Share

Bagian 9

Penulis: Isna Arini
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-19 04:43:28

Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti 9

Bian terlelap di sampingku tak lama setelah menyentuhku kedua kalinya, mungkin sekarang dia kelelahan. Pria itu baru datang ke sini, lalu langsung mencariku dan pergi ke hotel. Hanya beristirahat sebentar untuk berbincang tentang Cenna lalu kami melakukannya. Biasanya setelah itu, dia akan pergi. Seperti terakhir kali dia menyentuhku secara paksa di ruang tamu waktu itu. Tapi tadi kami mengulangnya sekali lagi.

Dia masih saja tak pergi, mungkin sekarang karena kami tidur di hotel sehingga dia memilih untuk tidak pergi dari sisiku. Matanya tertutup rapat, dadanya naik turun dengan teratur menandakan jika dia benar-benar terlelap.

Kali ini aku berani menatap wajahnya secara intens. Tak bisa dipungkiri jika dia adalah pria yang sempurna, tampan, dan dari keluarga kaya. Dia juga memiliki segalanya.

Aku yakin banyak wanita yang mungkin saja kagum dan memendam suka padanya. Dulu aku pun juga pernah memiliki rasa itu, kami tumbuh besar bersama. Meskipun d
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 10

    Aku berjalan kaki dengan langkah gontai. Sejak keluar dari hotel aku tak berniat untuk memesan taksi. Namun memilih untuk terus berjalan kaki, entah ke mana aku hanya mengikuti kakiku melangkah. Hari sudah beranjak semakin malam, dan aku tak peduli apapun yang akan terjadi. Kurasakan ponsel yang berada di dalam Sling bag milikku terus bergetar sejak tadi. Jika bukan Bian paling juga Saga. Hanya dua orang itu saja yang dengan intens menelpon. Aku memang punya ponsel tapi di dalamnya tak begitu banyak kontak. Mama juga jarang-jarang menelponku.Aku juga bingung, bagaimana bisa tak memiliki teman dekat saat dulu ada di SMP dan SMA. Sejak dulu aku lebih banyak menghabiskan waktu dengan membaca buku. Apalagi dulu sekolah di tempat orang-orang kaya, khawatir jika mereka tahu asal usulku yang hanya anak seorang pembantu rumah tangga. Kupikir menjadi penyendiri dan menjadi kutu buku adalah pilihan yang tepat. Kaki mulai pegal dan sakit, perutku juga terasa sangat lapar, tapi semuanya tak be

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    bagian 11

    Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti 11Mati. Bagaimana bisa Bian memergoki kami dalam keadaan seperti ini. Dia pernah mengira aku jatuh cinta pada pria dan Saga salah satu nama yang dia sebut. Bagaimana reaksi dan pikirannya sekarang melihatku dalam pelukan Saga. Bisa-bisa dia mengira aku benar-benar jatuh cinta pada pria ini."Sha, pura-pura pingsan," bisik Saga.Apa Saga berniat untuk menipu Bian sekarang. Tak mau banyak bertanya dan berpikir, aku mengikuti perintah bodyguardku ini. Sepertinya ini akan lebih selamat daripada aku mendebat Bian saat ini. "Lepaskan istriku," teriak Bian.Istri dia bilang, apa dia sedang kerasukan sekarang? "Maaf, Pak. Ibu pingsan bagaimana bisa saya lepaskan." Saga berkata sembari memindahkan posisiku. Aku dibopongnya sekarang. "Bapak apakan ibu hingga seperti ini. Dia hendak terjun ke sungai. Jika saya tidak segera datang, mungkin sekarang tubuhnya sudah di bawah sana. Saya harus membujuknya yang sedang emosi hingga dia pingsan seperti ini." Saga berb

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 12

    Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti 12"Memangnya aku harus berbagi kebahagiaan dengan siapa di rumah ini. Hanya ada dia yang bisa kuajak bicara dan kubagi kebahagiaan. Kamu tak pernah ada di sini. Bahkan saat kau katakan akan ke sini sebulan lagi, kamu tak datang hingga waktu berlalu lebih dari sebulan setengah." Aku berbicara tanpa henti dalam satu tarikan nafas. Ah, sial. Kenapa Aku mengatakan kalimat terakhir itu, seakan aku menunggu kedatangan dan merindukannya. "Lagi pula, kamu kan yang menyuruh Saga agar perhatian padaku. Jika nanti kami terlihat dekat, jangan protes!" Aku masih meneruskan ucapanku karena tak mendapatkan respon dari Bian."Bagaimana bisa saya menghamili Bu Nala, Pak. Jika memang berniat seperti itu, sudah saya lakukan bertahun-tahun yang lalu. Kami sudah sangat lama tinggal bersama." Saga ikut berbicara. "Selain kejam dan tak punya hati, kamu juga gampang menuduh seseorang. Apa kau pikir kamu ini adalah pria yang paling sempurna sehingga bisa berbuat sesuka hat

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 13

    Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti 13POV Bian Tubuh mungil itu terbaring di ranjang pasien dengan mata terpejam. Ada rasa bersalah singgah di hati saat melihatnya seperti ini. Aku sudah merubah wanita yang dulu begitu ceria meskipun tak punya orang tua, menjadi wanita yang sepertinya penuh duka. Mata yang berkaca-kaca, emosi yang tak terkendali, cukup menjadi bukti jika wanita di hadapanku sudah menjadi pribadi yang tak sama seperti dulu lagi. Dulu, aku melihat Nala sebagai wanita yang ceria, dia tak pernah marah meskipun aku selalu usil padanya. Dia selalu menurut saat aku meminta apapun padanya. Seharusnya aku senang memiliki Nala sebagai seorang adik, tapi ternyata tidak. Ada sisi hati yang tak suka dengan keberadaan anak dari sopir keluargaku itu. Belum lagi, tiba-tiba saja wanita itu bersedia menjadi istri keduaku. Apa coba maksudnya. Hanya gara-gara Ivanka tak bisa hamil, dan Mama juga Papa begitu ingin pewaris hingga aku dipaksa untuk menikah dengan Nala. Aku itu tak bisa men

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20
  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 14

    Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti 14"Kalau kamu sudah bebas dari Pak Bian, aku tak perlu menjagamu. Jadi aku punya banyak waktu untuk mencari perempuan yang cocok untukku," tutur Saga panjang lebar. Hahh! Aku menarik nafas lega, ternyata bukan karena ingin menikah dengan Nala, Saga menunggu Nala bebas dariku. Tapi akankah aku melepaskan Nala. Jika dulu aku tak melakukannya karena ingin membuatnya menderita, lalu sekarang karena apa aku tak ingin melepas Nala. Bukankah Nala berhak bahagia, jika dia menikah dengan pria lain. Ah, sudahlah. Sepertinya aku tak perlu memberitahu pada Saga tentang apa yang harus dilakukan pada Nala. Pria itu sepertinya sudah tahu apa yang harus dilakukan. Satu hal yang tak bisa kuterima, jika dia pura-pura jadi aku demi Nala. Apa-apaan, Saga memakai parfum yang wanginya sama seperti milikku dan Nala akan memeluknya. Tak akan kubiarkan itu terjadi. Sampai kapanpun.Segera kutinggalkan kembali tempat ini, bergegas pulang untuk menemui Ivanka yang semakin ban

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20
  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 15

    Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti 15"Halo, Boy. Kok ada situ?" tanyaku pada Cenna. "Miss mau pamitan, udah selesai belajarnya," jawab Cenna. Aku tersenyum dan bergerak perlahan ke arahnya. "Ayok, biar daddy aja. Mommy masih keringetan."Aku menggandeng tangan Cenna dan membawanya keluar dari ruangan tersebut dengan perasaan bertanya-tanya. Apakah putraku ini mengerti perdebatanku dengan Ivanka. "Dad, apa arti anak orang lain?" tanya Cenna sambil mengiringi langkah kakiku. Aku menghela nafas dalam, sepertinya Cenna mendengar beberapa kalimat istrinya."Cenna tak perlu memikirkan apapun, ya. Harus tetap sehat dan gak boleh sakit. Jangan terluka juga, oke."Bocah itu mengangguk, dan tak lagi bertanya.***"Berikan saja anak kedua Nala pada mama. Mamamu kan yang begitu ingin memiliki cucu. Pasti mereka tambah senang jika memiliki satu orang cucu lagi," ujar Ivanka, saat kami sedang berada di pembaringan. Bersiap untuk tidur. Kami hendak tidur, tapi wanita itu masih ingin membahas ten

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20
  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 16

    Dua kali menjadi rahim pengganti 16POV Nala "Selamat siang Mbak Nala," sapa seorang wanita dengan perut membuncit. Aku sedang ada di toko bunga, jika siang hari sepi pengunjung aku akan duduk di sudut ruangan bersama Saga. Apalagi sejak aku hamil, meskipun baru berusia tiga bulanan, tapi perutku akan terasa kram jika kelamaan berdiri. "Siang, Bu, mau cari apa?" "Biasa, Mbak," balas seorang pria. Dia baru datang dari arah luar. Pria itu adalah pria yang sama yang selalu datang ke sini untuk membeli bunga sedap malam. "Oh, Mas Raffa," kataku, sembari tersenyum pada istrinya. Wanita itu akhirnya datang ke toko bungaku juga. Tak hanya suaminya saja. Aku memanggil Mia untuk menyiapkan pesanan mereka seperti biasanya. Lalu mempersilahkan istri Mas Rafa untuk duduk di kursi yang berada tak jauh dari tempatku duduk tadi. Saga masih fokus dengan laptop yang ada di hadapan. Entah apa yang dia kerjakan. Jika berada di toko bunga ini, dia selalu duduk menungguku hingga sore hari. Saga s

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20
  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 17

    Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti 17"Saga akan pulang ke rumahnya selama lima hari. Penggantinya tak bisa ke sini, jadi aku sengaja datang kemari," terang Bian. Setelah merengek pada Saga, akhirnya pria itu mengizinkanku untuk ikut bersamanya. Kami sengaja membuat pengganti Saga, tak datang ke sini. Tapi malah sekarang yang datang adalah suamiku. Saga akan selalu pulang ke rumahnya enam bulan sekali, entah di mana rumahnya. Tapi pria itu mengatakan jika dia harus pulang enam bulan sekali untuk menengok ibunya yang sebatang kara. Aku pikir kali ini, akan ikut bersamanya untuk jalan-jalan. Mencoba bagaimana serunya jika aku mengikuti Saga suatu saat nanti. "Bagaimana dengan mbak Ivanka dan Cenna apa mereka tak akan mencarimu?""Kamu tak perlu memikirkan mereka.""Tak apa-apa, kamu pulang saja tak perlu mengkhawatirkanku. Aku berniat ikut dengan Saga saja.""Apa kamu bilang?!" Suara Bian terdengar menggelegar di telinga. Marah sudah jadi kebiasaan Bian sepertinya. "Aku ingin pergi

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-21

Bab terbaru

  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 59

    POV Nala Aku menunggu Bian berganti pakaian sambil duduk di sisi ranjang seperti biasanya. Bian berganti pakaian di ruangan khusus yang ada di kamarnya. Nanti dia akan keluar dari sana setelah rapi dan kami akan pergi bersama ke ruang makan untuk sarapan. Sejak tinggal di sini, aku selalu melakukan hal seperti ini. Pura-pura ke kamar Bian, menantinya berganti pakaian, seolah semalam aku tidur bersamanya. Ini kulakukan demi Cenna, aku kucing-kucingan dengan anak itu. Bertingkah seolah aku dan Daddy-nya tidur di kamar yang sama. Kami bertingkah layaknya suami istri pada umumnya. Sesungguhnya ini sangat merepotkan. Namun, demi Cenna akan kulakukan apa saja. Aku dengar bocah itu pernah masuk rumah sakit hanya gara-gara terlalu banyak pikiran. Apalagi kini Cenna semakin dewasa semakin tahu segalanya. Aku benar-benar tak bisa tidur semalaman, setelah mendapat ancaman dari Bian di ruang keluarga. Malam tadi, aku hanya bisa mengangguk dan tak berkata apa-apa. Mungkin dari mulutnya keluar k

  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 58

    POV BianPonselku benar-benar berdering saat tengah berkendara, aku harap itu benar-benar telepon dari Ardi yang namanya sudah kuganti dengan nama Ivanka. Nala mengambil ponsel tersebut, dengan ekor mata, aku bisa melihat jika dia terkejut saat melihat layar ponselku dan aku semakin yakin itu adalah Ardi yang menelepon. "Siapa?" Aku pura-pura bertanya. "Mbak Ivanka," jawab Nala, dia terlihat tak bersemangat menyebut nama itu. "Oh." Pura-pura tak peduli saja, aku sudah bilang pada Ardi untuk menelpon setidaknya dua sampai tiga kali, agar terlihat begitu penting dan butuh. "Ini, kamu gak mau angkat?" tanya Nala."Biarin saja."Panggilan telepon kubiarkan hingga berakhir dengan sendirinya. Dan seperti yang aku minta, ponsel itu kembali berdering."Dia masih menelpon lagi," ucap Nala sambil memperlihatkan layar ponsel padaku "Terima saja, mungkin penting. kamu bisa menepi," sambungnya. Tak mau menyia-nyiakan kesempatan, aku segera menepi. Jangan sampai Ardi tak mau menelpon lagi dan

  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 57

    POV Bian."Mau kemana?" tanyaku, saat melihat Nala terlihat rapi dan keluar dari kamarnya.Aku sendiri juga baru keluar dari kamar, hari ini aku tidak bekerja karena hari Minggu. Aku tak pernah tahu rutinitas Nala di rumah, ini. Dia tak pernah mengatakan apapun padaku. Tentu saja, siapa aku hingga dia harus membuat laporan hendak kemana dan mau apa. "Mau ke toko bunga," jawab Nala. "Toko bunga?" tanyaku memastikan. "Iya."Toko bunga Nala masih berada di tempat yang sama dengan kantor Ardi. Nala bilang lebih baik di sana daripada pindah lagi, karena kalau pindah seperti memulai dari awal, mencari pelanggan baru begitu katanya. Mendengar kata toko bunga aku langsung meraih tangan Nala dan membawanya masuk kembali ke dalam kamarnya. Tidak ada yang boleh tahu kalau aku berdebat dengan wanita ini, terutama Cenna. Dia selalu waspada kalau sedikit saja aku dan Nala berdebat, sepertinya dia masih ingat hari-hari dimana aku banyak menghabiskan waktu berdebat dengan Ivanka hingga akhirnya k

  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 56

    "Sampai kapan seperti ini?" tanyaku kesal. Tentu dengan bisikan juga."Sampai Cenna pergi," balas Bian."Memangnya dia masih di sana mengawasi kita," tanyaku. "Iya."Aku tidak bisa berbuat apa-apa selain pasrah dipeluk olehnya. Jika sudah berhubungan dengan Cenna, rasanya aku tak bisa membedakan salah dan benar. Tatapan matanya yang terluka itu selalu membuatku luluh. Dia sepertiku jika sedang bersedih."Kamu biasa begini dengan Mbak Ivanka?" "Kenapa, kamu cemburu?" Bian balik bertanya."Bukan begitu, bagaimana bisa kau umbar kemesraan di depan anakmu.""Biar dia tahu, bagaimana memperlakukan seorang wanita, seorang istri. Jangan kira aku tidak menjelaskan mana yang boleh dan mana yang tidak." Aku terdiam, kurasa Bian berusaha memberi contoh pada putranya bagaimana dia memperlakukan perempuan. Pasti Bian lembut dan manis pada Mbak Ivanka. Jauh beda denganku kala itu, hanya setelah aku hamil Hafizah saja dia bersikap baik padaku. Lalu kenapa dia bercerai dengan Mbak Ivanka jika keh

  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 55

    Papa menatap padaku, entah apa makna tatapan itu. Meminta jawaban dari pertanyaan Bian? "Kamu serius ingin menikah lagi dengan Nala, apa alasannya?" tanya Papa pada Bian setelah mengalihkan pandangannya dariku."Sepertinya Bian jatuh cinta pada Nala, Pa. Jadi Bian yakin dan serius," balas mantan suamiku itu.Eh, kenapa dia bilang begitu. Jatuh cinta di usia setua ini. Maksudnya, sudah punya dua anak, tentu saja sudah tua. Lalu kenapa dia bilang jatuh cinta, bikin malu saja."Papa tak bisa menjawabnya, meskipun Papa adalah papamu, tapi tidak akan memihak pada siapapun. Semua papa serahkan pada Nala karena ini menyangkut kehidupannya. Bukan begitu, Ma?" Papa bertanya kepada Mama di ujung kalimatnya."Mama setuju dengan Papa. Selama ini, Nala selalu melakukan apa yang kami minta dan katakan. Kali ini biar dia melakukan dan memilih apa yang dia inginkan," sahut Mama sambil menatap padaku."Tapi sebelum menjawab, kamu perlu tahu sesuatu, Na," ucap Papa sambil menatap padaku. Aku merasa j

  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 54 B

    "Bi, apa-apaan sih kamu ini," seruku tak suka. Bagaimana bisa dia melakukan ini, pria ini semakin sesuka hatinya saja padaku."Papa bilang apa?" tanyanya sambil menatap padaku. "Tanya begitu doang haruskah seperti ini, memasukkanku ke dalam kamar. Kamu bisa tanya nanti, dimana kek, bukan masuk ke ruangan tertutup begini," sungutku.Aku jadi ingat perkataan Papa, bagaimana jika kami lupa diri kalau keseringan masuk ke ruangan hanya berdua saja. "Aku penasaran, katakan sekarang," pinta Bian. "Papa gak bilang apa-apa, cuma bilang selamat datang," balasku singkat."Lama sekali." Bian terlihat tidak percaya."Memangnya harus secepat apa? Udah ah, aku mau keluar, mau makan. Lapar!" Aku berlalu menuju ke arah pintu."Aaaaa, satu lagi. Papa bilang, aku harus hati-hati padaku," ucapku saat aku sudah membuka pintu. "Apa maksudnya?" tanya Bian. Aku tak menjawab, memilih langsung pergi dengan setengah berlari, meninggalkan pria yang kurasa makin hari makin aneh saja. ***"Mbak, dipanggil I

  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 54

    "Santai aja, ngapain harus takut. Papa hanya ingin bicara denganmu karena kangen," ucap Bian saat melihat kegelisahanku."Ngawur kamu, Bi.""BTW, kayaknya lebih enak di panggil Mas deh," sela Bian. "Tau ah, sana aku mau pergi. Keburu papa kelamaan nungguin." Aku kembali berusaha keluar kolam Bian kembali meraih pergelangan tanganku. "Bi ....""Na, untuk sekarang ini jangan takut apapun. Ada aku, jika Papa mengatakan hal yang menyakiti hatimu, kita bisa pergi dari sini. Kita bawa anak-anak bersama kita. Ayo kita bangun keluarga baru yang sesungguhnya." Bian berkata sambil membingkai wajahku.Untuk beberapa saat, aku kembali tengelam dalam tatapan dan kata-katanya. "Aku tak mau kabur dari siapapun lagi, aku akan hadapi semuanya," ucapku sambil mengurai tangannya dari wajahku. "Jika kamu ingin membangun keluarga denganku, minta ijinlah pada Papa. Mungkin Papa bukan orang tua kandungku, mungkin Papa tak pernah menuntun dan memegang tanganku, tapi lewat kerja keras tangannya aku bisa

  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 53 B

    Aku segera pergi ke kolam renang saat sudah selesai dengan beres-beres kamar. Dari kejauhan kulihat ada Mama sedang duduk memperhatikan Bian dan dua anaknya. Aku bisa melihat Hafizah begitu senang dan menikmati bermain air bersama kakak dan juga daddynya. Aku memang tak pernah mengajaknya berenang, hanya pernah sekali waktu pergi ke baby spa saja. "Sudah sarapan?" tanya Mama."Belum, Ma, belum ingin," balasku. "Lihatlah mereka begitu bahagia. Mama akan lebih bahagia jika kamu mau menikah lagi dengan Bian. Jika kamu menikah dengannya, kamu bisa merawat anak-anak tanpa ada batasan. Apakah menikah dengan Bian bukan menjadi salah satu hal yang akan membuatmu bahagia?" Mama berkata panjang lebar diakhiri dengan pertanyaan. "Maaf, Ma. Nala masih belum bisa menjawab pertanyaan Mama. Saat ini, Nala belum yakin dengan perasaan Bian maupun perasaan Nala sendiri," balasku apa adanya. Apakah Bian ingin menikah denganku hanya karena anak-anak atau karena ingin dan ada perasaan padaku. Aku tak

  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 53

    "Berhentilah meracau dan tidurlah," kataku sembari menarik tanganku dari genggamannya."Aku tidak meracau, Na. Aku serius dengan semua perkataanku," tutur Bian sambil menatap padaku. Aku langsung membuang pandangan, tak mau jatuh dalam pesona matanya yang selalu menghujam jantungku."Tidurlah, Bi. Biar Hafizah juga tidur, aku tak mau terlalu lama di sini. Takut dikira kita ngapa-ngapain. Aku pasti yang salah kalau keluar dari kamarmu malam-malam begini.""Makanya, ayo menikah. Tidak akan ada yang peduli kita mau ngapain juga di dalam kamar kalau suami istri. Nikah, nikah, apa isi kepalanya cuma pernikahan. "Kamu pikir semudah itu kembali menikah?""Apa susahnya?""Kamu bilang apa susahnya. Apa yang kamu lakukan padaku, kau anggap tidak berdampak apa-apa padaku?" tanyaku dengan emosi tertahan. Bisa-bisa Hafizah tidak tidur-tidur jika kami terus berdebat."Tapi aku sudah berusaha membayarnya dengan berbuat baik padamu. Mengikuti semua maumu, termasuk bercerai. Aku sebenarnya tak ingi

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status