Happy Reading Semuanya!“Itu bukan solusi kalau saya cuman diam, ini adalah masa terakhir saya di dunia perkuliahan sebelum mendapatkan gelar sarjana. Apapun yang terjadi saya akan menghadapinya, sama seperti saya yang menikah dengan Bapak.”Zaidan tidak habis pikir dengan Eva. Di terpa masalah yang begitu rumit saja masih bisa hadir di dalam kelas dan tidak memperdulikan apa yang sedang terjadi saat ini. Bagaimana dirinya menyelesaikan masalah yang dihadapi istrinya, ini bukan persoalan yang sepele. Zaidan percaya kalau Eva bukan manusia atau mahasiswa yang seperti itu, pasti ada salah satu orang yang tidak menyukai istrinya. Boleh tidak kalau dirinya membuat dugaan jika ini adalah ulah dari seseorang yang ia kenal.“Tapi saya mohon, makan siang kali ini. Kamu makan dengan saya,”pinta Zaidan.Kepala Eva menggeleng, “Terus nantinya akan ada gosip baru? Ini saja belum reda. Bisa enggak sih biarkan saya sendirian dulu? Saya membutuhkan waktu sendiri, tenang saja. Saya enggak akan melaku
Happy Reading Semuanya!Helaan napas terdengar sangat kasar disana. Ia tidak menyangka akan menjadi seperti ini, Eva alias sang istri mengalami penindasan oleh teman Kampusnya untuk masalah yang memang tidak dilakukan oleh sang istri. Zaidan bodoh hanya karena bisa diam saja melihat sang istri diperlakukan dengan sangat tidak pantas dalam jangkauan matanya.Hati Zaidan teriris memperhatikan sang istri yang berjalan jauh menuju rumah mereka, sang istri sepertinya tidak ingin membuat susah orang lain atau bahkan membuatnya tahu tentang apa yang terjadi. Zaidan tidak salah menaruh kamera CCTV di setiap sudut untuk memperhatikan sang istri.“Hiks...”Rasa ingin memeluk Eva sangat tinggi. Ia ingin mengatakan kalau Eva tidak sendirian dan masih ada bersama dengan dirinya.“Hiks... Gue enggak melakukan itu. Berita itu enggak benar,”tangis Eva Zaidan menatap sedih sang istri. Untuk pertama kalinya ia merasakan kesedihan yang begitu dalam berkat sang istri. Zaidan tahu kalau Eva tidak bersala
Happy Reading Semuanya! Suaminya sangat tahu bagaimana cara membuat perasaan menjadi lebih baik, hiburan yang Zaidan berikan dalam waktu singkat sukses membuat Eva melupakan sementara waktu tentang masalah yang dihadapinya. Mereka honeymoon berkedok liburan. Hanya liburan untuk melupakan masalah yang Eva hadapi. Tatapan matanya mengarah pada Zaidan tampak sibuk dengan kamera di tangannya, lelaki itu semakin gila karena sembarangan membeli kamera yang ada di genggamannya itu. Bagaimana bisa setibanya mereka di Bali, seorang Zaidan langsung berkeinginan untuk membeli kamera dengan alasan agar bisa memotret dirinya sepuasnya. Astaga! Menurut Eva menggunakan ponsel saja itu sudah cukup dan tidak perlu mengeluarkan uang lagi untuk hal yang seperti ini. Zaidan suka yang berlebihan.“Smile!”Eva dengan cepat membentuk senyuman tipis menuruti semua keinginan dari Zaidan yang kini tampak tersenyum melihat hasil tangkapan gambarnya. Ia pasrahkan hasil gambar pada sang suami sekarang ini.“Pak
Happy Reading Semuanya!“Pak, saya boleh pakai bikini?”Pertanyaan singkat yang diajukan oleh perempuan di depannya membuat Zaidan menyemburkan minuman yang sedang dikonsumsinya saat ini. Mereka memang ada niatan untuk berjalan-jalan kembali di pantai hari ini tetapi ia sama sekali tidak mengizinkan Eva untuk menggunakan pakaian yang seperti itu.“Apakah menurut kamu body kamu itu bagus?”tanya Zaidan mencoba untuk mengelola emosinya. Bagaimana mungkin seorang Zaidan merelakan sang istri menggunakan pakaian yang seperti itu, sampai mati pun ia tidak akan membiarkan sang istri hanya menggunakan bikini saat mereka di pantai.“Euhm...” Eva mengangguk mengiyakan perkataan dari Zaidan barusan.“Siapa yang bilang?”Eva menatap sang suami di depan itu bingung, bahkan semua orang juga tahu bahkan Zaidan juga tahu fakta kalau ia memiliki tubuh yang bagus. Apakah Zaidan tidak bisa atau to the point saja antara mengizinkan dan tidak mengizinkan.“Bapak sendiri,”sahut Eva santai.Zaidan mendelik,
Happy Reading Semuanya!Tatapan mata Eva mengarah pada sang kakak yang tampak memberikan perhatian lebih pada suaminya, sedangkan Zaidan sendiri lebih memperhatikannya. Bahkan tanpa segan menyuapinya seakan membuat sang kakak merasa panas, benar-benar seperti sebuah cinta segitiga. Tidak! Ini bukan cinta segitiga. Cinta yang masing-masing tidak sepihak.“Buka mulut kamu,”pinta Zaidan Eva menurut mendengar perkataan dari Zaidan barusan, ia tidak ingin menganggu singa yang sedang berbaik hati. Dan Eva berani jamin kalau sang kakak sedang berusaha untuk membuat hati Zaidan luluh dan menoleh pada Livy.“Kakak ipar, apakah anda enggak malu? Kami ibaratnya disini sedang melakukan honeymoon dan kakak ipar merusak segalanya. Untuk tempat tinggal sementara waktu, Kakak ipar boleh menikmatinya karena saya dengan Eva akan pindah kamar.”“Kamar mana? Apa aku enggak boleh bersama dengan kalian? Bagaimana kalau ada yang menculik aku?”tanya Livy dengan nada khawatir.Perempuan yang menjadi istri da
Happy Reading Semuanya!“Memangnya kamu enggak bisa di sini saja dengan saya?” Sepertinya memang sudah takdir yang membuat mereka mau tidak mau harus menghadapi perempuan dengan umur sama seperti Zaidan alias kakak dari Eva sendiri. Seorang Livy yang dikenal begitu independen kini malah mengekor pada sang adik kemanapun pergi, dan menyuruh Eva agar pergi mengikutinya juga. Seakan tidak mengizinkan Eva untuk berduaan dengan suaminya sendiri. “Kamu itu istri saya atau istri kakak kamu? Ini dalam rangka saya ingin membuat kamu bahagia, tapi malah kamu menyia-nyiakan saya disini. Dan jadwal yang sudah saya susun pun berantakan! Kamu juga belum menyusun skripsi kamu, ingat Eva! Untuk mencapai sidang pertama kamu harus mencapai 5 kali bimbingan.” “Bukannya 3? Bapak sendiri yang bilang kemarin! Saya sudah bimbingan ke dosen teknik saya. Kenapa Bapak selalu saja berubah pikiran, menyebalkan sekali!” sela Eva. Zaidan menggeleng, ia benar-benar tidak rela jika sang istri malah merencanakan
Happy Reading Semuanya! Tangan Eva bersedekap memandang sang kakak tampak bergelayut manja di lengan Zaidan dan tentu saja lelaki yang menjadi suaminya tampak risih. Sudah ia bilang kalau mereka tidak akan bisa berlibur santai seperti sekarang ini, karena dugaan mereka sangat kuat kalau Livy memata-matai mereka agar tidak bersama. Livy masih tidak memiliki rasa rela jika Zaidan menikah dengannya. “Paaaaakkkk!! Tiba-tiba saya mau kerjain skripsi!” seru Eva Zaidan yang semula sedang memesan makanan menatap sang istri bingung, entah apa yang diinginkan oleh Eva saat ini. Mendadak ingin mengerjakan skripsi? Bukankah perempuan itu selalu menolak jika ia menyuruh untuk membuat skripsi, tapi kenapa sekarang malah mau mengerjakannya. Tangan Zaidan melepas cengkraman tangan Livy kasar, istrinya yang paling utama sekarang ini. Eva menginginkan apa, maka ia akan dengan senang hati mengabulkannya untuk sang istri. “Sandwich kamu akan segera jadi, kamu bisa ambil laptop di dalam mobil. Lapto
Happy reading semuanya! Perempuan di sebelahnya tampak gelisah. Keringatnya tampak bercucuran seakan benar-benar menanti mereka sampai di tempat penginapan mereka yang terbaru, Zaidan tahu perasaan itu. Sangat tahu bagaimana rasa panas menyergap tubuh sang istri akibat kedua orang tuanya, ia pernah merasakannya karena kesalahan orang tuanya. Sama seperti sekarang ini dan hanya bedanya ia sudah memiliki seorang istri. Zaidan bukan lelaki sempurna. Ia juga memiliki rahasia yang membuat ia mengalami kemarahan besar dan rasa tidak suka pada orang tuanya sendiri. Zaidan membenci orang tuanya karena pernah menjebaknya dalam sebuah hubungan. “Pak, AC nya dibesarkan lagi. Saya merasakan panas,” ungkap Eva. “Ini sudah full Eva,” ucap Zaidan dengan nada suara pelan. Eva hampir saja menangis merasakan panas tubuhnya, biasanya ia akan mentolerir rasa panas yang berlebihan pada tubuhnya tapi untuk ini ia tidak bisa. Tangan Zaidan meraih tangan sang istri dan berusaha untuk mempercepat macet
Happy Reading Semuanya! Ini adalah pernikahannya yang kedua dan perasannya masih sama. Dadanya berdegub sangat cepat memandang cermin di depannya, mungkin dulu bukan pernikahan yang membahagiakan untuknya tapi sekarang ini adalah sesuatu yang membahagiakan untuk Eva karena menikahi orang yang dicintainya. Eva terkekeh geli mengingat masa lalunya, ia dulu pernah bersumpah tidak akan mencintai Zaidan. Justru sekarang ia malah cinta mati pada lelaki itu, memang ucapan sama sekali tidak bisa dijaga. "Kamu kenapa?" tanya Livy. "Bukankah ini sangat lucu?" Livy menaikkan sebelah alisnya sembari menggendong bayi yang merupakan anak dari adiknya, ia tidak mengerti dengan perkataan sang adik saat ini. "Kenapa?" tanya Livy lagi. Bibir Eva tersenyum manis, "Dulu kita berkelahi hanya karena satu laki-laki, dulu aku sangat membenci dengan Mas Zaidan dan sekarang aku malah cinta mati sama dia." Livy tersenyum mendengar perkataan dari sang adik barusan. Setelah diingat kembali ini memang san
Happy Reading Semuanya! Kecupan itu semakin mendalam dan tidak peduli tempat. Mungkin orang yang melihatnya juga memahami apa yang terjadi dengan pasangan yang sedang dimabuk cinta itu. Ini adalah kebahagian mereka setelah melewati kenangan pahit yang menyerang mereka. Sudah dua minggu semenjak kehadiran Eva di rumahnya, kini rumah yang sempat suram karena karangan bunga dan berita kesedihan berubah menjadi sesuatu yang membahagiakan dan tidak menyangka jika akan mendapatkan kebahagian baru yang tidak pernah mereka sangka. "Ampun deh kalian! Bisa enggak sih kalau kalian melakukan itu di kamar saja? Bagaimana pun kalian harus menghormati orang tua disini." Kecupan mereka terlepas sembari memperhatikan ibu dari Zaidan yang kini meninggalkan mereka berdua untuk menghampiri cucu kesayangannya. Ibu dari Eva sendiri hanya terkekeh geli melihat adegan kedua anaknya. Zaidan tidak peduli, ini adalah hal menyenangkan untuknya dan membahagiakan di setiap
Happy Reading Semuanya! Jika ini adalah mimpi, maka jangan bangunkan Zaidan untuk saat ini. Sudah lama ia tidak memimpikan orang yang dirindukannya selama beberapa bulan belakangan ini. Ini adalah mimpi terindah yang pernah Zaidan rasakan setelah beberapa bulan ia mengalami perasaan kehilangan, air matanya mengalir dengan deras tanpa bisa ia cegah sama sekali. Eva muncul di mimpi tidur siangnya. Tidak! Ini bukan mimpi tidur siangnya. Hawa panas dan banyak mahasiswanya yang memperhatikannya, berarti ini sungguhan bukan hanya lamunannya semata. Orang yang dicintainya ada di depan matanya, semuanya terasa nyata, ini bukan hanya khayalan sematanya kan. Dia kembali... Orang yanng dicintainya kembali berada di depan matanya. Zaidan tidak ingin melewatkan mimpi indah ini sedikitpun. Lelaki dengan wajah tampan itu terlihat berlari menghampiri perempuan yang ada di depannya itu, memeluk perempuan yang kini membalas pelukannya tidak kalah er
Happy Reading Semuanya! "Selamat siang, Prof." Bibirnya hanya melengkung membentuk senyuman tipis menanggapi sapaan dari mahasiswanya. Langkahnya berjalan memasuki ruangannya setelah hampir dua jam ia mengajar di dalam kelas, tatapan matanya mengarah pada meja kerjanya yang menampilkan foto orang tercintanya. Zaidan belum bisa move on atas semua yang sudah terjadi pada keluarga kecilnya. Zaidan tidak mencoba untuk melupakan, perasaan kehilangan dan ketakutan itu masih terasa. Lelaki itu juga masih sering meridukan Eva yang sama sekali tidak pernah hadir dalam mimpinya ataupun bayi mungilnya, padahal Zaidan amat sangat berharap jika ia bisa melihat keduanya meski dalam mimpi. "Sayang, ini sudah tiga bulan berlalu." Lelaki yang kini sibuk mengamati foto kebersamaan mereka sewaktu liburan hanya bisa menghela napas pelan, ia tidak menyangka jika sudah menghabiskan waktu yang lama untuk merelakan Eva. Sebenarnya sekarang pun ia belum merelakan kepe
Happy Reading Semuanya! Tubuhnya benar-benar lemas, ia tidak menyangka jika dalam waktu singkat harus mendapatkan kabar menyakitkan seperti sekarang ini. Menurut Zaidan ini adalah karma karena dulu membuat sakit hati Eva yang tidak terlampiaskan, tetapi yang ia rasakan karmanya terlalu berat. "Apakah ini karma untuk saya Eva?" bisik Zaidan. Zaidan tidak mendapatkan kabar apapun setelah kepulangannya dari bandara setelah menunggu hampir tiga jam lebih demi mendengar kabar terkait orang tercintanya. Orang tuanya yang menyusul ke TKP juga belum memberi kabar apapun. Air matanya terus mengalir tanpa bisa Zaidan cegah, pembuktian jika Eva adalah cinta sejatinya. Lelaki yang merasa dunianya hancur hanya bisa terdiam memperhatikan ruang utama rumahnya sekarang ini, matanya sudah bengkak karena terlalu lama menangis. Kepalanya menunduk, air matanya kembali mengalir karena harapannya mendadak pupus. Harusnya malam ini mereka bisa tertawa bersama sembari menimang anak mereka, tapi kenyatan
Happy Reading Semuanya! Waktu yang ditunggu olehnya akhirnya datang juga. Saat ini mungkin Zaidan memang masih bersedih, tapi ia juga tidak ingin berlangsung lama. Masih ada lagi hal yang perlu ia kerjakan, dan air matanya terasa kering. Zaidan tidak bisa melampiaskan begitu saja. Lelaki itu yakin kalau ia bisa menangis dengan lega nanti, bersama orang tercintanya yang lebih tahu tentang kejadian meninggalnya kerabat dekatnya itu. Untuk sekarang ia harus menyiapkan diri dengan bahagia karena Eva akan kembali ke pelukannya. Rumahnya sudah di dekor ulang dengan keadaan steril tidak ada debu, agar anaknya dan orang tercintanya bisa hidup dengan layak di rumah mereka saat ini. Rumah penuh dengan kenangan, Zaidan juga sudah menyetok persiapan makanan untuk menyambut keduanya. Hatinya berdegub kencang tidak karuan. "Mass ingin segera bertemu kamu sayang, menunggu cerita yang akan kamu lontarkan untuk Mas." Zaidan sudah mendengar kabar jika istri dan anaknya saat ini sedang transit di Si
Happy Reading Semuanya!Zaidan belum berpamitan dengan layak pada temannya itu, ia merasa menjadi teman yang buruk. Kevin selalu ada untuknya bahkan untuk orang tercintanya, tetapi kenapa ia selalu melewatkan hal terburuk dari temannya. Kevin memang pandai menyembunnyikannya, lelaki itu sangat ahli dalam menyembunyikan perasaan. "Lo enggak pernah berubah," bisik Zaidan. Lelaki itu sangat ingat bagaimana temannya menyembunyikan sesuatu yang besar bahkan perihal untuk membayar sekolah, lelaki dengan nama Kevin itu sampai rela bekerja banting tulang membersihkan piring sampai menjadi pelayan toko 24 jam demi membayar sekolah. Kevin bisa saja memanfaatkannya untuk membantu membayar, tapi lagi-lagi lelaki itu melakukan sesuatu yang berat seperti itu. Sebagai teman tentu ia merasa sangat jahat, maka dari solusinya ia menanggung biaya sekolah Kevin bahkan sampai temannya mendapatkan gelar. Ia bangga dengan Kevin, semua yang dilakukannya membuat Zaidan bangga. "Lo janji bakalan kembali ke
Happy Reading Semuanya! Zaidan tersenyum manis memandang dari layar laptopnya dimana kedua orang kecintannya disana, ia sudah sangat rindu dengan keduanya dan terasa sangat lama sekali harinya. Apalagi dalam seminggu belakangan ini ia sibuk dengan perusahaannya dan urusannya menjadi dosen, benar-benar menyita waktunya. "Mas rindu banget sama kamu sayang," Eva tampak tertawa pelan mendengar perkatannya barusan, "Aku juga rindu sama Mas, padahal setiap hari kita saling tukar kabar. Kenapa saya rindu mulu ya sama Mas? Mas pakai pelet apa?" tanya Eva dengan raut wajah cemberut. "Ketampanan dan rasa cinta Mas," sahut Zaidan. "Dasar gombal! Sayangnya Momy, kalau sudah besar jangan sama kaya Dady ya? Tukang gombal," Eva mengecup pipi bayi tampannya yang tertawa seolah setuju dengan perkataan Eva. Benar-benar pemandangan yang manis. Tatapan mata Zaidan mengarah pada kedua orang yang ada di depannya itu, bohong jika Zaidan tidak tahu arti tatapan dari orang tercintanya ini. Tatapan Eva
Happy Reading Semuannya! Semuanya berlalu dengan cepat, Eva tidak ingin memberitahu Rendi ataupun Zaidan. Perempuan yang menjadi ibu satu anak itu tidak ingin melihat betapa sedihnya orang tercinyanya jika mengetahui sahabat terdekatnya sudah tidak bisa lagi berada di sisinya, tapi yang Eva tahu sekarang ini adalah bukan hanya dirinya yang terluka, ternyata bukan hanya Eva saja yang mengalami kesedihan mendalam karena ditinggal oleh Kevin yang selalu senantiasa bersama dengan dirinya dalam keadaan sulit ataupun bahagia. Iris matanya memperhatikan perempuan asing yang tiba-tiba menangis tepat di hadapan pemakaman Kevin saat ini. Perempuan itu bukan Ana dan Ana juga tidak sesedih itu karena kenyataannya mereka sudah ikhlas membiarkan Kevin pergi meskipun matanya juga bengkak karena terlalu banyak menangis. Kevin sudah dikuburkan dengan layak dan semuanya di bantu oleh Daniel yang lebih tahu menahu tentang pemakaman di negara ini, meskipun harus membayar mahal. Selama Kevin bisa baha