Seorang gadis tinggi sedang berjalan anggun menuju 2 Lelaki yang sedang bercengkrama.
"Sayang..." Sapa Sandra dan duduk sambil merangkul tangan Darren manja.
"Papa mau ketemu kamu". Ucapnya lagi.
"Iya bentar , aku masih ngobrol sama Sean". Sebenernya Darren sangat tak ingin berkumpul dengan para orang tua itu. Karena yang di bahas pasti soal rencana pernikahannya bersama Sandra. Apa orang tuanya tidak pedulikan perasaannya . Pertunangannya saja tidak dia sukai, apalagi pernikahan.
"Kesana dulu, gue gak apa apa". Titah Sean.
"Oke .. gue kesana dulu". Pamitnya dan di angguki Sean.
Darren berdiri dan berjalan menuju para orang tua ,dan meninggalkan Sandra di belakangnya yang memanggil manggilnya.. gadis itu pasti sangat jengkel.
"Nah itu Darren".ucap Papah Darren, Adrian Atmajaya.
"Hai om". Sapa Darren setelah tiba di hadapan para orang tua , dengan mengulus senyuman.
Tak lama pun Sandra juga telah bergabung dengan mereka. Dan mengambil posisi duduk pas di samping Darren serta tak lupa untuk menggenggamnya. Tapi cowok itu tidak menghiraukannya.
"Kapan rencana kalian akan menikah". Tanya Papah Sandra tanpa basa basi, karena sudah tak sabar menjadikan Darren sebagai menantunya. Semua langsung menatap ke arah dua orang itu. Lebih tepatnya ke arah Darren .menunggu lelaki itu memberikan jawabannya.
"Aku serahkan semuanya sama kalian". Bodoh Darren ,harusnya dia menolaknya, bukan menyerahkan seutuhnya kepada para orang tua. Rutuk dirinya dalam hati.
"Baiklah, nanti kita bicarakan lagi". Ucap papa Sandra.
Sandra ? Tentu saja senang , karena Darren tidak menolak ataupun membantah. Meskipun sandra tau lelaki ini sangat tidak menginginkan pernikahan ini terjadi. Tapi apa boleh buat ,Darren hanya menuruti.
"Aku permisi dulu". Berdiri dan langsung pergi meninggalkan kumpulan para orang tua itu. Yah Darren selalu seperti itu, jika tak ada lagi yang di bahas dia akan segera pergi.
"Mau kemana bro". Tanya Sean yang melihat Darren pergi dengan raut wajah yang sungguh dingin. Berdiri dan menyusul lelaki itu yang sepertinya mengarah ke parkiran mobil.
"Ren.. Loe mau kemana". Ulang Sean bertanya lagi.
"Pergi". Ucapnya singkat.
"Gue ikut".
"Hmm..".
"Gue ambil mobil dulu, nanti gue ikutin dari belakang". Sean pun bergegas menuju mobilnya dan mengikuti Darren dari belakang. Sean tahu sahabatnya itu lagi badmood ,makanya dia memutuskan untuk ikut.
"Gue marah, kesel, harusnya gue tolak yan. Bukan malah menyerahkan semua kepada mereka".
"Arggghhhh..". Mengacak rambutnya seperti menjambak saking frustasinya.
Sean paham apa yang sedang di ucapkan Darren. Tanpa bertanya lagi, lelaki hanya menepuk nepuk pundaknya.
"Loe beneran suka sama bidadari cantik loe itu ren". Tanya Sean tiba tiba , seketika Darren menatapnya bingung ,kenapa Sean bertanya lagi? Bukankah tadi Darren sudah mengatakannya waktu di Rainbow Garden!.
"Aneh gak kalau gue bilang bukan sekedar suka, gue jatuh cinta sama Diantha sejak pertemuan pertama kemarin". Tidak ada Yang salah, kita tidak tahu kapan kita jatuh cinta , bahkan sejak pandangan pertama.. hati dan perasaan manusia tidak ada yang tahu.
"Kejar dia dan perjuangin dia".
"Buktikan kalau loe beneran cinta sama dia, bukan sekedar cinta yang sesaat". Sean sangat pahamin Darren , jika lelaki itu sudah menyukai sesuatu ,dia akan terus memikirkannya, bahkan akan mengejarnya.
"Thanks, loe emang yang paling bisa ngertiin perasaan gue". Balik nepuk pundak Sean sambil tersenyum dan menikmati pemandangan laut di depan.
"Gue harus pergi kesuatu tempat".
"Hati hati and good luck brother". seperti sudah tahu kemana Darren akan pergi., Sean memberikan semangat.
Kemudian Darren bergegas pergi, ke tempat yang akan jadi tujuannya. Bahkan setelahnya tempat itu akan selalu jadi tujuannya.
* * *
Langit Bandung sore hari menjelang magrib ini nampaknya akan segera gelap. Dan disini lah Darren, sedang menatap Diantha dari dalam mobil yang dia parkir tepat di depan toko itu.
Kurang lebih sejam dia berdiam diri menatap Diantha dari luar. Sejak detik pertama senyumannya tak pudar , untung saja dia berada dalam mobil, coba kalau di luar ,mungkin dia sudah di pandang dan dikatain gila sama orang yang lewat karena senyum senyum gak jelas.
Asyik menatap Diantha, Tak lama gadis itu keluar dari toko beserta karyawan lain. Terlihat mereka saling berpamitan satu sama lain.
"Sepertinya dia akan pulang".
Darren mengikuti Diantha dari belakang , menjalankan mobilnya sangat pelan . Gadis itu tak menyadari bahwa Darren mengikutinya. Hingga gadis itu berhenti di sebuah halte bis. Keliatannya dia akan menaiki bis. Dengan segera Darren memarkirkan mobilnya dan turun menemui Diantha.
"Diantha". Gadis itu berbalik saat mendengar nama nya di panggil seseorang.
"Mas Darren".
"Hai..". Sapa Darren dengan senyuman lebar.
"Mau pulang?". Tanya Darren lagi.
"Iya mas.. lagi nungguin bis".
"Aku antar pulang yah". Diantha langsung mencengok dan secepatnya menolak.
"Gak usah mas, aku bisa pulang sendiri".
"Gak apa apa ,aku antarin yah.. bis nya juga kayak nya masih lama datang, udah mau gelap juga sepertinya". Sambil memandang ke langit yang sudah mulai menggelap.
"Tapi jadi ngerepotin mas". Ucap nya tak enak hati.
"Gak apa apa Diantha, Ayo". Dengan segera menarik tangan Diantha menuju mobil, Diantha pun akhirnya hanya menurut dan setelahnya membukakan pintu untuk sang bidadari cantik.
Diam keduanya hanya diam, membuat suasana keduanya terasa canggung. Apalagi Diantha, dia menjadi tak enak hati dan malu tentunya. Harusnya tadi dia menolak ,tapi entah kenapa tubuh dan hati nya tidak sinkron.
"Pulangnya jam segini". Akhirnya Darren berucap memecahkan keheningan diantara mereka.
"Iya mas". Jawaban singkat dengan seutas senyuman dari bibir gadis pujaannya itu.
"Kamu yang nunjukin jalan rumah kamu yah".
"Iya mas". Darren bertanya dan Diantha pun hanya menjawab.wkwkwkwkw bener bener dah . Tak hilang akal Darren pun bertanya lagi.
"Biasa pulang sendiri ? Gak di jemput pacarnya gitu ? Mungkin". Pertanyaan yang sangat to the point.
"Gak ada pacar mas ,dan emang biasa pulang sendiri".
"Yess....". Perkataan yang spontan kelaur dari mulut Darren. Dan itu berhasil membuat Diantha menatap nya heran.
"Hmm.. kenapa mas".
"Ahh tidak .. hehehehe". Dalam hati senang tuh ,sampe rasanya ingin berguling guling. Peluang nya makin besar kan.
Diantha kembali menatap ke arah luar jendela ,melihat pemandangan kota Bandung yang terang dengan lampu lampu dari perkantoran , lampu jalan ,gedung dan lain lainnya yang menyinari saat hari telah berganti malam.
"Mas Darren, nanti di persimpangan depan situ belok ke kiri yah, nanti turunin aku aja di depan situ". Ucap Diantha memberi arahan pada Darren.
"Loh kenapa turun di depan? Aku antar aja langsung depan rumah".
"apa gak apa apa?". Bener bener Diantha sangat tak enak hati.
"Aku yang ngajakin dan sudah pastinya harus diantar sampai depan rumah, kalau perlu sampe masuk kedalam rumah". Memamerkan senyuman hingga terlihat deretan gigi gigi putih yang berbaris rata.
Lagi lagi Diantha hanya tersenyum dan makin membuat Darren terpanah.
Kembali diam keduanya, hingga tak berapa lama telah sampai di depan rumah Diantha.
"Makasih yah Mas, sekali lagi maaf udah ngerepotin". Ucap Diantha sebelum turun dari mobil.
"Iya sama sama, tiap hari ngantar kamu pulang juga gak apa apa ,malah aku senang kok". Nah kan ,mulai nih anak.wkwkwkwkwk.
"Mas Darren mau mampir dulu".
"Boleh ,tapi lain kali yah, aku mau ketemu Mama dulu". Andai saja Ambar tadi tidak mengiriminya chat untuk segera kerumah menemuinya ,pasti dia akan lebih lama lagi bersama gadis ini. Saat menunggu Diantha di depan toko tadi ,Ambar mengirimnya chat.
"Ah iya mas , kalau gitu aku turun". Saat hendak membuka pintu mobil. Suara Darren menghentikannya.
"Boleh pinjem hp nya bentar gak".
"Hahh...?". Bingung Diantha, ngapain Darren ingin meminjam hpnya.
"Bentar aja". Pinta Darren.
Sempat bingung tapi akhirnya Diantha memberikan hpnya kepada lelaki itu. Nurut aja si mba nya ini.
Otomatis membuka dan seperti menekan beberapa angka di layar hp Diantha. Hpnya memang tidak di pasang kode pengaman , karena Diantha suka lupa kodenya. Lagian toh gak ada yang aneh aneh di dalam isi hpnya itu.
Tak lama hp Darren berdering.
"Nah udah... Udah aku save nomor ku juga". Cengok Diantha matanya seperti membola, tenyata lelaki ini ingin mengambil nomornya.
"Nih.. nanti aku telfon yah". Mengembalikan hp si pemilik yang masih terdiam cengo.
"Hmmm.. ya udah, aku turun yah mas, hati hati di jalan". Bergegas turun dan berjalan masuk ke dalam rumah kecil nan mungil itu.
Sedangkan Darren hanya menatap tersenyum dari dalam serta bahagia karena telah mendapatkan nomor ponsel gadis itu. Sekarang dia harus pulang menuju kediaman Atmajaya, sepertinya orang tua nya ingin menyampaikan sesuatu. Semoga tidak membuatnya kesel.
"2 bulan lagi pernikahan kamu dan Sandra akan di laksanakan". Ucap Adrian pada anaknya itu. "Pa .. apa gak kecepatan?". Tanya Ambar pada suaminya. Ambar tahu anaknya sangat tidak menyetujui , tapi apa boleh buat Darren hanya bisa menuruti. "Darren tidak ingin menikah dengan Sandra". Ucapan Darren membuat kedua orang tua itu terkaget dengan apa yang di ucapkan anaknya. "Apa maksud kamu Darren? Bukannya tadi kamu menyerahkan semuanya sama kita. Dan kenapa tiba tiba mengatakan tidak ingin menikah". Adrian menatap anaknya itu penuh kebingungan, tapi Darren hanya menatap dengan dingin. Sepertinya ini sudah saatnya dia harus bicara, sebelum pernikahan ini terjadi. "Darren tidak mencintai Sandra. Selama ini Darren hanya berpura pura di depan kalian. Dari awal Darren tidak menyetujui perjodohan ini". Ucapannya makin membuat kedua orang tua itu semakin kaget. "Lantas kenapa kamu mau menerima perjodohan ini Darren. Bahkan kalian sudah bertunangan
Di pagi hari ,memulai lagi awal yang baru dari rutinitas. Gadis dengan mata hitam pekat yang indah, bibir tipis nan mungil, rambut panjang sepunggung yang halus, badan kecil yang ramping, tubuhnya indah, bahkan perfect pas di mata Darren. Bangun dari singgasana kasur nya , menuju kamar mandi untuk membasuh muka dan kemudian bergegas kedapur membuat sarapan yang akan dia bawa ke tempat kerja, Diantha lebih suka membawa bekal ketimbang membelinya, akan sesekali dia membeli jika tak sempat membuatnya atau sekedar ingin makan makanan warung. Setelah membuat bekal,dia segera bergegas untuk bersiap siap memulai pekerjaannya di Ananta Florist's. Saat membuka pintu rumah dan hendak melangkah pergi , betapa terkejut nya Diantha melihat seseorang sedang berdiri di depan, bersandar di sebuah mobil hitam, menggunakan setelan jas, rapi dan juga terlihat TAMPAN. "Hai". Sapa Darren dengan senyuman yang dia tunjukan. "Mas Darren, ngapain pagi pagi disini ?". "Jemput
Kini keduanya telah duduk dan siap untuk menyantap makan siang. Tepatnya Darren dan Diantha saling berhadapan. Jadi Darren bisa dengan puas menatap wajah Diantha. Sedangkan si gadis hanya menunduk sembari membuka bekal makanan yang dia bawah. Lalu makanan yang di bawah sama Darren tadi ada dimana ? Jawabannya adalah Disen membawa makanan itu untuk makan bersama dengan beberapa karyawan lainnya. Mereka tidak ikut makan bersama sepasang sejoli itu, karena tak ingin mengganggu. Darren memberikan semua makanan itu pada mereka. Dia lebih tertarik untuk makan makanan yang di bawa gadis di depannya itu. Sebelumnya Darren sudah menawarkan makanan yang dia bawah ,tapi gadis ini menolaknya. "Hummm.. keliatannya enak". Saat Diantha membuka bekal makanan itu , terlihat jelas isi di dalam kotak bekal berbentuk persegi panjang ,yang di dalamnya terdapat nasi putih di taburi bawang goreng di atasnya, beberapa potong tahu dan tempe yang di oseng pedes, dan juga tumis sayur kol
"Ngapain tuh bibir senyum gaje gitu, lagi kesambet Yee loe Ren?". "Kapan loe datang?". Darren balik bertanya pada Sean. "Dari loe pergi sampai saat ini, loe dari mana sih? Gue panggil tadi kagak denger". Oceh Sean, niat hati ke kantor sahabatnya itu ingin mengajak makan siang, tapi malah pergi dan membuatnya menunggu di ruangan itu. "Makan siang". Singkat Darren. "Di
"Chat terakhir ku tadi kok gak di balas". Tanya Darren saat keduanya sudah berada dalam di perjalanan. "Gak tau mau balas apa mas". Diantha yg di tanya hanya membalikkan wajah ke arah luar jendela. Dia malu bertatapan dengan Darren. Mana di tanyain pula soal chatan tadi. Tak bertanya lagi, Darren tahu gadis di sampingnya ini pasti sedang malu. "Mau singgah dulu gak, mungkin mau beli sesuatu, atau sekalian aja nyari makan buat makan malam". "Gak usah mas, aku masih punya stok persediaan bahan makanan di rumah". "Ummm... Boleh mas coba makanan kamu lagi gak". Pepet terus Ren. Sampai luluh hatinya. "Boleh aja mas, nanti aku masakin". "Asyikkkk... Makasih sayang". Lagi lagi spontan Darren mengeluarkan kata itu. Dan herannya Diantha hanya diam dan menerima kata itu. Namun hati dan jantung nya tak bagus, selalu berirama kencang. Keduanya telah tiba di rumah mungil Diantha. San
"aku pulang dulu yah sayang, besok pagi aku jemput." Setelah selesai dengan acara melow melownya, kini Darren pamitan untuk pulang. "aa' gak apa apa emangnya, jemput terus tiap hari. Aku bisa pergi sendiri a', gak mau ngerepotin." "Bagi ku sekarang, besok dan selamanya. Diantha gak pernah ngerepotin aa'. Itu sudah tugasku menjaga dan melindungi gadis yang kucintai."Haduhhh, manis sekali pak. "Makasih a." "Jangan bilang makasih terus tha, lagian ini sudah tugas aku. Gih sana masuk, pintunya jangan lupa di kunci." "Iya." "Iya apa ?." "Hahh..?." "Bilang dulu iya sayang." Rupa rupanya Darren memang senang menggodanya. "Udah sana aa' jalan, hati hati di jalan." Mendorong badan lelaki itu untuk segera pulang. Jika Darren masih berlama lama disini,bisa bisa Diantha kehabisan oksigen. Bukannya berjalan menuju mobilnya. Darren malah menarik Diantha hingga membuat gadis itu be
Pagi pagi sekali Diantha sudah bangun dan sedang berkutat di dapur. Membuat beberapa masakan untuk lelaki yang semalam telah resmi menjadi kekasihnya.Mengingat peristiwa semalam, wajah nya berubah menjadi merah. Dia sekarang telah memiliki kekasih. Sudah tak jomblo lagi. Memikirkannya makin membuatnya menjadi tersipu malu.Darren, lelaki itu telah membuat nya terjatuh kedalam pesonanya. Jatuh kedalam pelukannya. Darren lelaki pertama yang Diantha cintai, dan juga menjadi cinta pertama nya. Apakah Darren bisa berada disisinya selamanya. Tiba tiba rasa takut melandanya, takut Darren suatu saat pergi meninggalkannya.Menggeleng kepala dengan cepat menepis pikiran yang memenuhi otaknya.Kembali berkutat menyelesaikan urusannya di dapur. Beberapa saat kemudian, masakan itu telah siap. Dengan telatan Diantha memindahkan kesebuah box makan yang telah dia siapkan."Dah beres. Sekarang aku harus mandi." Melihat kearah jam dinding ternyata waktu
To : My Love Sayang, kamu sudah berangkat? Darren mengirimi kekasihnya pesan singkat. Ting...( Bunyi nada chat masuk di hp Diantha). "Hmm aa' ngirim chat." Senyumannya mengembang. Kemudian dengan cepat mengetik sebuah balasan. To : Calon Suami Diantha (nama kontak Darren masih tetap sama saat pertama kali lelaki itu menyimpannya). Baru mau jalan a'. Kenapa a'? Send (pesan itu terkirim). Pesan balasan dari kekasihnya telah masuk. Entah mengapa hati Darren merasa gelisah. Khawatir akan terjadi sesuatu pada gadisnya itu. To : My Love Kamu hati hati di jalan yah. Kalau ada apa apa cepat hubungi aku. Tak butuh waktu lama, balasan pesan dari Diantha masuk kembali. From : My Love Iya a'. Aku juga kan gak sendiri perginya. Aa' gak usah khawtir yah. Oh iya, bekal nya jangan lupa di makan. To : My Love Iya sayang, pasti ^_^
"jadi sudah resmi?" goda Dimas, dan itu berhasil membuat pipi Diantha makin bersemu merah. "Tha, ayok kita pasang?" ucap Disen tiba-tiba muncul. "Hmm, ayok." "Mau dipasang di mana aja?" Dimas bertanya dan keduanya berbalik menatapnya. "Di tempat yang sudah di tandai sama EOnya mas." jawab Diantha. Dimas mengambil beberapa bunga dan berjalan mencari tempat yang sudah di tandai, Diantha berjalan cepat ke arah Dimas. "Mas gak usah, biar aku yang pasang aja, ini kerjaan aku." "Aku bantuin, biar cepat selesai juga kerjaan kamu." ucap Dimas dan langsung berjalan memasang rangkain bunga-bunga itu di tempatnya. "Baik yah masnya?"tanya Disen di samping Diantha. "Sahabat mas Darren". ucap Diantha, Disen pun terkejut. Disen mengangguk paham,"Ganteng juga, tapi gantengan mas Darren, iya gak tha?" goda Disen pada Diantha. Gadis itu tersenyum malu-malu,"kamu ini,". Mereka kembali fokus pada kerjaan, se
To : My Love Sayang, kamu sudah berangkat? Darren mengirimi kekasihnya pesan singkat. Ting...( Bunyi nada chat masuk di hp Diantha). "Hmm aa' ngirim chat." Senyumannya mengembang. Kemudian dengan cepat mengetik sebuah balasan. To : Calon Suami Diantha (nama kontak Darren masih tetap sama saat pertama kali lelaki itu menyimpannya). Baru mau jalan a'. Kenapa a'? Send (pesan itu terkirim). Pesan balasan dari kekasihnya telah masuk. Entah mengapa hati Darren merasa gelisah. Khawatir akan terjadi sesuatu pada gadisnya itu. To : My Love Kamu hati hati di jalan yah. Kalau ada apa apa cepat hubungi aku. Tak butuh waktu lama, balasan pesan dari Diantha masuk kembali. From : My Love Iya a'. Aku juga kan gak sendiri perginya. Aa' gak usah khawtir yah. Oh iya, bekal nya jangan lupa di makan. To : My Love Iya sayang, pasti ^_^
Pagi pagi sekali Diantha sudah bangun dan sedang berkutat di dapur. Membuat beberapa masakan untuk lelaki yang semalam telah resmi menjadi kekasihnya.Mengingat peristiwa semalam, wajah nya berubah menjadi merah. Dia sekarang telah memiliki kekasih. Sudah tak jomblo lagi. Memikirkannya makin membuatnya menjadi tersipu malu.Darren, lelaki itu telah membuat nya terjatuh kedalam pesonanya. Jatuh kedalam pelukannya. Darren lelaki pertama yang Diantha cintai, dan juga menjadi cinta pertama nya. Apakah Darren bisa berada disisinya selamanya. Tiba tiba rasa takut melandanya, takut Darren suatu saat pergi meninggalkannya.Menggeleng kepala dengan cepat menepis pikiran yang memenuhi otaknya.Kembali berkutat menyelesaikan urusannya di dapur. Beberapa saat kemudian, masakan itu telah siap. Dengan telatan Diantha memindahkan kesebuah box makan yang telah dia siapkan."Dah beres. Sekarang aku harus mandi." Melihat kearah jam dinding ternyata waktu
"aku pulang dulu yah sayang, besok pagi aku jemput." Setelah selesai dengan acara melow melownya, kini Darren pamitan untuk pulang. "aa' gak apa apa emangnya, jemput terus tiap hari. Aku bisa pergi sendiri a', gak mau ngerepotin." "Bagi ku sekarang, besok dan selamanya. Diantha gak pernah ngerepotin aa'. Itu sudah tugasku menjaga dan melindungi gadis yang kucintai."Haduhhh, manis sekali pak. "Makasih a." "Jangan bilang makasih terus tha, lagian ini sudah tugas aku. Gih sana masuk, pintunya jangan lupa di kunci." "Iya." "Iya apa ?." "Hahh..?." "Bilang dulu iya sayang." Rupa rupanya Darren memang senang menggodanya. "Udah sana aa' jalan, hati hati di jalan." Mendorong badan lelaki itu untuk segera pulang. Jika Darren masih berlama lama disini,bisa bisa Diantha kehabisan oksigen. Bukannya berjalan menuju mobilnya. Darren malah menarik Diantha hingga membuat gadis itu be
"Chat terakhir ku tadi kok gak di balas". Tanya Darren saat keduanya sudah berada dalam di perjalanan. "Gak tau mau balas apa mas". Diantha yg di tanya hanya membalikkan wajah ke arah luar jendela. Dia malu bertatapan dengan Darren. Mana di tanyain pula soal chatan tadi. Tak bertanya lagi, Darren tahu gadis di sampingnya ini pasti sedang malu. "Mau singgah dulu gak, mungkin mau beli sesuatu, atau sekalian aja nyari makan buat makan malam". "Gak usah mas, aku masih punya stok persediaan bahan makanan di rumah". "Ummm... Boleh mas coba makanan kamu lagi gak". Pepet terus Ren. Sampai luluh hatinya. "Boleh aja mas, nanti aku masakin". "Asyikkkk... Makasih sayang". Lagi lagi spontan Darren mengeluarkan kata itu. Dan herannya Diantha hanya diam dan menerima kata itu. Namun hati dan jantung nya tak bagus, selalu berirama kencang. Keduanya telah tiba di rumah mungil Diantha. San
"Ngapain tuh bibir senyum gaje gitu, lagi kesambet Yee loe Ren?". "Kapan loe datang?". Darren balik bertanya pada Sean. "Dari loe pergi sampai saat ini, loe dari mana sih? Gue panggil tadi kagak denger". Oceh Sean, niat hati ke kantor sahabatnya itu ingin mengajak makan siang, tapi malah pergi dan membuatnya menunggu di ruangan itu. "Makan siang". Singkat Darren. "Di
Kini keduanya telah duduk dan siap untuk menyantap makan siang. Tepatnya Darren dan Diantha saling berhadapan. Jadi Darren bisa dengan puas menatap wajah Diantha. Sedangkan si gadis hanya menunduk sembari membuka bekal makanan yang dia bawah. Lalu makanan yang di bawah sama Darren tadi ada dimana ? Jawabannya adalah Disen membawa makanan itu untuk makan bersama dengan beberapa karyawan lainnya. Mereka tidak ikut makan bersama sepasang sejoli itu, karena tak ingin mengganggu. Darren memberikan semua makanan itu pada mereka. Dia lebih tertarik untuk makan makanan yang di bawa gadis di depannya itu. Sebelumnya Darren sudah menawarkan makanan yang dia bawah ,tapi gadis ini menolaknya. "Hummm.. keliatannya enak". Saat Diantha membuka bekal makanan itu , terlihat jelas isi di dalam kotak bekal berbentuk persegi panjang ,yang di dalamnya terdapat nasi putih di taburi bawang goreng di atasnya, beberapa potong tahu dan tempe yang di oseng pedes, dan juga tumis sayur kol
Di pagi hari ,memulai lagi awal yang baru dari rutinitas. Gadis dengan mata hitam pekat yang indah, bibir tipis nan mungil, rambut panjang sepunggung yang halus, badan kecil yang ramping, tubuhnya indah, bahkan perfect pas di mata Darren. Bangun dari singgasana kasur nya , menuju kamar mandi untuk membasuh muka dan kemudian bergegas kedapur membuat sarapan yang akan dia bawa ke tempat kerja, Diantha lebih suka membawa bekal ketimbang membelinya, akan sesekali dia membeli jika tak sempat membuatnya atau sekedar ingin makan makanan warung. Setelah membuat bekal,dia segera bergegas untuk bersiap siap memulai pekerjaannya di Ananta Florist's. Saat membuka pintu rumah dan hendak melangkah pergi , betapa terkejut nya Diantha melihat seseorang sedang berdiri di depan, bersandar di sebuah mobil hitam, menggunakan setelan jas, rapi dan juga terlihat TAMPAN. "Hai". Sapa Darren dengan senyuman yang dia tunjukan. "Mas Darren, ngapain pagi pagi disini ?". "Jemput
"2 bulan lagi pernikahan kamu dan Sandra akan di laksanakan". Ucap Adrian pada anaknya itu. "Pa .. apa gak kecepatan?". Tanya Ambar pada suaminya. Ambar tahu anaknya sangat tidak menyetujui , tapi apa boleh buat Darren hanya bisa menuruti. "Darren tidak ingin menikah dengan Sandra". Ucapan Darren membuat kedua orang tua itu terkaget dengan apa yang di ucapkan anaknya. "Apa maksud kamu Darren? Bukannya tadi kamu menyerahkan semuanya sama kita. Dan kenapa tiba tiba mengatakan tidak ingin menikah". Adrian menatap anaknya itu penuh kebingungan, tapi Darren hanya menatap dengan dingin. Sepertinya ini sudah saatnya dia harus bicara, sebelum pernikahan ini terjadi. "Darren tidak mencintai Sandra. Selama ini Darren hanya berpura pura di depan kalian. Dari awal Darren tidak menyetujui perjodohan ini". Ucapannya makin membuat kedua orang tua itu semakin kaget. "Lantas kenapa kamu mau menerima perjodohan ini Darren. Bahkan kalian sudah bertunangan