Ya...Di sinilah kami sekarang, di Danau wisata yang ada tempat di jantung kota. Tempat-tempatnya cukup rindang dan asri, banyak spot tempat duduk yang nyaman serta mengambil foto. Tiupan angin yang sejuk serta pemandangan danau yang menyenangkan membuat siapapun akan betah berada di sana.Ada banyak sekali pengunjung dan yang duduk di sekitar kami, anak-anak kecil berlarian sambil bermain gelembung udara dan bola. Dari kejauhan orang tua mereka mengawasi dengan senyum bangga dan bahagia karena melihat kelincahan anak mereka. Sekilas aku teringat kenangan masa lalu bersama Mas Faisal di mana setiap hari Minggu Kami selalu rutin membawa anak-anak pergi berwisata. Meski tidak ke tempat yang mahal tapi setidaknya Mas Faisal memberikan kami kesempatan untuk menyegarkan pikiran dan bermain. Herannya, setiap full hari Minggu itu dia habiskan bersamaku, lalu kapan dia akan menghabiskannya bersama Rima. Sungguh pertanyaan yang tidak pernah kudapatkan jawabannya dan aku ingin sekali mendeng
"Mama, jangan bilang begitu, Saya hanya ingin dekat dengan saudaraku," ucap reno sambil mendekati ibunya, tapi reaksi wanita itu sungguh mengejutkan, karena tiba-tiba dia langsung menampar wajah anaknya dengan keras hingga pemuda itu memegangi wajahnya yang memerah dan terkejut sekali."Mama?" Sungguh kasihan anak itu karena ditampari di hadapan semua orang, aku dan ketika saudaranya yang lain juga terkejut sampai menutup mulut kami dengan tangan. Mas Faisal juga kaget dan langsung menarik Rima dari depan kami."Mama, teganya mama memukul saya?!""Beraninya kau, sudah kubilang kau jangan berinteraksi dengan keluarga ini karena mereka tidak pernah menyukai kita!" teriak Rima dengan emosi.Memangnya apa salahnya, toh kami tidak mengajarkan hal buruk atau memberi pengaruh jahat."Tante, Tante kan punya jabatan dan berpendidikan ya, kok sikap dan ucapan tante sama sekali tidak mencerminkan kedua hal itu? Apa salahnya anak tante datang kemari dan bergaul dengan kami? toh, kami tidak perna
Mas terus dia memang baik hati sejak awal dan punya tutur bahasa serta sifat yang lembut langsung tersenyum dan menepuk bahu Reno."Sudah jangan emosi, aku tidak membatasimu. Wajar seorang anak menyayangi ibu tirinya....""Mengapa Anda menegaskan kalau dia adalah ibu tiriku. Apa bedanya ibu tiri dan ibu sambung?! Anda seolah memberikan batas di mana Aku tidak boleh melanggarnya hanya dengan kata 'ibu tiri!"Aku rasanya tersentuh dan terharu sekali mendengar anak itu mengatakan bahwa tidak ada bedanya antara Ibu sambung atau ibu kandung. Hanya saja, penyampaian dia pada calon suamiku membuatku tidak enak."Sudah ... sudah... Reno, makasih sayang atas makanannya, kembalilah ke sekolahmu.""Umi pulang jam berapa sore nanti aku akan menjemput Umi?!"Aduh, aku terkejut dengan perhatian dan bagaimana posesifnya anak tiriku ini pada diriku. Aku hanya tersenyum dan menolaknya dengan halus."Tidak usah aku akan pulang dengan om Rusdi, karena kami harus pergi ke katering untuk memastikan menu y
Mulai sekarang biarkan keadaan yang terbalik. Dulu Rima sangat menyakitiku dan selalu memamerkan betapa Mas Faisal sangat mencintainya. Kini aku akan lakukan hal yang sama dengan memamerkan betapa Mas Faisal sulit move on dari diriku. Bagaimanapun aku telah membersamainya selama 24 tahun dengan pelayanan yang paripurna. Jadi kalau ada yang tidak sempurna pelayanan Rima atau kurang nyaman di dalam diri mas Faisal, maka tentu saja dia akan kembali mencarinya dari sosokku.Hahaha.Manusia tidak pernah puas dengan apa yang mereka miliki. Sekalinya mendapatkan apa yang mereka inginkan, ketika mereka tidak menemukan itu sesuai ekspektasi, maka kembalinya pasti akan berbalik ke masa lalu lagi. Kalau tidak bisa kembali, maka penyesalan itu akan menggelayuti sepanjang hidup.Begitulah hukum alam dan pola kehidupan manusia. Yang namanya manusia tidak pernah luput dari khilaf, dipenuhi kecerobohan dan keserakahan. Tidak pernah puas, selalu obsesif dan ambisius. Begitulah yang kini terjadi pad
Aku ingin minta maaf pada Reno atas kejadian kemarin, tapi, jelas saja itu akan membuat dia semakin marah. Hatinya akan semakin panas, karena dirikulah penyebab ayah dan ibunya bertengkar. Meski Mas Rusdi memintaku minta maaf dan aku mengiyakan, tapi aku tidak akan melakukannya. Aku tidak mau ambil resiko disamping aku tak akan menurunkan harga diriku. Akan kutunggu sampai Mas Faisal menghubungi baru akan kulakukan klarifikasi. Meski itu percuma saja.*Kukerjakan tugasku, mengatur perhiasan dan cincin cincin ke dalam etalase dengan teliti saat tiba tiba Mas Faisal sudah datang dan berdiri di hadapanku. Saat itu bosku duduk tak jauh dariku, sambil menghitung uangnya ia melirik tamu tak diundang yang datang ke tempatku.Aku mendadak tak nyaman karena ini jam kerja, aku ingin mengusir Mas Faisal tapi tak enak dengan yang ada di sana. Herannya ini juga jam kerja dia di kantornya, kenapa dia tak pergi kerja juga ya?Aku hanya berpikir di dalam hatiku lalu melanjutkan pekerjaanku tanpamu
Bismillah"Umi."Di ujung lorong sebelum berbelok ke lift, aku dipanggilnya, pemuda bersepatu Adidas seharga 9 juta itu, mendekat dan memasang wajah penuh tanda tanya atas kedatanganku."Katanya umi mencari saya, ada apa?"Sejak tadi aku yang merasa sedih karena memikirkan perbedaan antara anakku dan dirinya mendadak kehilangan kata-kata dan tidak tahu harus berkata apa."Tidak ada, Aku hanya ingin mengunjungimu setelah kejadian malam itu. Aku ingin minta maaf secara pribadi," jawabku."Lalu?""Tidak ada kalau kau tidak mau memaafkanku maafkan aku tidak akan memaksamu, aku pergi dulu.""Dengan cara umi minta maaf seperti itu, sepertinya umi terpaksa dan tidak ikhlas bicara pada saya. Kalau hati belum rela kenapa Umi harus memaksakan diri?""Demi anakku yang minta aku berdamai denganmu.""Jadi bukan karena Umi tulus menyayangiku?" tanyanya dengan tatapan lekat, dari jarak dua meter kami saling berpandangan dengan pikiran masing masing."Saya menyayangimu dan menghargai betapa kau ber
"Jujur saja, umi tidak iri, umi hanya kecewa, kecewa bahwa ketidakadilan Mas Faisal juga terjadi kepada anak-anak. Seharusnya kita memprotesnya. Itu hak kalian.""Meski itu hak kami, Kalau Ayah tidak mau memberikannya maka kita tidak bisa berbuat apa-apa, justru kita terlihat tidak tahu malu dan melunjak.""Ya tuhan, meminta sesuatu dari orang tua bukan melunjak namanya.""Sudahlah, ibuku, jangan tambah beban dan kesedihan Umi. Ayo lupakan saja dan lanjut hidup umi, lagi pula tanpa Ayah kita tetap makan dengan layak. Kita tetap bisa pergi piknik dan makan makanan kesukaan. Selagi masih punya rumah tempat bernaung dan makan dengan baik kita sudah disebut orang kaya dibanding dengan orang-orang yang tidak beruntung di dunia ini."Menetes air mataku mendengar perkataan Putri aku yang begitu dewasa dan bijaksana. Bukannya tidak menerima kenyataan tapi aku hanya sedih, karena semakin dipikirkan semakin besar kekecewaan itu menumpuk di dalam hati. Ternyata sudah benar pilihan untuk berce
Jadi, ini salah siapa? Mungkin salahnya Mas Faisal yang sudah serakah berpoligami tanpa menimbang perasaan dan masa depan keluarga. Tapi di sisi lain, ini adalah kehendak tuhan di mana segala sesuatu tidak akan terjadi tanpa izinNya. Aku hanya bisa pasrah sambil berdoa, semoga Tuhan memperbaiki keadaan dan ekonomi kami.*Kupikir setelah percakapan itu anak-anak akan legowo menerima kenyataan bahwa kini kami orang susah yang harus hidup seadanya, tapi sebuah kabar benar-benar mengejutkanku saat mantan ibu mertua mengirimkan bukti screenshot transfer ke rekening Rena.Tidak lama kemudian dia meneleponku, karena aku menghargai dirinya maka aku pun segera mengangkatnya."Halo assalamualaikum....""Waalaikumsalam. Aku ingin bertanya padamu apa benar kalau cucuku akan putus sekolah.'"Tidak benar, siapa bilang begitu?""Rena sudah datang dan mengeluh kalau dia tidak mampu bayar kuliah lagi sehingga dia memutuskan untuk mundur dari kampusnya. Apa apaan itu? Apa bener-bener kalian sudah ja
Hari ini adalah hari Minggu dan minggu ini terasa terasa damai karena udara berhembus sejuk dan matahari bersinar dengan cerah. Daun-daun tumbuhan yang ada di sekitar rumah nampak hijau dan bunganya bermekaran, aku merasa senang menatapnya, perasaanku juga lebih cerah karena kelima anak kami berkumpul di rumah. Pukul 07.00 pagi kusiapkan sarapan lalu kami berkumpul di meja makan untuk sarapan bersama dan membicarakan impian-impian kami di masa depan. Anak-anak juga mengutarakan harapan mereka tentang karir dan kehidupan pribadinya, termasuk Nanda dan Nindy yang sebentar lagi akan menyandang gelar sarjana kedokteran.Kami juga membicarakan strategi bisnis dan bagaimana Mas Rusdi bertahan dengan kencangnya krisis dan persaingan antar perusahaan. Seperti biasa suamiku selalu memberikan arahan dan contoh-contoh kebijakan kepada kelima anak kami agar mereka punya bekal di masa depan dan belajar dari pengalaman itu.Tring....Saat kami asik sarapan, tiba-tiba ponselku berdering dari atas
Ya, waktu bergulir digantikan dengan hari dan musim-musim yang baik. Hubunganku dengan orang-orang sekitar juga jadi lebih baik, pun hubunganku dengan keluarga suamiku, serta dengan keluarga ayahnya anak anak. Mantan mertua yang dulu pernah sangat membela rima dan menyudutkanku, kini berbalik arah menjadi seperti semula baik dan penuh perhatian.Di akhir pekan kami sudah canangkan untuk berkumpul dengan keluarga sebagai bentuk quality time kami. Kadang pergi ke keluarganya Mas Rusdi kadang juga pergi ke keluargaku atau mungkin kami semua akan pergi piknik ke suatu tempat. Senang rasanya mengumpulkan kerabat dan keluarga besar di satu tempat lalu kami makan nasi liwet atau menikmati Barbeque sambil bercanda tawa dan melepas kerinduan.Tidak ada lagi permusuhan dan pertengkaran, terlebih sekarang anak-anak mendewasa dan mulai sibuk dengan kegiatannya menghasilkan uang, Rina juga semakin giat bekerja karena dia yang paling punya rencana untuk segera menikah.*Suatu hari aku dan Mas
Tidak lama kemudian setelah aku mengatakan itu mas Faisal keluar dari ruang sidang dengan didorong oleh Reno. Polisi memberi kesempatan kepada Rima untuk berpamitan kepada suami dan anaknya. Saat baru saja selesai berdebat denganku wanita itu kemudian beralih kepada suaminya sambil memicingkan mata dengan kesal."Hah, suamiku ...." Wanita itu tertawa sih ini sambil memandang Mas Faisal sementara suaminya menjadi heran dengan tingkah istrinya."Rima, maaf karena tidak ada yang bisa kulakukan untuk mendukungmu.""Tentu aja tidak," ucap wanita itu sambil bertepuk tangan ke wajah suaminya. "Kau sedang berada di kubu mutiara, suami dan anakku sudah berpaling dariku dan lebih memilih mantan istrinya. Aku bisa apa?!" Ucapnya Sambil tertawa dan memukul dadanya sendiri. Reno merasa tidak enak pada kami segera mendekat dan mencoba merangkul ibunya."Mama, tenangkanlah diri mama, kami akan cari pengacara agar mama bisa mendapatkan sedikit keringanan hukuman dan tetaplah bersikap baik selama be
Aku masih terdiam memikirkan percakapan kami beberapa saat yang lalu di rumah Mas Faisal. Sementara suamiku di sisiku mengemudi dengan tenang sambil mengikuti beberapa senandung lagu yang diputar di radio."Aku minta maaf ya Mas, aku sempat berpikiran negatif tentang dirimu._"Suamiku hanya menarik nafasnya lalu tersenyum dan menggeleng pelan,"Siapapun bisa berprasangka jika tidak diberi keterangan dengan lengkap. Kalau hanya mendengar berita sepotong-sepotong saja kadang seseorang akan menjadi salah paham. Karena aku menyadarinya, maka aku meluruskannya.""Kenapa kau tidak merasa tersinggung sama sekali atau kecewa padaku yang sudah berprasangka?""Kenapa aku harus bersikap sensitif kepada istriku? Wanita adalah tulang rusuk, kalau dia dipaksa lurus, atau dengan kata lain dia dipaksa untuk selalu pengertian dan memahamiku, maka itu adalah keputusan yang salah.""Aku terkejut karena kau sangat pengertian Mas.""Aku selalu pengertian dari dulu," jawabnya sambil membelokkan kemudi mob
"Agak lama rupanya kalian membuat kopi ya," ucap Mas Rusdi sambil menatap diriku dan Reno yang canggung karena dicurigai olehnya."Kami berbincang sebentar, berbasa-basi sambil saling menanyakan kabar karena aku dan reno sudah sama tidak saling menyapa secara pribadi."Lelaki yang telah menjadi suamiku selama 2 tahun lebih itu menatap aku dan mantan suamiku secara bergantian lalu anak tiriku."Aku menangkap kecurigaanmu terhadapku dan aku tahu pasti Reno sudah memberitahu semuanya," ujar Mas Rusdi."Aku tidak mengerti apa yang kau katakan Mas, ayo minum kopinya," ucapku sambil meletakkan cangkir kopi di depannya."Melalui kesempatan ini aku ingin bicara dari hati ke hati dengan kalian, terutama dengan Faisal.""Ada apa?" tanya Mas Faisal dengan wajah sedikit kaget dan bingung."Aku minta maaf karena apa yang kulakukan sudah sejauh ini cukup menyakiti perasaanmu tapi aku tidak punya pilihan lain untuk mengungkapkan kebenaran sehingga aku harus membawa istrimu ke rumahku. Percayalah,
Melihat sikap suamiku yang seolah berbeda dari kenyataannya, Aku jadi penasaran sudah sejauh apa yang dia lakukan untuk melindungi kami. Aku memang mencintainya dan percaya padanya aku yakin atas semua keputusan dan tindakannya tapi aku tidak ingin dia terlalu berlebihan dan sampai berlumuran dosa.Dosa kemarin saja belum dicuci dan ditebus apalagi sekarang ditambahkan dengan dosa-dosa yang baru. Sungguh aku tak sanggup. Kini kami menyambangi Mas Faisal yang terlihat terbaring di sebuah kasur yang sudah disediakan di ruang tv. Dari dulu kebiasaannya Ia memang suka berada di ruang tengah kalau sedang sakit, agar dia bisa melihat aktivitas anggota keluarga dan tetap bersama dengan orang orang yang dia cintai sepanjang waktu. Tapi itu dulu, saat bersamaku. Kami basa basi sejenak, hingga akhirnya Mas Faisal meminta Reno untuk membuatkan minuman ke dapur."Reno, minta asisten untuk membuatkan kita minuman.""Si mbak lagi libur Pa, aku aja yang buatkan," jawabnya."Biar umi bantu," ujar
Minggu-minggu ini aku dan keluargaku sangat sibuk, setelah berkutat dengan kasus tentang Rima, anak-anakku disibukkan dengan bergantian menjenguk dan menjaga ayah mereka. Seminggu aku tidak keluar rumah karena sibuk mengurusi suami dan anak-anakku. Aku juga melakukan healing dengan membereskan perabotan dan menata koleksi piring keramik yang kusukai. Juga aku juga pergi menghabiskan waktu dengan mas Rusdi untuk menenangkan pikiranku dari beberapa konflik yang terjadi di minggu-minggu kemarin.Banyak hal yang sudah kami bicarakan, terkait rencana di masa depan, bagaimana kelancaran usaha serta pendidikan anak-anak. Aku dan suamiku berkomitmen untuk tetap bekerja keras demi keluarga kami. Meski suamiku sudah dibilang pensiun dengan semua usaha dan kekayaannya serta sudah punya banyak investasi tapi tidak menjadikan hal itu sebagai alasan untuk berleha-leha saja. Kami berkomitmen untuk tetap giat sambil menghabiskan masa-masa bersama dengan bahagia.Kami juga menyempatkan waktu untuk
Hatiku memanas mendengar ungkapan dan kejujurannya, ternyata selama ini dia dan Mas Faisal mempermainkan perasaan dan akalku. Mereka memanfaatkan ketulusan hatiku untuk bersenang-senang dan menertawai kepolosanku yang selalu percaya pada suami, aku seperti mainan yang ditonton dari jauh dan ditertawakan. Aku seperti lelucon yang layak dijadikan komedi dan seperti hiburan gratis bagi mereka berdua. Miris dan menyakitkan sekali. Wanita itu masih tertawa di hadapanku sementara aku tetap tenang memperhatikan ia berbahagia dengan semua ilusi di dalam hatinya, kubiarkan ia mengenang masa lalu karena mungkin dengan begitu ia bisa meredakan penderitaan di hatinya atas kenyataan yang ada. Sekalipun dia bahagia telah menipuku tapi kenyataan yang ada di depan matanya tidak bisa dihindarkan, penjara dan hukuman sudah menunggu, tidak ada yang bisa menyelamatkan dia karena bukti sudah kuat dan saksi juga telah memberikan keterangannya.Dia masih tergelak, tergelak, menertawai kebodohanku yang sela
Banyak yang terjadi setelah aku pulang dari rumah sakit, aku dan ketiga putra putriku sempat duduk di ruang keluarga untuk membahas masalah ayah mereka yang sakit, dan tentang apa yang akan terjadi di masa depan, antara mereka, Reno dan ayah mereka."Kami tidak masalah memperbaiki hubungan dan menerima mereka baik baik, tapi kalau si Reno banyak tingkah tentu saja aku tidak akan tahan," ujar Rena."Dengan apa yang terjadi kurasa anak itu sudah banyak belajar Kak," ujar Felicia sambil menatap kedua kakaknya."Aku harap begitu, dalam konflik yang terjadi di keluarga kita ini ... tidak ada seorangpun yang menang, ibaratnya, menang jadi arang dan kalah jadi abu.""Hmm, benar, tapi Umi tidak pernah merasa berkompetisi dengan tante Rima. Tante rimalah yang menganggap Umi sebagai saingan dan selalu berusaha mengalahkannya, ujungnya dia pusing sendiri lalu putus asa dan mengambil jalan pintas yang tidak ia pikirkan konsekuensinya. Sekarang, setelah semuanya hancur barulah timbul penyesalan d