* * *
Pagi pagi sekali Diantha sudah berada di Ananta florist's , seperti janji nya kemarin. Kini dia sedang memasukkan satu persatu secara perlahan rangkaian bunga bunga cantik dari berbagai jenis ke dalam mobil box . Setelah semuanya selesai ,kini dia dan Disen serta seorang supir bersiap menuju tempat yang akan dituju. Ananta sendiri tidak jadi ikut ,karena harus ke luar kota mendadak , jadi tugas ini dia serahkan ke Diantha untuk mengurusnya , dan meminta Disen untuk menemani Diantha , tidak mungkin dia membiarkan Diantha mengurusnya sendiri ,pasti dia akan kewalahan di sana .
Perjalanan nya lumayan memakan waktu karena tempatnya berada di Lembang Rainbow Garden. Disana banyak di tumbuhi bunga bunga cantik , dan menjadi salah satu spot wisata warga Bandung yang gak boleh di lewatkan. Sangat cocok juga untuk di jadikan tempat acara ataupun tempat berkumpul keluarga.
"Disana banyak orang gak yah tha .. agak grogi kalau banyak orang" tanya Disen cemas.
"Namanya acara pasti orangnya banyak sen.. apalagi katanya ini acara orang orang penting dan berkelas". Jelas Diantha.
"Kita cuma naruh bunga bunga ini doang kan tha .. setelahnya kita langsung pergi".
"Heemmh..." Dehaman kecil Diantha menjawab pertanyaan temannya itu.
Beberapa saat kemudian mereka telah sampai di Lembang Rainbow Garden. Segera turun dan mulai mengeluarkan bunga bunga dari dalam mobil box dan memindahkannya satu persatu ke tempat yang telah di sediakan.
"Kok sepi tha .. ". Tanya Disen ,karena hanya melihat beberapa orang yang sedang menyiapkan meja serta kursi dan juga mengatur beberapa pilar untuk menopang kain putih biru panjang yang di jadikan sebagai tenda.
"Yah kan acaranya bukan sekarang sen .. masih pagi juga .. acaranya siang". Ha ha ha tawa Diantha, dan membuat Disen melototinya .
"Ishh .. tapi syukur deh ,kirain bakal banyak orang". Syukurlah setidaknya dia tidak harus grogi.
"Ya udah lanjutin lagi ,masih banyak di dalam mobil sen .. biar cepat kelar terus kita cepat balik ".
"Kamu tunggu sini aja tha .. biar aku sama kang Adi yang ngambil bunganya .. kamu nanti yang susun .. biar gak usah bolak balik .. biar cepat kelar juga kan". Mendapat anggukan persetujuan dari Diantha . Kemudian bergegas menjalankan tugas yang sudah di bagikan itu.
Disen dan kang Adi menuju mobil untuk mengambil rangkaian bunga yang lain, sementara itu Diantha mulai menyusun bunga bunga di tempat yang sudah di sediakan . Bunganya di susun rapi di atas meja beralaskan kain putih yang bersih sebagian di tata di masing masing meja buat para tamu yang sebagian sudah di susun rapi oleh beberapa orang disana . Sepertinya mereka dari pihak EO .
Saat sedang menyusun bunga bunga itu , seseorang datang menghampiri Diantha.
"Misi mba... Ini bunga pesanan dari Ananta florist's ?" Tanya seorang pria tinggi dan mempunyai badan besar. Jika di lihat bisa Diantha tebak pasti dia seorang bodyguard.
"Iya benar" jawab Diantha dengan senyuman.
"Saya di suruh menyampaikan , nanti sebagian bunga nya bisa di taruh di masing masing pilar itu". Menunjuk pilar penyanggah yang sudah di tutupi kain putih biru.
"Baik setelah menyusun ini akan saya pasang di sana". Kata Diantha lagi.
"Baiklah kalau begitu saya permisi dulu mba" . Pamit pria itu dan berlalu pergi dari hadapan Diantha.
Selang kemudian Disen datang membawa bunga bunga yang lain.
"Sen .. kamu bisa lanjutin nyusun ini ,nanti biar kang Adi yang ngambil di mobil, aku mau masang bunga bunga ini di tiap tiap pilar itu".
"Kang Adi tolong ngambil semua bunga dan bawa kesini yah , gak apa apa kan kang ?".
"Iya neng gak apa apa.. sok atuh di lanjutin , biar saya yang bawa sisa bunga nya kesini".
"Makasih kang..".
"Aku kesana dulu yah Sen". Kemudian mengambil beberapa bunga buat di pasang.
"Bisa kamu tha .. hati hati loh nanti kepleset tangga .. kamu hati hati masangnya.. panggil aku kalau butuh bantuan". Cemas Disen pada Diantha .
"Iya .. aku bisa kok.. kamu lanjutin yah aku kesana dulu".
"Oke tha". Mengangkat jempol tangan pertanda oke.
Satu persatu pilar telah di pasang hiasan bunga bunga ,tinggal 1 lagi maka kerjaannya selesai . Perlahan Diantha menaiki tangga kecil untuk bisa memasang bunga itu ,saat akan memasang ternyata tangga itu sedikit bergoyang ,pijakan kaki tangga sedikit miring karena struktur tanah yang tidak begitu rata.
"Jangan goyang yah ,bentar lagi selesai". Seperti memohon pada sebuah tangga agar tidak bergoyang . Perlahan dia mulai memasang , tepat saat bunga itu telah selesai terpasang, ternyata keseimbangan tangga nya makin goyang ,di tambah lagi seorang pria yang sedang membawa sebuah kursi tidak sengaja menabrak kaki tangga dan membuat tangga itu makin bergoyang .
Dan kemudian........
"Ya ampun tangganya bakalan jatuh" ucap Diantha dalam hati sambil memejamkan mata.
Brakkkkkk... Tangga itu pun akhirnya terjatuh.
"Apakah aku beneran ikut terjatuh bersama tangga itu ? Tapi kenapa aku tak merasakan apa apa.. kepala terbentur misalnya". Ternyata dia menutup matanya dan tak melihat apa yang sedang terjadi , yang dia tau tangga itu jatuh bersamaan dengan dirinya ,tapi anehnya dia tidak merasakan sakit , malah seperti jatuh di tumpukan seseorang .
Apaaaa.. apa jangan jangan dia menindih seseorang dan seseorang itu lah yang malah terluka . Perlahan Diantha membuka kedua matanya . Deg... Matanya langsung bertemu dengan sorot mata seseorang yang begitu tajam bagaikan tatapan elang , bahkan sangat begitu dekat ,hingga deru nafas seseorang itu pun terdengar sangat jelas . Diam .. hening.. seperti semuanya tiba tiba jadi terhenti . Dua insan itu malah larut dalam tatapan yang saling mengunci. Hingga salah satu nya membuka suara dan mengembalikan keadaan seperti semula dimana semua nya kembali normal ,tidak terhenti kan waktu seperti beberapa detik yang lalu.
"Apa ada yang sakit" . Tanya pria itu pada Diantha.
"Aa-h iya aku tidak apa apa , harusnya aku yang nanya ,mas nya gak apa apa ,apa ada yang terluka , terima kasih sudah menolongku ,maaf sudah merepotkan". rentetan Sederat ucapan Diantha pada pria itu ,yang justru mumbuat pria itu malah tersenyum .
"Satu satu nanyanya ,aku tidak apa apa Diantha". Seutas senyuman terlihat jelas dari Darren . Yah pria itu adalan Darren Cakra Jaya.
Mendengar Darren menyebut namanya lantas membuat Diantha bingung , sekejap langsung mengingat wajah Darren .
"Mas yang kemarin ke toko buat ngambil pesanan bunga lavender yah ?".
"Iya.. ternyata ingatan kamu bagus juga". Apa apaan Darren ,yah jelas Diantha ingatlah , emangnya Diantha pikun . Terlebih lagi kemarin dia memaksa untuk bertemu Diantha sekedar ingin menanyakan hal yang sudah dia ketahui.
Masih dengan posisi setengah berbaring ,ya bisa kalian bayangkan posisi nya Darren sedang menahan tubuh Diantha ,dan tangan kanannya terlingkar di pinggang ramping gadis itu ,sedangkan tangan kirinya menahan bagian tengkuk dan kepala gadis itu agar tak mengenai tanah saat terjatuh beberapa menit yang lalu.
Terbawa suasana hingga tak ada dari kedua insan itu untuk berdiri dan masih betah dengan posisi seperti itu. Mungkin lebih tepatnya Darren yang tak ingin melepas dekapan itu . Sungguh dia tak ingin melewatkan kesempatan menatap wajah gadis itu dari dekat . Hampir saja dia khilaf ingin mencium bibir ranum gadis itu.
"Kenapa bibirnya begitu sangat menggoda untuk disentuh". Batin Darren berkata, Tanpa sadar tangan yang tadinya sedang bertengkar di pinggang gadis itu telah pindah tepat di hadapan bibir Diantha. Sedikit lagi jari telunjuk itu akan menyuntuh bibir kecil berwarna pink peach. Hingga suara Diantha membuyarkan angan angannya.
"Maaf mas , bisa kita berdiri ,di liatin yang lain" malu Diantha , dan memang mereka sedang jadi tontonan orang orang yang berada disana. Meski tak banyak ,karena rata rata adalah dari pihak EO.
Darren masih enggan berdiri dan mau tak mau Diantha pun masih dengan posisi seperti itu. Karena tangan Darren Kembali memegang pinggang ramping gadis itu. Dan malah tersenyum senyum tak jelas.
"Kalian lanjutin aja ,kita gak apa apa". Perintah Darren pada orang orang disana.
"Emm Mas- ..".
"Darren.. panggil aja Darren". Peka menyebutkan namanya karena gadis itu terlihat kebingungan ingin menyebut namanya tapi tak tahu namanya siapa.
"Mas Darren , bisa kita berdiri". Pintah Diantha lagi.
"Darren .. panggil aja Darren". Aishh sepertinya dia ingin menjaili gadis ini.
"Mas.. emmh Darren, kita harus berdiri badan kamu nanti jadi pegel". Ya ampun manisnya , gadis ini malah mengkhawatirkan dirinya, batin Darren makin meraung Raung kesenangan.
"Ya udah ayok berdiri". Dan akhirnya mereka pun berdiri dengan Darren yang membantu Diantha berdiri. Tuh tangan keknya gak mau lepas gitu Yee dari pinggang Diantha. Wkwkwkwkwkwk.
"Sekali lagi makasih yah Darren". Senyum Diantha yang begitu manis.
"Iya sama sama.. untung ada aku ,kalau gak nanti bidadari secantik kamu bisa terluka". Halah malah ngegombal nih anak. Yang di gombalin pun hanya membalas dengan senyuman.
"Kalau gitu aku permisi dulu yah , mau bantuin teman aku nyusun bunga".
"Aku bantuin boleh gak?". Menawarkan bantuan nya, Halah bilang aja mau dekat dekat Diantha .
"Eh gak usah ,kayaknya dikit lagi selesai". Melihat kearah Disen yang sepertinya hampir selesai menyusun bunga bunga itu.
"Kalo gitu biar aku antarin kesana". Pantang menyerah banget Yee pak , btw kenapa bisa ada Darren disitu ? Yah, karena acara ini adalah acara keluarga Darren , seharusnya nanti siang dia akan datang kesini , karena ada sesuatu yang harus diurus dan sekalian ngecek semua persiapannya apa ada yang kurang atau tidak . Emang jodoh kayaknya , akhirnya dia bertemu lagi dengan gadis yang mengganggu pikirannya sejak pertama kali bertemu.
"Ya udah ayok kesana , teman kamu kayaknya udah nunggu juga". Menarik tangan Diantha menuju Disen ,yang di tarik pun hanya mengikuti dan heran ?.
"Sen udah selesai". Tanya Diantha pada Disen yang masih sibuk menyelesaikan susunan terakhir.
"Nih dikit lagi tha".
"Cahhh.. finish.. kamu udah selesai pasang se- ... "Ucapannya terpotong saat berbalik dan melihat Darren disamping Diantha ,terlebih lagi tangan Darren yang menggenggam tangan Diantha.
Menyadari hal itu ,Diantha dengan cepat melepas genggaman tangan Darren , tapi tetap dengan lembut .
Sepanjang perjalanan pulang menuju Ananta florist's dan kembali melanjutkan pekerjaan disana. Diantha terdiam seperti memikirkan sesuatu . Hanya terdengar celotehan dari Suara Disen yang sednag berceloteh ria bersama Kang Adi. "Tha .. diam diam Bae". Tanya Disen, sedari tadi Diantha tak mengeluarkan sepatah kata pun. Mungkin dia kelelahan. "Lagi menikmati pemandangan .. udara hari ini cerah yah". Menatap kelangit yang memang sangat cerah hari itu , langitnya yang biru ,serta pantulan sinar cahaya matahari terlihat dari celah celah awan putih . Dusta Diantha , padahal sebenarnya dia sedang memikirkan kejadian tadi . Hanya saja tidak ingin mengatakannya pada Disen. Darren .. 1 nama yang spontan dia ucapkan lewat bibir mungilnya ,tanpa mengeluarkan suara. Untungnya tidak terdengar oleh 2 orang di sampingnya itu . "Haahhh.." helaan nafas yang keluar dari mulutnya itu ,lantas membuat Disen berbalik padanya . "Napa Bu .. kedengaran banget tuh
Seorang gadis tinggi sedang berjalan anggun menuju 2 Lelaki yang sedang bercengkrama. "Sayang..." Sapa Sandra dan duduk sambil merangkul tangan Darren manja. "Papa mau ketemu kamu". Ucapnya lagi. "Iya bentar , aku masih ngobrol sama Sean". Sebenernya Darren sangat tak ingin berkumpul dengan para orang tua itu. Karena yang di bahas pasti soal rencana pernikahannya bersama Sandra. Apa orang tuanya tidak pedulikan perasaannya . Pertunangannya saja tidak dia sukai, apalagi pernikahan. "Kesana dulu, gue gak apa apa". Titah Sean. "Oke .. gue kesana dulu". Pamitnya dan di angguki Sean. Darren berdiri dan berjalan menuju para orang tua ,dan meninggalkan Sandra di belakangnya yang memanggil manggilnya.. gadis itu pasti sangat jengkel. "Nah itu Darren".ucap Papah Darren, Adrian Atmajaya. "Hai om". Sapa Darren setelah tiba di hadapan para orang tua , dengan mengulus senyuman. Tak lama pun Sandra juga telah berg
"2 bulan lagi pernikahan kamu dan Sandra akan di laksanakan". Ucap Adrian pada anaknya itu. "Pa .. apa gak kecepatan?". Tanya Ambar pada suaminya. Ambar tahu anaknya sangat tidak menyetujui , tapi apa boleh buat Darren hanya bisa menuruti. "Darren tidak ingin menikah dengan Sandra". Ucapan Darren membuat kedua orang tua itu terkaget dengan apa yang di ucapkan anaknya. "Apa maksud kamu Darren? Bukannya tadi kamu menyerahkan semuanya sama kita. Dan kenapa tiba tiba mengatakan tidak ingin menikah". Adrian menatap anaknya itu penuh kebingungan, tapi Darren hanya menatap dengan dingin. Sepertinya ini sudah saatnya dia harus bicara, sebelum pernikahan ini terjadi. "Darren tidak mencintai Sandra. Selama ini Darren hanya berpura pura di depan kalian. Dari awal Darren tidak menyetujui perjodohan ini". Ucapannya makin membuat kedua orang tua itu semakin kaget. "Lantas kenapa kamu mau menerima perjodohan ini Darren. Bahkan kalian sudah bertunangan
Di pagi hari ,memulai lagi awal yang baru dari rutinitas. Gadis dengan mata hitam pekat yang indah, bibir tipis nan mungil, rambut panjang sepunggung yang halus, badan kecil yang ramping, tubuhnya indah, bahkan perfect pas di mata Darren. Bangun dari singgasana kasur nya , menuju kamar mandi untuk membasuh muka dan kemudian bergegas kedapur membuat sarapan yang akan dia bawa ke tempat kerja, Diantha lebih suka membawa bekal ketimbang membelinya, akan sesekali dia membeli jika tak sempat membuatnya atau sekedar ingin makan makanan warung. Setelah membuat bekal,dia segera bergegas untuk bersiap siap memulai pekerjaannya di Ananta Florist's. Saat membuka pintu rumah dan hendak melangkah pergi , betapa terkejut nya Diantha melihat seseorang sedang berdiri di depan, bersandar di sebuah mobil hitam, menggunakan setelan jas, rapi dan juga terlihat TAMPAN. "Hai". Sapa Darren dengan senyuman yang dia tunjukan. "Mas Darren, ngapain pagi pagi disini ?". "Jemput
Kini keduanya telah duduk dan siap untuk menyantap makan siang. Tepatnya Darren dan Diantha saling berhadapan. Jadi Darren bisa dengan puas menatap wajah Diantha. Sedangkan si gadis hanya menunduk sembari membuka bekal makanan yang dia bawah. Lalu makanan yang di bawah sama Darren tadi ada dimana ? Jawabannya adalah Disen membawa makanan itu untuk makan bersama dengan beberapa karyawan lainnya. Mereka tidak ikut makan bersama sepasang sejoli itu, karena tak ingin mengganggu. Darren memberikan semua makanan itu pada mereka. Dia lebih tertarik untuk makan makanan yang di bawa gadis di depannya itu. Sebelumnya Darren sudah menawarkan makanan yang dia bawah ,tapi gadis ini menolaknya. "Hummm.. keliatannya enak". Saat Diantha membuka bekal makanan itu , terlihat jelas isi di dalam kotak bekal berbentuk persegi panjang ,yang di dalamnya terdapat nasi putih di taburi bawang goreng di atasnya, beberapa potong tahu dan tempe yang di oseng pedes, dan juga tumis sayur kol
"Ngapain tuh bibir senyum gaje gitu, lagi kesambet Yee loe Ren?". "Kapan loe datang?". Darren balik bertanya pada Sean. "Dari loe pergi sampai saat ini, loe dari mana sih? Gue panggil tadi kagak denger". Oceh Sean, niat hati ke kantor sahabatnya itu ingin mengajak makan siang, tapi malah pergi dan membuatnya menunggu di ruangan itu. "Makan siang". Singkat Darren. "Di
"Chat terakhir ku tadi kok gak di balas". Tanya Darren saat keduanya sudah berada dalam di perjalanan. "Gak tau mau balas apa mas". Diantha yg di tanya hanya membalikkan wajah ke arah luar jendela. Dia malu bertatapan dengan Darren. Mana di tanyain pula soal chatan tadi. Tak bertanya lagi, Darren tahu gadis di sampingnya ini pasti sedang malu. "Mau singgah dulu gak, mungkin mau beli sesuatu, atau sekalian aja nyari makan buat makan malam". "Gak usah mas, aku masih punya stok persediaan bahan makanan di rumah". "Ummm... Boleh mas coba makanan kamu lagi gak". Pepet terus Ren. Sampai luluh hatinya. "Boleh aja mas, nanti aku masakin". "Asyikkkk... Makasih sayang". Lagi lagi spontan Darren mengeluarkan kata itu. Dan herannya Diantha hanya diam dan menerima kata itu. Namun hati dan jantung nya tak bagus, selalu berirama kencang. Keduanya telah tiba di rumah mungil Diantha. San
"aku pulang dulu yah sayang, besok pagi aku jemput." Setelah selesai dengan acara melow melownya, kini Darren pamitan untuk pulang. "aa' gak apa apa emangnya, jemput terus tiap hari. Aku bisa pergi sendiri a', gak mau ngerepotin." "Bagi ku sekarang, besok dan selamanya. Diantha gak pernah ngerepotin aa'. Itu sudah tugasku menjaga dan melindungi gadis yang kucintai."Haduhhh, manis sekali pak. "Makasih a." "Jangan bilang makasih terus tha, lagian ini sudah tugas aku. Gih sana masuk, pintunya jangan lupa di kunci." "Iya." "Iya apa ?." "Hahh..?." "Bilang dulu iya sayang." Rupa rupanya Darren memang senang menggodanya. "Udah sana aa' jalan, hati hati di jalan." Mendorong badan lelaki itu untuk segera pulang. Jika Darren masih berlama lama disini,bisa bisa Diantha kehabisan oksigen. Bukannya berjalan menuju mobilnya. Darren malah menarik Diantha hingga membuat gadis itu be
"jadi sudah resmi?" goda Dimas, dan itu berhasil membuat pipi Diantha makin bersemu merah. "Tha, ayok kita pasang?" ucap Disen tiba-tiba muncul. "Hmm, ayok." "Mau dipasang di mana aja?" Dimas bertanya dan keduanya berbalik menatapnya. "Di tempat yang sudah di tandai sama EOnya mas." jawab Diantha. Dimas mengambil beberapa bunga dan berjalan mencari tempat yang sudah di tandai, Diantha berjalan cepat ke arah Dimas. "Mas gak usah, biar aku yang pasang aja, ini kerjaan aku." "Aku bantuin, biar cepat selesai juga kerjaan kamu." ucap Dimas dan langsung berjalan memasang rangkain bunga-bunga itu di tempatnya. "Baik yah masnya?"tanya Disen di samping Diantha. "Sahabat mas Darren". ucap Diantha, Disen pun terkejut. Disen mengangguk paham,"Ganteng juga, tapi gantengan mas Darren, iya gak tha?" goda Disen pada Diantha. Gadis itu tersenyum malu-malu,"kamu ini,". Mereka kembali fokus pada kerjaan, se
To : My Love Sayang, kamu sudah berangkat? Darren mengirimi kekasihnya pesan singkat. Ting...( Bunyi nada chat masuk di hp Diantha). "Hmm aa' ngirim chat." Senyumannya mengembang. Kemudian dengan cepat mengetik sebuah balasan. To : Calon Suami Diantha (nama kontak Darren masih tetap sama saat pertama kali lelaki itu menyimpannya). Baru mau jalan a'. Kenapa a'? Send (pesan itu terkirim). Pesan balasan dari kekasihnya telah masuk. Entah mengapa hati Darren merasa gelisah. Khawatir akan terjadi sesuatu pada gadisnya itu. To : My Love Kamu hati hati di jalan yah. Kalau ada apa apa cepat hubungi aku. Tak butuh waktu lama, balasan pesan dari Diantha masuk kembali. From : My Love Iya a'. Aku juga kan gak sendiri perginya. Aa' gak usah khawtir yah. Oh iya, bekal nya jangan lupa di makan. To : My Love Iya sayang, pasti ^_^
Pagi pagi sekali Diantha sudah bangun dan sedang berkutat di dapur. Membuat beberapa masakan untuk lelaki yang semalam telah resmi menjadi kekasihnya.Mengingat peristiwa semalam, wajah nya berubah menjadi merah. Dia sekarang telah memiliki kekasih. Sudah tak jomblo lagi. Memikirkannya makin membuatnya menjadi tersipu malu.Darren, lelaki itu telah membuat nya terjatuh kedalam pesonanya. Jatuh kedalam pelukannya. Darren lelaki pertama yang Diantha cintai, dan juga menjadi cinta pertama nya. Apakah Darren bisa berada disisinya selamanya. Tiba tiba rasa takut melandanya, takut Darren suatu saat pergi meninggalkannya.Menggeleng kepala dengan cepat menepis pikiran yang memenuhi otaknya.Kembali berkutat menyelesaikan urusannya di dapur. Beberapa saat kemudian, masakan itu telah siap. Dengan telatan Diantha memindahkan kesebuah box makan yang telah dia siapkan."Dah beres. Sekarang aku harus mandi." Melihat kearah jam dinding ternyata waktu
"aku pulang dulu yah sayang, besok pagi aku jemput." Setelah selesai dengan acara melow melownya, kini Darren pamitan untuk pulang. "aa' gak apa apa emangnya, jemput terus tiap hari. Aku bisa pergi sendiri a', gak mau ngerepotin." "Bagi ku sekarang, besok dan selamanya. Diantha gak pernah ngerepotin aa'. Itu sudah tugasku menjaga dan melindungi gadis yang kucintai."Haduhhh, manis sekali pak. "Makasih a." "Jangan bilang makasih terus tha, lagian ini sudah tugas aku. Gih sana masuk, pintunya jangan lupa di kunci." "Iya." "Iya apa ?." "Hahh..?." "Bilang dulu iya sayang." Rupa rupanya Darren memang senang menggodanya. "Udah sana aa' jalan, hati hati di jalan." Mendorong badan lelaki itu untuk segera pulang. Jika Darren masih berlama lama disini,bisa bisa Diantha kehabisan oksigen. Bukannya berjalan menuju mobilnya. Darren malah menarik Diantha hingga membuat gadis itu be
"Chat terakhir ku tadi kok gak di balas". Tanya Darren saat keduanya sudah berada dalam di perjalanan. "Gak tau mau balas apa mas". Diantha yg di tanya hanya membalikkan wajah ke arah luar jendela. Dia malu bertatapan dengan Darren. Mana di tanyain pula soal chatan tadi. Tak bertanya lagi, Darren tahu gadis di sampingnya ini pasti sedang malu. "Mau singgah dulu gak, mungkin mau beli sesuatu, atau sekalian aja nyari makan buat makan malam". "Gak usah mas, aku masih punya stok persediaan bahan makanan di rumah". "Ummm... Boleh mas coba makanan kamu lagi gak". Pepet terus Ren. Sampai luluh hatinya. "Boleh aja mas, nanti aku masakin". "Asyikkkk... Makasih sayang". Lagi lagi spontan Darren mengeluarkan kata itu. Dan herannya Diantha hanya diam dan menerima kata itu. Namun hati dan jantung nya tak bagus, selalu berirama kencang. Keduanya telah tiba di rumah mungil Diantha. San
"Ngapain tuh bibir senyum gaje gitu, lagi kesambet Yee loe Ren?". "Kapan loe datang?". Darren balik bertanya pada Sean. "Dari loe pergi sampai saat ini, loe dari mana sih? Gue panggil tadi kagak denger". Oceh Sean, niat hati ke kantor sahabatnya itu ingin mengajak makan siang, tapi malah pergi dan membuatnya menunggu di ruangan itu. "Makan siang". Singkat Darren. "Di
Kini keduanya telah duduk dan siap untuk menyantap makan siang. Tepatnya Darren dan Diantha saling berhadapan. Jadi Darren bisa dengan puas menatap wajah Diantha. Sedangkan si gadis hanya menunduk sembari membuka bekal makanan yang dia bawah. Lalu makanan yang di bawah sama Darren tadi ada dimana ? Jawabannya adalah Disen membawa makanan itu untuk makan bersama dengan beberapa karyawan lainnya. Mereka tidak ikut makan bersama sepasang sejoli itu, karena tak ingin mengganggu. Darren memberikan semua makanan itu pada mereka. Dia lebih tertarik untuk makan makanan yang di bawa gadis di depannya itu. Sebelumnya Darren sudah menawarkan makanan yang dia bawah ,tapi gadis ini menolaknya. "Hummm.. keliatannya enak". Saat Diantha membuka bekal makanan itu , terlihat jelas isi di dalam kotak bekal berbentuk persegi panjang ,yang di dalamnya terdapat nasi putih di taburi bawang goreng di atasnya, beberapa potong tahu dan tempe yang di oseng pedes, dan juga tumis sayur kol
Di pagi hari ,memulai lagi awal yang baru dari rutinitas. Gadis dengan mata hitam pekat yang indah, bibir tipis nan mungil, rambut panjang sepunggung yang halus, badan kecil yang ramping, tubuhnya indah, bahkan perfect pas di mata Darren. Bangun dari singgasana kasur nya , menuju kamar mandi untuk membasuh muka dan kemudian bergegas kedapur membuat sarapan yang akan dia bawa ke tempat kerja, Diantha lebih suka membawa bekal ketimbang membelinya, akan sesekali dia membeli jika tak sempat membuatnya atau sekedar ingin makan makanan warung. Setelah membuat bekal,dia segera bergegas untuk bersiap siap memulai pekerjaannya di Ananta Florist's. Saat membuka pintu rumah dan hendak melangkah pergi , betapa terkejut nya Diantha melihat seseorang sedang berdiri di depan, bersandar di sebuah mobil hitam, menggunakan setelan jas, rapi dan juga terlihat TAMPAN. "Hai". Sapa Darren dengan senyuman yang dia tunjukan. "Mas Darren, ngapain pagi pagi disini ?". "Jemput
"2 bulan lagi pernikahan kamu dan Sandra akan di laksanakan". Ucap Adrian pada anaknya itu. "Pa .. apa gak kecepatan?". Tanya Ambar pada suaminya. Ambar tahu anaknya sangat tidak menyetujui , tapi apa boleh buat Darren hanya bisa menuruti. "Darren tidak ingin menikah dengan Sandra". Ucapan Darren membuat kedua orang tua itu terkaget dengan apa yang di ucapkan anaknya. "Apa maksud kamu Darren? Bukannya tadi kamu menyerahkan semuanya sama kita. Dan kenapa tiba tiba mengatakan tidak ingin menikah". Adrian menatap anaknya itu penuh kebingungan, tapi Darren hanya menatap dengan dingin. Sepertinya ini sudah saatnya dia harus bicara, sebelum pernikahan ini terjadi. "Darren tidak mencintai Sandra. Selama ini Darren hanya berpura pura di depan kalian. Dari awal Darren tidak menyetujui perjodohan ini". Ucapannya makin membuat kedua orang tua itu semakin kaget. "Lantas kenapa kamu mau menerima perjodohan ini Darren. Bahkan kalian sudah bertunangan