Share

42 Siraman Air Keras

Author: Alibn A.
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Bab 42

Air mata bahagia mengalir dari kedua kelopak matanya, juga perasaan khawatir menghampirinya. Kedua perasaan tersebut menjadi campur aduk. Dila tidak menyangka Herjunot akan serius melakukan hal ini untuknya. Ia teringat kedua putrinya. Ia masih bertanya-tanya dengan keputusan Herjunot melamarnya.

“Bahkan, kau belum tahu aku telah memiliki dua buah hati ….” Ucapan Dila seakan tercekat, ada getir pahit yang keluar dari kerongkongannya.

“Aku paham dengan kekhawatiranmu. Aku telah mengetahuinya, Dil. Aku akan menerima mereka sebagai kedua putriku dan menerima keadaanmu apa adanya. Aku menyangimu dari dulu dan perasaan itu belum hilang sampai saat ini.” Jawaban lelaki di depannya tegas dan tanpa keraguan. Hati Dila seketika tersentuh.

“Kau sudah mengetahuinya? Tapi, kedua orang tuamu ….”

“Ya, maukah kau berjuang bersama dan meyakinkan mereka juga?” pinta Herjunot penuh harap. Sorotan matanya penuh makna.

Dila mengangguk kemudian meraih sebuah cincin pemberian lelaki di depannya.
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Dua Kali Persalinan tidak Dibiayai Suami   43 Ketangkap

    Bab 43Mendengar kabar Dila sedang dirawat di rumah sakit, seketika Herjunot meningggalkan pekerjaannya. Ia meminta David mengurusi sementara. Raut wajahnya penuh kekhawatiran. Ia tidak menyangka Dila akan mendapatkan perlakuan jahat dari pelanggan di kedainya sendiri. Perjalanan menuju rumah sakit, Herjunot sangat gelisah di dalam mobil. Ia berharap telah sampai di tempat tujuan. Rasanya mobil yang mengantarkannya sangat lambat melaju di jalan raya. “Bagaimana keadaan Dila, Sus?” tanya lelaki dengan postur tinggi tersebut ke seorang perawat.“Masih dalam penanganan, Pak. Akan kami kabari nanti jika sudah selesai,” ujar salah seorang perawat yang baru keluar dari ruang perawatan pasien. “Okay. Terima kasih, Suster.”Herjunot kembali duduk dan bergabung bersama yang lain. Ia menemani calon ibu mertuanya menunggu di luar ruang perawatan. Ibu Maria lumayan lama menunggu di depan ruang perawatan. Pasalnya, Tiara telah kembali bekerja, hanya supir Dila yang masih mununggu juga. Bu Mar

  • Dua Kali Persalinan tidak Dibiayai Suami   Bab 44 Dia Pelakunya

    Bab 44Keduanya sudah menjelaskan bahwa tidak mengenal orang yang menyuruh mereka. Herjunot memutuskan membawa kedua wanita itu ke kantor polisi untuk diinterogasi lebih lanjut dan menerima konsekuensi dari perbuatan mereka. Ia tidak mau memberi belas kasihan kepada mereka. Perbuatan mereka menyebakan orang yang sangat disayanginya harus menderita luka bakar.“Bawa mereka sekarang juga!”“Baik, Tuan.”Herjunot kembali ke perusahaan dan melanjutkan pekerjaan yang belum selesai. Mobil pun melaju mengantarnya ke tujuan. Ia bersandar ke jok mobil sambil memikirkan kondisi yang dialaminya bersama Dila belakangan ini secara beruntun. Pikirannya semakin diisi dengan penuh tanda tanya. Lelaki berbadan tegap itu mengembuskan napas berat.Ia tidak ingin semua hal itu terus mengganggunya, ia bertekad akan mengusut tuntas semua ini. Tidak lama kemudian, mobil memasuki pelataran parkir. Sebelum keluar mobil, Herjunot memerintahkan supirnya. “Nato ….”“Iya, Tuan.”“Tolong cari seorang security unt

  • Dua Kali Persalinan tidak Dibiayai Suami   45 Dalang Penyekapan Dila

    Serly seketika terkejut. Ia bingung bagaimana mungkin mereka bisa mengetahuinya dan masuk dengan mudah tanpa ada perlawanan. “Wah, kamu punya nyali juga ke sini. Baguslah, kau ada di sini dan bisa menyaksikan dengan mudah bagaimana aku melakukannya. Muso, perintahkan kedua temanmu untuk menghabisi mereka!” perintah Serli dengan congkak.Serli heran dan menatap ke Muso, lelaki dengan hampir semua tato di tubuhnya itu tidak bergerak sedikit pun. “Muso, apa yang kau lihat? Habisi mereka sekarang atau kau mau tidak menerima sedikit pun bayaranmu?”Lelaki yang diteriaki itu pun masih tidak menyahut dan juga bergerak, hanya menatap ke wanita yang memerintahnya. “Hei, kau wajah yang menjijikan dan anak buahmu, cepat habisi mereka ….” Serly semakin panik. Ia merasa ada sesuatu yang tidak beres. Herjunot hanya tersenyum sambil melipat kedua tangannya. Ia pun mendekat. “Kau ternyata terlalu lugu dan bodoh. Mereka, suruhanmu ini telah berpindah bos padaku,” ucap Herjunot dengan menyunggingkan s

  • Dua Kali Persalinan tidak Dibiayai Suami   46 Bertemu Kedua orang tua

    Bab 46“Apa maksudmu?” Herjunot menatap serius ke seseorang yang telah memasuki ruang di mana keduanya harus bertemu. Ia cukup terkejut.“Loh, kamu siapa?” tanya Serly bingung. Matanya melirik kembali ke pintu berharap ada seseorang lagi yang masuk. “Aku diminta untuk menemui anda.” Lelaki tersebut masuk kemudian duduk di tempat yang kosong.Serly sangat kecewa karena yang datang bukan wanita yang dimaksud. Ia tidak menyangka wanita itu cukup cerdik juga. Ia bingung bagaimana harus memulai, bertemu dengan lelaki di dalam restoran tersebut. Ia sangat tidak nyaman.“Jadi, apa ada sesuatu yang telah dia titipkan padamu untukku?”“Ya, tentu. Ini untukmu!”Serly mengernyitkan kening karena sesuatu yang diberikan padanya bukan amplop tebal, melainkan sebuah kertas yang dilipat. Ia mengambil kertas tersebut dan membukanya. [Jangan berani kau mempermainkanku! Kau pikir aku bodoh? Kau tidak berhasil ‘kan menyiramnya? Aku masih melihatnya beraktivitas] Seketika jantung Serly memompa sangat

  • Dua Kali Persalinan tidak Dibiayai Suami   47 Pak Andra Terkejut

    Setelah dibukakan pintu oleh salah seorang pembantu, mereka masuk. Dila sangat gugup ketika masuk. Namun, lelaki di sampingnya yang membuat dirinya semakin yakin untuk melangkah. Ternyata, kedua orang tua Herjunot sudah menunggu di ruang tamu. Lelaki itu yang memberitahu kedua orang tuanya bahwa dia akan datang bersama calon pendampingnya. Seketika, langkah kaki Dila melambat tatkala matanya melihat kedua orang yang duduk di sofa. Herjunot menyadari itu. Ia pun menuntun Dila masuk bersama. Kedua bola matanya memberi isyarat bahwa semua akan baik-baik saja.“Selamat malam, Ma, Pa …!” Mereka saling bersalaman begitu juga Dila, menyalami mereka.“Selamat datang, Dila!”“Terima kasih, Bu.”“Oh, ya. Ibu dan Papa mau minta maaf perihal beberapa hari yang lalu, sikap maupun tutur kata kami yang menyinggungmu. Mungkin waktu itu timing-nya aja yang kurang tepat. Iya kan, Pa?” Ibu Tsania menatap suaminya.“Iya, kami sangat meminta maaf. Sebenarnya, kami sangat mendukung apapun keputusan Herjun

  • Dua Kali Persalinan tidak Dibiayai Suami   48 Siasat Baru Celline

    Dila keluar menuju mobil dengan sedikit tanda tanya di kepalanya. Pikirannya teringat dengan ekspresi Pak Andra ketika mengetahui dirinya seorang Janda, apalagi tatapan lelaki itu kepada putranya seakan meminta penjelasannya. Ia kembali ke butik untuk melanjutkan bertemu pelanggan yang memintanya secara langsung tentang saran dari model pakaian hingga jenis kain yang akan dibuat untuk pelanggan tersebut. Terkadang banyak para pelanggan yang meminta sarannya secara langsung sehingga Dila harus menemui mereka. Sementara itu, Herjunot masih menemani ayahnya mengobrol di ruang kerja. Mereka terlibat pembicaraan yang cukup serius. Lelaki yang hampir setengah rambutnya beruban itu memperhatikan putranya bekerja.“Jujur, Papa cukup terkejut mendengar tadi ….” Ayahnya bersikap normal dengan kabar tadi. Ia hanya tidak menyangka putranya memiliki rasa cinta yang sangat dalam terhadap Dila. “Mmm, ya. Juno minta maaf, lupa memberitahu Papa. Tapi, Papa tak perlu memikirkan yang aneh padaku ….”

  • Dua Kali Persalinan tidak Dibiayai Suami   49 Disekap

    Perjalanan yang ditempuh Dila cukup jauh. Dia belum terlalu tahu-menahu rupa pelanggannya tersebut. Menurut pemberitahuan dari obrolan di WhatsApp, pelanggannya seorang wanita tua yang ingin membahas kerjasama denga butik milik Dila. Dia sangat tertarik dengan butik milik Dila karena selalu menjadi perbincangan di daerah itu. Semua kabar tersebut Dila tahu dari pengakuan pelanggan tersebut di obrolan WhatsApp. Hasan sedang terganggu fokusnya mengendarai mobil karena semenjak berangkat, mereka seperti diikuti oleh mobil di belakangnya. Supir Dila tersebut bertanya-tanya di dalam hati. Dia merasa mobil di belakang sedang mengikuti mereka sekalipun saat singgah di stasiun pengisian bahan bakar umum. Mobil tersebut mengikuti mereka walaupun mengantri setelah mobil di belakang mereka. Sebelum berbelok, Hasan sengaja memperlambat sebentar laju kendaraannya. Ia hanya ingin memastikan mobil tersebut masih mengikuti mereka atau tidak. Setelah berjalan beberapa meter, mobil mulai melambat hi

  • Dua Kali Persalinan tidak Dibiayai Suami   50 Kecelakaan

    “Ka-mu ….” Celline masih tak percaya.“Ya, ini aku. Kau memang iblis yang tidak memiliki hati. Kenapa menyakiti orang yang tidak menyakitimu?”Celline tersenyum sinis. “Tidak menyakitiku? Apa aku tak salah dengar? Dia salah karena merebutmu dariku. Aku sudah memperingatinya, tetapi tidak mendengarkanku.”“Kamu yang terlalu bodoh menginginkan orang yang tidak menginginkanmu lagi.”“Ya, aku terlalu bodoh memilih lelaki bodoh sepertimu.” Celline langsung mengeluarkan pistol dari sakunya dan menembakkan ke arah Herjunot. Sebuah balok kecil seketika melayang dan langsung membentur tangan wanita itu sehingga peluru melesat ke atas. Nato sudah menyadari dan memprediksi dari kejauhan. Instingnya menerka bahwa wanita itu akan melakukan sesuatu. Celline tidak menyadari bahwa Nato dekat dengannya sekitar kurang lebih tiga atau empat meter. Celline seketika meringis kesakitan. Kulitnya tergores seperti sayatan silet sepanjang lima belas sentimeter. Ia semakin marah. Matanya melirik ke pistol yan

Latest chapter

  • Dua Kali Persalinan tidak Dibiayai Suami   61 Penangkapan

    Sebuah notifikasi panggilan masuk ke ponselnya. Herjunot segera menjawab panggilan tersebut. “Ada apa, Vid?”“Laporan yang anda minta beberapa minggu lalu sudah kami kumpulkan. Apakah anda ingin aku kirimkan sekarang, Tuan?”“Okay, silakan! Aku akan mengeceknya segera.”Herjunot beranjak menuju kamar kemudian duduk di kursi dan menyalakan laptop miliknya. Dengan segera membuka kotak masuk di email setelah laptop on. Beberapa menit kemudian pesan yang dinantikannya sudah masuk. Ia pun membuka dan memperhatikan dengan seksama isi laporan tersebut. Beranjak tempat duduknya dan segera meraih blazer miliknya. “Sayang, aku harus ke kantor sekarang. See you!” Herjunot mengecup keningnya.“Hati-hati ya, Mas. Jangan ngebut kalau mengendarai mobil.”“Gak, kok, Nato yang akan mengantarku ke kantor.”“Syukurlah.”Dila mengantarnya sekaligus menemani hingga ke depan pintu. Senyum indah ia berikan sebelum lelaki tampan yang disayanginya masuk ke mobil. Herjunot membalas senyum itu kemudian melambai

  • Dua Kali Persalinan tidak Dibiayai Suami   60 Meleburnya Dua Insan

    Mereka pun tiba di depan kamar. Pintu kamar terbuka dengan mudah. Herjunot membukanya dengan menggunakan kaki, kebetulan tidak terkunci rapat. Lelaki dengan tubuh atletis itu meletakan istrinya ke atas ranjang tempat tidur. Setelah membersihkan badan dan mengganti pakaian, Dila kembali duduk ke tepi ranjang. Tidak berselang lama Herjunot kembali duduk di sampingnya. Mereka bercengkerama bersama hingga tak terasa malam semakin larut. Herjunot menyandarkan kepala istrinya ke dada miliknya. Kedua insan yang sedang dimabuk asmara itu melewati malam yang syahdu dengan penuh gelora. Dila menoleh ke atas dan menatap wajah yang sangat menawan itu. “Mas, apakah kau tidak akan menyesal menikahiku?”“Pertanyaan macam apa itu? Kenapa kau tiba-tiba bertanya seperti itu?”“Tidak, Mas. Aku hanya khawatir dengan keadaan dan statusku yang sekarang. Aku seorang janda.”“Aku sudah memperhitungkan segalanya. Lagipula yang memutuskan untuk menikahimu adalah aku, bukan siapapun. Itu berarti aku memang mem

  • Dua Kali Persalinan tidak Dibiayai Suami   59 Rayuan Maut Herjunot

    “Ya, Abang benar. Biasanya, tangisan anak kecil hanya sebagai siasat untuk meluluhkanmu, Bang.”“Nah, itu yang Abang maksud.”Hati Serly menjadi plong dari beban pikiran yang menyelimutinya tadi. Ia merasa dirinya masih sangat dibutuhkan oleh suaminya. Ia sangat bangga mendengar kata-kata tersebut keluar dari mulut lelaki di sampingnya. Matanya tidak berhenti menatap lelaki yang sedang menyetir mobil tersebut dengan puas diri. “Kamu kenapa aneh gitu, Ser?”“Aneh kenapa, Bang?” “Kenapa menatapku terus seperti itu? Senyum-senyum pula ….” Radit merasa aneh dengan sikap istrinya.“Ti-dak, kok, Bang.” Serly tergagap karena ketahuan suaminya menatap terus sambil tersenyum. Ia pun menolehkan kepala dan menatap lurus ke depan.Mobil masih terus melaju, mengantar mereka kembali ke rumah. Radit masih menyetir, tetapi matanya sesekali melirik ke Serly. Ia masih bertanya-tanya dengan sikap wanita, yang duduk di sampingnya. Sebelumnya, ia melihat raut wajah Serly yang cemberut di pesta tadi, kemu

  • Dua Kali Persalinan tidak Dibiayai Suami   58 Syifa Menahan Papanya

    Secara reflek Martin melakukannya. Hatinya mengarahkan untuk menuntun wanita tersebut. Raut wajahnya tidak menunjukan ekspresi sedih, marah atau canggung sedikitpun. Dila masih bertanya-tanya sambil sesekali melirik lelaki itu. Dila sadar banyak mata menatap mereka. Ia bingung bagaimana harus menyikapi tindakan Martin. Ia ingin memberi isyarat kepada Martin, tetapi tak enak hati karena semua sudah memperhatikan mereka. Kakinya tetap melangkah mengikuti arah ke mana lelaki itu mengantarnya. Herjunot menatap lelaki yang sedang berjalan dengan calon istrinya tersebut dengan tatapan penuh tanda tanya. Hingga mereka mulai mendekat padanya. “Silakan duduk calon iparku!” Martin mepersilakan Dila untuk duduk dengan melemparkan senyuman. “Terima kasih.”Akhirnya, Herjunot mengembuskan napas. Tanda tanya dan kebingungan tadi seketika lenyap. Martin meliriknya sebentar dengan menyunggingkan senyuman. “Selamat berbahagia, my brother!” ucapnya kemudian kembali menghampiri Celline yang sempa

  • Dua Kali Persalinan tidak Dibiayai Suami   57 Genggaman Tangan Martin

    Bab 57Dila terperanjat. “Ma-af, aku tidak mengerti apa maksudmu.”“Sejak pertama kali melihatmu, aku langsung jatuh hati padamu. Kau orang yang menyenangkan. Aku sangat suka bila mengobrol denganmu.”“Maaf, Mas, aku tidak bisa. Aku sudah tunangan dengan Herjunot. Kau sangat tahu kami saling mencintai.”“Aku tahu ini salah, tapi kau sudah terlanjur memikat hatiku.”“Mencintai beda dengan mengagumi. Mungkin anda hanya mengagumi.”“Aku serius, Dila. Aku harus jujur aku mencintai.”Dila deg-degan. Ia tak menyangka akan bertemu dengan seseorang yang sangat berani mengungkapkan isi hati padanya secara langsung. Namun, ia juga menjadi was-was karena lelaki itu tidak peduli dengan jawabannya. Sebelumnya, ia sudah mengatakan bahwa ia tidak bisa menerima lelaki itu. “Maaf, Aku tidak bisa. Bolehkah, aku melanjutkan pekerjaanku?” Dila merasa tidak nyaman bila ditatap terlalu dekat. Ia tidak pernah sedekat ini dengan orang asing baginya. Secara tiba-tiba, pintu ruangan Dila dibuka. Keduanya men

  • Dua Kali Persalinan tidak Dibiayai Suami   56 Martin di Butik Dila

    Bab 56“Aku, Tuan?” tanya Serly dengan nada bergetar. “Ya, aku berbicara denganmu. Siapa lagi?”“Baik, Tuan.” Wajah ceria Serly berubah suram. Tadi, ia berpikir semua telah selesai ketika Herjunot menyuruh mereka pergi. Ia mulai senang. Namun, semuanya berubah dalam beberapa detik di saat bos suaminya itu memanggil dan memintanya berhenti.“Dila, ada yang ingin kamu sampaikan padanya?”Dila menoleh ke Herjunot. Sebenarnya, ia tidak ingin membahas Serly dan mengingat perlakuan wanita itu. Bila melihat Serly, ia seperti melihat iblis berwujud manusia. Sangat berbahaya. “Aku ingin dia menjauh dari sini.” Dila sama sekali malas berurusan dengan wanita itu. Ia pun berlalu dan pergi lebih dulu ke ruang kerja Herjunot. Ia malas bertemu dengan Serly. Kini tinggal Herjunot dan Serly. Herjunot pun menatap Serly. “Kau harus mendapatkan kata maaf darinya, kemudian aku akan melepaskanmu. Jika tidak, hidupmu tidak akan aman. Kau tahu akhirnya ke mana? Kau akan berakhir di penjara dan membusuk

  • Dua Kali Persalinan tidak Dibiayai Suami   55 Radit dan Sherly Dipergok

    “Dila ….” Walaupun masih dalam kebingungan, ia tetap menyapa wanita di depannya.Martin beberapa kali mengajak Dila untuk mengobrol. Dia terlalu asyik mengobrol dan sesekali menanyakan perihal Herjunot ke Dila, sehingga tak sadar bahwa mereka terlalu lama mengobrol. Semakin mereka mengobrol, semakin membuat Martin ingin tahu lebih jauh. Dila merupakan teman yang asyik untuk diajak mengobrol apapun. “Aku dengar bahwa kalian sudah lama menjalin hubungan. Benarkah begitu?”“Iya, semenjak di masa sekolah menengah ….”Celline hampir saja tersedak oleh air yang diminumnya. Ia segera melap mulutnya dengan tisu. Ia tidak menoleh ke Dila. Namun, telinganya mendengar jelas jawaban Dila tadi.“Kau tidak apa-apa, Sayang?” tanya Martin sambil menyodorkan tisu padanya.“Tidak, Sayang. Aku hanya terburu-buru tadi.” Martin kembali menoleh ke lawan bicaranya. “Mungkin sebaiknya kita makan agar makanan ini tidak dingin.”“Benar. Yuk, kita makan!”“Oh, ya. Tadi, kau bilang, hubungan kalian semenjak ma

  • Dua Kali Persalinan tidak Dibiayai Suami   54 Dila dan Celline

    Herjunot menoleh ke wanita di samping Martin. Wanita itu menyunggingkan senyum yang mengisyaratkan sesuatu bahwa dia juga bisa mendapatkan yang lebih daripada lelaki di depannya. “Kenalkan, aku Celline ….” Wanita itu seolah merasa tidak mengenal Herjunot. Ia bersikap dingin saat mengulurkan tangan.“Herjunot ….” Lelaki itu membalas uluran tangannya.Di satu sisi, ia bahagia melihat wanita di depannya telah menemukan pengganti dirinya. Namun di sisi lain, ia merasa kasihan dengan sepupunya. Ia khawatir wanita itu memiliki tendensi lain. Apapun itu, ia tetap mendukung sepupunya, karena Martin sudah sering bercerita dengannya mengenai wanita ini. Ia ingin memberitahu sepupunya tentang Celline yang sesungguhnya. Akan tetapi, ia tak mau merusak hubungan sepupunya yang masih seumur jagung. Tak baik juga baginya ikut campur masalah hubungan orang lain. Ia berharap suatu saat semua akan terungkap juga dengan sendiri. Martin sepertinya sangat tergila-gila dengan Celline. Lelaki itu sering b

  • Dua Kali Persalinan tidak Dibiayai Suami   53 Bertemu Seseorang

    Beberapa hari mulai berlalu, Dila sudah bisa beraktivitas. Namun, pergelangan tangan bagian kirinya masih dibalut dengan kain karena tulangnya ada sedikit keretakan. Dia belum bisa beraktivitas berat, hanya bisa berjalan ke butik dan kedai saja. Baru kali ini, ia mulai beraktivitas kembali, setelah kurang lebih dua minggu ia tidak diperbolehkan untuk beraktivitas. Ia sangat bersemangat dan antusias dengan aktivitasnya. Ia sangat merindukan rutinitasnya tersebut. Hari ini, ia sedang di butik, memeriksa beberapa sketsa buatannya dan juga karyawannya. Biasanya sebulan sekali dia akan merancang sekaligus mengeluarkan produk terbaru. Biasanya, dia akan mempertimbangkan selera pasar juga agar selalu up to date. Sebuah notifikasi panggilan masuk ke ponselnya. Ia pun menjawab panggilan tersebut. Ia sangat antusias menjawab panggilan tersebut. Padahal baru sehari mereka berpisah, tetapi seperti sebulan.“Apa kabar, Dil?”“Baik, Mas. Gimana kabarmu di situ?”“Di sini, aku baik juga. Kangen ni

DMCA.com Protection Status