"Bagaimana ini mas? kemana Be sebenernya? kenapa belum ketemu juga?" tanya Alzena dengan suara bergetar.
"Sabar ya, kita pulang ke Jakarta sekarang dan kita lapor polisi disana.""Pulang? tapi mas gimana kalau Be cari kita? dia kan ada disini mas.""Ngga ada sayang, kalau Be ada didesa ini dia pasti udah ketemu, kemungkinan Be diculik," jawab Emil yang membuat Alzena terbelalak."Diculik? kasihan Be mas, dia masih kecil gimana kalau penculik itu berbuat jahat sama Be?" ucap Alzena dengan mata memerah.Dengan sekali kedip air mata itu akan luruh."Makanya kita pulang ya, kita lapor polisi, biar polisi juga ikut bantu kita cari Be," tambah Emil yang akhirnya membuat Alzena menganggukTak menunggu lama dengan cepat Alzena dan Emil pun kini berkemas, hendak kembali ke Jakarta dan melaporkan polisi atas hilangnya Beverly, sang anak.•••"Zen, bagaimana Be belum ketemu?" tanya Adit dan Maya setelah kini AlzenBeberapa hari kemudian."Bagaimana apa kalian tau anak itu dimana?""Anak kecil itu ada bersama nona Sabrina tuan," jawab salah satu laki laki berpakaian serba hitam itu. Yang membuat Aland melebarkan mata."Sabrina? jadi dia yang menculik Beverly?""Ada dimana mereka sekarang, antar saya kesana.""Mari tuan."Tak menunggu lama kini Aland dan beberapa anak buahnya pun melaju kembali ke tempat dimana mereka bertemu Sabrina.Beberapa menit kemudian setelah sampai lokasi dimana Sabrina dan Beverly berada."Mereka ada dirumah itu tuan," ucap nya yang membawa pandangan Aland tertuju tajam memperhatikan sebuah rumah yang letaknya jauh dari perumahan lainnya."Apa maksud Sabrina? mengapa dia menculik anak yang tidak bersalah?" gumam Aland sebelum akhirnya bergegas masuk.Langkah kebutnya kini berjalan semakin dekat, rasa ingin memarahi dan memaki sudah terasa ujung lidah, dengan cepat tangannya hendak
"Tuan, tolong tuan. Nyonya Zen tuan, nyonya Zen," ucap si mbak yang berlari tergopoh gopoh menemui Emil dihalaman belakang.Saat ini Emil sedang sibuk mengatur jadwal kepergiannya untuk bertemu klien, berusaha merintis perusahaannya kembali bersama Aldo.Melihat kedatangan si mbak, seketika Emil pun menurunkan ponselnya yang sejak tadi menempel ditelinga."Ada apa mbak?""Nyonya Zen, tuan. Nyonya Zen pingsan di kamar," jawabnya yang membuat Emil terbelalak.Tak berkata apa apa, dengan cepat Emil berlari menemui sang istri, matanya melebar kala ia dapati Alzena yang kini sudah tergeletak lemah dilantai."Zen."Dengan cepat Emil pun menolong Alzena dan membawanya kerumah sakit, Sesampainya dirumah sakit dengan sigap dokter memeriksa keadaan Alzena.Beberapa menit kemudian."Bagimana dok keadaan istri saya?""Kondisinya sangat lemah."Terbelalak kala mendengar penjelasan sang dokter.
"Be, Beverly, kamu dimana nak? kenapa mommy cari cari ngga ada? Be, kamu ngajak mommy main petak umpet ya, oke deh mommy cari tapi jangan jauh jauh ya ngumpet nya."Emil terenyuh melihat tingkah sang istri yang memprihatikan, pikirannya kacau dan bimbang, apakah ia harus meninggalkan Alzena yang kondisinya seperti ini?Meski ia pergi tak lama namun tetap saja rasanya Emil tidak tega jika harus meninggalkan sang istri dalam kondisi mengkhawatirkan."Dorrr! loh kok Be ngga ada, Be ngumpetnya dimana sih? dorr!"Benar benar membuat hati nyeri, tak menyangka jika Alzena akan menjadi seperti ini, kini Emil pun perlahan melangkah mendekat meraih tubuh mungil Alzena dan menghentikan aktifitas bermain nya."Udah ya, kamu istirahat dulu. Mainnya nanti lagi.""Tapi Be belum ketemu mas, dia masih ngumpet.""Ngga, Be udah tidur dikamar," jawab Emil mengelabui sang istri.Agar Alzena tak terus mencari Beverly yang entah diman
"Be, mau kemana? kok ninggalin mommy?" ucap Alzena meraih tangan gadis kecil yang sedang berjalan bersama ibunya."Apa apaan sih mbak? ini anak saya jangan macam macam deh," sambar seorang wanita paruh baya yang sedang berjalan bersama gadis kecil yang dianggap nya Beverly."Ini anak saya bu.""Enak aja. ini anak saya, apaan sih? dasar gila.""Bu, maaf ya bu. Maafin adik saya," ucap Adit setelah kini berada didekatnya."Jagain adiknya ya mas, kalau lagi sakit jangan dibiarin keluar rumah, bahaya. Bisa bisanya anak saya dibilang anak dia.""Iya bu, sekali lagi maaf ya."Tak menjawab wanita paruh baya itu pun membawa anaknya pergi dari hadapan Alzena, Adit dan Maya."Be, tunggu mommy nak, kamu mau kemana? kenapa ninggalin mommy?" pekik Alzena yang kembali hendak mengikuti langkahnya.Namun Adit menahannya, hingga membuatnya memberontak, dan terpaksa Adit harus berbuat sedikit tega saat ini agar dapat memb
"Gimana Ze, Emil udah bisa dihubungi?" tanya Maya yang membuat Alzena menggelengkan kepala."Ada apa ini? Sebenarnya apa yang terjadi? Be menghilang dan sekarang mas Emil juga menghilang. Apa mereka mau ninggalin aku? apa mereka udah ngga sayang saya aku.""Husst, jangan bicara gitu, ngga baik. Mendingan kamu doain suami kamu agar tidak terjadi apa apa," sahut Maya menepuk bahu Alzena.Sementara Emil yang kini terus berjalan menyusuri jalan, satu malam ia bermalam di emperan toko karena ia tak tahu harus tinggal dimana, dan siang ini kembali Emil berjalan berniat mencari pekerjaan.Sudah beberapa tempat ia datangi namun tidak ada yang mau menerimanya. Langkah lemah ia paksa untuk tetap berjalan dibawah terik matahari, yang terasa sangat menyengat dan membuat penglihatannya berkunang kunang.Tiba tiba..Bruuukkk!Emil terjatuh tak sadarkan diri.Sementara Sabrina yang ternyata ada ditempat yang sama dengan Emil.
"Om, mau nemenin Be main ngga?" tanya Beverly kala kini menghampiri Emil yang sedang terduduk seorang diri dihalaman belakang."Boleh, mau main apa?""Boneka.""Yuk. kita main," jawab Emil yang membuat Beverly tersenyum.Dua boneka Barbie yang ia keluarkan. Kini mereka pun bermain layaknya bersama teman sebaya nya, ditengah tengah bermainnya, tiba tiba Beverly berkata."Om tau ngga, kalau om itu mirip banget sama Daddy, Be jadi kangen sama daddy dan mommy."Tertegun kala Emil mendengar ucapan yang rasanya membuat hati Emil bergetar. Entahlah, rasanya hati Emil selalu merasa berbeda tiap kali berdekatan dengan gadis mungil yang ada dihadapannya saat ini."Jangan sedih ya, Be boleh kok anggap om daddy kamu," jawab Emil yang membuat mata Beverly membulat."Serius om, asiiik. Selain wajah om mirip daddy, suara om juga mirip banget sama daddy, emang ada ya om, didunia ini orang yang bener bener mirip, kaya om dan dad
"Emil," gumam Aland yang membuat Sabrina terbelalak."Jadi ternyata Emil disini juga?" tambah Aland dengan ekspresi wajah terkejut.Tak menunggu lama, Aland pun melangkah untuk mengikuti Emil, panggilan Sabrina tak lagi dihiraukan olehnya.Hingga kini Aland melihat Emil yang terduduk sedang menyeruput kopinya. Sedikit berpikir yang tidak tidak tentang adanya Emil disini, mengapa Aland melihat Emil baik baik saja tinggal bersama Sabrina?"Emilio," panggil Aland yang membuat Emil seketika menoleh.Pandangannya tertuju tajam pada Aland, yang kini berjalan mendekat. Pandangan Aland pun tak berkedip, seakan tak menyangka jika Emil dapat berbuat seperti ini."Anda mengenal saya?" tanya Emil yang membuat Aland terbelalak.Mengapa Emil tak mengenalinya? membuat mata Aland membulat dan kebingungan, kini pandangan Aland memperhatikan Sabrina berharap mendapat jawaban darinya."Aku jelasin tentang ke adaan Emilio, ikut aku
"Aku mau dibawa kemana kak? lepasin aku, aku mau cari mas Emil dan Beverly," ucap Alzena memberontak.Setelah keadaannya membaik, dan Alzena diperbolehkan keluar rumah sakit, Adit dan Maya memutuskan untuk membawa Alzena bertemu psikolog, agar keadaan sang adik tak memburuk."Zen, kamu ikut kakak dulu ya, nanti setelah kamu sembuh kakak janji akan bawa kamu cari Emil dan Beverly."Terdiam kala mendengar sang kakak berkata demikian, kini pandangan Alzena tertuju pada seorang laki laki yang sedari tadi terdiam memperhatikannya.Jody, ya dia adalah Jody, tak merasa asing juga sangat mengenalnya, Alzena berharap Jody dapat membantunya saat ini. Alzena tak mau dibawa ke RSJ, karena Alzena merasa baik baik saja."Jody, tolong aku. Aku ngga mau ke rumah sakit jiwa, aku baik baik aja, aku cuma mau cari mas Emil dan Beverly, anak ku."Entah apa yang barus Jody lakukan, kasihan melihat Alzena seperti ini, namun apa pun keputusannya ini buk