Share

Bab 10

Penulis: ERIA YURIKA
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-12 00:17:16
Dewi sudah ada di depanku. Wajahnya pucat, matanya sembab tapi dalam keadaan seperti itu sorot matanya tampak menyimpan kemarahan yang teramat sangat. Ya Tuhan. Dewi! Dia melihat sesuatu di atas meja makan, tepat ke arah pisau dan kotak selai strawbery.

“Wi kamu enggak akan nekat kan?”

Suasana mendadak tegang.

“Ada anak-anak kita di sini Wi.”

“Ya Tuhan Dewi!!!!!”

“MAMAHHHHH!!!!” Anak-anak berteriak.

Aku menggeleng pelan, seraya menahan perih karena mata pisau itu kini berada dalam genggaman. Sedang Dewi juga enggan melepasnya. Aku harus mengerahkan tenaga, berusaha menahan Dewi yang terus menekan.

“Jangan melakukan ini di depan anak-anak.”

Beruntung saat itu Rafa sudah menutup ke dua mata adiknya. Dengan susah payah bocah itu menarik adik-adiknya yang terus meronta seraya mengelukan nama Ibunya.

Darah mulai menetes, memberikan warna baru di lantai. Tapi Dewi masih tak mau mengalah. Tak ada cara lain selain membiarkan pisau itu menusuk telapak tanganku semakin supaya aku mampu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
yenyen
its triple killed
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dosa yang Tak Termaafkan   Bab 11

    "Mas kenal sama perempuan yang baru masuk ke Spesialis Kulit dan Kelamin?”Pria itu rupanya juga tengah menatap ke arah Eiden dengan tatapan yang mencurigakan.“Iya teman saya.”“Ati-ati,” ucapnya seraya menyunggingkan bibir.Apanya yang hati-hati, perkataannya barusan sungguh memancing penasaran. Aku tak mau ambil pusing dengan urusan Eiden. Aku bahkan sedang menggendong jasad putriku, bagaimana bisa memikirkan orang lain.“Mari Mas.” Pria itu sudah berjalan lebih dulu, aku jauh tertinggal di belakang, aku lantas mengejarnya.“Kenapa anda mau menolong saya?” tanyaku.“Seminggu yang lalu putri saya meninggal dunia.” Laki-laki itu tertunduk, meski begitu kami terus berjalan. Katanya tak baik menunda pemakaman jenazah.“Innalillahi, saya turut berduka Mas.”“Mas tenang aja saya enggak akan membawa kabur mobilnya kok.”

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-12
  • Dosa yang Tak Termaafkan   Bab 12

    Mereka yang tak pernah peduli akan kehadiran Tuhan di sisinya, justru sanksi sosial lah yang lebih memberi efek jera pada para pelaku kejahatan.“Sudah Pak RT orang Bapak kok tega banget ngeracun anaknya sendiri? Lapor polisi aja biar masuk penjara!” Di tengah kepanikan Eiden dengan wajah tak berdosanya, mendekatiku. Semua prang terdiam, seperti tengah memastikan sesuatu.“Loh ini kan perempuan yang di video ya?”“Iya benar, ini nih dasar pasangan mes*m!” umpat seorang wanita paruh baya, yang tampak berapi-api. Dia mendekati Eiden yang mulai ketakutan.Kenapa juga dia harus datang saat kondisi seperti ini.“Tuh Pak RT anaknya baru meninggal aja masih mau main belakang, coba kalau enggak ada kita-kita sudah zina lagi pasti!”“Arak aja, telanj*ng#n sekalian! Dasar perempuan engg#k bener!”Eiden yang makin ketakutan, dia segera pergi ke luar, diiringi sor

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-13
  • Dosa yang Tak Termaafkan   Bab 13

    Jangan mengharapkan pertolongan orang lain, karena yang bisa membawamu keluar, ada pada kemauanmu sendiri.~PoV Dewi“Wi, kamu sudah lihat video suamimu dan selingkuhannya yang tersebar di media sosial?”“Untuk apa aku melihatnya, enggak penting, apa aku harus peduli dengan pembunuh itu, bahkan kalau hari ini dia mat* aku enggak akan sudi melihat jasadnya!” Risma yang sejak tadi ragu-ragu untuk bertanya akhirnya tak tahan lagi. Mungkin dia pikir hal itu akan memperparah luka di hatiku. Bukankah hidupku begitu menyedihkan. Ditinggalkan anak juga diselingkuhi suami di waktu yang bersamaan.“Astagfirullah, Wi.”“Kenapa?”“Aku tahu kamu sakit hati dengan perlakuan Mas Dani tetapi enggak baik menyumpahi orang lain meninggal.”“Terlalu banyak toleransi yang kuberikan Ris, saking bodohnha aku harus merelakan putriku satu-satunya..hiks hiks hiks.”“Dek Ris kamu apa-apan sih ngapain nunjukin v

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-14
  • Dosa yang Tak Termaafkan   Bab 14

    "Sudahlah Bapak ini diajak ngomong baik-baik malah begini, Maaf ya Pak Dani, perbuatan Bapak dan ibu itu sudah melanggar norma dan agama, pokonya suka atau tidak suka, Bapak harus mengikuti keputusan saya!”“Saya enggak pernah nyentuh dia, Bapak lihat saya juga Cuma tiduran aja di vidio itu!” ucapku lantang.“Mas! Cukup ya aku juga punya harga diri!”“Kalau kamu punya harga diri kenPa.kamu taruh obat tidur di kopi terus membuka pakaianmu sendiri masuk ke kamarku!”Plakk!!“Cukup!” Dia berteriak seolah apa yang kukatakan tidaklah benar!Perempuan g*la!Aku lantas mencengkeram pergelangan tangannya kuat-kuat, membuatnya mendesis nyeri, sungguh aku menikmatinya, ini tak ada apa-apanya dibandingkan kamu yang membuatku kehilangan wajah, di hari pemakaman putriku sendiri.“Sudah! Cukup, terserah kalian mau ngomong apa yang jelas saya akan menikahkan kalian secepatnya! Apa pun alasannya!” Pak Rt menarik Eiden dari cengkeramanku. Tampak jejak merah gelap di s

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-15
  • Dosa yang Tak Termaafkan   Bab 15

    “Dulu kamu pernah periksa ke Spesialis Kulit dan Kelamin kan? Kamu tuh sebenarnya sakit apa? Buat apa juga kamu sembunyikan semuanya dari suami kamu sendiri?”Mendadak Eiden berhenti merintih, dia berpaling menatapku, menampilkan ekspresi terkejutnya.“Hmm kamu jangan sembarangan nuduh, aku mana pernah periksa ke sana.” Seraya mengalihkan pandangan keluar. Aku bisa melihatnya berubah gugup. Saat bicara dia selalu saja menghindari terjadinya kontak mata denganku.“Aku masih normal Eiden!”“Aww sakit banget Mas!”“Ya sudah tahan lah, sebentar lagi sampai.”“Kita putar balik aja Mas, enggak usah periksa, aku istirahat aja di rumah.”“Kamu itu kenapa sih? Dibaiki malah enggak mau! Lihat aja, bengkak di leher kamu setiap hari semakin besar aja, aku aja yang lihat ngeri, belum lagi ruam kamu, udah hampir seluruh badan, masa iya kamu enggak merasa risi!”Eiden tak menjawab sekarang rintihan itu bercampur isaknya yang memilukan.Apa aku terlalu keras pada

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-16
  • Dosa yang Tak Termaafkan   Bab 16

    “Bapak jangan ketawa terus dong, Arumi jadi takut, Bapak kenapa sih?”Aku bisa merasakan saat Arumi mengguncang tubuhku, setiap detik bahkan guncangannya semakin keras. Aku sampai terhuyung. Seseorang kemudian mendekat, aku tak peduli, kali ini aku hanya ingin tertawa. Hidupku hancur sehancur-hancurnya. Setiap malam aku bahkan tak mampu tidur nyenyak, bayang Si Bungsu yang menghampiri setiap malam, membuat rasa bersalah itu kian menyiksa jiwa. Nuraniku seakan berontak. Dewi tak mau menghukumku. Meski aku mencoba menghubungi Bude dan Padenya di kampung, namun jawabannya tetap sama. Suatu hari Dewi bahkan mengirimkan sebuah surat.“Aku melakukan semuanya demi anak. Jangan sampai anak-anak memiliki Ayah mantan narapidana, sudah cukup label Anak Tukang Selingkuh, yang tidak tahu kapan akan hilang. Jadi jangan menambah beban mereka dengan memenjarakan dirimu, bukankah ini lebih baik bagimu, kamu bisa bebas dengan istri barumu, nikmati saja hidupmu. Tak perlu merasa bersalah, buka

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-17
  • Dosa yang Tak Termaafkan   Bab 17

    “Kamu kenapa sih Mas? Pagi-pagi, senyum-senyum sendiri?” tanya Eiden saat kami sedang berkumpul di meja makan.“Arumi kamu mau punya adik lagi.”“Maksudnya Mamah hamil?”“Aku kan enggak hamil Mas.” Eiden menatap bingung, lagi pula siapa juga yang mau menyentuhnya lagi.“Dewi yang hamil.”“Mas, aku ini istrimu yang sekarang beraninya kamu bahas wanita lain di depanku, pakai bilang segala Arumi mau punya Adik, keterlaluan banget!” Eiden membanting piring yang berisi roti. Membuat Arumi yang berada di sampingnya tersentak.“Kenapa sih di mata kamu, aku enggak pernah ada artinya?”“Dari awal sudah kubilang kita tak perlu menikah, tetapi kamu malah membuat sandiwara gila yang membuat kita terpaksa menikah.”“Jadi kamu terpaksa menikah sama aku?”“Siapa juga yang mau nikah sama perempuan yang peny… .”Sejenak mataku melirik ke arah Arumi yang ketakutan, menutup ke dua telinganya seraya tertunduk menatap piring kosong, yang sejak tadi belum sempat te

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-18
  • Dosa yang Tak Termaafkan   Bab 18

    “Kamu lupa waktu kita pertama kali ketemu di bar? Kita pernah melakukan itu!”Seketika pikiranku melayang pada kejadian lawas itu. Tepatnya saat aku punya masalah besar di kantor, karena setres aku pergi ke tempat itu. Tak kusangka kalau hal itu akan membawa kesengsaraan hari ini. Karena mabuk aku sampai tak ingat dengan siapa kuhabiskan malam berdua. Karena saat itu Eiden juga memilih pergi, sudah lama aku mencari keberadan wanita itu. bagaimana pun hatiku tergerak untuk mempertanggung jawabkan perbuatanku padanya. Namun lambat laun kehadiran Eiden membuatku lupa akan kejadian itu. Siaapa sangka kalau ternyata dia perempuan yang kucari.Kalau sejak saat itu Eiden sudah terpapar virus HIV, kemungkinanbesar Dewi ikut terpapar juga. Tetapi lagi-lagi Dewi malah memblokir akses satu-satunya yang bisa menghubungkanku padanya.“Kamu tahu enggak Eiden gara-gara kamu, Dewi juga tertular penyakit itu, dan mungkin juga Yuri, semua gara-gara kamu!”Baru kusadari kalau Yuri yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-19

Bab terbaru

  • Dosa yang Tak Termaafkan   Bab 25 [Tamat]

    Aku terdiam menyadari kalau ada yang tak beres. Mata kami bertemu, sorot mata Mas Hasan saat itu masih memerah.Aku masih terdiam di tempat. Saat menyaksikan Mas Hasan mulai menurunkan keranda. Lalu dia tampak acuh padaku memilih langsung turun ke liang lahad.“Mamah!”Dari arah pintu utama pemakaman teriakan yang begitu akrab di telinga menggema. Seketika menghentikan prosesi pemakaman saat itu.Itu Rafa, anakku.“Jangan memasukkan Mamah ke situ Ayah!” katanya dengan wajah berderai.“Mbak Erna tolong bawa Rafa ke rumah ya, pastikan dia enggak ke sini.” Suara Mas Hasan bergetar.Aku ingin turun untuk membantu. Namun hanya dengan mengebaskan tangan Mas Hasan orang-orang di sana menahanku.Hingga prosesi pemakaman selesai. Mereka baru melepasku.“Mas tolong jelaskan sesuatu, jangan diam saja.”BUKK!!Mas Hasan malah memukulku.“Minggir!”“Mas terus anak-anak bagaimana?”“Bukan urusan kamu!”“Hahahaha.”Entah ada apa deng

  • Dosa yang Tak Termaafkan   Bab 24

    “Sakit banget Mas tolong aku.”Eiden memegangi perutnya yang berlumur darah. Entah siapa yang baru saja menusuknya, aku hanya berpikir untuk segera membawanya pergi ke rumah sakit.“Rum! Ayo ikut Bapak!” Tak ada jawaban. Aneh! Bukankah biasanya dia akan sangat mengkhawatirkan Ibunya.“Kamu enggak mau ikut?” Mengingat kondisi Arumi yang ketakutan aku berniat mengajaknya pergi karena khawatir kalau pencuri itu mungkin akan datang lagi. Namun gadis itu malah menggeleng tanpa sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Sementara Eiden yang kesakitan tak mungkin bisa menunggu lebih lama. Akhirnya aku memutuskan untuk pergi.“Siapa yang melakukannya Eiden? Apa ada pencuri yang masuk?”Dia terdiam sejenak. Seperti memikirkan apa yang hendak dia ucapkan tetapi beberapa saat kemudian. Eiden mengangguk walau jelas sekali tampak keraguan dalam sorot matanya.~Untunglah lukanya tak terlalu dalam. Namun karena penanganannya sedikit terlambat Eiden tidak dip

  • Dosa yang Tak Termaafkan   Bab 23

    “Aku enggak akan biarkan kamu menikah sama Mas Hasan Wi, dia enggak salah apa-apa, aku yang salah, kamu lampiaskan saja ke aku, kamu bilang mau penjarakan aku kan, ya sudah lakukan saja.”“Aku berubah pikiran, ingat satu hal Mas, aku enggak akan membuat semua hal mudah bagi kamu.”Kali ini dia pergi, sungguh wanita kenapa sulit sekali dimengerti, jelas kulihat dia meneteskan air mata saat hakim mengetuk palu, tetapi tetap saja, rasa ingin balas dendamnya masih mengakar di sana. Tak mau kehilangan kesempatan aku mengejarnya.“Wi tapi kamu sudah janji mengizinkan aku bertemu sama anak-anak, sekarang aku mau ketemu sama dia.”“Kalau uang yang kamu janjikan sudah ada di tanganku baru kuberikan apa yang kamu inginkan.”Sial ada saja alasannya untuk mencegahku bertemu dengan mereka. Lihat saja setelah kupenuhi tuntutanmu kamu tak akan bisa menahanku lagi. Tadinya aku ingin diam-diam mengikuti Dewi tetapi panggilan di ponselku membuat perhatianku teralihkan. Panggilan

  • Dosa yang Tak Termaafkan   Bab 22

    “Masa iya harus jual rumah, mau tinggal di mana coba! Kenapa harus cash sih!”Pikiranku buntu, kalau saja Dewi bersedia menerima uang itu dalam bentuk aset yang kumiliki, hal itu mudah saja bagiku. Hanya tinggal balik nama lalu selesai. Di perjalanan pulang kusempatkan untuk mampir di rumah makan. Sejak kepergian Dewi tempat ini sudah seperti rumah ke duaku. Eiden yang tak pandai memasak, mau tak mau aku jadi lebih banyak makan di luar.Kalau Dewi yang lemah lembut saja bisa sekerasini di persidangan, lalu bagaimana dengan Eiden, apa yang akan dia minta nantinya. Memikirnya sungguh membuatku frustasi. Hidup sendirian nyatanya tak selalu menyenangkan. Satu-satunya keluarga yang kumiliki, sekarang tak bisa lagi diharapkan, tetapi tak ada salahnya mencoba bukan?“Hallo Mas?”“Ya.”“To the point aja Mas aku mau bicara masalah Dewi.”“Ckk, apa lagi? Mau nuduh aku dan Dewi selingkuh?”Dari mana dia tahu, apa jangan-jangan Dewi

  • Dosa yang Tak Termaafkan   Bab 21

    “Munafik! Apa bedanya kamu denganku Wi? Sama-sama selingkuh!”Melihat mereka tertawa layaknya pasangan suami istri, ada yang berdenyut nyeri di dalam sini. Tak tahan lagi, akhirnya kuputuskan untuk bergabung dengan mereka. Ada anak-anakku di sana, meski emosi yang kian menggebu, nyatanya rinduku pada mereka telah berhasil meredam segalanya. Aku tak mau melakukan kesalahan yang kedua kalinya.“Adit, Rio!” panggilku. Seketika mereka menengok dengan ekspresi keterkejutannya, namun tidak dengan Dewi wajahnya datar saja.“Papaaaah!” Anak-anak lantas berhamburan memeluk, kecuali Rafa yang baru datang entah dari mana. Sekilas dia menatap namun kembali meneruskan langkah, seolah kami bukanlah orang yang saling mengenal. “Begitu kah caramu mendidik anak Wi? Sampai-sampai dia enggak punya rasa hormat sama orang tuanya sendiri!”“Untuk apa menghormati pembun*h!” katanya lirih, mungkin takut di dengar anak-anak, namun tidak dengan Mas Hasan yang bergitu terkejut mendengar p

  • Dosa yang Tak Termaafkan   Bab 20

    “Wi, oke kalau kamu mau ambil hak asuh anak silahkan tapi tolong, setidaknya izinkan Mas bertemu mereka, seminggu sekali atau sebulan dua kali tak masalah.”“Jangankan sebulan Mas setahun sekali pun enggak akan aku kasih.”“Jangan kayak gini Wi? Itu namanya kamu egois, suatu saat pasti mereka bakal nanyain aku.”“Seyakin itu kamu Mas? Mereka aja benci kok sama kamu.”“Mau kamu itu apa sebenarnya Wi? Aku datang jauh-jauh ke sini, dengan niat baik, ngasih tau kamu soal kemungkinan terinveksi HIV, tapi niat baikku malah kamu tolak, uang juga kamu tolak, aku minta kamu hukum aku atas kelalaian yang membuat kita kehilangan Yuri pun kamu enggak mau terima, aku ini benar-benar ingin berubah, kenapa kamu begitu menyulitkanku, bahkan untuk sebuah tanggung jawab seorang ayah pun kamu menolaknya.”“Aku enggak butuh!”“Kamu jangan sombong, ngurus anak tiga kamu pikir gampang, apa lagi dengan kondisi kamu sekarang.”“Jadi kamu ingin aku bagaimana?”“Setidaknya ter

  • Dosa yang Tak Termaafkan   Bab 19

     “Wi? Mas Hasan? Kalian ngapain di sini?”Mereka terdiam sejenak, mungkin terkejut dengan kehadiranku yang tiba-tiba.“Loh kamu di sini?” tanya Mas Hasan, sementara Dewi malah mundur selangkah, seolah memberi jarak padaku yang memang saat itu persis di sampingnya. Wajah cerianya redup dalam sekejap.“Aku mau ketemu Dewi Mas.”“Oh gitu ya.” Dia mengangguk, lalu lagi-lagi menatap ke arah Dewi dan tersenyum. Sedang Dewi yang terlihat gugup di ujung saja memilih menunduk.“Mas sejak kapan pindah tugas ke sini? Kenapa enggak pernah ngasih tahu aku?”“Loh memangnya kamu pernah nanya, orang nanyain kabar aja enggak pernah kok!”Ya meski kami saudara kandung. Hubungan kami memang tak terlalu dekat. Terhitung sudah sebulan kami tak pernah berkomunikasi.“ibuk aku Mas.”“Sibuk ya?” Dia kembali mengangguk-anggukkan kepala.“Sampai enggak ngasih kabar keluarga kalau anak kamu meninggal?”Laki-laki itu menatap dengan seringai di bibirnya.“Maa

  • Dosa yang Tak Termaafkan   Bab 18

    “Kamu lupa waktu kita pertama kali ketemu di bar? Kita pernah melakukan itu!”Seketika pikiranku melayang pada kejadian lawas itu. Tepatnya saat aku punya masalah besar di kantor, karena setres aku pergi ke tempat itu. Tak kusangka kalau hal itu akan membawa kesengsaraan hari ini. Karena mabuk aku sampai tak ingat dengan siapa kuhabiskan malam berdua. Karena saat itu Eiden juga memilih pergi, sudah lama aku mencari keberadan wanita itu. bagaimana pun hatiku tergerak untuk mempertanggung jawabkan perbuatanku padanya. Namun lambat laun kehadiran Eiden membuatku lupa akan kejadian itu. Siaapa sangka kalau ternyata dia perempuan yang kucari.Kalau sejak saat itu Eiden sudah terpapar virus HIV, kemungkinanbesar Dewi ikut terpapar juga. Tetapi lagi-lagi Dewi malah memblokir akses satu-satunya yang bisa menghubungkanku padanya.“Kamu tahu enggak Eiden gara-gara kamu, Dewi juga tertular penyakit itu, dan mungkin juga Yuri, semua gara-gara kamu!”Baru kusadari kalau Yuri yang

  • Dosa yang Tak Termaafkan   Bab 17

    “Kamu kenapa sih Mas? Pagi-pagi, senyum-senyum sendiri?” tanya Eiden saat kami sedang berkumpul di meja makan.“Arumi kamu mau punya adik lagi.”“Maksudnya Mamah hamil?”“Aku kan enggak hamil Mas.” Eiden menatap bingung, lagi pula siapa juga yang mau menyentuhnya lagi.“Dewi yang hamil.”“Mas, aku ini istrimu yang sekarang beraninya kamu bahas wanita lain di depanku, pakai bilang segala Arumi mau punya Adik, keterlaluan banget!” Eiden membanting piring yang berisi roti. Membuat Arumi yang berada di sampingnya tersentak.“Kenapa sih di mata kamu, aku enggak pernah ada artinya?”“Dari awal sudah kubilang kita tak perlu menikah, tetapi kamu malah membuat sandiwara gila yang membuat kita terpaksa menikah.”“Jadi kamu terpaksa menikah sama aku?”“Siapa juga yang mau nikah sama perempuan yang peny… .”Sejenak mataku melirik ke arah Arumi yang ketakutan, menutup ke dua telinganya seraya tertunduk menatap piring kosong, yang sejak tadi belum sempat te

DMCA.com Protection Status