujungnya nampak seperti kitatan listrik. Iya, itu alat setrum. Voltasenya tinggi, rima bisa lemas bahkan kejang sekalian kalau terkena sabetan benda itu."Aku, mohon, jangan lakukan itu!""Mengakulah kalau kau yang sudah menyakiti anakku! Katakan Kenapa kau meracuni putraku dengan obat lumpuh!""Sungguh aku melakukannya Pak!""Jadi, perkataan istriku tidak benar!""Tolong jangan!" Dia berusaha membalas tapi terlambat.Mas Rusdi langsung mendekatkan benda itu ke pinggang rima dan wanita itu menjerit lalu terkapar di lantai dengan lemas seperti ikan yang baru dikeluarkan dari air. Ia menggelepar lalu tidak bisa mengendalikan dirinya.Wanita itu seakan tidak bisa bernafas setelah disetrum, ia bahkan nyaris kehilangan kesadarannya, napasnya jadi cepat dan putus putus. Wanita itu terengah-engah dengan dengan wajah kesakitan."Jawab aku! Sebelum kuakhiri hidupmu
Usai memberi Rima pelajaran, wanita itu ditelanjangi, diganti pakaiannya dengan paksa, kemudian diseret lalu dibawa ke paviliun belakang dan dikunci dengan penjagaan ketat dari 8 orang. "Pastikan anak-anakku tidak pergi ke belakang dan mengetahui keberadaan Rima," ucap Mas "Siap Pak."Setelah berkata begitu, suamiku beralih ke ruang kerjanya lalu menutup pintunya. Di momen itu, aku tidak berani mengganggunya atau menggoyahkan pendapatnya, karena dia bisa saja melampiaskan kemarahannya kepadaku. Aku masih tidak percaya apa yang dilakukan suamiku barusan, ia sangat berbeda dari Rusdi yang kukenal. Dia benar-benar tegas dan kejam dengan orang yang sudah berbuat jahat pada keluarganya.Nun jauh di sana, aku yakin Mas Faisal kebingungan tentang keberadaan istrinya dan heran juga kenapa wanita itu tidak bisa dihubungi. Aku yakin Mas Faisal akan panik dan segera akan mencari istrinya lalu melapor ke polisi.Entah apa yang direncanakan suamiku selanjutnya. Aku khawatir kalau laporan Mas Fa
"Aku memang tidak bisa menjamin kalau dia akan aman tapi setidaknya ada aku untuk melindunginya. Kau bersuamikan orang kaya yang punya banyak saingan dan musuh, Jadi mungkin salah satu dari mereka berusaha menyakiti kalian lewat menyakiti anak-anak.""Jadi kau menyalahkan pernikahanku dengan suamiku, atau kau ingin kita mengembalikan masa lalu lalu memperbaikinya, kau yakin itu bisa?!" "Ah...." Lelaki itu tidak punya jawaban selain mengibaskan tangannya di udara dan beralih ke ranjang di mana Heri berbaring."Kasihan sekali dia..." Tiba-tiba suara Mas Faisal menjadi tercekat ia menunduk sambil berusaha menghalau air mata hanya dengan ujung jari. Ia menyentuh kaki anaknya dengan sedih lalu terduduk di sana sambil menahan tangisannya."Ya Allah, Ayah tidak akan memaafkan siapapun yang sudah melakukan ini padamu," ucap Faisal sambil berusaha menyembunyikan kesedihannya dariku.Ingin sekali kukatakan padanya atau kuteriakkan saja di wajahnya bahwa pelaku itu adalah istrinya. Ingin kuki
Usai kepergian Mas Faisal dan pertemuan yang tidak diwarnai dengan pertengkaran, aku langsung mendekati putraku dan membisikinya pertanyaan tentang mengapa ia mencurigai Rima."Kenapa kau membahas tentang Rima? katakan kepada Umi yang sebenarnya apakah kau tahu bahwa wanita itu melakukan sesuatu?""Ketika aku pergi main ke rumah temanku di sana ada mobil tante Rima, dia dan ibunya sahabatku Felix sedang bersenda gurau di dapur dan bercerita lalu kami berpapasan dan saling menyapa untuk formalitas. Kami disuguhkan cappucino dan kue bolu keju, kemudian aku mulai merasa sedikit pusing dan berkeringat dingin tapi aku mengabaikan hal itu, malam harinya aku merasa keram di kakiku dan sedikit tidak enak badan tapi aku tidak mengeluh kepada Umi.""Kenapa kau tidak mengatakannya?""Kenapa kupikir sakit itu akan sembuh setelah istirahat tapi ternyata keesokan pagi setelah bangun, aku tidak bisa menggerakkan tubuhku.""Apa kau yakin bahwa itu ada pengaruhnya dari makanan dan minuman yang kau ma
Wanita itu masih terisak pilu dan menutupi wajahnya di antara kedua tangannya. Dia memeluk lututnya sementara aku dan Mas rusdi hanya memandang dia dengan pikiran kami masing-masing."Apa untungnya menahanku di sini? Bagaimana kalau aku mati Apakah kalian bisa mempertanggung-jawabkannya?""Ya tinggal kubur saja," jawab suamiku santai."... Tidak usah menangis dan makanlah makananmu.""Dasar psikopat, bagaimana aku bisa makan dalam situasi seperti ini. Tunggu saja aku bisa keluar dari tempat ini maka aku akan melaporkanmu ke kantor polisi dan memastikan kau dipenjara sampai kau tidak akan bisa bebas lagi.""Ya, ya, silakan. Makanya aku bilang kau harus makan, agar bisa bertenaga untuk melakukan semua itu," jawab suamiku sambil memberi isyarat padaku agar kita meninggalkan dia. Saat aku dan dia keluar dan penjaga mau menutup pintu tiba-tiba Rima kembali berlari dan menggapai daun pintu, tapi sayang dia terlambat.Wanita itu menjerit dari dalam lalu menggedor-gedor dengan keras sampai a
Sial, sesuatu yang tidak kuduga malah terjadi. Entah bagaimana caranya, atau mungkinkah Dia menipu penjaga, sehingga wanita itu tiba-tiba berlari dengan kencang dari arah dalam rumah dan berusaha merangsek kabur mengejar suaminya.Mas Faisal yang baru saja melenggang pergi, langsung teralihkan dengan teriakan Rima"Mas, selamatkan aku! Aku disekap Mas! Tolong...."Aku dan suamiku terkejut, ia tiba tiba bisa melepaskan diri dari ruang terkunci itu. Wanita itu melompat dan merangsek, menabrak aku dan suamiku dengan cepat, saat keempat penjaga ingin menangkapnya lagi, Mas Faisal yang menyadari teriakan istrinya langsung ke luar dari mobilnya dan mencoba menyelamatkan Rima dengan segala aksi heroiknya.Terjadi keributan, saling tarik dan pukul antara Reno, Faisal dan para bodyguard yang bekerja. Mereka berjibaku saling tahan, Rima berusaha melepaskan diri dari penjaga yang mencekal tangannya sementara Reno dan Faisal menghadapi sisa penjaga kami. Aku yang ingin turun tangan dicekal
"Lalu apa yang akan kalian putuskan dengan kejadian ini?""Apa lagi yang mampu kami lakukan?" tanya Mas Rusdi sambil mengangkat bahu, "istrimu akan aku serahkan ke polisi.""Lalu kenapa tidak diserahkan dari awal kenapa harus ditahan di rumah ini?""Karena aku tahu kau pasti akan datang, segala kebenaran harus terungkap tanpa campur tangan orang lain.""Apa benar kau melecehkan istriku?""Maaf, tak level aku menyentuh wanita itu jahat itu," jawab Mas Rusdi sambil tertawa sinis. "Jika kau meragukan ku maka kita bisa bawa dia ke tim dokter agar dia bisa diperiksa Apakah seseorang menyentuhnya atau tidak.""Tidak usah, aku percaya," jawab Mas Faisal lemah.Lelaki itu telah menabur debu ke atas kepalanya sendiri, dia mencari jelaga di wajahnya dengan keputusan yang mempertahankan Rima. Layaknya batok kelapa, ia tidak mampu melunak meski air di dalamnya mengering. Begitu pula mantan suamiku yang sudah tidak berdaya lagi untuk mengubah apapun. Berawal dari ketidaktegasannya karena begitu
Hari ini adalah hari Minggu dan minggu ini terasa terasa damai karena udara berhembus sejuk dan matahari bersinar dengan cerah. Daun-daun tumbuhan yang ada di sekitar rumah nampak hijau dan bunganya bermekaran, aku merasa senang menatapnya, perasaanku juga lebih cerah karena kelima anak kami berkumpul di rumah. Pukul 07.00 pagi kusiapkan sarapan lalu kami berkumpul di meja makan untuk sarapan bersama dan membicarakan impian-impian kami di masa depan. Anak-anak juga mengutarakan harapan mereka tentang karir dan kehidupan pribadinya, termasuk Nanda dan Nindy yang sebentar lagi akan menyandang gelar sarjana kedokteran.Kami juga membicarakan strategi bisnis dan bagaimana Mas Rusdi bertahan dengan kencangnya krisis dan persaingan antar perusahaan. Seperti biasa suamiku selalu memberikan arahan dan contoh-contoh kebijakan kepada kelima anak kami agar mereka punya bekal di masa depan dan belajar dari pengalaman itu.Tring....Saat kami asik sarapan, tiba-tiba ponselku berdering dari atas
Ya, waktu bergulir digantikan dengan hari dan musim-musim yang baik. Hubunganku dengan orang-orang sekitar juga jadi lebih baik, pun hubunganku dengan keluarga suamiku, serta dengan keluarga ayahnya anak anak. Mantan mertua yang dulu pernah sangat membela rima dan menyudutkanku, kini berbalik arah menjadi seperti semula baik dan penuh perhatian.Di akhir pekan kami sudah canangkan untuk berkumpul dengan keluarga sebagai bentuk quality time kami. Kadang pergi ke keluarganya Mas Rusdi kadang juga pergi ke keluargaku atau mungkin kami semua akan pergi piknik ke suatu tempat. Senang rasanya mengumpulkan kerabat dan keluarga besar di satu tempat lalu kami makan nasi liwet atau menikmati Barbeque sambil bercanda tawa dan melepas kerinduan.Tidak ada lagi permusuhan dan pertengkaran, terlebih sekarang anak-anak mendewasa dan mulai sibuk dengan kegiatannya menghasilkan uang, Rina juga semakin giat bekerja karena dia yang paling punya rencana untuk segera menikah.*Suatu hari aku dan Mas
Tidak lama kemudian setelah aku mengatakan itu mas Faisal keluar dari ruang sidang dengan didorong oleh Reno. Polisi memberi kesempatan kepada Rima untuk berpamitan kepada suami dan anaknya. Saat baru saja selesai berdebat denganku wanita itu kemudian beralih kepada suaminya sambil memicingkan mata dengan kesal."Hah, suamiku ...." Wanita itu tertawa sih ini sambil memandang Mas Faisal sementara suaminya menjadi heran dengan tingkah istrinya."Rima, maaf karena tidak ada yang bisa kulakukan untuk mendukungmu.""Tentu aja tidak," ucap wanita itu sambil bertepuk tangan ke wajah suaminya. "Kau sedang berada di kubu mutiara, suami dan anakku sudah berpaling dariku dan lebih memilih mantan istrinya. Aku bisa apa?!" Ucapnya Sambil tertawa dan memukul dadanya sendiri. Reno merasa tidak enak pada kami segera mendekat dan mencoba merangkul ibunya."Mama, tenangkanlah diri mama, kami akan cari pengacara agar mama bisa mendapatkan sedikit keringanan hukuman dan tetaplah bersikap baik selama be
Aku masih terdiam memikirkan percakapan kami beberapa saat yang lalu di rumah Mas Faisal. Sementara suamiku di sisiku mengemudi dengan tenang sambil mengikuti beberapa senandung lagu yang diputar di radio."Aku minta maaf ya Mas, aku sempat berpikiran negatif tentang dirimu._"Suamiku hanya menarik nafasnya lalu tersenyum dan menggeleng pelan,"Siapapun bisa berprasangka jika tidak diberi keterangan dengan lengkap. Kalau hanya mendengar berita sepotong-sepotong saja kadang seseorang akan menjadi salah paham. Karena aku menyadarinya, maka aku meluruskannya.""Kenapa kau tidak merasa tersinggung sama sekali atau kecewa padaku yang sudah berprasangka?""Kenapa aku harus bersikap sensitif kepada istriku? Wanita adalah tulang rusuk, kalau dia dipaksa lurus, atau dengan kata lain dia dipaksa untuk selalu pengertian dan memahamiku, maka itu adalah keputusan yang salah.""Aku terkejut karena kau sangat pengertian Mas.""Aku selalu pengertian dari dulu," jawabnya sambil membelokkan kemudi mob
"Agak lama rupanya kalian membuat kopi ya," ucap Mas Rusdi sambil menatap diriku dan Reno yang canggung karena dicurigai olehnya."Kami berbincang sebentar, berbasa-basi sambil saling menanyakan kabar karena aku dan reno sudah sama tidak saling menyapa secara pribadi."Lelaki yang telah menjadi suamiku selama 2 tahun lebih itu menatap aku dan mantan suamiku secara bergantian lalu anak tiriku."Aku menangkap kecurigaanmu terhadapku dan aku tahu pasti Reno sudah memberitahu semuanya," ujar Mas Rusdi."Aku tidak mengerti apa yang kau katakan Mas, ayo minum kopinya," ucapku sambil meletakkan cangkir kopi di depannya."Melalui kesempatan ini aku ingin bicara dari hati ke hati dengan kalian, terutama dengan Faisal.""Ada apa?" tanya Mas Faisal dengan wajah sedikit kaget dan bingung."Aku minta maaf karena apa yang kulakukan sudah sejauh ini cukup menyakiti perasaanmu tapi aku tidak punya pilihan lain untuk mengungkapkan kebenaran sehingga aku harus membawa istrimu ke rumahku. Percayalah,
Melihat sikap suamiku yang seolah berbeda dari kenyataannya, Aku jadi penasaran sudah sejauh apa yang dia lakukan untuk melindungi kami. Aku memang mencintainya dan percaya padanya aku yakin atas semua keputusan dan tindakannya tapi aku tidak ingin dia terlalu berlebihan dan sampai berlumuran dosa.Dosa kemarin saja belum dicuci dan ditebus apalagi sekarang ditambahkan dengan dosa-dosa yang baru. Sungguh aku tak sanggup. Kini kami menyambangi Mas Faisal yang terlihat terbaring di sebuah kasur yang sudah disediakan di ruang tv. Dari dulu kebiasaannya Ia memang suka berada di ruang tengah kalau sedang sakit, agar dia bisa melihat aktivitas anggota keluarga dan tetap bersama dengan orang orang yang dia cintai sepanjang waktu. Tapi itu dulu, saat bersamaku. Kami basa basi sejenak, hingga akhirnya Mas Faisal meminta Reno untuk membuatkan minuman ke dapur."Reno, minta asisten untuk membuatkan kita minuman.""Si mbak lagi libur Pa, aku aja yang buatkan," jawabnya."Biar umi bantu," ujar
Minggu-minggu ini aku dan keluargaku sangat sibuk, setelah berkutat dengan kasus tentang Rima, anak-anakku disibukkan dengan bergantian menjenguk dan menjaga ayah mereka. Seminggu aku tidak keluar rumah karena sibuk mengurusi suami dan anak-anakku. Aku juga melakukan healing dengan membereskan perabotan dan menata koleksi piring keramik yang kusukai. Juga aku juga pergi menghabiskan waktu dengan mas Rusdi untuk menenangkan pikiranku dari beberapa konflik yang terjadi di minggu-minggu kemarin.Banyak hal yang sudah kami bicarakan, terkait rencana di masa depan, bagaimana kelancaran usaha serta pendidikan anak-anak. Aku dan suamiku berkomitmen untuk tetap bekerja keras demi keluarga kami. Meski suamiku sudah dibilang pensiun dengan semua usaha dan kekayaannya serta sudah punya banyak investasi tapi tidak menjadikan hal itu sebagai alasan untuk berleha-leha saja. Kami berkomitmen untuk tetap giat sambil menghabiskan masa-masa bersama dengan bahagia.Kami juga menyempatkan waktu untuk
Hatiku memanas mendengar ungkapan dan kejujurannya, ternyata selama ini dia dan Mas Faisal mempermainkan perasaan dan akalku. Mereka memanfaatkan ketulusan hatiku untuk bersenang-senang dan menertawai kepolosanku yang selalu percaya pada suami, aku seperti mainan yang ditonton dari jauh dan ditertawakan. Aku seperti lelucon yang layak dijadikan komedi dan seperti hiburan gratis bagi mereka berdua. Miris dan menyakitkan sekali. Wanita itu masih tertawa di hadapanku sementara aku tetap tenang memperhatikan ia berbahagia dengan semua ilusi di dalam hatinya, kubiarkan ia mengenang masa lalu karena mungkin dengan begitu ia bisa meredakan penderitaan di hatinya atas kenyataan yang ada. Sekalipun dia bahagia telah menipuku tapi kenyataan yang ada di depan matanya tidak bisa dihindarkan, penjara dan hukuman sudah menunggu, tidak ada yang bisa menyelamatkan dia karena bukti sudah kuat dan saksi juga telah memberikan keterangannya.Dia masih tergelak, tergelak, menertawai kebodohanku yang sela
Banyak yang terjadi setelah aku pulang dari rumah sakit, aku dan ketiga putra putriku sempat duduk di ruang keluarga untuk membahas masalah ayah mereka yang sakit, dan tentang apa yang akan terjadi di masa depan, antara mereka, Reno dan ayah mereka."Kami tidak masalah memperbaiki hubungan dan menerima mereka baik baik, tapi kalau si Reno banyak tingkah tentu saja aku tidak akan tahan," ujar Rena."Dengan apa yang terjadi kurasa anak itu sudah banyak belajar Kak," ujar Felicia sambil menatap kedua kakaknya."Aku harap begitu, dalam konflik yang terjadi di keluarga kita ini ... tidak ada seorangpun yang menang, ibaratnya, menang jadi arang dan kalah jadi abu.""Hmm, benar, tapi Umi tidak pernah merasa berkompetisi dengan tante Rima. Tante rimalah yang menganggap Umi sebagai saingan dan selalu berusaha mengalahkannya, ujungnya dia pusing sendiri lalu putus asa dan mengambil jalan pintas yang tidak ia pikirkan konsekuensinya. Sekarang, setelah semuanya hancur barulah timbul penyesalan d