"Sabrina, you need to start now. Send that important file to my Email. Ask me to be careful that your husband doesn't suspect anything."
"Yes, I will do as you ask, but after we return, just wait for my results and please be patient.""Oh my God, I forgot that you are in Bali, so please do as I say after you return.""You can rest assured, Surya's company will be destroyed after this, and success will be in your hands."Berikut penggalan percakapan antara Sabrina dengan Aland rosewood. Yang hendak memulai kerja samanya untuk mencuri data penting dari perusahaan Surya.Alasan apa yang membuat Aland melakukan itu? semua karena kekayaan, demi kesuksesan perusahaannya Aland menghalalkan segala cara.Jika sudah seperti ini, rasanya Aland bukan hanya sebagai pemimpin perusahaan, melainkan sebagai mafia berdarah dingin, yang selalu bermain curang demi keberhasilannya.Tiba tiba.."Sabrina."Terdengar suara SurSetelah meminum minuman yang diberikan Sabrina pada nya, entah reaksi apa yang ia rasa saat ini. Tubuhnya seketika bergetar, gerah, dan rasa sakit dikepala yang kini menghampiri.Menahan rasa itu Surya tampak memejamkan matanya, membuat Sabrina menepuk dahi.Pandangan Surya yang semakin lama rasanya semakin tidak jelas, buram dan terdapat rasa aneh pada bagian sensitif nya.Saat ini rasanya ingin sekali merengkuh tubuh molek milik wanita yang tidak lain adalah istrinya itu, rasa yang hampir tak dapat tertahan, membuat Surya dengan cepat meraih tangan Sabrina dan mendekap tubuhnya.Sementara Sabrina yang kini sadar akan reaksi apa yang terjadi pada sang suami, ini adalah reaksi dari obat yang telah ia siapkan untuk Emil, namun sayang karena kelalaiannya justru obat itu malah tertelan oleh Surya.Ingin memberontak dan berlari sejauh mungkin dari Surya, namun apa daya cengkraman tangan laki laki itu bukan tandingan Sabrina, genggamannya terlalu k
"Aaaaa."Praaang!Terdengar suara pecahan yang berasal dari ruang kamar Sabrina, wajahnya marah dan rasa frustasi seketika menghampiri.Saat mengingat leluasanya Surya menjamah tubuhnya, membuat Sabrina kesal dan emosi. Bukan ini yang ia mau, bukan bersama Surya namun bersama Emil.Surya memanglah suaminya namun rasa cintanya tetap tertuju untuk Emil, sang mantan."Sialan, Emil bener bener ngga peduli lagi sama aku, dan sekarang dia malah meninggalkan tempat ini bersama istrinya, dan membiarkan aku disini bersama laki laki menyebalkan itu," gumam Sabrina dengan nada penuh penekanan.Rahangnya mengeras pandangannya tertuju tajam, yang ia rasa saat ini hanyalah sebuah amarah, amarah yang memuncak hingga sulit dikendalikan.Seluruh isi kamar sudah berantakan, berulang kali ia memekik berteriak teriak. rasanya penyesalan mendalam menghampirinya saat ini, rasa kebencian yang kian hadir pada seseorang yang tidak lain adal
Beberapa minggu kemudian.Alzena dan Riska yang kini berjalan berdua menuju kantin kampus hendak makan siang bersama. Seperti biasa persahabatan Alzena dan Riska terjalin sangat baik.Canda dan tawa yang selalu hadir ditengah tengah persahabatan itu menjadi kerinduan tersendiri. Ditengah tengah perjalanan yang penuh tawanya, tiba tiba.."Aduh," desah Alzena dengan angkah yang tiba tiba terhenti."Ada apa Zen?" tanya Riska pada wanita yang sedang menahan kepalanya dengan kedua tangan itu. Ekspresi wajahnya tampak kesakitan."Kepala ku sakit Ris.""Sakit?"Belum selesai Riska berkata tiba tiba Alzena terjatuh pingsan, dengan bersandarkan tubuh Riska, hingga membuat ya terkejut dan panik."Zen, Alzena bangun. Aduh dia pingsan ya? gimana nih?" gumamnya dengan pandangan memperhatikan sekeliling untuk mencari bantuan.Dengan jarak yang tak terlalu jauh, Emil tampak melintas, membuat Riska dengan cepat memangg
Keesokan harinya.Bruukk!Alzena yang bertabrakan dengan seseorang hingga menyebabkan tumpukan buku yang dibawanya terhambur berantakan."Yaampun," gumam Alzena yang terus memperhatikan banyaknya buku berserakan dilantai.Tanpa memperhatikan seseorang tersebut, dengan cepat Alzena pun membantunya membereskan buku buku itu. Namun pemiliknya malah hanya terdiam memperhatikan Alzena menyusunnya seorang diri.Dan ternyata pemiliknya adalah Jody, yang saat ini menjadi seorang pendamping dosen dikampus tercintanya. Setelah kelulusannya beberapa bulan yang lalu, kini ia mulai alih profesi.Setelah selesai membereskan buku buku tersebut dengan cepat Alzena pun memberikan pada pemiliknya."Ini bukunya, ma-af..." ucapannya seketika terhenti kala ia melihat laki laki gondrong itu dihadapannya.Sudah pasti wajahnya tak asing, karena bersama laki laki ini bukan lah waktu yang sebentar."Jody.""Hay Zen.""Mmm maaf maaf, aku ngga sengaja.""Ngga papa kok, makasih ya, yaudah aku duluan," ucap Jody ya
Digedung bertingkat, tempat dimana Surya dan Sabrina kini berada. Surya yang masih fokus dengan layar laptop yang sedari tadi menyala itu, sementara Sabrina yang terduduk bosan memandang sang suami bekerja.Bagaimana tidak bosan? dari pagi hingga sekarang jam menunjukan pukul 14:00, Sabrina yang masih terus terduduk didalam ruangan ber AC ini.Jika bukan karena rencananya, Sabrina tak sudi melakukan ini, jika saja Surya saat ini adalah Emil, mungkin beda cerita, Sabrina akan menunggunya dengan senang hati.Namun ini Surya yang tak membuat Sabrina sebahagia itu."Mas kamu ngerjain apa sih? kenapa lama banget?" tanya Sabrina yang membuat pandangan Surya sejenak berpaling padanya."Bahan persentasi sayang, lusa ada tender penting yang harus aku dapetin, dan kamu tau lawan nya kali ini lumayan banyak, ada beberapa perusahaan luar negeri juga, dan karena itu aku harus fokus dengan tender kali ini, karena keuntungannya lumayan besar."
"Good job Sabrina. I like the result. Stay smart like this, until the man meets his demise.""Yes, I'll follow your wishes, but once your wishes are accomplished, please do me a favor.""For?""To get Emilio back."Sejenak terdiam kala mendengar permintaan sang adik yang membuat kepalanya seketika berputar.Masih saja Emil yang ia harapkan, setelah beberapa tahun berlalu, Aland mengira bahwa perasaan itu sudah hilang, namun ternyata masih sama, Sabrina masih sangat mencintai mantan kekasihnya tersebut."Do you want to help me or should I abandon this plan?""Oh okey okey, it's up to you, if it's your request I'll help, but please don't stop here."Tut tut tut!Seketika Sabrina memutus panggilannya setelah mendapat kesepakatan dari sang kakak."Begitu aja dari dulu, susah banget. Kalau begini kan aku jadi semangat jalanin rencana nya, karena setelah ini aku akan mendapatkan Emil kembali."
Delapan bulan kemudian.Perubahan yang kini tampak pada tubuh Alzena, terkhusus pada bagian perutnya, yang kini membesar, karena adanya calon anak yang sedang ia kandung.Bahkan Alzena yang kini bukan lagi seorang mahasiswi, karena ia yang telah diwisuda beberapa bulan yang lalu. Sementara Emil yang kini pun tak lagi menjabat sebagai dosen, ia yang ingin lebih fokus mengelola perusahaannya.Pagi ini. Wanita hamil tersebut berjalan menuju sebuah baby shop seorang diri, hendak membeli kebutuhan calon bayinya.Sebelumnya, Emil telah melarang agar Alzena tak pergi seorang diri, namun karena Alzena tak sabar ia yang tetap ingin pergi meski tanpa Emil.Menyambut hari kelahiran sang anak, rasanya Alzena sudah sangat siap, tak sabar menunggu kehadiran malaikat kecil yang telah lama ia nanti.Alzena berjalan seorang diri hendak menyebrang jalan. Namun, karena ia sedikit teledor ia tak memperhatikan kanan kirinya, bahkan mobil yang telah m
Beberapa tahun kemudian."Aku bangkrut! Aku bangkrut? Aku bangkrut.. aaaaahh."Praaangg!Suara pecahan guci mewah, lantaran amukan Surya yang marah dengan keadaan dan rasa tak percaya jika kebangkrutan telah menghampirinya hari ini.Sementara Sabrina yang kini tersenyum puas kala melihat sang suami hancur. Ya, siapa lagi penyebabnya jika bukan Sabrina, ia yang telah membuat perusahaan Surya runtuh, sementara rumah dan semua miliknya telah lenyap disita bank.Pandangan mata Sabrina tak berkedip memperhatikan wajah frustasi dari Surya, alih alih merasa iba, malah justru ia yang bahagia.Istri macam apa? yang tega menghancurkan suaminya sendiri, hanya karena gelap mata yang ingin meraih seseorang di masa lalunya, hingga mengorbankan Surya yang telah tulus menyayanginya."We did it, Now it's my turn.""Okey."Begitulah sepenggal percakapan yang diucapkan Sabrina dan Aland melalui media ponselnya. Dengan bib