Share

Bab 15

Penulis: Pena_Zahra
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-14 17:49:34

Bab 15

Mendengar Arumi memekik, seketika Ibrahim menoleh dan raut wajahnya berubah khawatir. Diletakkannya pisau yang sedang digunakannya, kemudian segera mendekati Arumi untuk mengecek lukanya.

Diraihnya tangan Arumi yang berdarah, menariknya menuju wastefel kemudian mencucinya di bawah air mengalir, menekan-nekan area yang terluka agar darah keluar membawa bakteri yang mungkin tersisa di area luka.

"Hati-hati dong, Rum! Kamu sebenarnya bisa masak apa nggak sih?" sembari mengeringkan tangan Arumi menggunakan tissue Ibrahim mengomel.

Arumi hanya terdiam, ia tak menyangka bahwa suaminya akan bereaksi demikian. Lelaki yang terlihat datar seperti tembok itu ternyata bisa peduli juga.

"Mas tahu nggak? tidak semua jari yang terkena pisau itu akibat sang pemilik raga tak pandai memasak. Bahkan, wanita-wanita mesir bisa sampai tak sengaja memotong jari mereka sendiri akibat terpesona oleh ketampanan nabi Yusuf. Kira-kira begitulah yang terjadi pada Arumi, terpesona oleh ketampanan titisan na
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (5)
goodnovel comment avatar
Syah Manan
lanjut ceritanya...
goodnovel comment avatar
Pena_Zahra
wkwkwkkwkwkwkwkwkwkwkkw
goodnovel comment avatar
Pena_Zahra
ikut nyesek yaaa
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dosen Dingin itu Suamiku   Bab 16

    Bab 16Arumi sibuk mondar-mandir di dalam kamarnya. Ia menggigit ujung jari-jarinya sendiri, pertanda ia sedang gusar, memikirkan hal apa yang harus ia lakukan untuk menebus kesalahannya terhadap sang suami."Kamu ceroboh si, Rum! Harusnya kamu lebih hati-hati, tahu sendiri kan suamimu orangnya gimana? Baru juga sehari menikah masa udah bikin masalah aja sih kamu, Rum? Ya ... gimana suamimu bisa jatuh cinta kalau begini caranya? Yang ada dia makin ilfeel sama kamu, Arumi ...!" Arumi sibuk bermonolog. Ia tak henti-hentinya merutuki diri sendiri. Kesalahan yang ia perbuat membuat semua rencananya bubar."Ya Allah ... aku harus gimana ya bersikap ke Mas Ibra? Jujur aku bingung banget ... seandainya Mas Ibra tadi langsung marah dan ngomel-ngomel mungkin aku bisa gunakan jurus pelukan maut seperti di novel-novel romance yang biasa aku baca, dijamin Mas Ibra langsung diam dan tak dapat berkata-kata. Uh romanits banget pastinya.Tapi Mas Ibra? Ah, dia terlalu sabar apa gimana? Dia jawabinnya

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-15
  • Dosen Dingin itu Suamiku   Bab 17

    Bab 17"Kok istighfar, Mas? Ada yang salah?" Arumi bertanya seolah ia tengah terheran dengan respon suaminya, bersikap sok polos padahal dalam hati ia bersorak penuh kemenangan, sebab respon sang suami benar-benar sesuai harapan."Arumi ... ganti baju kamu!" titah Ibrahim sembari mengalihkan pandangan dari istrinya."Kok diganti, Mas? Ini kan sudah sesuai perjanjian? Lengan panjang dan celana panjang?" sahut Arumi yang memang sudah menyiapkan jawaban sejak awal."Ya tapi nggak ketat gitu juga, Arumi ...! Itu sama aja kamu nggak pakai baju, lekuk tubuhmu tercetak sempurna. Buruan ganti!" titah Ibrahim dengan sisa kesabarannya.Arumi tersenyum tipis, kemudian berjalan menuju ranjang, dan duduk di sisi suaminya."Maaf, ya, Mas ... Arumi punyanya ini, baju tidur Arumi semuanya pendek, set babydoll pendek, dan piyama tidur seperti yang Arumi pakai kemarin malam, Arumi nggak punya baju tidur panjang, karena emang nggak terbiasa make piyama panjang," jelas Arumi di sisi suaminya.Ibrahim men

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-16
  • Dosen Dingin itu Suamiku   Bab 18

    Bab 18Setelah Arumi terlihat tenang dan tak bergerak-gerak lagi, Ibrahim kembali memberanikan diri untuk memandangnya. Mengamati setiap detail dari lekukan tubuh Arumi yang tercetak jelas akibat pakaian ketat yang dikenakannya."MasyaAllah, sungguh Arumi merupakan manifestasi keindahan wanita yang begitu nyata. Paras cantiknya, tubuh indahnya nan berisi membuat jiwa binatangku meronta.Sepertinya dia sudah tidur, mungkin sedikit menyentuh atau memeluknya dalam kondisi tak sadarkan diri tak kan membuatnya terhanyut dalam perasaan terhadapku. Dengan begitu semua akan aman. Aku juga tidak akan melakukan hal-hal yang melampaui batas. Hanya sekedar memeluk tak akan merusak Arumi, toh dia halal bagiku. Aku akan tetap mempertahankan mahkota kebanggaannya untuk diberikan kepada lelaki yang benar-benar tepat, lelaki yang akan mendampinginya hingga akhir hayat. Setidaknya aku berhak melakukan ini untuk meredam syahwatku. Bismillah ...." Ibrahim bergumam dalam hati.Kemudian dengan gerakan yan

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-17
  • Dosen Dingin itu Suamiku   Bab 19

    Bab 19"Kenapa murung begitu mukanya?" Ibrahim menyambut kedatangan Arumi dengan pertanyaan."Arumi datang bulan, Mas ...." Arumi terduduk sedih di tepi ranjang."Oh, ya sudah, saya shalat dulu kalau begitu." Ibrahim menyahut datar, seolah sama sekali tak peduli dengan kesedihan Arumi.Arumi menghembuskan nafasnya, memandang suami yang tengah menghamba pada Rabbnya. "Harusnya aku berada di belakang Mas Ibra untuk shalat shubuh berjamaah, tapi justru tamu tak diundang ini datang.Ya Allah ... harusnya aku nggak boleh begini, biar bagaimana pun ini adalah kodratku sebagai seorang wanita.Hanya saja sangat disayangkan, kenapa dia harus datang di saat perjuanganku untuk menaklukkan hati Mas Ibra baru saja dimulai, sementara selama ini kunanti-nantikan ia tak kunjung datang.Semoga saja tubuh ini bisa diajak kompromi, supaya nggak ngerepotin Mas Ibra." Arumi bergumam dalam hati, kemudian berjalan mengambil pembalut dan bertolak kembali ke kamar mandi.Sementara di sisi lain, Ibrahim yang b

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-19
  • Dosen Dingin itu Suamiku   Bab 20

    BAB 20Arumi meringis, "dibahas kapan-kapan aja ya, Mas ... perut Arumi sakit banget," ucap Arumi seraya semakin meringkukkan tubuhnya.Ibrahim menghembuskan nafas, "ya sudah, sebaiknya kamu istirahat saja, supaya nggak semakin sakit. Kamu butuh sesuatu?" tanya Ibrahim, ia sangat berempati melihat kondisi istrinya."Iya, Mas.""Apa itu? Coba katakan!" pinta Ibrahim."Pelukan, Mas," sahut Arumi seketika membuat sang suami melirik sinis ke arahnya."Modus kamu, Rum!" balas Ibrahim seraya menggelengkan kepala."Mas ...." Arumi memanggil manja."Apa lagi?!""Arumi lagi sakit loh, Mas ... kok tega sih bicara ketus gitu?" ucap Arumi dengan suara yang masih terdengar lemah."Mau kamu sakit, mau kamu sehat, saya ya tetap saya, ya beginilah saya. Nggak akan ada yang berubah. Jangan pikir saya akan termakan rayuanmu!" balas Ibrahim teguh pendirian.Arumi mencebik, kemudian lebih memilih diam, berdebat dengan Ibrahim hanya menambah rasa sakit yang dirasakannya.Sementara Ibrahim, ia mulai sibuk

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-20
  • Dosen Dingin itu Suamiku   Bab 21

    Bab 21Hari berganti hari, hingga sudah berlalu sepuluh hari sejak pernikahan Ibrahim dan Arumi. Hubungan mereka pun semakin dekat. Walau tetap kaku, Ibrahim mulai banyak mengerti Arumi. Ia memutuskan untuk berdamai dengan keadaan, setidaknya sampai Yusuf sadar dari koma.Ia mulai terbiasa dan tak merasa keberatan dengan syarat-syarat yang diberikan Arumi. Ia juga mulai biasa meladeni bercandaan sang istri. Sikap receh Arumi lama-lama dapat dinikmatinya sebagai aktivitas yang menghibur.Malam ini, mereka tengah berada di sebuah kamar Villa. Seperti yang sudah disepakati, di minggu kedua pernikahan, mereka akhirnya mengambil cuti untuk bulan madu.Kawah Ijen menjadi pilihan destinasi bulan madu mereka, tentunya setelah melalui banyak perdebatan dan Arumi memutuskan untuk mengalah. Ia terpaksa harus menuruti kemauan suaminya yang menyukai pendakian. Mengesampingkan khayalan aktivitas masa bulan madu yang indah menjadi aktivitas pendakian yang melelahkan baginya."Rum ... ayo bangun! Kam

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-20
  • Dosen Dingin itu Suamiku   Bab 22

    Bab 22Arumi dan Ibrahim mulai memasuki area pendakian sekitar pukul satu dini hari. Hawa dingin mulai menerpa permukaan kulit wajah keduanya, satu-satunya area permukaan kulit yang tidak tertutup kain. Sebelum melakukan perjalanan, Ibrahim mengeluarkan dua buah masker untuk mereka kenakan sebagai penunjang kehangatan."Mas ....""Hmmm ....""Ini kita yakin tengah malam begini mau mendaki gunung? Nggak bahaya ta, Mas? Kenapa nggak siang-siang aja sih?" sembari mengenakan maskernya, Arumi bertanya dengan slogan 'nggak bahaya' yang sedang viral di kalangan anak-anak muda."Kita sudah sampai sini dan kamu baru bertanya saya yakin atau tidak? Saya nggak lagi mimpi, Arumi!" Ibrahim menutup kembali resleting ranselnya, lalu kembali menggendongnya."Duh ... Mas, tapi ini serem banget loh. Emang kenapa harus malam-malam?" Arumi masih tak habis pikir dengan kegemaran suaminya. Sebuah aktivitas yang sangat menyeramkan baginya."Karena surga keindahan kawah ijen itu memang saat malam menjelang p

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-22
  • Dosen Dingin itu Suamiku   Bab 23

    Bab 23Setelah mendudukkan Arumi di sebuah batu dengan ukuran cukup besar, Ibrahim memeriksa lutut yang dikeluhkan sakit oleh istrinya.Celana cargo panjang berwarna abu-abu muda yang dikenakan Arumi terlihat memerah di bagian lutut kanan. Kain yang cukup tebal itu terkoyak oleh sayatan batu, membuat Ibrahim meringis membayangkan sakit yang dirasa istrinya. Dengan cekatan Ibrahim mengeluarkan P3K yang sudah disediakannya di dalam sepaket perlengkapan di ranselnya. Mencuci kapas menggunakan air mineral, lalu menggunakannya untuk membersihkan luka Arumi.Arumi mendesis, menahan rasa perih saat kapas dingin itu menyentuh lututnya. Ia reflek mengangkat kaki hingga hampir saja mengenai wajah sang suami. Beruntung Ibrahim tengah berada dalam mode sabar maksimalnya."Sakit, ya? Tahan sebentar, ya?" ucapnya lemah lembut, sembari menurunkan kembali posisi kaki istrinya.Arumi tersenyum, hatinya terus menghangat mendapatkan perhatian demi perhatian yang diberikan suaminya."Ternyata Mas Ibra t

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-24

Bab terbaru

  • Dosen Dingin itu Suamiku   Bab 39

    Bab 39"Assalamualaikum." Ibrahim mengucap salam, seketika Yusuf dan Azizah menoleh ke arah mereka. Azizah hang tengah menemani putra bungsunta itu menyambut dengan senyuman, memandang Ibrahim yang datang menggandeng tangan istrinya. Sementara Yusuf, ia memandang saudaranya dengan pandangan yang sulit diartikan.Kakak Yusuf itu menutup pintu, kemudian berjalan perlahan menghadap Ibunya, masih dengan tangan yang menggenggam erat tangan istrinya.Diraihnya tangan wanita yang telah melahirkannya itu, lalu menciumnya dengan penuh takdzim, hal yang sama dilakukan juga oleh Arumi, kemudian istri Ibrahim itu berdiri tertunduk di sisi suaminya."Suf ... gimana kabarmu?" tanya Ibrahim berusah tetap terlihat tenang di depan adiknya, adik yang sebelum ini menjadi calon suami dari wanita yang kini menjadi istrinya. "Ya ... beginilah, Bang ... Alhamdulillah, masih Allah berikan kesempatan untuk hidup," sahut Yusuf juga terlihat santai. Pandangannya beralih memandang Ibrahim dan Arumi bergantian.

  • Dosen Dingin itu Suamiku   Bab 38

    Bab 38"Kok nangis? Sakit, ya, Rum? Saya mainnya kasar?" Ibrahim bertanya sesaat setelah mencapai puncak kenikmatannya.Arumi menggeleng sembari tersenyum."Terus kenapa nangis? Jangan nangis, dong ...!" Ibrahim mengusap air mata Arumi.Tak menjawab, Arumi hanya memandang suaminya penuh haru."Kenapa, Rum? Kamu menyesal?" sekali lagi Ibrahim bertanya, namun lagi-lagi Arumi menggeleng."Arumi nggak apa-apa, Mas ...." Arumi menjawab sembari menyentuh tangan Ibrahim di pipinya."Terus kenapa nangis?""Gimana, ya, Mas? Arumi bingung jelasinnya," sahut Arumi sembari mengelus perut bagian bawahnya yang terasa nyeri."Bilang aja nggak apa-apa? Sakit ya?" tanya Ibrahim sembari meringis."Iya, Mas ... tapi lebih ke terharu aja sih nangisnya, karena akhirnya kita sudah menjadi suami istri seutuhnya," balas Arumi dengan memandang suaminya penuh cinta."Bukan karena sakit? Saya kasar, ya?" Ibrahim terlihat khawatir dan merasa bersalah.Arumi tersenyum, "memang sakit, Mas, tapi bukan karena Mas Ib

  • Dosen Dingin itu Suamiku   Bab 37

    Bab 37Menjelang maghrib, hujan baru reda, sementara Arumi yang sudah mendapatkan kehangatan dan kenyamanan, malah tertidur di bahu suami tercinta.Ibrahim memandang Arumi melalui ekor matanya, wajah gadis itu terlihat damai dalam tidurnya. Kedua sudut bibir Ibrahim terangkat membentuk senyuman yang indah,saat ingatannya memutar kembali momen manis yang baru saja ia lalui bersama Arumi. Manis, semanis bibir Arumi yang akhirnya ia cicipi di tengah hujan badai mengguyur bumi."Arumi Hayfa Hasan, tak pernah kusangka takdirku akan berakhir di pelukannya. Dia hadir menyembuhkan banyak luka, lalu menjadi penyejuk jiwa yang telah lama gersang tanpa sentuhan cinta." Ibrahim membatin.Perlahan ia menggerakkan tangan, membelai pipi Arumi hingga membuat matanya yang terpejam itu terbuka dan perlahan mengembalikan kesadarannya."Mas ...." Arumi tersenyum dan membenarkan posisinya."Sudah reda ya, Mas?" sembari mengucek mata Arumi bertanya."Sudah, sudah hampir maghrib juga. Kita balik, ya? Kamu

  • Dosen Dingin itu Suamiku   Bab 36

    Bab 36"Arumi, are you okey?" Ibrahim segara menyambut Arumi di depan toilet. Raut wajahnya menunjukkan kekhawatiran. Rasa bersalah memenuhi hatinya. Ia tak mengira bahwa aroma kecombrang yang digemarinya akan memberikan pengaruh sejauh itu untuk istrinya."Nggak apa-apa, kok, Mas, maaf, ya?" sahut Arumi sembari tersenyum santai."Saya nggak tahu kalau kamu sangat sensitiv dengan aroma kecombrang, maaf karena sudah memaksa." Ibrahim mengiringi langkah Arumi yang kembali berjalan menuju saung tempat di mana mereka meninggalkan makanan."Arumi nggak terpaksa sih, Mas ... bahkan tadi dengan senang hati makannya, karena disuapin Mas Ibra. Cuma emang nggak suka aja dasarnya, Arumi pikir dengan disuapin Mas Ibra rasa makanan yang nggak enak di mulut Arumi bakal jadi enak. Seperti teori-teori di sinetron-sinetron pas adegan romance gitu. Eh ternyata teorinya sesat." Arumi menceritakan apa adanya sembari terkikik sendiri menertawai dirinya."Kamu itu ada-ada aja! Kamu pikir tangan saya tangah

  • Dosen Dingin itu Suamiku   Bab 35

    Bab 35Ibrahim beberapa kali menghela nafas panjang dan menghembuskannya. Mengafirmasi positif pada dirinya."Benar kata Arumi, rilex saja, Ibra! Nggak perlu tegang. Apa yang perlu ditakutkan? Arumi istrimu, dia halal untukmu, kamu halal menikmati setiap keindahan tubuhnya. So, nikmati saja! Bukankah ini sebuah tahap untuk kamu bisa mencintainya secara utuh?" Ibrahim bermonolog dengan dirinya sendiri.Perlahan afirmasi positif itu mulai dirasakan manfaatnya. Ia mulai menikmati momen kebersamaannya dengan Arumi yang cukup intim.Melalui perjalanan sembari mengobrol, membahas pemandangan indah di sepanjang jalan yang mereka lewati. Bahkan sesekali tangan Ibrahim menyentuh tangan Arumi yang melingkar di perutnya, sekedar membelainya saat wanitanya itu tengah membuatnya bahagia dengan celotehannya."Mas tahu nggak?" tanya Arumi masih dengan posisi yang sama."Nggak tahu.""Eh, iya juga ya, kan Arumi belum cerita. Kalau gitu, mau Arumi kasih tau nggak?" Arumi terkekeh."Kasih tahu apa?" sa

  • Dosen Dingin itu Suamiku   Bab 34

    Bab 34"Kamu sudah selesai?" Ibrahim meletakkan kembali ponselnya saat melihat Arumi keluar dari kamar mandi."Sudah, Mas." Arumi menjawab sembari mendekat ke arah suaminya."Sudah selesai telepon Ibunya, Mas?" tanya Arumi seraya duduk di tepi ranjang, tepat di sisi suaminya."Sudah.""Terus, gimana?""Aman. Sesuai rencana."Segaris senyum penuh kelegaan terukir di bibir Arumi."Mas mau siap-siap? Yuk Arumi bantu." Arumi menawarkan bantuan. Ibrahim yang masih sedikit pening tak menolak, perlahan ia berganti posisi menjadi duduk dibantu oleh Arumi. Meneguk air mineral sebelum beranjak menuju kamar mandi.Dengan dipapah oleh sang istri, Ibrahim berjalan menuju kamar mandi. Bukan tak mampu berjalan sendiri, hanya saja ia mulai menikmati perhatian-perhatian yang diberikan oleh Arumi."Mandi air hangat, ya, Mas, biar rilex," pesan Arumi saat mereka sampai di ambang pintu kamar mandi."Iya, terima kasih, ya?" ucap Ibrahim sembari tersenyum manis ke arah istrinya. Arumi balas tersenyum dan

  • Dosen Dingin itu Suamiku   Bab 33

    Bab 33"Rum ... coba jangan seperti ini." Ibrahim berusaha menjauhkan tubuh Arumi dari tubuhnya setelah beberapa saat berpelukan. Bukannya menjauh, Arumi justru memainkan tangan di dada suaminya."Arumi ...!" Ibrahim memperingati sekali lagi."Kenapa sih, Mas? Masih canggung sama istri sendiri?" tanya Arumi sembari memandang suaminya."Badan saya kotor, Arumi!" jawab Ibrahim tak sepenuhnya berbohong, walau sebenarnya bukan itu alasannya menjauhkan tubuh sang istri. Melainkan karena ia tak ingin Arumi mendengar gemuruh di dadanya yang mendadak berdisko saat tubuh wanita itu menempel menyentuh tubuhnya."Nggak apa-apa lah, Mas ... cuma kotor doang," sahut Arumi sembari meletakkan pipinya kembali di dada sang suami."Saya juga laper, kok tega sekali kamu ini malah manja-manjaan, bukannya bikinin suaminya makanan." Ibrahim kembali beralasan.Perlahan Arumi mengangkat kepala dari dada bidang sang suami. "Mas Ibra mau makan apa?" tanya Arumi terlihat tak bersemangat."Apa saja lah, asalkan

  • Dosen Dingin itu Suamiku   Bab 32

    Bab 32Setelah berususah payah membawa tubuh suaminya dan membaringkannya di ranjang, Arumi segera bergerak mencari minyak kayu putih, mengoleskan di telapak kaki sang suami yang terasa dingin, juga di bawah hidungnya untuk melegakan saluran pernapasan.Tak berselang lama, Ibrahim yang merasakan dingin minyak kayu putih menelusuk ke dalam hidungnya, perlahan mulai membuka mata. Ungkap syukur menjadi yang pertama kali ia panjatkan kala pemandangan pertama yang tampak di matanya adalah istrinya."Mas ... kamu sudah sadar?" Tanya Arumi setelah mendapati sang suami telah membuka mata.Ibrahim hanya mengangguk lemah."Kamu minum dulu ya, Mas ...," tawar Arumi pada suaminya yang memandanginya lekat.Ibrahim hanya mengangguk pasrah. Arumi segera mengambil air, memberinya sedotan kemudian membantu sang suami untuk meminum dalam kondisi masih berbaring."Kamu ini kenapa sih, Mas? Kok bisa sampai pingsan begitu?" Tanya Arumi seraya meletakkan kembali botol air mineral di atas nakas, kemudian me

  • Dosen Dingin itu Suamiku   Bab 31

    Bab 31Ibrahim bernafas lega, memandang Arumi yang tengah gundah gulana. Walaupun gadis itu telah banyak mengatainya, namun sedikitpun tak ada rasa sakit di hatinya. Ia memaklumi, dan ia sangat bersyukur sebab Arumi terlihat baik-baik saja.Perlahan ia berjalan mendekat ke arah Arumi, sengaja ia mengendap-endap agar istrinya itu tidak menyadari kedatangannya. Hingga saat jarak di antara mereka hanya tersisa satu meter, Ibrahim berdehem dan membuat Arumi terjingkat kaget."Astaghfirullah," desis Arumi reflek beristighfar sembari mengelus dada, masih dengan posisi memunggungi suaminya."Tenang saja, saya mendengar semua yang kamu ucapkan tentang saya, sehingga kamu terbebas dari dosa, karena saya sudah memaafkannya," sahut Ibrahim dengan nafas yang sedikit memburu. Rasa panik bercampur khawatir yang berlebihan membuat dadanya bergemuruh sepanjang perjalanan, tentu hal itu membuat tubuhnya bergetar dan nafasnya hanya sepenggal-sepenggal.Perlahan Arumi membalikkan tubuhnya, memandang Ibr

DMCA.com Protection Status