Sesampainya di kantor ,Darren langsung menuju ruang meeting ,karena dia sudah ditunggu disana.
"Maaf semuanya , maaf sudah membuat menunggu , tadi saya ada urusan jadi agak telat datangnya" sambil membungkukkan badan sebagai tanda permohonan maaf.
"Tak apa pak Darren, kami juga belum lama datang" ucap Biyan klien dari Darren .
"Kita langsung saja ke pembahasan utama" memberi kode pada Tasya ,sekretaris Darren untuk menunjukkan rencana proyek pembangunan resort yang rencananya akan di bangun dengan megah, sudah di siapkan dan disusun rapi .
Darren dengan teliti dan lincah menjelaskan rencana proyeknya , serta struktur struktur yang sudah dia cantumkan .
Biyan selaku klien Darren yang akan bekerja sama dengan perusahaan Darren terperangah dan takjub dengan rencana proyek Darren . Memang tepat mengajak Darren dalam hal bisnis , karena semua bisnis dan proyek yang di kerjain Darren selama ini semuanya berjalan sangat sukses .
Kurang lebih 2 jam meeting pun selesai dengan kesepakatan kedua belah pihak dan menanda tangani kontrak kerja sama mereka.
"Terima kasih Pak Darren.. sudah bersedia bekerja sama dengan perusahaan kami". Ucap Biyan sambil mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Darren.
"Sama sama Pak Biyan.. Secepatnya kita akan memulai menjalankan proyek ini". Balas menjulurkan dan menjabat tangan Biyan.
"Baik kalau begitu kami permisi dulu". Pamit Biyan dan rekan kerjanya yang lain.
"Siap .. hati hati di jalan Pak Biyan".
Setelah kepergian Biyan dan kliennya yang lain, Darren bergegas menuju ruangan nya.
"Haahhh... Kelar juga meting hari ini". Tetiba tersenyum mengingat wajah cantik gadis di toko bunga itu.
"Diantha... Nama yang sangat indah , cantik seperti pemiliknya". Tersenyum sepanjang saat , hingga suara seseorang mengganggu lamunannya.
"Kamu kenapa gak balas chat aku sih" ucap seorang gadis cantik dan modis serta elegan.
"Sampai aku harus nyamperin kamu kesini". Ngeluh gadis itu dengan suara manja yang di buat buatnya.
"Gak ada yang nyuruh kamu kesini San". Jawaban menohok dari Darren membuat gadis itu jadi merajuk.
"Gitu deh selalu jawabannya .. sekalian kan aku nyamperin tunangan aku " .
"Gak boleh emangnya ?" Tanya Sandra lagi . Yah gadis itu Sandra Kinanti. Sekaligus tunangan Darren Cakrya Jaya. Tunangan ? Hanya Sandra lah yang mengganggap mereka tunangan ,tapi tidak dengan Darren.
Darren tak menjawab dan kembali fokus pada tumpukan kertas kertas putih yang berisi kerjaan dan laporan perusahaannya. Melihat Darren hanya terdiam dan tak menjawab , membuat Sandra kesel setengah mati ,selalu saja Darren mengabaikannya. Tidak kah Darren tahu bahwa Sandra ingin menghabiskan waktu berdua serta bermanja manja layakanya sepasang kekasih yang lain. Kekasih ? Tunangan ini saja tak pernah di anggap Darren ,, apalagi kekasih . Dari dulu Sandra lah yang mengejar ngejar Darren , nasib baik karena kedua keluarga Darren dan Sandra saling mengenal satu sama lain . Bahkan ayah Darren lah yang berperan penting mengembalikkan perusahaan ayah Sandra saat terpuruk kala itu. Hingga keduanya memutuskan untuk menjodohkan anak anak mereka . Tentu saja Sandra senang ,tapi tidak dengan Darren .
"Aku kangen kamu ren.. bisa tidak bersikap baik sedikit sama aku.. kamu lupa aku ini tunangan kamu" titah Sandra.
"Kamu gak liat aku lagi kerja San" . Meletakkan bolpen dan menatap Sandra dengan tatapan dingin.
"Kan gitu lagi natapnya .. coba deh yang romantis gitu sama pasangannya". Kesal Sandra.
"Kalo gak ada kepentingan lebih baik kamu pulang San .. aku lagi sibuk hari ini". Tidak pedulikan ocehan Sandra dan melanjutkan pekerjaannya.
"Temani aku makan" kekeh Sandra.
"Makan sendiri.. bisa kan ?" Tanya Darren bener bener tak tahan dengan kelakuan Sandra . Kapan gadis ini akan pergi dan tidak mengganggunya lagi.
"Gak .. aku gak akan pergi sebelum kamu mau temani aku makan" . Melipatkan kedua tangannya dan duduk di sofa secara anggun.
"Ka- ...." Belum selesai Darren bicara sudah di sanggah Sandra.
"Aku telpon Tante Ambar atau gak Om Jaya , kamu gak mau Nemani aku". Siap untuk mendial nomor orang tua Darren.
"Oke .. aku temani". Ngalah daripada ribet entar urusannya .
"Nah gitu dong .. aku mau makan spagheti". Ucap Sandra sambil Memasukkan kembali ponselnya kedalam tas.
Langsung saja Darren berdiri dan berjalan keluar .
"Ayo.. aku gak punya banyak waktu .. kerjaan aku masih banyak San".
"Okeh..." Menjawab dengan seuntas senyuman karena senang berhasil membujuk Darren untuk menemaninya ,meski harus dengan di ancam dulu.
Sandra pun berdiri dan berjalan disamping Darren tak lupa untuk menggandengnya mesra. Meski yang di gandeng merasa risih dan tak nyaman . Apalagi banyak karyawannya yang melihat. Ditambah banyak bisik bisik mengatakan mereka terlihat sangat cocok . Cihhh bagi Darren tidak cocok sama sekali , akan lebih cocok jika Diantha yang berjalan beriringan dengannya. Tunggu , Diantha ? Sepertinya gadis itu sudah mengisi seluruh otaknya . Belum juga sehari bahkan baru beberapa jam yang lalu mereka bertemu untuk pertama kalinya, tapi Diantha sudah melalang buana dipikirannya. Cieee apakah ini yang di namakan cinta pada pandangan pertama wkwkwkwkwk.
Sepanjang perjalanan menuju restoran , Darren hanya diam dan fokus menyetir sedangkan Sandra ,jangan di tanya lagi . Dia sibuk berceloteh panjang lebar menceritakan apa saja kegiatannya . Padahal dia tahu tak kan ada respon dari pria di sampingnya itu . Begitu dingin , harus dengan cara apa lagi agar Darren mau membuka hatinya untuk dia.
Setelah sampe di restoran dan memesan makanan , yang tentu saja hanya untuk Sandra , Darren hanya memesan segelas air putih ?.
"Kamu cuma mesan air putih doang ren, gak mau Mesan makan gitu atau desserts ?" .
"Gak .. udah mesen nya ,tungguin sampe makanannya datang , gak usah banyak ngomong". Bener bener dingin .
"Hhhah.. bisa gak gak usah sedingin ini.. aku tun- ". Kalimatnya di sambung Darren.
"Angan... Harus gitu tiap saat kalimat itu di lontarkan .. aku tau aku tunangan kamu .. gak usah di ulang dan di perjelas". Tatap Darren makin dingin terhadap Sandra.
"Bakalan aku ulang terus sampe kalimat tunangan berubah menjadi suami". Tegas Sandra dan saat menekan kata suami tiba tiba dia tersenyum malu malu.
Darren hanya memperhatikan tanpa menjawab ,tentu saja dengan tatapan tak suka . Jika Diantha yang mengucapkan kalimat itu ,pasti Darren dengan senang hati menerimanya. Nah mulai lagi kan memikirkan gadis itu wkwkwkwkwk. Secepat kilat menepis pikiran nya yang sudah ngaur kemana mana.
Tak lama kemudian pesanan spagheti Sandra telah tiba.
"Makan .. jangan banyak bicara .. aku harus cepat balik ke kantor". Baru juga Sandra akan berbicara lagi tapi sudah di peringati. Akhirnya dia makan dengan tenang , hingga selesai makanannya. Darren kemudian berdiri dan berkata....
"Sudah selesai kan.. aku harus balik ke kantor .. bisa pulang sendiri kan". Berlalu dari hadapan Sandra tanpa mendengar gadis itu akan berbicara dulu.
"Darren Cakra Jaya brengseeeekk" emosi Sandra .
"Liat saja akan aku pastikan kau tertekuk lutut dihadapanku ,akan ku buat kau tergila gila padaku" menyunggingkan senyuman smirk , Sandra tidak akan pernah menyerah untuk mendapatkan hati dari seorang manusia dingin seperti Darren. Akan dia pastikan Darren akan menjadi miliknya seutuhnya.
* * *
"Diantha.." panggilan seseorang yang sangat lembut itu lantas menghentikan langkah kaki gadis itu yang akan segera beranjak dari toko itu karena sudah waktunya pulang .
"Yah Bu" jawab Diantha.
"Besok pagi kamu temani saya buat nganterin pesanan bunga bunga yang tadi kamu rangkai yah , bunga bunga itu mau dihias di acara outdorr ,temanya tentang bunga , makanya mesan berbagai macam bunga di toko kita sekaligus di rangkai. Yang punya acara ,adalah langgan toko kita.." jelas Ananta pemilik dan juga bos dari Ananta florist's.
"Iya Bu.. besok aku datang cepat biar bisa bantuin angkatin bunga bunganya".
Ananta menjawab sambil tersenyum.
"Iya sudah kamu pulang gih.. udah mau Maghrib".
"Baik Bu.. saya pamit pulang dulu". Kemudian berlalu dan berjalan ke halte untuk menunggu bis.
Akhirnya sampai juga di tempat ternyaman Diantha untuk berlindung dan beristirahat dari aktivitasnya sepanjang hari. Rumah hunian yang kecil namun sangat nyaman , mempunyai 1 kamar tidur, kamar mandi ,ruang tamu kecil ,dan dapur kecil ,sudah sangat nyaman bagi seseorang yang hanya tinggal seorang diri di dalamnya .
Rumah kecil itu Diantha membelinya dengan harga yang cukup murah , dari hasil tabungannya selama dia bekerja . Sejak lulus sekolah Diantha mulai bekerja ,saat ini umurnya memasuki 25 tahun . Umur yang ideal kan ,sudah waktunya untuk menikah , haaaahh jangan kan menikah pacar saja tak punya , ouhhh jangankan pacar , Diantha sama sekali belum pernah berpacaran . Dirinya fokus untuk bekerja agar bisa membantu ibu panti dan adik adik nya di sana.
Setelah mengeringkan keringat di tubuhnya , Diantha pun melanjutkan untuk mandi dan membersihkan diri . Setelah selesai kini dia berkutat di dapur untuk membuat makan malam ,karena sesungguhnya dia pun sudah sangat lapar. Hanya menu sederhana , tahu goreng dan sayur sup . Setelah semuanya telah selesai, makanan telah jadi ,dan juga sudah habis disantap dan lanjut membereskan semua peralatan dapur , kemudian waktunya untuk mengistirahatkan badan . Besok pagi dia harus bangun cepat agar tak telat . Dan kemudian mata pun mulai terpejam dan Diantha telah tertidur lelap.
* * * Pagi pagi sekali Diantha sudah berada di Ananta florist's , seperti janji nya kemarin. Kini dia sedang memasukkan satu persatu secara perlahan rangkaian bunga bunga cantik dari berbagai jenis ke dalam mobil box . Setelah semuanya selesai ,kini dia dan Disen serta seorang supir bersiap menuju tempat yang akan dituju. Ananta sendiri tidak jadi ikut ,karena harus ke luar kota mendadak , jadi tugas ini dia serahkan ke Diantha untuk mengurusnya , dan meminta Disen untuk menemani Diantha , tidak mungkin dia membiarkan Diantha mengurusnya sendiri ,pasti dia akan kewalahan di sana . Perjalanan nya lumayan memakan waktu karena tempatnya berada di Lembang Rainbow Garden. Disana banyak di tumbuhi bunga bunga cantik , dan menjadi salah satu spot wisata warga Bandung yang gak boleh di lewatkan. Sangat cocok juga untuk di jadikan tempat acara ataupun tempat berkumpul keluarga. "Disana banyak orang gak yah tha .. agak grogi kalau banyak orang" tanya Disen cemas.
Sepanjang perjalanan pulang menuju Ananta florist's dan kembali melanjutkan pekerjaan disana. Diantha terdiam seperti memikirkan sesuatu . Hanya terdengar celotehan dari Suara Disen yang sednag berceloteh ria bersama Kang Adi. "Tha .. diam diam Bae". Tanya Disen, sedari tadi Diantha tak mengeluarkan sepatah kata pun. Mungkin dia kelelahan. "Lagi menikmati pemandangan .. udara hari ini cerah yah". Menatap kelangit yang memang sangat cerah hari itu , langitnya yang biru ,serta pantulan sinar cahaya matahari terlihat dari celah celah awan putih . Dusta Diantha , padahal sebenarnya dia sedang memikirkan kejadian tadi . Hanya saja tidak ingin mengatakannya pada Disen. Darren .. 1 nama yang spontan dia ucapkan lewat bibir mungilnya ,tanpa mengeluarkan suara. Untungnya tidak terdengar oleh 2 orang di sampingnya itu . "Haahhh.." helaan nafas yang keluar dari mulutnya itu ,lantas membuat Disen berbalik padanya . "Napa Bu .. kedengaran banget tuh
Seorang gadis tinggi sedang berjalan anggun menuju 2 Lelaki yang sedang bercengkrama. "Sayang..." Sapa Sandra dan duduk sambil merangkul tangan Darren manja. "Papa mau ketemu kamu". Ucapnya lagi. "Iya bentar , aku masih ngobrol sama Sean". Sebenernya Darren sangat tak ingin berkumpul dengan para orang tua itu. Karena yang di bahas pasti soal rencana pernikahannya bersama Sandra. Apa orang tuanya tidak pedulikan perasaannya . Pertunangannya saja tidak dia sukai, apalagi pernikahan. "Kesana dulu, gue gak apa apa". Titah Sean. "Oke .. gue kesana dulu". Pamitnya dan di angguki Sean. Darren berdiri dan berjalan menuju para orang tua ,dan meninggalkan Sandra di belakangnya yang memanggil manggilnya.. gadis itu pasti sangat jengkel. "Nah itu Darren".ucap Papah Darren, Adrian Atmajaya. "Hai om". Sapa Darren setelah tiba di hadapan para orang tua , dengan mengulus senyuman. Tak lama pun Sandra juga telah berg
"2 bulan lagi pernikahan kamu dan Sandra akan di laksanakan". Ucap Adrian pada anaknya itu. "Pa .. apa gak kecepatan?". Tanya Ambar pada suaminya. Ambar tahu anaknya sangat tidak menyetujui , tapi apa boleh buat Darren hanya bisa menuruti. "Darren tidak ingin menikah dengan Sandra". Ucapan Darren membuat kedua orang tua itu terkaget dengan apa yang di ucapkan anaknya. "Apa maksud kamu Darren? Bukannya tadi kamu menyerahkan semuanya sama kita. Dan kenapa tiba tiba mengatakan tidak ingin menikah". Adrian menatap anaknya itu penuh kebingungan, tapi Darren hanya menatap dengan dingin. Sepertinya ini sudah saatnya dia harus bicara, sebelum pernikahan ini terjadi. "Darren tidak mencintai Sandra. Selama ini Darren hanya berpura pura di depan kalian. Dari awal Darren tidak menyetujui perjodohan ini". Ucapannya makin membuat kedua orang tua itu semakin kaget. "Lantas kenapa kamu mau menerima perjodohan ini Darren. Bahkan kalian sudah bertunangan
Di pagi hari ,memulai lagi awal yang baru dari rutinitas. Gadis dengan mata hitam pekat yang indah, bibir tipis nan mungil, rambut panjang sepunggung yang halus, badan kecil yang ramping, tubuhnya indah, bahkan perfect pas di mata Darren. Bangun dari singgasana kasur nya , menuju kamar mandi untuk membasuh muka dan kemudian bergegas kedapur membuat sarapan yang akan dia bawa ke tempat kerja, Diantha lebih suka membawa bekal ketimbang membelinya, akan sesekali dia membeli jika tak sempat membuatnya atau sekedar ingin makan makanan warung. Setelah membuat bekal,dia segera bergegas untuk bersiap siap memulai pekerjaannya di Ananta Florist's. Saat membuka pintu rumah dan hendak melangkah pergi , betapa terkejut nya Diantha melihat seseorang sedang berdiri di depan, bersandar di sebuah mobil hitam, menggunakan setelan jas, rapi dan juga terlihat TAMPAN. "Hai". Sapa Darren dengan senyuman yang dia tunjukan. "Mas Darren, ngapain pagi pagi disini ?". "Jemput
Kini keduanya telah duduk dan siap untuk menyantap makan siang. Tepatnya Darren dan Diantha saling berhadapan. Jadi Darren bisa dengan puas menatap wajah Diantha. Sedangkan si gadis hanya menunduk sembari membuka bekal makanan yang dia bawah. Lalu makanan yang di bawah sama Darren tadi ada dimana ? Jawabannya adalah Disen membawa makanan itu untuk makan bersama dengan beberapa karyawan lainnya. Mereka tidak ikut makan bersama sepasang sejoli itu, karena tak ingin mengganggu. Darren memberikan semua makanan itu pada mereka. Dia lebih tertarik untuk makan makanan yang di bawa gadis di depannya itu. Sebelumnya Darren sudah menawarkan makanan yang dia bawah ,tapi gadis ini menolaknya. "Hummm.. keliatannya enak". Saat Diantha membuka bekal makanan itu , terlihat jelas isi di dalam kotak bekal berbentuk persegi panjang ,yang di dalamnya terdapat nasi putih di taburi bawang goreng di atasnya, beberapa potong tahu dan tempe yang di oseng pedes, dan juga tumis sayur kol
"Ngapain tuh bibir senyum gaje gitu, lagi kesambet Yee loe Ren?". "Kapan loe datang?". Darren balik bertanya pada Sean. "Dari loe pergi sampai saat ini, loe dari mana sih? Gue panggil tadi kagak denger". Oceh Sean, niat hati ke kantor sahabatnya itu ingin mengajak makan siang, tapi malah pergi dan membuatnya menunggu di ruangan itu. "Makan siang". Singkat Darren. "Di
"Chat terakhir ku tadi kok gak di balas". Tanya Darren saat keduanya sudah berada dalam di perjalanan. "Gak tau mau balas apa mas". Diantha yg di tanya hanya membalikkan wajah ke arah luar jendela. Dia malu bertatapan dengan Darren. Mana di tanyain pula soal chatan tadi. Tak bertanya lagi, Darren tahu gadis di sampingnya ini pasti sedang malu. "Mau singgah dulu gak, mungkin mau beli sesuatu, atau sekalian aja nyari makan buat makan malam". "Gak usah mas, aku masih punya stok persediaan bahan makanan di rumah". "Ummm... Boleh mas coba makanan kamu lagi gak". Pepet terus Ren. Sampai luluh hatinya. "Boleh aja mas, nanti aku masakin". "Asyikkkk... Makasih sayang". Lagi lagi spontan Darren mengeluarkan kata itu. Dan herannya Diantha hanya diam dan menerima kata itu. Namun hati dan jantung nya tak bagus, selalu berirama kencang. Keduanya telah tiba di rumah mungil Diantha. San
"jadi sudah resmi?" goda Dimas, dan itu berhasil membuat pipi Diantha makin bersemu merah. "Tha, ayok kita pasang?" ucap Disen tiba-tiba muncul. "Hmm, ayok." "Mau dipasang di mana aja?" Dimas bertanya dan keduanya berbalik menatapnya. "Di tempat yang sudah di tandai sama EOnya mas." jawab Diantha. Dimas mengambil beberapa bunga dan berjalan mencari tempat yang sudah di tandai, Diantha berjalan cepat ke arah Dimas. "Mas gak usah, biar aku yang pasang aja, ini kerjaan aku." "Aku bantuin, biar cepat selesai juga kerjaan kamu." ucap Dimas dan langsung berjalan memasang rangkain bunga-bunga itu di tempatnya. "Baik yah masnya?"tanya Disen di samping Diantha. "Sahabat mas Darren". ucap Diantha, Disen pun terkejut. Disen mengangguk paham,"Ganteng juga, tapi gantengan mas Darren, iya gak tha?" goda Disen pada Diantha. Gadis itu tersenyum malu-malu,"kamu ini,". Mereka kembali fokus pada kerjaan, se
To : My Love Sayang, kamu sudah berangkat? Darren mengirimi kekasihnya pesan singkat. Ting...( Bunyi nada chat masuk di hp Diantha). "Hmm aa' ngirim chat." Senyumannya mengembang. Kemudian dengan cepat mengetik sebuah balasan. To : Calon Suami Diantha (nama kontak Darren masih tetap sama saat pertama kali lelaki itu menyimpannya). Baru mau jalan a'. Kenapa a'? Send (pesan itu terkirim). Pesan balasan dari kekasihnya telah masuk. Entah mengapa hati Darren merasa gelisah. Khawatir akan terjadi sesuatu pada gadisnya itu. To : My Love Kamu hati hati di jalan yah. Kalau ada apa apa cepat hubungi aku. Tak butuh waktu lama, balasan pesan dari Diantha masuk kembali. From : My Love Iya a'. Aku juga kan gak sendiri perginya. Aa' gak usah khawtir yah. Oh iya, bekal nya jangan lupa di makan. To : My Love Iya sayang, pasti ^_^
Pagi pagi sekali Diantha sudah bangun dan sedang berkutat di dapur. Membuat beberapa masakan untuk lelaki yang semalam telah resmi menjadi kekasihnya.Mengingat peristiwa semalam, wajah nya berubah menjadi merah. Dia sekarang telah memiliki kekasih. Sudah tak jomblo lagi. Memikirkannya makin membuatnya menjadi tersipu malu.Darren, lelaki itu telah membuat nya terjatuh kedalam pesonanya. Jatuh kedalam pelukannya. Darren lelaki pertama yang Diantha cintai, dan juga menjadi cinta pertama nya. Apakah Darren bisa berada disisinya selamanya. Tiba tiba rasa takut melandanya, takut Darren suatu saat pergi meninggalkannya.Menggeleng kepala dengan cepat menepis pikiran yang memenuhi otaknya.Kembali berkutat menyelesaikan urusannya di dapur. Beberapa saat kemudian, masakan itu telah siap. Dengan telatan Diantha memindahkan kesebuah box makan yang telah dia siapkan."Dah beres. Sekarang aku harus mandi." Melihat kearah jam dinding ternyata waktu
"aku pulang dulu yah sayang, besok pagi aku jemput." Setelah selesai dengan acara melow melownya, kini Darren pamitan untuk pulang. "aa' gak apa apa emangnya, jemput terus tiap hari. Aku bisa pergi sendiri a', gak mau ngerepotin." "Bagi ku sekarang, besok dan selamanya. Diantha gak pernah ngerepotin aa'. Itu sudah tugasku menjaga dan melindungi gadis yang kucintai."Haduhhh, manis sekali pak. "Makasih a." "Jangan bilang makasih terus tha, lagian ini sudah tugas aku. Gih sana masuk, pintunya jangan lupa di kunci." "Iya." "Iya apa ?." "Hahh..?." "Bilang dulu iya sayang." Rupa rupanya Darren memang senang menggodanya. "Udah sana aa' jalan, hati hati di jalan." Mendorong badan lelaki itu untuk segera pulang. Jika Darren masih berlama lama disini,bisa bisa Diantha kehabisan oksigen. Bukannya berjalan menuju mobilnya. Darren malah menarik Diantha hingga membuat gadis itu be
"Chat terakhir ku tadi kok gak di balas". Tanya Darren saat keduanya sudah berada dalam di perjalanan. "Gak tau mau balas apa mas". Diantha yg di tanya hanya membalikkan wajah ke arah luar jendela. Dia malu bertatapan dengan Darren. Mana di tanyain pula soal chatan tadi. Tak bertanya lagi, Darren tahu gadis di sampingnya ini pasti sedang malu. "Mau singgah dulu gak, mungkin mau beli sesuatu, atau sekalian aja nyari makan buat makan malam". "Gak usah mas, aku masih punya stok persediaan bahan makanan di rumah". "Ummm... Boleh mas coba makanan kamu lagi gak". Pepet terus Ren. Sampai luluh hatinya. "Boleh aja mas, nanti aku masakin". "Asyikkkk... Makasih sayang". Lagi lagi spontan Darren mengeluarkan kata itu. Dan herannya Diantha hanya diam dan menerima kata itu. Namun hati dan jantung nya tak bagus, selalu berirama kencang. Keduanya telah tiba di rumah mungil Diantha. San
"Ngapain tuh bibir senyum gaje gitu, lagi kesambet Yee loe Ren?". "Kapan loe datang?". Darren balik bertanya pada Sean. "Dari loe pergi sampai saat ini, loe dari mana sih? Gue panggil tadi kagak denger". Oceh Sean, niat hati ke kantor sahabatnya itu ingin mengajak makan siang, tapi malah pergi dan membuatnya menunggu di ruangan itu. "Makan siang". Singkat Darren. "Di
Kini keduanya telah duduk dan siap untuk menyantap makan siang. Tepatnya Darren dan Diantha saling berhadapan. Jadi Darren bisa dengan puas menatap wajah Diantha. Sedangkan si gadis hanya menunduk sembari membuka bekal makanan yang dia bawah. Lalu makanan yang di bawah sama Darren tadi ada dimana ? Jawabannya adalah Disen membawa makanan itu untuk makan bersama dengan beberapa karyawan lainnya. Mereka tidak ikut makan bersama sepasang sejoli itu, karena tak ingin mengganggu. Darren memberikan semua makanan itu pada mereka. Dia lebih tertarik untuk makan makanan yang di bawa gadis di depannya itu. Sebelumnya Darren sudah menawarkan makanan yang dia bawah ,tapi gadis ini menolaknya. "Hummm.. keliatannya enak". Saat Diantha membuka bekal makanan itu , terlihat jelas isi di dalam kotak bekal berbentuk persegi panjang ,yang di dalamnya terdapat nasi putih di taburi bawang goreng di atasnya, beberapa potong tahu dan tempe yang di oseng pedes, dan juga tumis sayur kol
Di pagi hari ,memulai lagi awal yang baru dari rutinitas. Gadis dengan mata hitam pekat yang indah, bibir tipis nan mungil, rambut panjang sepunggung yang halus, badan kecil yang ramping, tubuhnya indah, bahkan perfect pas di mata Darren. Bangun dari singgasana kasur nya , menuju kamar mandi untuk membasuh muka dan kemudian bergegas kedapur membuat sarapan yang akan dia bawa ke tempat kerja, Diantha lebih suka membawa bekal ketimbang membelinya, akan sesekali dia membeli jika tak sempat membuatnya atau sekedar ingin makan makanan warung. Setelah membuat bekal,dia segera bergegas untuk bersiap siap memulai pekerjaannya di Ananta Florist's. Saat membuka pintu rumah dan hendak melangkah pergi , betapa terkejut nya Diantha melihat seseorang sedang berdiri di depan, bersandar di sebuah mobil hitam, menggunakan setelan jas, rapi dan juga terlihat TAMPAN. "Hai". Sapa Darren dengan senyuman yang dia tunjukan. "Mas Darren, ngapain pagi pagi disini ?". "Jemput
"2 bulan lagi pernikahan kamu dan Sandra akan di laksanakan". Ucap Adrian pada anaknya itu. "Pa .. apa gak kecepatan?". Tanya Ambar pada suaminya. Ambar tahu anaknya sangat tidak menyetujui , tapi apa boleh buat Darren hanya bisa menuruti. "Darren tidak ingin menikah dengan Sandra". Ucapan Darren membuat kedua orang tua itu terkaget dengan apa yang di ucapkan anaknya. "Apa maksud kamu Darren? Bukannya tadi kamu menyerahkan semuanya sama kita. Dan kenapa tiba tiba mengatakan tidak ingin menikah". Adrian menatap anaknya itu penuh kebingungan, tapi Darren hanya menatap dengan dingin. Sepertinya ini sudah saatnya dia harus bicara, sebelum pernikahan ini terjadi. "Darren tidak mencintai Sandra. Selama ini Darren hanya berpura pura di depan kalian. Dari awal Darren tidak menyetujui perjodohan ini". Ucapannya makin membuat kedua orang tua itu semakin kaget. "Lantas kenapa kamu mau menerima perjodohan ini Darren. Bahkan kalian sudah bertunangan